You are on page 1of 31

PENGARUH PENAMBAHAN BIJI RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L)

SEBAGAI RANSUM TERHADAP BOBOT HATI DAN JANTUNG PADA


AYAM BROILER PERIODE STARTER

Usulan Penelitian untuk Skripsi

Program Studi

Pendidikan Biologi

Di ajukan oleh :

DAYU ZAIN NUR H. T

NPM.09320053

Kepada :

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA

DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

IKIP PGRI SEMARANG

2013
LEMBAR PERSETUJUAN

Kami selaku pembimbing I dan pembimbing II dari mahasiswa Progdi Pendidikan


biologi IKIP PGRI Semarang,
Nama : Dayu Zain Nur Hidayatuts Tsani
NPM : 09320053
Fakultas/Progdi : FPMIPA/PendidikanBiologi
Judul Proposal Skripsi : Pengaruh penambahan biji rambutan (Nephelium
lappaceum) sebagai ransum terhadap bobot hati
dan jantung ayam broiler periode starter.

Dengan ini menyatakan bahwa proposal skripsi yang dibuat oleh mahasiswa
tersebut telah dan siap dilanjutkan ke tahap selanjutnya.

Semarang, 2013
Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Mei Sulistyoningsih, M.S.i. Endah Rita S.Dewi.S.Si., M.Si.


NPP. 936701099 NPP.937001100

Mengetahui,
Dekan FPMIPA

Drs. Nizaruddin, M.Si.


NIP. 19680325 199403 1004
PROPOSAL SKRIPSI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman rambutan (Nephelium lappaceum) merupakan tanaman buah


hortikultural berupa pohon dengan famili Sapindacaeae.Tanaman buah tropis
ini dalam bahasa Inggrisnya disebut Hairy Fruit berasal dari
Indonesia.Hingga saat ini telah menyebar luar di daerah yang beriklim tropis
seperti Filipina dan negara-negara Amerika Latin dan ditemukan pula di
daratan yang mempunyai iklim sub-tropis (Anonim, 2008).
Tingginya tingkat konsumsi masyarakat terhadap buah rambutan
terutama pada musim rambutan, menyumbang begitu banyak sampah organik
seperti kulit dan biji buah rambutan.Pemanfaatan sampah organik merupakan
solusi pemecahan problematika sampah.Salah satu pemanfaatan sampah
organik sebagai eksplorasi potensi tanaman obat Indonesia adalah dengan
menggunakan biji buah rambutan sebagai alternatif pakan sebagai bahan
penyusun ransum mengingat harganya yang relatif murah. Biji rambutan
mengandung zat-zat yang diperlukan ayam broiler seperti berikut: protein,
lemak, dan karbohidrat.
Menurut Yani Sudaro (1997) pengertian ransum adalah bahan ransum
ternak yang telah diramu dan biasanya terdiri dari berbagai jenis bahan
ransum dengan komposisi tertentu.Penyusunan komposisi tidak bisa
sembarangan bila menginginkan hasil yang cepat dan nyata.Ransum ayam
umumnya terbuat dari bahan nabati dan hewani.Ransum ayam cenderung
diberikan dalam bentuk kering.Ransum ayam bisa diolah menjadi berbagai
bentuk.Ada yang berbentuk butiran, pellet dan ada pula yang berbentuk
tepung.Apalagi kalau ransum itu dibuat sendiri oleh peternak.Pemilihan
bentuk ini tidak lebih karena pertimbangan biaya dan skala usaha.
Sedangkan menurut Rusli (2010) ransum merupakan kumpulan bahan
makanan yang layak dimakan oleh ayam dan telah disusun mengikuti aturan
tertentu. Aturan itu meliputi nilai kebutuhan gizi bagi ayam dan nilai
kandungan gizi dari bahan makanan yang digunakan. Hewan memerlukan
nutrisi untuk memenuhi proses fisiologis dalam kehidupannya. Pemenuhan
nutrisi yang tepat baik secara kualitatif dan kuantitatif diperlukan untuk
meningkatkan hasil metabolisme yang dapat menunjang perkembangan dan
pertumbuhan hewan (Ichwan, 2003).
Broiler merupakan jenis ras unggul hasil persilangan yang dihasilkan
dari jantan strain Cornish dengan betina yang besar yaitu Plymouth Rocks
yang merupakan strain bertulang tinggi putih. Sektor perunggasan terutama
ayam ras pedaging masih menjadi prioritas utama untuk memenuhi
kebutuhan protein hewani manusia. Mengingat sifat-sifat unggulnya yaitu
tidak memerlukan tempat luas dalam pemeliharaan, bergizi tinggi,
pertumbuhan cepat dan efisien mengkonversikan makanan menjadi
daging sehingga cepat mencapai usia berat jual dengan bobot badan yang
tinggi. Tetapi mempunyai kecenderungan sifat perlemakan yang tinggi
pula, karena diikuti adanya gen pembentuk lemak.
Ayam broiler merupakan salah satu jenis unggas yang mampu tumbuh
dengan cepat dan dapat memanfaatkan pakan lebih efisien dibandingkan
dengan unggas lainnya. Pada jangka waktu yang relatif singkat yaitu umur
empat sampai enam minggu (Ade Irawan, 2004). Kondisi tersebut
menyebabkan ayam mampu mengkonsumsi ransum lebih banyak dan
kebutuhan energi cepat terpenuhi sehingga pertambahan bobot badan tinggi
dan akan menghasilkan bobot akhir serta karkas yang optimal dengan
penimbunan lemak abdominal yang relatif rendah. Persentase karkas terhadap
berat hidup biasanya meningkat sesuai dengan peningkatan berat hidup, tetapi
persentase non karkas menurun (Soeparno, 1992).
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti
lebih lanjut terkait dengan pengaruh penambahan biji rambutan (Nephelium
lappaceum) sebagai ransum terhadap bobot hati dan jantung ayam broiler
periode starter.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan


diatas adalah :
1. Bagaimana pengaruh penambahan biji rambutan sebagai ransum terhadap
bobot hati pada ayam broiler periode starter ?
2. Pada persentase berapa penambahan biji rambutan optimal sebagai
ransum terhadap bobot jantung pada ayam broiler periode starter ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang coba diajukan peneliti, maka peneliti
merumuskan tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan biji rambutan sebagai ransum
terhadap bobot hati ayam boiler periode starter yang dipelihara secara
intensif.
2. Untuk mengetahui pada persentase berapa penambahan biji rambutan
optimal sebagai ransum terhadap bobot jantung ayam broiler periode
starter yang dipelihara intensif.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat:
1. Dengan penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan, lingkungan, teknologi terutama dibidang peternakan ayam
broiler.
2. Mendapatkan informasi berkaitan dengan pengaruh penambahan biji
rambutan sebagai ransum terhadap bobot hati dan jantung pada ayam
broiler periode starter.
3. Hasil penelitian ini dapat sebagai bahan kajian untuk penelitian lanjutan
yang relevan, baik untuk jenis ungags lain maupun untuk suatu produk
tersendiri.

E. Definisi Istilah

Untuk menghindari terjadinya salah pengertian dan untuk memperjelas


penelitian ini maka diberikan pembatasan istilah sebagai berikut :
1. Hati
Organ yang mempunyai fungsi utama menetralisir kondisi asam pada
saluran pencernaan dan memulai penyerapan elamk dengan membentuk
emulsi. Hati terdiri dari dua lobi yaitu lobus kanan dan kiri (North dan Bell
(1990) dalam Kusmayadi (2004)).
2. Jantung
Organ otot yang mempunyai peranan penting di dalam peredaran darah
dan secara otomatis organ ini terbagi menjadi dua bilik yaitu bilik kanan
dan bilik kiri, dan dua ventrikel yaitu ventrikel kanan dan kiri yang
memungkinkan terjadinya peredaran darah secara efisien ke dalam paru
untuk melengkapi pergantian O2 dan CO2 untuk menyokong proses
metabolism (Akoso, 1998).
3. Konsumsi Pakan
Konsumsi adalah jumlah makanan yang terkonsumsi oleh hewan bila
diberikan secara ad libitum. Pakan adalah salah satu komponen penting
bagi pertumbuhan, karena hewan memerlukan nutrisi untuk memenuhi
proses fisiologis dalam kehidupannya. Pemenuhan nutrisi yang tepat baik
secara kualitatif dan kuantitatif diperlukan untuk meningkatkan hasil
metabolism yang dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan
hewan.
4. Ransum
Merupakan kumpulan bahan makanan yang layak dimakan oleh ayam dan
telah disusun mengikuti aturan tertentu (Rasyaf, 2007).
5. Ayam Broiler
Broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi
yang memiliki karakteristik ekonomis,dengan ciri khas pertumbuhan cepat
sebagai penghasil daging,konversi pakan irit,siap dipotong pada usia relatif
muda serta menghasilkan daging berkualitas serat lunak (Pratikno, 2010).
6. Periode Starter
Periode ini merupakan masa ketika anak ayam broiler sudah kuat untuk
hidup layak, yaitu sejak anak ayam berusia 1 hari – 4 minggu (Rasyaf,
2010).
7. Tanaman Rambutan
Tanaman rambutan (Nephelium lappaceum) merupakan tanaman buah
hortikultural berupa pohon dengan famili Sapindacaeae.
8. Penambahan Biji Rambutan
Biji rambutan yang sudah dikeringkan dan ditumbuk kemudian
dicampurkan kedalam pakan komersial.
II. TELAAH PUSTAKA
A. Landasan Teori

1. Profil Ayam Broiler


Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis
ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki
daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam.
Ayam broiler ini baru popular di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana
pemegang kekuasaan mencanangkan penggalakan konsumsi daging
ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Ayam
broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai
kelebihannya.Pemeliharaan yang relatif singkat, 5-6 minggu sudah bisa
di panen dan menguntungkan sehingga banyak peternak baru serta
peternak musiman yang bermunculan diberbagaiwilayah Indonesia (M.
Rasyaf, 1992).
Sedangkan menurtu Murtidjo (1992) broiler adalah istilah untuk
menyebutkan strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki
karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat,
konversi pakan yang baik dan dapat dipotong pada usia yang relatif muda
sehingga sirkulasi pemeliharaannya lebih cepat dan efisien serta
menghasilkan daging yang berkualitas baik.
Menurut Kartadisastra (1994) sesuai dengan tujuan
pemeliharaannya yaitu memproduksi daging sebanyak-banyaknya
dalam waktu singkat, maka jumlah pemebrian pakan tidak dibatasi (ad
libitum).Artinya, berapa saja jumlah pakan yang dapat dihabiskan,
itulah yang diberikan. Ayam pedaging selama masa pemeliharaannya,
mempunyai dua macam pakan yaitu broiler starter (sampai dengan
umur empat minggu) dan broiler finisher (untuk ayam potong dewasa
mulai umur lima minggu hingga dipanen).
Takson ayam broiler menurut Tawardi (2007) sebagai
berikut.

Gambar 1. Ayam Broiler

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Aves
Ordo : Galliformes
Family : Phasianidae
Genus : Gallus
Spesies : Gallus domesticus
Menurut Murtidjo (1987) broiler adalah istilah untuk
menyebutkan strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki
karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat,
konversi pakan yang baik dan dapat dipotong pada usia yang relatif
muda sehingga sirkulasi pemeliharaannya lebih cepat dan efisien serta
menghasilkan daging yang berkualitas baik.

2. Zat yang Dibutuhkan Ayam Broiler


Setiap makhluk hidup mempunyai spesifikasi tersendiri dalam
usaha memenuhi kebutuhan nutrisinya. Ayam membutuhkan lebih dari
40 komponen kimia spesifik untuk menunjang kehidupan, pertumbuhan
dan reproduksinya. Zat-zat yang terdapat dalam ransum dapat dibagi
menjadi enam golongan, yaitu protein, karbohidrat, vitamin, mineral ,
lemak dan air. Selain itu juga terdapat asam-asam amino yang berguna
untuk pertumbuhan ayam. Adapun jenis bahan ransum yang biasa
digunakan terbagi atas bahan nabati dan hewani, baik yang masih utuh
maupun berupa limbah (sisa olahan). Berikut diuraikan keenam jenis
zat yang terdapat dalam bahan ransum.
1. Protein dan Asam Amino
Protein merupakan sekumpulan asam amino yang sangat
penting utnuk menunjang pertumbuhan anak ayam pedaging.
Dengan demikian, protein dan asam amino merupakan sati
kesatuan utuh, baik dalam pemberian maupun
kebutuhannya.Kekurangan protein bisa menyebabkan pertumbuhan
anak ayam terganggu. Namun, meskipun jumlah protein yang
dibutuhkan ayam sudah sudah diketahui, belum tentu menjamin
anak ayam dan ayam broiler dapat tumbuh memuaskan tanpa
mengetahui kebutuhan asam amino (M. Rasyaf, 2010).
Asam amino digolongkan atas asam amino esensial dan
asam amino non-esensial. Asam amino esensial merupakan asam
amino yang tidak dapat disintesis oleh tubuh ungags. Asam amino
non-esensial ini sebagian kecil tidak dapat disintesis dalam waktu
yang cepat untuk pertumbuhan maksimal sehingga perlu
ditambahkan ke dalam ransum (Yani Sudaro, 1997).
Kebutuhan protein untuk ayam pedaging atau ayam broiler
lebih tinggi daripada kebutuhan protein ayam petelur.Perbedaan
tersebut didasarkan atas perbedaan dalam “tugas” hidup kedua
ayam tersebut. Anak ayam broiler membutuhkan protein untuk
mempercepat pertumbuhannya agar produksi dagingnya optimal
dan siap untuk dikonsumsi manusia, sedangkan anak ayam petelur
dan ayam petelur renaja tidak membutuhkan pertumbuhan secepat
ayam broiler karena kebutuhan protein hanya akan meningkat
ketika alat reproduksinya “masak” atau pada saat ayam siap
bertelur. Ditambahkan oleh Yani Sudaro (1997) bahwa untuk ayam
pedaging sekitar 64% dari protein yang dimakan disimpan untuk
pertumbuhan bulu, jaringan dan kebutuhan hidup pokoknya,
sedangkan untuk ayam petelur ada lebih kurang 55% dari protein
yang dimakan disimpan untuk pertumbuhan jaringan bulu dan
pergantian nitrogen endogen yang hilang setiap harinya.
2. Karbohidrat
Karbohidrat adalah senyawa organik karbon, hidrogen dan
oksigen yang terdiri atas satu molekul gula sederhana atau lebih
yang merupakan bahan ransum yang penting dan sumber
energy.Karbohidrat sebagian besar dalam biji, buah dan akar
tumbuhan.Zat ini digolongkan menjadi monosakarida, disakarida,
trisakarida, dan polisakarida (Yani Sudaro, 1997).
Fungsi utama karbohidrat dalam ransum ayam adalah untuk
memenuhi kebutuhan energy dan panas bagi semua proses-proses
tubuh.Ayam umumnya aktif dalam pergerakannya sehingga
membutuhkan energi secara terus-menerus (Yani Sudaro, 1997).
Selajutnya Yani Sudaro (1997) menambahkan bahwa
kebutuhan karbohidrat utnuk ayam berbeda-beda sesuai umur dan
jenisnya. Kebutuhan karbohidrat untuk masa awal pertumbuhan
ayam pedaging sebesar 3.200 kkal/kg, sedangkan untuk masa
remaja pada ayam petelur sebesar 3.000 kkal/kg. Kebutuhan untuk
masa remaja pada ayam pedaging sebesar 2.700 - 3.100 kkal/kg,
sedangkan ayam petelur sebesar 2.740 – 3.070 kkal/kg. Kebutuhan
untuk masa akhir ayam pedaging sebesar 2.860 – 3.410 kkal/kg,
sedangkan untuk ayam petelur 2.750 – 2.850 kkal/kg.
3. Vitamin
Vitamin merupakan komponen organic yang berperan
penting dalam metabolism tubuh.Walaupun ayam dalam jumlah
sedikit, vitamin tetap dibutuhkan oleh ayam dan berperan cukup
besar. Jika vitamin tidak ada dalam ransum, gejala kekurangan
vitamin akan tampak. Daya tahan tubuh ayam terhadap penyakit
akan lemah dan penyakit mudah masuk ke dalam tubuh. Dalam
kondisi demikian, kematian ayam lebih mudah terjadi (M. Rasyaf,
2010).
Vitamin yang dibutuhkan oleh ayam ada 14 jenis yang
digolongkan menjad dua kelompok, yaitu vitamin yang larut dalam
air dan vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam
air adalah B1, B2, B6, B12, niasin, asam pantotenat, biotin, kholin,
asam folik dan vitamin C. Sementara vitamin yang larut dalam
lemak adalah vitamin A, D, E, dan K(Yani Sudaro, 1997).
4. Mineral
Mineral tidak kalah pentingnya dengan vitamin dan unsur
gizi lainnya. Mineral dibutuhkan relatif kecil tetapi peranannya
penting sekali. Mineral dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang-
tulang, terutama pada ayam broiler masa awal. Mineral-mineral
utama yang paling dibutuhkan adalah kalsium (Ca), fosfor (P),
sodium, potasium, magnesium dan klorin. Sedangkan mineral-
mineral lainnya yang juga dibutuhkan adalah besi, mangan, copper,
molibalin, zinc, dan selenium (M. Rasyaf, 2010).
Mineral tidak dibuat oleh tubuh ayam. Oleh karenanya,
mineral harus disediakan dalam ransum, terutama mineral makro.
Kalsium dan fosfor merupakan mineral yang sangat dibutuhkan
dalam pembentukan tulang. Natrium dan kalium diperlukan untuk
mengatur keseimbangan asam basa dan keseimbangan ion. Klor
diperlukan untuk produksi hidroklosik. Sementara mineral mikro
diperlukan dalam jumlah kecil, tetapi sama pentingnya dengan
mineral makro. Zat ini berfungsi sebagai bagian dari enzim utnuk
mengatur proses-proses tubuh (Yani Sudaro, 1997).
5. Lemak
Lemak terdiri dari unsur-unsur kimiawi seperti yang terdapat
dalam karbohidrat. Lemak mudah dicerna oleh hewan dan sangat
dibutuhkan oleh ungags setelah karbohidrat. Formula empiris
lemak adalah C57H12O6.Hal ini menunjukkan bahwa lemak
mempunyai atom karbon dan hidrogen yang lebih banyak
dibanding atom oksigen. Kelebihan dari kedua atom tadi dapat
dibakar untuk menghasilkan CO2 dan H2O. Dengan demikian,
nilai energi lemak lebih tinggi daripada nilai energi glukosa atau
karbohidrat lainnya dalam berat yang sama (Yani Sudaro, 1997).
Penggunaan lemak dalam ransum ungags bertujuan untuk
hal-hal berikut.
a. Nilai energi makanan meningkat, terlebih jika bahan ransum
yang digunakan berupa biji-bijian.
b. Debu-debu ransum dapat hilang dan penampilan bentuk ransum
menjadi lebih menarik.
c. Nilai kalori ransum meningkat.
d. Pemakaian ransumdapat dihemat sehinnga kuantitas
pemakaiannya berkurang.
e. Ketidaklengkapan atau ketidakcukupan kandungan energi pada
ransum yang berasal dari bahan-bahan berkualitas rendah
mampu ditutupi.
(Yani Sudaro, 1997).
6. Air
Air merupakan unsur gizi yang paling dibutuhkan oleh semua
makhluk hidup, mulai dari yang terendah hingga tertinggi, tidak
terkecuali ayam broiler.Salah satu sifat ayam broiler adalah senang
minum sehingga bila tidak ada air, dalam waktu hanya beberapa
jam saja, ayam broiler bisa mati.Hal ini tidak berlaku bila ayam
broiler kekurangan makanan, jika tidak ada tetapi air tetap tersedia,
ayam masih dapat bertahan hidup dari 10 hari (M. Rasyaf, 2010).
Kebutuhan air minum tergantung pada temperatur kandang
dan aktivitas ayam.Iklim Indonesia yang panas menyebabkan
kebutuhan air minum ayam broiler menjadi lebih besar daripada
yang di tempat yang bertemperatur lebih dingin (M. Rasyaf, 2010).

3. Ransum Ayam Broiler


Pakan merupakan 70% biaya pemeliharaan ayam pedaging
sehingga besarnya biaya produksi bergantung pada efisiensi
penggunaan ransum atau pakan.Ransum merupakan kumpulan bahan
makanan yang layak dimakan oleh ayam dan telah disusun mengikuti
aturan tertentu.Aturan itu meliputi nilai kebutuhan gizi bagi ayam dan
nilai kandungan gizi yang ada di dalam bahan makanan yang digunakan
dengan nilai gizi yang dibutuhkan ayam dinamakan teknik penyusunan
ransum (Rusli, 2010).
Menurut Kartadisastra (1994) faktor pakan merupakan faktor
yang paling banyak menyerap biaya dalam peternakan unggas yaitu
sekitar 60-70% dari total biaya produksi. Pakanalternatif merupakan
salah satu cara mengurangi biaya produksi, yaitu dicari pakan
yangmemenuhi nilai gizi, murah, mudah didapat, dan tidak bersaing
dengan kebutuhan manusia.
Pemberian ransum bertujuan utuk menjamin pertumbuhan berat
badan dan menjamin produksi telur atau daging agar menguntungkan.
Tujuan ini hanya dapat tercapai bila peternak memahami prinsip-prinsip
dasar tentang ransum. Jenis bahan ransum dan kandungan gizinya harus
diketahui untuk mendapatkan formula ransum yang tepat (Yani Sudaro,
1997).
Kemampuan ayam broiler mengubah ransum menjadi bobot hidup
jauh lebih cepat dibandingkan dengan ayam kampung.Bahkan
kemampuannya menyamai ternak poikilothermik seperti ikan emas. Nilai
konversi makanannya sewaktu dipanen sekarang ini sudah mencapai nilai
dibawah 2. Nilai ini berarti bahwa jika mortalitas normal sekelompok
ayam broiler hanya memerlukan ransum kurang dari 2 untuk menghasilkan
1 kg bobot hidup (Amrullah, 2003).
Konversi ransum (Feed Converse Ratio) adalah perbandingan
jumlah konsumsi ransum pada satu minggu dengan pertambahan bobot
badan yang dicapai pada minggu itu, bila rasio kecil berarti pertambahan
bobot badan yang dicapai satu minggu itu, bila rasio kecil berarti
pertambahan bobot badan ayam memuaskan atau ayam makan dengan
efisien. Hal ini dipengaruhi oleh besar ayam dan bangsa ayam, tahap
produksi, kadar energy dalam ransum dan temperatur lingkungan (Rasyaf,
2002).

4. Pertumbuhan Ayam Broiler


Menurut Anggorodi (1985) pertumbuhan dapat didefinisikan
sebagai pertumbuhan jumlah atau ukuran sel, bentuk dan berat jaringan-
jaringan tubuh seperti tulang, urat daging, jantuk, otak serta semua
jaringan tubuh lainnya kecuali jaringan lemak dan pertumbuhan terjadi
dengan cara yang teratur. Sedangkan menurut AAK (1986)
Pertumbuhan adalah perubahan bobot badan, organ-organ dalam tubuh,
tulang dan bertambahnya urat daging serta terjadi perubahan bentuk dan
ukuran-ukuran tubuh ternak.
Pertumbuhan ayam broiler pada saat masih bibit tidak selalu
sama, ada bibit yang pada masa awalnya tumbuh dengan cepat, tetapi di
masa akhir biasa-biasa saja, atau sebaliknya. Keunggulan ayam broiler
akan terbentuk bila didukung oleh lingkungan karena sifat genetis saja
tidak menjamin keunggulan bisa terlihat. Hal-hal yang bisa mendukung
keunggulan ayam broiler menurut Rasyaf (2010) antara lain sebagai
berikut.
1. Makanan
Makanan yang dimaksud adalah menyangkut kualitas dan
kuantitasnya. Pertumbuhan yang sangat cepat tidak akan tampak bila
tidak didukung dengan ransum yang mengandung protein dan asam
amino yang seimbang sesuai kebutuhan ayam.
2. Temperatur Lingkungan
Ayam broiler akan tumbuh optimal pada temperature
lingkungan 19 – 21 °C. Bila temperature lingkungan terlalu panas,
bisa membuat ayam lebih memilih untuk banyak minum daripada
makan karena utuk mengurangi beban panas.
3. Pemeliharaan
Bibit yang baik tentunya membutuhkan pemeliharaan dan
perawatan yang baik pula.Perawatan ini mencakup vaksinansi yang
baik dan benar.Seringkali peternak melakukan kelalaian dalam
pemberian vaksinasi, misalnya menggunakan vaksin yang telah
kadarluarsa.Hal ini tentu saja bisa berakibat vatal, yakni bisa
mengakibatkan kematian pada ayam (M. Rasyaf, 2010).

5. Non karkas
Non karkas ternak adalah hasil pemotongan ternak yang terdiri
dari kepala, kulit, organ-organ internal, kaki bagian bawah dari sendi
karpal an kaki depan, sendi tarsal atau kaki bagian belakang. Hasil
pemotongan ternak yaitu karkas dan non karkas dapat dimanfaatkan
untuk berbagai tujuan. Karkas merupakan hasil utama pemotongan
ternak dan mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi daripada non
karkas (Soeparno, 1994). Bagian tubuh non karkas dibagi menjadi dua,
yaitu organ internal dan eksternal. Organ internal terdiri dari isi rongga
dada (kecuali ginjal dan paru-paru), esophagus, trachea dan organ
genetalia. Organ eksternal terdiri dari darah, kepala, kulit, ekor dan kaki
(Rosyidi, 2000 dalam Narakati 2005). Bagian non karkas atau yang
lazim disebut offal terdiri dari bagian yang layak dimakan dan bagian
yang tidak layal dimakan. Komponen-komponen yang tidak dimakan
dapat diproses dan dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai
ekonomi yang cukup tinggi. Di Indonesia, jerohan ternak banyak
dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Jerohan mengandung gizi cukup
tinggi dan harganya lebih murah daripada daging (Soeparno, 1994).

a. Hati
North dan Bell (1990) dalam Kusmayadi (2004)
menyatakan bahwa hati terdiri dari dual obi yaitu lobus kanan dan
kiri dan mempunyai fungi utama yaitu menetralisir kondisi ayam
pada saluran pencernaan dan memulai penyerapan lemak denga
membentuk emulsinya. Ditambahlan oleh Akoso (1998) bahwa hati
berfungsi menyaring darah dan menyimpan glikogen yang di
bagikan ke seluruh tubuh melalui aliran darah, selain itu hati adalah
penghasil caiaran empedu yang tersimpan di kantung empedu yang
terletak di lobus kanan hati yang membantu proses penyerapan
lemak oleh usus halus. Lobus kiri hati tidak memiliki kantung
empedu tetapi membentuk saluran yang langsung menuju usus.
Nickel et al. (1977) dikutip oleh Kusmayadi (2004) bahwa
ukuran bobot, konsistensi dan warna hati tergantung pada bangsa ,
umur dan status individu ternak. Menurut Plavnik dan Hurwitz
(1982) dalam Kusmayadi (2004), persentase hati terhadap bobot
potong tidak dipengaruhi oleh perbedaan bangsa dan jenis kelamin,
tetapi dipengaruhi oleh umur, yaitu persentase hati akan menurun
dengan bertambahnya umur.
b. Jantung
Jantung adalah organ otot yang memegang peranan penting
didalam perdaran darah dan secara otomatis organ ini terbagi
menjadi dua bilik yaitu bilik kanan dan bilik kiri, dan dua ventrikel
yaitu ventrikel kanan dan kiri yang memungkinkan terjadinya
peredaran darah secara efisien ke dalam paru untuk melengkapi
pergantian O2 dan CO2 untuk menyokong proses metabolism
(Akoso, 1998).
Resang (1984) dalam Kusmayadi (2004) menyatakan
bahwa pembesaran ukuran jantung disebabkan karena adanya
penambahan jaringan otot jantung akibat penyesuaian diri terhadap
kontraksi jantung yang berlebihan atau kelelahan. Sementara itu
menurut Boa Amponsem et al. (1991) dalam Kusmayadi (2004).
Bobot relatif jantung terhadap bobot potong dipengaruhi oleh umur,
genotif, serta pola pemberian pakan, tetapi semakin bertambah
umur ayam akan menyebabkan bobot relative jantung semakin
kecil. Ditambahkan oleh Arief (2000) bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi laju jantung adalah temperature lingkungan
sedangkan menurut Prasetyo (2003), berat jantung diakibatkan oleh
kerja jantung yang terlalu keras atau ayam dalam keadaan sakit
karena adanya kandungan logam berat dalam ransum.

6. Profil Tanaman Rambutan


Tanaman rambutan (Nephelium lappaceum) merupakan tanaman
buah hortikultural berupa pohon dengan famili Sapindacaeae. Tanaman
buah tropis ini dalam bahasa Inggrisnya disebut Hairy Fruit berasal dari
Indonesia. Hingga saat ini telah menyebar luar di daerah yang beriklim
tropis seperti Filipina dan negara-negara Amerika Latin dan ditemukan
pula di daratan yang mempunyai iklim sub-tropis (Anonim, 2008).
Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman rambutan
diklasifikasikan sebagai berikut.

Gambar 2. Tanaman Rambutan

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyte (tumbuhan berbiji)

Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)

Ordo : Sapindales

Famili : Sapindaceae

Genus : Nephellium

Spesies :Nephellium lappaceum Linn.

(Rahmat & Yuyun. 2002)

1. Morfologi

Kerabat dekat rambutan antara lain kepulasan (N. mutabile


BI.) dan leci (N. litchi Camb. = Litchi chinensis Sonn.). Rambutan
merupakan tanaman tahunan (perennial). Secara alami, pohon
rambutan dapat mencapai ketinggian 25 m atau lebih, namun bila
dibudidayakan pada umumnya hanya dapat mencapai ketinggian 5
m - 9 m. Habitus tanaman berbentuk seperti payung, dengan tajuk
pohon antara 5 m – 10 m, dan memiliki sistem perakaran yang
cukup dalam.

Batang : Berkayu keras, berbentuk gilig, tumbuh tegak


(kokoh), dan berwarna kecoklat-coklatan sampai putih kecoklatan.

Daun : Bulat panjang dengan ujung tumpul atau meruncing


dan umumnya berwarna hijau tua sampai hijau muda.

Bunga : Muncul dari ketiak daun atau di ujung cabang,


tersusun dalam malai (tandan). Berukuran kecil, berwarna agak
kekuning-kuningan dan bertangkai pendek.

Buah : Bulat agak lonjong ataupun lonjong bahkan kadang-


kadang pipih. Berat per buah antara 33,80 g – 68,15 g.

Kulit buah : Terdapat rambut dengan ukuran, struktur, dan


warna yang bervariasi.

Daging buah : Berwarna putih, memiliki rasa manis berair


dan agak berair sampai manis agak kering serta kadang-kadang
agak harum.

Biji buah : Bulat sampai bulat panjang atau lonjong,


kadang-kadang agak bengkok pada bagian ujungnya. Berat biji
berkisar antara 1,0 g – 2,6 g (Rahmat & Yuyun, 2002).

2. Kandungan Kimia
Buah mengandung karbohidrat, protein, lemak, fosfor, besi,
kalsium dan vitamin c. Kulit buah mengandung tanin dan
saponin.Biji mengandung lemak dan polifenol.Daun mengandung
tanin dan saponin.Kulit batang mengandung tanin, saponin,
flavonoid, pectic substances, dan zat besi (Setiawan. 2003).
Menurut M. Mohibbe Azam et al. (2005), biji rambutan
memilikikandungan asam palmitat sebesar 2.0 %, asam stearat 13.8
%, asamarakhidat, 34.7%; asam oleat, 45.3%; dan ericosenoic acid
sebesar 4.2%.

B. Kerangka Berpikir
Untuk dapat lebih jelas dalam mengikuti alur penelitian akan disajikan dalam
bagan pada gambar berikut ini :

Pakan (Penambahan Biji Rambutan)


Penyangraian:
Penghilangan Kadar
Air dan Rasa Pahit
Pemenuhan Nutrisi

Metabolisme

Pertumbuhan Ayam Meningkat

Bobot Non Karkas


Meningkat
(Jantung dan Hati)

Bagan 1.Kerangka Berpikir Pemberian Biji Rambutan terhadap

Bobot Non Karkas

C. Paradigma Penelitian

Tenik pemeliharaan ayam broiler yang tidak sesuai prosedur (good


farming) memiliki tingkat produksi ayam yang rendah, dapat dilihat dari
performans ayam lebih kurus dan potensi kematian yang lebih tinggi serta
produksi daging yang lebih rendah daripada pemeliharaan dengan system
intensif. Performans ayam yang kurus mempengaruhi langsung bobot ayam
yang juga akan mempengaruhi bobot non karkas ayam. Dengan perlakuan
penambahan biji rambutan pada ransum dalam pemeliharaan sistem intensif
yang merupakan faktor metabolisme yang sangat erat kaitannya dengan
pertumbuhan ayam dan kualitas daging. Pemberian ransum yang memenuhi
nutrisi akan mempermudah berbagai langkah metabolisme melalui kegiatan
makan dan pencernaan.

Pengukuran bobot badan yang didalamnya termasuk bobot non


karkas (jantung dan hati) akan semakin baik jika hasilnya sebagian besar
seragam. Faktor awal pemberian ransum berpengaruh sangat nyata erhadap
pertambahan bobot badan harian ayam periode starter. Pemberian pakan pada
anak ayam yang sedini mungkin akan meningkatkan metabolisme dan
mempercepat pertumbuhan organ-organ pencernaan. Pemberian pakan awal
akan merangsang perkembangan usus (Wijaya (1999) dikutip oleh Fitriani
(2012)). Kualitas ransum menentukan tingkat produksi. Penyusunan ransum
perlu memperhatikan kandungan zat-zat makanan terutama imbangan energi
ransum harus disusun sesuai kebutuhan. Pada ransum denga kandungan
protein tinggi kebutuhan energi lebih cepat terpenuhi, sehingga pertambahan
bobot badan tinggi dan akan menghasilkan bobot hati dan jantung yang
optimal.

D. Hipotesis

Hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

Ha : ada pengaruh penambahan biji rambutan sebagai ransum terhadap


hati dan jantung pada ayam broiler periode starter.
Ho : tidak ada pengaruh penambahan biji rambutan sebagai ransum
terhadap hati dan jantung pada ayam broiler periode starter.

Kriteria Pengujian :

1. Jika F hitung < F tabel Perbedaan yang diamati tidak


signifikan Ho diterima dan Ha ditolak

2. Jika F hitung ≥ F table Perbedaan yang diamati signifikan


Ho ditolak dan Ha diterima

III. METODE PENELITIAN

A. Subjek
Materi penelitian yang diamati adalah DOC ayam broiler 102 ekor dengan
kriteria jenis kelamin “unsex” pada pemeliharaan intensif menggunakan
kandang beralaskan litter (sekam padi, padir, kapur) hingga ayam
berumnur 3 minggu.
Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di Mranggen di desa Kangkung Senggrang
Rt.05/ Rw.03 rumah saudari Siti Ni’matussa’adah
2. Waktu penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Maret 2013 sampai April
2013

B. Bahan yang digunakan


a. Ayam broiler yang dibeli dari pembibit 1 box berisi 100 ekor, dengan
toleransi 2 ekor
b. Biji rambutan yang sudah di oven kering dan ditumbuk selanjutnya
dibuat sebagai campuran pakan ayam broiler
c. Vaksin : ND, Gumboro, AI
d. Vitamin
e. Obat stress
f. Rodalon
C. Alat yang digunakan
a. Kandang 4 buah dengan 4 kali pengulangan
b. Timbangan digital untuk menimbang pakan dengan ketelitian 1 gram
c. Timbangan digital untuk menimbang organ dalam dengan ketelitian 1
gram
d. Tempat pakan dan minum sebanyak 16 buah
e. Lampu untuk penghangat dan penerangan
f. Thermometer
g. Thermostat
h. Wadah tempat minum ukuran 1L dan tempat pakan ayam
i. Alat kebersihan
j. Sendok ransum untuk mengambil pakan
k. Sprayer

D. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Bebas (Independen)
Variabel bebas dalam penelitian ini berupa tepung biji rambutan
dengan konsentrasi 0%; 2,5%; 5%; 7,5%
2. Variabel Tergantung (Dependen)
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah bobot hati dan jantung
ayam broiler periode starter
3. Variabel Kendali
Variabel kendali dalam penelitian ini yaitu jumlah ransum diberikan
secara ad libitum, manajemen kesehatan, jenis ayam dan umur ayam

E. Desain Eksperimen

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan


Acak Lengkap (RAL), yaitu suatu rancangan yang seragam (homogen)
yang tidak memberikan pengaruh terhadap respon yang diamati. Hewan
percobaan Ayam broiler dibagi secara acak menjadi 4 kelompok perlakuan
dengan 4 kali ulangan.
Untuk menentukan unit perlakuan dan ulangan dilakukan dengan
menggunakan tabal bilangan teracak. Pengacakan ini dilakukan sebelum
percobaan dimulai. Denah percobaan/ lay out adalah sebagai berikut:
P3 U1 P4 U1 P3 U3 P4 U3

P1 U1 P2 U1 P1 U3 P2 U3

P1 U2 P2 U2 P1 U4 P2 U4

P3 U2 P4 U2 P3 U4 P4 U4

Tabel 1. Denah Rancangan Acak Lengkap


Keterangan:
Huruf U1 – U4 : Ulangan 1 - 4
Huruf P : Perlakuan
P1 : berupa pakan ayam kosentrat 100% dengan campuran tepung
biji rambutan dengan konsentrasi 0%
P2 : berupa pakan ayam kosentrat 97,5% dengan campuran tepung
biji rambutan dengan konsentrasi 2,5%
P3 : berupa pakan ayam kosentrat 95% dengan campuran tepung biji
rambutan dengan konsentrasi 5%
P4 : berupa pakan ayam kosentrat 92,5% dengan campuran tepung
biji rambutan dengan konsentrasi 7,5%

F. Prosedur/ Cara Kerja


1. Tahap Persiapan
a. Menyiapkan lahan tempat pemeliharaan ayam
Menyiapkan lahan dengan ukuran paling minimal panjang 5m dan
lebar 4m. Mensterilkan lahan kandang dengan menyemprotkan
campuran cairan rodalon pada seluruh lahan, petak kandang dan
peralatan. Tiap kandang dilengkapi lampu 100 watt selama 5 jam
sebelum ayam datang, serta thermostat dan thermometer untuk
mengetahui suhu lingkungan dan kelembaban.
b. Menyiapkan pakan biji rambutan
Biji rambutan yang akan digunakan sebagai ransum harus melewati
pengolahna, yaitu :
1) Mencuci biji rambutan sampai bersih
2) Menjemur biji rambutan sampai kering
3) Menyangrai biji rambutan dibawah suhu 40°C
4) Menumbuk atau menghaluskan biji rambutan kurang lebih
sebesar pellet (scramble)
c. Menyiapkan subjek yaitu bibit ayam broiler
Bibit ayambroiler yang digunakan adalah ayam broiler umur
starter yaitu berumur 1 hari (DOC) dengan ciri-ciri sehat dan baik.

2. Tahap Pelaksanaan
Pengaturan konsumsi pakan ini bertujuan agar pakan yang diberikan
dapat efisien sehingga perlu disesuaikan dengan umur ayam. Berikut
ini tabel konsumsi ayam berdasarkan umur ayam per ekor dalam setiap
minggunya, dinyatakan dalam satuan gram.
Tabel 2. Konsumsi pakan ayam berdasarkan Umur
Umur Ayam Pakan (gram/ ekor/ hari)
1 – 7 hari (minggu I) 13
8 – 14 hari (minggu II) 33
15 – 21 hari (minggu III) 48
22 – 28 hari (minggu IV) 65
29 – 35 hari (minggu V) 88
Sumber : Rasyaf (1987)

G. Teknik Observasi dan Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
a. Pengambilan data yang dilakukan pada minggu ke- 3 periode
starter dengan setiap kombinasi perlakuan 4 ulangan. Jadi pada
pemotongan ada 16 ekor ayam yang dipotong untuk diambil
datanya. Data yang diambil meliputi bobot hati dan bobot
jantung.
b. Cara pengukuran bobot hati
Ayam yang sudah dipotong, diambil jeroannya pada rongga perut,
kemudian pisahkan hati dari bagian-bagian organ dalam lainnya
serta lemak yang menempel pada hati juga dihilangkan. Kemudian
hati ditimbang dengan timbangan digital dengan tingkat ketelitian
0,001 gram.
c. Cara pengukuran bobot jantung
Ayam yang sudah dipotong, diambil jeroannya pada rongga perut,
kemudian pisahkan jantung dari bagian-bagian organ dalam
lainnya serta lemak yang menempel pada hati juga dihilangkan.
Kemudian jantung ditimbang dengan timbangan digital dengan
tingkat ketelitian 0,001 gram.

H. Analisis dan Interpretasi Data


1. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan pada parameter Bobot hati dan Bobot jantung
ayam broiler pada penelitian ini menggunakan RAL, dengan model
linier aditifnya adalah :
Yij = µ + α i + ε ij
(Sumber : Gaspersz, 1991)
Dimana :
µ = nilai tengah populasi
ε = galat percobaan
i = perbedaan pemberian pakan (1, 2, 3, 4)
j = ulangan (1, 2 , 3, 4)

Hipotesis statistik
Ho : α1 = α2 = α3 = 0
Tidak ada perbedaan nyata pemberian dosis pakan terhadap bobot hati
dan jantung ayam broiler.
Ha : paling sedikit ada satu α ≠ 0
Ada perbedaan nyata pemberian dosis pakan terhadap bobot hati dan
jantung ayam broiler.

2. Analisis Statistik
Dari data pengamatan dan perhitungan tentang bobot hati dan jantung
ayam broiler pada pemeliharaan itensif diberbagai dosis pakan
scramble biji ramburan, maka dapat dimasukkan dalam tabel berikut :

Tabel 3. Data bobot hati ayam broiler pada pemberian ransum biji
rambutan dengan menggunakan empat ulangan.
Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan
1 2 3 4 Perlakuan (T) Perlakuan
P1
P2
P3
P4
Jumlah Umum (G)
Rataan Umum

Tabel 4. Data bobot jantung ayam broiler pada pemberian ransum biji
rambutan dengan menggunakan empat ulangan.
Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan
1 2 3 4 Perlakuan (T) Perlakuan
P1
P2
P3
P4
Jumlah Umum (G)
Rataan Umum

Data tersebut kemudian dianalisis dengan analisis sidik ragam


(analisis varians) untuk data percobaan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan banyaknya ulangan yang sama akan dijelaskan sebagai
berikut :
Tabel 1.1 Analisis Varians dari RAL (Rancangan Acak Lengkap)
F Tabel
Sk Db Jk KT FH
5% 1%
Perlakuan t-1 JKP
Galat (rt-1) (t-1) JKG
Total rt-1 JKP+JKG
Keterangan :
t : Banyaknya perlakuan
r : Banyaknya ulangan
Sk : Sumber keragaman
Jk :Jumlah kuadrat
KT :Kuadrat tengah
JKP :Jumlah kuadrat perlakuan
Db :Derajat bebas
n :Jumlah pengulangan
FH :Fhitung

Untuk menghitung :

a. Faktor koreksi (FK) =


b. Untuk menghitung jumlah kuadrat (JK)
JK Umum

JK perlakuan = F.K
JK Galat = JK umum – JK perlakuan
Dimana : Xi : Pengukuran
n : Banyaknya peta percobaan
Ti : Jumlah perlakuan
G = ∑x
c. Untuk menghiting Kuadrat Tengan (KT)

KT Perlakuan =

KT Galat =

d. Untuk menghitung F (beda uji nyata perbedaan perlakuan)


Nilai F diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

F =

Untuk menerima tau menolak hipotesis penelitian dengan kriteria


sebagai berikut :
Jika nilai Fhitung> Ftabel pada teraf nyata 5% atau 1% dinyatakan berbeda
sangat nyata signifikan, berarti H0 ditolak HA diterima. Bila hasil uji F
tersebut dinyatakan beda nyata (signifikan), maka perlu dilakuakan pengujian
selanjutnya yaitu UJI Jarak Ganda Duncan (UJGD) dengan rumus :

Rp =

Dimana sd =

Rp : Nilai t pada tabel


sd : Galat baku perbedaan rataan
s2 : Ragam kuadrat tengan (KT)
r : Ulangan
t : Banyaknya perlakuan
p : Jarak

JADWAL PENELITIAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Daftar Pustaka

AAK. 1986. Beternak Ayam Pedaging. Yogyakarta : Kanisius


Akoro, B. T. 1998. Kesehatan Unggas. Yogyakart a: Kanisius
Anonim. 2008. Budidaya Pertanian Rambutan (Nephelium sp)
www.warintek.ristek.go.id/pertanian/rambutan.pdf diakses tanggal
30 Januari 2013

Dalimartha, Setiawan, Dr. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3. 2003.


Jakarta: Puspa Sehat

Gaspersz, V. 1991.Metode PerancanganPercobaan. Penerbit Armico. Bandung.


Ichwan, W. M. 2003. Membuat Pakan Ayam Ras Pedaging. Jakarta : Agro
Media Pustaka
Irwan. K, Ade. 2004. Jurnal Skripsi Persentase Karkas, Giblet, Lemak
Abdomen dan Kualitas Karkas Ayam Broiler Grade A dan B.
Bogor : Institut Pertanian Bogor
Kartadisastra, H. R. 1994. Pengelolaan Pakan Ayam. Yogyakarta :
Kanisius
Kusmayadi, Ai. 2004. Pengaruh Pemberian Tetrasiklin dan Kopi dalam
Ransum Berenergi Metabolis 2.600 KKal/kg terhadap Persentase
Karkas, Potongan Komersial, dan Organ Dalam Ayam Kampung.
Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor : Bogor.
M. Mohibbe Azam, Amtul Waris, N.M. Nahar. 2005. Prospects and potential
offatty acid methyl esters of some non-traditional seed oils for use
asbiodiesel in India. Biomass and Bioenergy 29 (2005) 293–302
Murtidjo, B. A. 1987. Pedoman Meramu Pada Unggas. Yogyakarta :
Kanisius
----. 1992. Ayam Buras. Yogyakarta : Kanisius
Pratikno, Herry.2010. Jurnal Pengaruh Ekstra Kunyit (Curcuma
Domestica Vahl) Terhadap Bobot Badan Ayam Broiler (Gallus
sp).Buletin Anatomi dan Fisiologi vol. XVIII, No. 2. Oktober 2010
Purnomo, Harsoyo.2011. Metodologi Penelitian. Semarang : IKIPPGRI
Ranmat Rusli. 2010. Beternak Ayam Pedaging. Bandung : CV. Arvino
Raya
Rasyaf, M. 1992. Pengelolaan Peternakan Unggas di Indonesia.
Yogyakarta : Kanisius
----. 2002. Manajemen Peternakan Ayam Broiler.Jakarta : Penebar
Swadaya
----. 2007. Beternak Ayam Pedaging. Jakarta : Penebar Swadaya.
----. 2010. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Jakarta : Penebar Swadaya

Rukmana, H. Rahmat & Yuyun Yuniarsih O, S.P., M.B.A.,M.M.


2002.Rambutan : Komoditas Unggulan dan Prospek Agribisnis.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press
Sudaro, Yani dan Anita Siriwa.1997. Ransum Ayam dan Itik.Jakarta :
Penebar Swadaya

You might also like