Professional Documents
Culture Documents
Laporan RS
Laporan RS
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi saat ini umumnya masih banyak gaya hidup
masyarakat yang masih belum memahami tentang pentingnya kesehatan. Mereka pada
umumnya mengkonsumsi segala jenis makanan, seperti makanan yang mengandung
tinggi lemak dan kolesterol tanpa diimbangi dengan olahraga atau aktifitas fisik untuk
membakar lemak dan gaya hidup yang salah, seperti kebiasaan merokok dan minum-
minum keras ataupun mengkonsumsi narkoba yang kesemuanya itu dapat
menimbulkan dampak yang buruk bagi kesehatan. Diantara masalah kesehatan tersebut
akan mengakibatkan timbulnya reumatik, Diabetes Mellitus, Jantung, Ginjal dan
sebagainya. Dari berbagai penyakit diatas diantaranya adalah Diabetes Mellitus.
Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer C, Suzanne, 2001).
WHO merekomendasikan bahwa strategi yang efektif perlu dilakukan
secara terintegrasi, berbasis masyarakat melalui kerjasama lintas program dan lintas
sektor termasuk swasta. Dengan demikian pengembangan kemitraan dengan berbagai
unsur di masyarakat dan lintas sektor yang terkait dengan Diabetes Mellitus di setiap
wilayah merupakan kegiatan yang penting dilakukan. Oleh karena itu, pemahaman
faktor resiko Diabetes Mellitus sangat penting diketahui, dimengerti dan dapat
dikendalikan oleh para pemegang program, pendidik, edukator maupun kader
kesehatan di masyarakat sekitarnya. (Depkes.go.id, 2012).
Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi
Diabetes Melitus di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care, 2004).
Sedangkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa
proporsi penyebab kematian akibat Diabetes Mellitus pada kelompok usia 45-54 tahun
di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan,
Diabetes Mellitus menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%. (Depkes, 2012).
Penderita Diabetes Mellitus mempunyai kecenderungan untuk
terjadinya stres oksidatif. Peningkatan stres oksidatif ini berkaitan dengan adanya
hiperglikemia. Hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya auto oksidasi glukosa
sehingga terbentuk radikal bebas, glikosilasi auto-oksidatif, dan meningkatnya jalur
poliol yang akan menurunkan antioksidan pada Diabetes mellitus, hiperglikemia
biasanya disebabkan oleh tingkat insulin rendah (Diabetes mellitus tipe 1) dan atau
dengan resistensi terhadap insulin pada tingkat sel (Diabetes mellitus tipe 2),
tergantung pada jenis dan keadaan penyakit (Foster, 2000).
Gangren merupakan akibat dari kematian sel dalam jumlah besar. Gangren
dapat diklasifikasikan sebagai gangren kering atau basah. Gangren kering meluas
secara lambat dengan hanya sedikit gejala. Gangren kering sering dijumpai di
ekstremitas, umumnya terjadi akibat hipoksia lama. Gangren basah adalah suatu daerah
dimana terdapat jaringan mati yang cepat perluasannya, sering ditemukan di organ-
organ dalam, dan berkaitan dengan invasi bakteri ke dalam jaringan yang mati tersebut.
Gangren ini, menimbulkan bau yang kuat dan biasanya disertai manifestasi sistemik.
Gangren basah dapat timbul dari gangren kering. Gangren gas adalah jenis gangren
khusus yang terjadi sebagai respon terhadap infeksi jaringan oleh suatu jenis bakteri
aerob yang disebut clostridium. Gangren jenis ini paling sering terjadi setelah trauma.
Gangren gas cepat meluas ke jaringan di sekitarnya sebagai akibat dikeluarkannya
toksin-toksin oleh bakteri yang membunuh sel-sel di sekitarnya. Sel-sel otot sangant
rentan terhadap toksin ini, dan apabila terkena akan mengeluarkan gas hidrogen sulfida
yang khas. Gangren jenis ini dapat mematikan. (Braunwald, 2005).
Gambaran umum tentang pasien, pasien adalah seorang pegawai negeri yang
berprofesi sebagai guru olah raga. Sebelum masuk rumah sakit pasien mempunyai
kebiasaan makan yaitu 3-4 kali sehari, dahulu pasien sering mengkonsumsi makanan
dan minuman yang manis-manis, seperti kue manis, buah-buahan yang manis, teh dan
kopi yang manis. Pasien tidak menyadari bahwa dengan adanya kebiasaan makan yang
salah tanpa dibarengi dengan aktifitas fisik yang baik dapat memicu terjadinya berbagai
penyakit seperti Diabetes Mellitus. Pada saat setelah mengkonsumsi lauk hewani
seperti ikan kakap, pasien merasakan alergi di bagian kaki kiri. Setelah beberapa bulan,
luka pada kaki tidak dihiraukan akhirnya luka yang ada pada kaki semakin membesar.
Pada saat pemeriksaan di Rumah Sakit, pasien di diagnosa oleh dokter menderita
Penyakit Diabetes Mellitus + Ganggren dengan kadar glukosa darah yang tinggi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Merencanakan dan melakukan manajemen asuhan gizi klinik pada pasien
secara individual di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Menginventarisasi data subyektif dan obyektif pasien.
b. Mengkaji data dasar, menganalisis tingkat resiko gizi dan menentukan
permasalahan gizi.
c. Merencanakan asuhan gizi pasien.
d. Mengimplementasikan rencana asuhan gizi yang telah disusun pada pasien.
e. Monitoring dan evaluasi kegiatan asuhan gizi.
f. Memotivasi terhadap pasien melalui konsultasi gizi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
Menurut WHO (1985), klasifikasi dari etiologi penyakit diabetes mellitus
dibagi menjadi 4, yaitu:
a. IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin)
atau Diabetes Mellitus Tipe 1 merupakan diabetes mellitus yang disebabkan oleh
destruksi sel beta Langerhans akibat proses autoimun. Faktor pencetus terjadinya
IDDM yaitu genetik, lingkungan, dan infeksi virus ( Bare & Suzanne, 2002).
3. Patofisiologi
a. Diabetes Mellitus Tipe 1
Menurut Corwin (2000) pada Diabetes Mellitus tipe 1, terdapat
ketidakmampuan pankreas dalam menghasilkan insulin karena hancurnya sel-sel beta
pulau Langerhans. Hal ini menyebabkan kadar glukosa darah puasa dan post prandial
meningkat. Tingginya konsentrasi glukosa dalam darah, menyebabkan glukosuria dan
ekskresi yang disertai dengan pengeluaran cairan serta elektrolit yang berlebihan
sehingga penderita akan mengalami poliuri (banyak kencing) dan polidipsi (banyak
minum). Defisiensi insulin dapat menyebabkan terganggunya metabolisme protein dan
dan lemak sehingga mengakibatkan penurunan berat badan.
No Register : 65925
Umur : 58 Tahun
BB : 56 kg
TB : 155 Cm
Agama : Islam
B. Data Subjektif
Protein
Protein : 49,6 g
Lemak : 37,7 g
KH : 157,0 g
Tabel. 1 Recall Tanggal 03 November 2017
Baik = 100 %
Pasien mempunyai alergi terhadap salah satu bahan makanan yaitu lauk hewani
(Ikan Tongkol).
Makanan sumber karbohidrat yang sering dikonsumsi adalah nasi dan mie.
Makanan sumber protein hewani yang sering dikonsumsi adalah ikan laut,
tempe.
Buah sering dikonsumsi adalah jeruk, pisang, duku, mangga dan klengkeng.
Saat ini pasien menderita Diabetes Mellitus Tipe II dengan ganggren dengan
keluhan badan terasa lemah, nyeri pada luka di pergelangan kaki kiri.
Menurut keterangan pasien diketahui bahwa sejak 1 tahun yang lalu pasien
6. Sosial Ekonomi
Agama : Islam
TB =155 Cm
BB = 56 Kg
= 55-5,5
= 49,5 kg
Pemeriksaan fisik pasien telah dilakukan pada tanggal 03 November 2017 dan hasilnya
sebagai berikut :
Pemeriksaan Hasil
Suhu 370 C
Tensi 160/80
Nadi 92
3. Biokimia (Pemeriksaan Laboratorium)
Pemeriksaan
Hasil Normal Keterangan
Laboratorium
4. Kebutuhan Energi
1. ANALISIS MASALAH
Nafsu makan pasien kurang baik disebabkan karena kondisi pasien yang masih
Dilihat dari hasil recall konsumsi makanan yang menunjukkan intake energi,
protein, lemak, dan karbohidrat kurang dari kebutuhan dan dibuktikan dengan hasil
Protein: 49,6 g
Lemak : 37,7 g
KH : 157 g
mengkonsumsi kue manis, teh manis dan kopi manis sehingga dapat meningkatkan
kadar glukosa dalam darah yang dapat menyebabkan penyakit Diabetes Mellitus,
dimana terjadinya gangguan pada produksi hormon insulin di organ pankreas, hormon
tersebut sangat memiliki peranan yang sangat penting dalam pengaturan metabolisme
glukosa/gula di tubuh. Dengan terganggunya sistem hormon insulin, seluruh makanan
dan minuman yang mengandung gula dan masuk ke dalam tubuh, tidak bisa di ubah
Diabetes Mellitus terjadi karena adanya peningkatan kadar gula dalam darah
disebabkan karena tubuh tidak dapat memproduksi atau menggunakan insulin secara
normal.
Mellitus yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah.
mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot yang kemudian menyebabkan
terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan
menderita Diabetes Mellitus sejak 1 tahun yang lalu. Hal ini bisa dipicu karena pasien
mempunyai pola makan yang tidak teratur, sering mengkonsumsi makanan yang manis
dan minum kopi tiap hari, dan pasien jarang melakukan olahraga. Diabetes Mellitus
merupakan suatu keadaan di mana terjadi peningkatan glukosa acak di atas ambang
normal yaitu 60/110 mg/dl. Peningkatan glukosa acak yang berlebih dari batas normal
1. Fisik
Berdasarkan data fisik yang ada pasien masih dalam keadaan lemah dan
pusing disebabkan karena stres yang dialami oleh pasien karena nyeri luka pada bagian
kaki kiri. Stres menyebabkan peningkatan metabolisme glukosa yang membuat kadar
2. Klinis
salah karena pasien suka mengkonsumsi makanan yang digoreng, bersantan dan
berlemak. Sehingga memicu terjadinya tekanan darah tinggi yang biasa disebut
hipertensi. Pada hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor
lain yang berpengaruh. Hal ini antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup yang
kurangnya olah raga, merokok, alkohol, dan makan makanan yang tinggi kadar
lemaknya.
2. DIAGNOSA GIZI
NB – 1.2 Kepercayaan yang salah /sikap tentang pangan dan gizi Recall
makan pasien meliputi jenis bahan makanan yang dianjurkan dan tidak
dianjurkan.
(Tekanan Darah)
3. INTERVENSI
a. Terapi diet
1. Tujuan Diet :
Memberikan cukup energi untuk mempertahankan berat badan agar tetap normal.
Mempertahankan kadar glukosa darah agar berada pada nilai normal yaitu 60-110
Membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan
Diabetes Mellitus 1900 Kalori + Diet Rendah Garam+ Diet Tinggi Protein
c. Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan untuk Rendah Garam :
dan krekers.
Sumber protein hewani : Daging dan ikan yang diawetkan, seperti ikan asing,
Sayuran : Sayuran yang tinggi kalium, seperti : tomat, kol, bayam, bit, daun
bawang, tauge kacang hijau, kacang buncis, kembang kol, walu dan rebung.
d. Terapi Edukasi
Tempat
A. KESIMPULAN
kebutuhan termasuk kategori kurang. Pada intake energi termasuk kategori kurang
dikarenakan asupan dari sebelum intervensi sampai hari kedua kondisi pasien
masih dalam keadaan lemah sehingga intake energi belum mencapai kebutuhan.
Pada intake protein masih dalam kategori kurang dikarenakan sebelum intervensi
sampai sesudah intervensi pola makan pasien masih kurang baik disebabkan
karena kondisi pasien yang masih dalam keadaan lemah. Pada intake Lemak masih
termasuk dalam kategori kurang, disebabkan karena kondisi pasien yang kurang
hari.
6. Tingkat kepatuhan pasien terhadap prinsip 3J masih belum diterapkan dengan
baik. Hal ini ditunjukkan dengan kurang patuhnya pasien terhadap tepat porsi,
B. SARAN
2. Pasien dan keluarga pasien melaksanakan aturan diet sesuai dengan anjuran diet
yang diberikan.
kesehatan.
2. Foster, Daniel W., 2000. Diabetes Mellitus. In : Asdie, Ahmad H., ed. Harrison
Prevalensi Diabetes Melitus Di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang .02 Juni 2012.
Puskom.publik@yahoo.co.id,info@puskom.depkes.go.id,kontak@puskom.depkes.go.
id
6. Anggraeni, Adisty Cynthia. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogjakarta :
Graha Ilmu.
7. Gutawa, Miranti, dkk. 2011. Pengembangan Konsep Nutrition Care Process (NCP)
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Jakarta ; Persagi-ASDI, Abadi Publishing &
Printing.
8. Hartono, Andry. 2009. Asuhan Nutrisi Rumah Sakit, Diagnosis Konseling dan