Bersaksi, menanti dorongan yang tetap tersenyum bahkan
ketika aku membantah. Setiap hari jika masih tersisa waktu untuk bercengkrama, dia menghentakkan suaranya agar aku dapat lebih leluasa dalam berkata. Amarah gunung meletus justru menjadi biasa saja apabila mau disandingkan dengan gelora semangatnya mencapai cita- cita gemilang, merebut masa depan cemerlang.
Pesan berantai aku terima, keadaan perasaan penuh warna,
dia sedang mengirim sesuatu yang sebelumnya tak pernah aku duga, yakni cinta.
Banyak telunjuk yang diarahkan kepadaku,
mereka menuduh selikagus menipu, seakan-akan semua tindakan merupakan kebenaran, padahal tiap malam mereka terus bersitegang dengan kacaunya pikiran.
Ubah perangai, belajar santai, dia mengisi kekosongan hati, sesekali menggurui, dua sampai seratus kali.