Professional Documents
Culture Documents
Ucup
Ucup
MANAJEMEN AGROEKOSISTEM
DI DESA JATIMULYO KECAMATAN
LOWOKWARU KOTA MALANG
Disusun oleh:
KELOMPOK R-1
Disetujui
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah
yang telah diberikan-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil
survei manajemen agroekosistem dengan baik dan lancar. Segala puji kepada
Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan hikmat dalam menjalani dan
menyikapi kehidupan di dunia ini.
Penulis membahas mengenai manajemen agroekosistem lahan basah di Desa
Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang . Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan laporan ini masih terdapat kekurangan, untuk itu penulis dengan besar
hati menerima kritik dan saran yang membangun guna memberikan hasil yang
terbaik untuk laporan ini. Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada beberapa
pihak yang telah membantu sehingga penulisan laporan ini dapat selesai dengan
lancar.
Laporan ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas makalah praktikum
manajemen agroekosistem yang diberikan oleh asisten praktikum. Dalam proses
pendalaman materi manajemen agroekosistem. Semoga penulisan laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua, terutama untuk penulisan laporan
selanjutnya.
Penulis
I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
2.2.1 Hama
Hama merupakan organisme pengganggu tanaman yang mengakibatkan
kerusakan secara fisik pada tanaman dan kerugian secara ekonomis, golongan hama
terbesar berasal dari kelas serangga (insecta). Namun ada beberapa jenis serangga
yang berperan sebagai musuh alami bagi serangga lain yang bersifat hama. Hama
tanaman yang menempati peringkat paling atas berasal dari klas serangga (insecta),
dalam klas insect ini terdapat beberapa ordo yang membagi jenis-jenis serangga
hama pengganggu tanaman (Rahmawatif, 2012).
Pests is a cause of plant damage that can be viewed using the five senses (Hama
adalah suatu penyebab kerusakan tanaman yang dapat dilihat dengan menggunakan
panca indera) (Mudjiono et all, 1991)
2.2.2 Musuh alami
Menurut Untung (1993) Musuh alami adalah organisme di alam yang dapat
membunuh serangga, melemahkan serangga, sehingga dapat mengakibatkan
kematian pada serangga, dan mengurangi fase reproduktif dari serangga. Musuh
alami berperan dalam menurunkan populasi hama sampai pada tingkat populasi
yang tidak merugikan.
Natural Enemies are beneficial organisms that provide biological control, or
natural pest control. Many natural enemies are insects. This guide illustrates
common natural enemies found in agricultural crops and home gardens. (Musuh
Alami adalah organisme menguntungkan yang menyediakan pengendalian
biologis, atau pengendalian hama alami. Banyak musuh alami adalah serangga).
(Mary,2010)
2.2.3 Serangga Lain
Serangga memegang peranan penting dalam kehidupan m anusia. Serangga
selalu diidentikkan dengan hama di bidang pertanian , disebabkan banyak serangga
yang bersifat merugikan, seperti walang sangit, wer eng, ulat grayak, dan lainnya
selain itu serangga juga dapat menjadi sumber vektor penyakit pada manusia.
Namun, tidak semua serangga bersifat sebagai hama atau vektor penyakit. Jenis
serangga dari kelompok lain seperti lebah, ulat sutera, kumbang macan, semut dapat
menguntungkan manusia (Metcalfe and William, 1975). Serangga lain merupakan
serangga yang keberadaanya tidak menimbulkan kerugian dalam tanaman
budidaya.
2.3.1 Predator
Predator merupakan binatang (serangga yang memakan binatang atau serangga
lain). istilah predator adalah suatu bentuk simbiosis atau hubungan dari individu,
dimana salah satu individu menyerang atau memakan individu lain (bisa satu atau
beberapa spesies) yang digunakan untuk kepentingan hidupnya dan bisanya
dilakukan berulang-ulang. Individu yang diserang atau dimakan dinamakan
mangsa. Contoh: kumbang kubah spot m (Menochillus sexmaculatus), belalang
sembah (stagmomanthis Carolina), capung (Anax junius) dan Laba-laba (Licosa
sp) (Surya, E. dan Rubiah, 2016).
Maisyaroh (2005) dalam Surya, E. dan Rubiah (2016) mengemukakan bahwa
predator memiliki cirri-ciri antara lain: ukuran tubuhnya lebih besar dari mangsa
predator membunuh, memakan, atau menghisap mangsanya dengan cepat, dan
biasanya predator memerlukan dan memakan banyak mangsa selama hidupnya.
Adapun karakteristik umum serangga predator yaitu:
Mengkonsumsi banyak individu mangsa selama hidupnya
Umumnya berukuran sebesar atau relative lebih besar daripada mangsanya
Menjadi pemangsa ketika sebagai larva/nimfa, dewasa (jantan dan betina),
atau keduanya
Pemangsa menyerang mangsa dari semua tahap perkembangan
Biasanya hidup bebas dan selalu bergerak
Mangsa biasanya dimangsa langsung
Biasanya bersifat generalis
Seringkali memiliki cara khusus untuk menangkap dan menaklukkan
mangsanya.
2.3.2 Parasitoid
Parasitoid Adalah serangga yang hidup sebagai parasit di dalam atau pada
tubuh serangga lain ( serangga inang ), dan membunuhnya secara pelan-pelan.
Parasitoid berguna karena membunuh serangga hama. Ada beberapa jenis tawon
(tabuhan) kecil sebagai parasitoid serangga hama . Parasitoid yang aktif adalah
stadia larva sedangkan imago hidup bebas bukan sebagai parasit dan hidupnya dari
nectar, embun madu, air dll (Tauruslina et al, 2015).
2.3.3 Patogen
Patogen adalah Mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi dan
menimbulkan penyakit terhadap OPT. Secara spesifik mikroorganisme yang dapat
menimbulkan penyakit pada serangga disebut entomopathogen, patogen berguna
karena mematikan banyak jenis serangga hama tanaman, seperti jamur, bakteri dan
virus. Patogen yang bisa mengendalikan hama dan penyakit disebut sebagai
Pestisida Mikroba (Tauruslina et al, 2015).
2.4 Hama dan Penyakit Penting pada Agroekosistem
Hama ini berkembang dari dari pantai hingga daerah pedalaman dengan
ketinggian 200 meter diatas permukaan laut, dengan curah hujan (kurang dari
200 mm) terjadi bulan October-November. Tanda-tanda hama ini dimulai
dengan melakukan invasi (terbangnya ribuan kupu-kupu kecil berwarna putih
pada sore dan malam hari) setelah 35 hari masa hujan. Kupu-kupu ini melakukan
terbang sekitar dua minggu, menuju daerah-daerah persemaian tanamaan padi.
Selanjutnya telur-telur (170-240 telur) diletakkan dibawah daun padi yang masih
muda dan akan menetes menjadi ulat perusak tanaman padi setelah seminggu.
Penyerangan ini dikenal dengan nama “Hama Sundep” dan “Hama Beluk”,
Perbedaan keduanya dilihat pada (Tabel 1)
Tabel 1. Perbedaan Hama Sundep dan Hama Beluk.
Hama Sundep Hama Beluk
Menyerang daun padi muda, menguning Menyerang titik tumbuh
dan mati. Walaupun batang padi bagian tanaman padi yang sedang
bawah masih hidup atau membentuk anak bunting sehingga buliarn padi
tanaman baru tapi pertumbuhan daun baru keluar, berguguran, gabah-
tidak terjadi. gabah kosong dan berwarna
Sumber: Kartasapoetra (1993). keabu-abuan.
Untuk membasmi hama-hama ini ditempuh cara-cara sebagai berikut:
a. Petani menyebarkan bibit-bibit tanaman padi di persemaian setelah
tahu jadwal invasi serangan ulat-ulat ini diperkirakan telahselesai.
b. Penanaman padi yang memiliki daya regenerasi yangtinggi.
c. Menghancurkan telur-telur S. innotata yang teradapt dilingkungan
persemaian dan membunuh larva-larva yang abrumenetas.
d. Melakukan tindakan preventif dengan penyemprotan persemaian
menggunakan insektisida yangresistensi.
e. Bibit-bibit tanaman padi yang akan disemai dicelupkan dalmherbisida.
f. Setelah invasi S. innotata dilakukan penyemprotan insektisida yang
mematikan telur danlarva.
g. Crop rotation (pergiliran tanaman), setelah penanaman padi batang atau
jeraminya harus dibenamkan kedalamtanah/lumpur.
h. Menarik perhatian S. innotata menggunakan perangkap jebak berwarna
atau lampupetromaks.
2. Ulat Penggerek (Scahunobiusbipunctifer)
Gangguan dan kerusakan pada tanaman padi gandu, terutama daerah
pegunungan, daya pengrusakannya tertuju pada bagian-bagian pucuk tanamaan
sehingga mematikan tanaman padi. Daur hidup mirip dengan S. innotata,
biasanya 30 hari tetapi tidak memiliki diapause sehingga meningkatkan kupu-
kupu betina (warna kuning muda) dan jantan (warna sawo matang) dengan
jumlah telur (150 butir) yang diletakkan di bagian bawah daun padi muda yang
ditutupi oleh lapisan bulu. Ulat akan menggerek batang padi yang muda menuju
titik tumbuh yang masih lunak. Pemberantasan dilakukan menggunakan
insektisida yang tidak tahan lama atau crop rotation (berselang-seling dengan
menanampalawija).
8. Ganjur (Pachydiplosisoryzae)
Berkembang di daerah persawahan RRC, India dan Asia Tenggara.
Menyerang tanaman padi yang penanamannya terlambat, sekitar bulan Februari
dan April. Menempatkan telur-telurnya pada kelopak daun padi, larva-larva
bergerak menuju dan memasuki batang-batang padi, daun-daun membentuk
kelongsong sehingga padi mati. Pembasmiannya dilakukan mengurangi
pengairan di sawah (padi jangan sampai terendam), menggunaakn lampu
petromaks, pembinasaan dan penyemprotan insektisida dengan dosis tepat
secara teratur (Tjoe TjienMo,1953).
Gejala Penyakit
Serangan cendawan P. oryzae Cav. Pada fase vegetatif
menyebabkan blas daun (leaf blast). Ciri-ciri gejala penyakit blas pada
daun adalah timbulnya bercak berbentuk belah ketupat dengan ujung yang
meruncing. Bercak yang sudah berkembang, bagian tepinya akan
berwarna coklat dan bagian tengahnya berwarna putih keabu-abuan.
Bercak tersebut akan terus meluas pada varietas tanaman padi yang rentan.
Bercak tersebut dikelilingi oleh warna kuning pucat (halo area), terutama
pada lingkungan yang kondusif seperti keadaan yang lembab (Prayudi,
2008).
Serangan cendawan P. oryzae Cav. pada fase generatif menyebabkan
gejala berupa busuk leher malai (neckblast). Ciri-ciri gejala serangan
penyakit blas pada leher malai adalah adanya bercak coklat pada cabang
malai dan bercak coklat pada kulit gabah.
Gambar2. Gejala penyakit blas leher (neckblast)
Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2009).
Lahan basah adalah wilayah-wilayah dimana tanahnya jenuh dengan air, baik
bersifat permanen (menetap) atau musiman. Wilayah-wilayah tersebut sebagian
atau seluruhnya terkadang digenangi oleh lapisan air yang dangkal. Rawa, payau
dan gambut digolongkan dalam lahan basah. Akan tetapi dalam pertanian dibatasi
agroekologinya sehingga lahan basah dapat didefinisikan sebagai lahan sawah.
Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik terus
menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Segala
macam jenis tanah dapat dijadikan sawah asalkan air cukup tersedia, selain itu padi
sawah juga ditemukan pada berbagai macam iklim yang jauh lebih beragam
dibandingkan dengan jenis tanaman lain (Hardjowigeno dkk, 2000).
Nilai lahan merupakan gabungan tiga parameter, yaitu fungsi yang dapat
dikerjakan, hasilan (product) yang dapat dibangkitkan, dan tanda pengenal
(attribute) berharga pada skala ekosistem yang dapat disajikan. Tiap lahan basah
tersusun atas sejumlah komponen fisik, kimia, dan biologi, seperti tanah, air,
spesies tumbuhan dan hewan, serta zat hara. Proses yang terjadi antar komponen
dan di dalam tiap komponen membuat lahan basah dapat mengerjakan fungsi-
fungsi tertentu, dapat membangkitkan hasilan, dan dapat memiliki tanda pengenal
khas pada skala ekosistem (Dugan, 1990).
Kesehatan tanah ialah integrasi dan optimasi sifat tanah (fisik, kimia, dan
biologi) yang bertujuan untuk peningkatan produktivitas dan kualitas tanah,
tanaman, dan lingkungan (Idowu, et al. 2008a,b, Gugino et al., 2007). Kelas
kesehatan tanah digolongkan atas dasar persentase skor total indikator tanah. Kelas
kesehatan tanah sebagai berikut: tanah Sangat Sehat (>85%), tanah Sehat (70-85%),
tanah Cukup Sehat (55-70%), tanah Kurang Sehat (40-55%), dan tanah Tidak Sehat
(<40%) (OSU, 2009). Penilaian kesehatan tanah dapat dilakukan pertama,
menggunakan sensor rasa, dan penciuman; ke dua, penilaian yang sistimatis; dan
ke tiga, penilaian yang kolaboratif.
Kualitas tanah merupakan kapasitas dari suatu tanah dalam suatu lahan untuk
menyediakan fungsi-fungsi yang dibutuhkan manusia atau ekosistem alami dalam
waktu yang lama. Fungsi tersebut merupakan kemampuannya untuk
mempertahankan pertumbuhan dan produktivitas tumbuhan serta hewan,
mempertahankan kualitas udara dan air atau mempertahankan kualitas lingkungan.
Tanah berkualitas akan menumbuhkan tanaman yang baik dan sehat (Plaster, 2003).
2.11 Indikator Kualitas dan Kesehatan Tanah
Indikator kelas kesehatan tanah merupakan tingkat dimana tanah dapat dinilai
berdasarkan sifat kualitatif maupun kuantitatifnya. Tujuan dari pengelompokan
kelas kesehatan tanah adalah sebagai penentuan strategi dalam pengelolaan lahan.
Menurut FAO (2000), terdapat 3 kriteria dan indikator kesehatan tanah di tingkat
plot, yaitu berhubungan dengan kegemburan tanah, ketersediaan hara dan keutuhan
matriks tanah (Tabel 1.)
No Kriteria Indikator Kualitatif Indikator Kuantitatif
1 Kegemburan tanah 1. Kepadatan tanah Bobot isi tanah,
porositas tanah,
infiltrasi tanah
2. Sebaran akar Kedalaman akar
efektif
3. Warna tanah terang Bahan organik tanah
dan kering rendah
4. Ketebalan seresah Berat masa seresah
5. Banyak kascing Populasi dan
biomasa cacing
2. Keseimbangan hara 6. Export P tahunan Perubahan stock hara
sebegai fraksi dari P
stock P yang ada
7. Kenampakan fisik Konsentrasi hara
tanaman, gejala
defisiensi/keracunan
3. Keutuhan matrix tanah 8. Erosi Kehilangan tanah,
penutupan
permukaan
9. Longsor tebing Kehilangan tanah
Tabel 1. Kriteria dan Indikator Kualitatif dan Kuantitatif
Pada lahan pertanian intensif, tingkat permukaan tanah cenderung lebih
terbuka dan lapisan seresah yang menipis. Hal ini yang menyebabkan tanah mudah
terkena erosi. Tanah menjadi padat, berwarna pucat karena kandungan bahan
organik tanah menurun diikuti penurunan populasi biota. Selain pemadatan tanah,
petani sering menggunakan indikator cacing tanah sebagai suatu ciri tanah yang
sehat. Petani menduga bahwa lahan dengan cacing tanah yang melimpah, akan
membuat tanah menjadi gembur sehingga tanah mudah diolah dan tanaman dapat
tumbuh dengan baik. Hal ini diperkuat dengan Jongmans (2003) kualitas pori
makro dan mikro tanah, tingkat kepadatan tanah dan dinamika bahan organik
ditentukan oleh aktivitas cacing tanah. Cacing tanah meninggalkan kotoran berupa
kascing dimana biasanya ditemukan di permukaan tanah.
Selain indikator pemadatan tanah dan keberadaan cacing dalam tanah, bahan
organik memegang peran penting dalam kesehatan tanah. Peran bahan organik
tanah adalah menyimpan serta melepaskan unsur hara bagi tanaman. Menurut
Handayanto (1999) dekomposisi bahan organik memiliki pengaruh langsung dan
tidak langsung terhadap kesuburan tanah. Pada pengaruh langsung yaitu melalui
mineralisasi yang melepaskan unsur hara. Sedangkan pengaruh tidak langsung
berupa penyangga unsur hara sehingga menjaga ketersediaan unsur hara di dalam
tanah.
Pada kualitas tanah, dapat diukur menggunakan indikator kualitas tanah
dimana pengukuran tersebut akan menghasilkan indeks kualitas tanah. Partoyo
(2005) menyatakan indikator kualitas tanah dipilih dari sifat-sifat yang
menunjukkan kapasitas dari fungsi tanah tersebut. Berdasarkan indikator kualitas
tanah, maka terdapat kriteria dari sifat-sifat tanah yang menunjukkan kualitas tanah
yang baik. Indikator tersebut adalah:
a. Berat Volume
Tanah yang mempunyai berat volume dengan nilai yang tinggi mencerminkan
tanah padat dan berat, serta terdapat banyak pori mikro. Menurut Mahyaranti
(2007) berat volume tanah berkisar antara 1,1-1,6 gram/cm3.
b. Berat Jenis Partikel
Bahan organik termasuk ringan jika dibandingkan dengan padatan mineral.
Adanya bahan organik dalam tanah akan mempengaruhi berat jenis tanah. Oleh
sebab itu, lapisan olah tanah memiliki berat jenis yang lebih rendah. Hanafiah
(2013) menyatakan bahwa berat jenis partikel untuk tanah mineral berkisar antara
2,6-2,7 gr/cm3.
c. Porositas
Porositas tanah dipengaruhi oleh 3 unsur, yaitu kandungan bahan organik,
struktur tanah dan tekstur tanah. Menurut Hanafiah (2013), tanah dengan struktur
granuler dan remah memiliki porositas yang lebih tinggi dibandingkan tanah
dengan struktur massive atau pejal. Semakin besar nilai porositas total tanah, maka
semakin porus tanah tersebut. Keadaan ini akan mengakibatkan kemudahan akar
dalam menembus tanah serta memudahkan air dan udara untuk bersirkulasi.
Namun, kondisi ini juga berpengaruh terhadap kelolosan air sebab memiliki pori
makro yang dominan sehiingga sukar menahan air.
d. Stabilitas Agregat
Perbaikan stabilitas agregat tanah dapat dilakukan dengan penambahan bahan
organik yang dapat mengikat partikel-partikel tanah. Berdasarkan Balai Besar
Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (2006) bahan organik yang mengikat partikel
tanah akan membentuk agregat yang lebih stabil.
III. METODOLOGI
a. Waktu, Tempat dan Deskripsi Lokasi Pengamatan Secara Umum
3.2.1 HPT
Alat
1. Kapas : Menyerap alcohol pada pembiusan serangga
2. Plastik : Tempat meletakkan serangga
3. Karet : Mengikat plastik
4. Sweepnet : Menangkap serangga yang terbang.
5. Pantrap : Tempat menjebak serangga
6. Yellow trap : Menangkap serangga yang terbang
7. Pitfall : Menjebak serangga di bawah tanah
Bahan
1. Alkohol : Membius serangga
2. Air : Membuat cairan sabun
3. Detergen : Melumpuhkan serangga
3.2.2 BP
Alat
1. Alat Perekam : Merekam wawancara dengan petani
2. Alat Tulis : Mencatat hasil wawancara
3. Kuisioner : Lembar wawancara
3.2.3 Tanah
Alat
1 Plastik : Tempat meletakkan sampel pengamatan
2 Ring sampel : Mengambil sampel tanah
3 Balok kayu : Untuk memukul ring sampel
4 Timbangan : Untuk menimbang sampel tanah
5 Botol semprot : Untuk tempat air
6 Labu ukur : Untuk menghomogenkan air dengan tanah
7 Ph meter : Untuk mengukur ph tanah
8 Fial film : Menghomogenkan tanah pada pengukuran ph
9 Handpenetrometer :
Bahan
1. Tanah : Bahan pengamatan
2. Aquades : Untuk menghomogenkan tanah
c. Cara Kerja
i. HPT
3.3.1.1 Pitfall
Menentukan
Menuangkan titik pengamatan
alkohol 70% di kapas
Mengambil sampel
Memasukkan kapas 20
ke rumpun padi
dalam plastik
Memberikan skoring
Memasukkan intensitas
serangga kedalampenyakit
plastik
Menghitung nilai
Mengidentifikasi intensitas
serangga penyakit
yang didapat
ii. BP
iii. Tanah
3.3.3.1 Fisika Tanah
Analisis Laboratorium
Berat Isi
Menimbang
Menimbang berat kaleng, berat 50gr
memasukkan labu tanah kedalam kaleng
Mengambil 20 gram
Menimbang berat sampel yangtanah
kaleng dan di oven
Memasukkan
Memasukkan kesampel tanahsuhu
dalam oven ke labu
110dan ditimbang
o selama 24 jam
Menambahkan
Mengeluarkan dari oven, ditimbangair
berat kering + kaleng
Handpenetrometer
3.3.3.2 Biologi Tanah
Pengujian laboratorium
Seresah
Understorey
Menimbang berat kering seresah dan mencatat hasil
Menimbang understorey
Kascing
Menimbang kascing
Menambahkan 10 ml aquades
3.4.1 HPT
Pengamatan aspek HPT meliputi pengamatan serangga yang diidentifikasi dan
dikelompokkan menjadi serangga hama, musuh alami dan serangga lain. Data
tersebut kemudian digunakan untuk menghitung kestabilan dengan segitiga
fiktorial. Sedangkan untuk pengamatan penyakit diamati dengan metode scoring
berdasarkan daun-daun yang menunjukkan gejala-gejala tertentu.
3.4.2 BP
Pengamatan aspek BP dilakukan dengan metode wawancara sesuai dengan
kriteria yang ada pada kuisioner. Informasi tersebut diinterpretasikan kemudian
digunakan sebagai analisa & pembahasan yang diarahkan pada aspek stabilitas atau
keberlanjutan. Selain itu, informasi tersebut juga digunakan sebagai arah
rekomendasi yang akan diberikan.
3.4.3 Tanah
Pengamatan aspek tanah untuk mengetahui kesuburan tanah secara garis besar
dikelompokkan menjadi 3 macam sifat tanah yaitu, fisika, biologi dan kimia tanah.
Pada aspek fisika tanah dilakukan pengambilan sampel tanah ring utuh untuk
mengetahui berat isi dan berat jenis tanah yang kemudian juga diperoleh nilai
porositas, dan juga pengambilan sampel agregat untuk analisa laboratorium.
Pengamatan aspek biologi berdasarkan 3 indikator meliputi, seresah, understorey,
dan kascing kemudian dibandingkan berdasarkan literatur yang relevan.
Pengamatan ini dilakukan pada 5 titik (4 sudut dan 1 di tengah) di satu petak lahan
menggunakan frame berukuran 50x50cm2 pada masing-masing titik. Sedangkan
pengamatan kimia tanah berdasarkan indikator ph, EC dan EH, yang dianalisa di
laboratorium menggunakan sampel komposit.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2.1 HPT
a. Data hasil pengamatan arthropoda
Jumlah Individu
35
30
25
20 Hama
15 Musuh Alami
10 Serangga Lain
5
0
1 2 3 4 5
Interpretasi???
b. Segitiga Fiktorial Hasil Pengamatan Arthropoda
Crop
SERANGGA
LAIN
Interpretasi???
Plant
Serangga
lain
Musuh
Hama
Alami
Interpretasi???
c. Data Hasil Perhitungan Intensitas Penyakit
4 Jarak Tanam 22 x 22 cm / 24 x 24 cm
5 Jumlah benih / ha 35 – 40 kg / ha
Jenis pupuk yang
digunakan
A. Pupuk organik - 1 kwintal
6
B. Pupuk P Za TSP 1,5 kwintal Za 1
C. Pupuk N Urea kwintal, Urea 3 kwintal
Phonska Phonska 1 kwintal
D. Pupuk K
7 Umur panen 140 140 hst
8 Cara Panen Digiling Digiling
9 Hasil panen per ha 7 ton
4.4 Rekomendasi
V. PENUTUP