You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi saat ini umumnya masih banyak gaya hidup
masyarakat yang masih belum memahami tentang pentingnya kesehatan. Mereka pada
umumnya mengkonsumsi segala jenis makanan, seperti makanan yang mengandung
tinggi lemak dan kolesterol tanpa diimbangi dengan olahraga atau aktifitas fisik untuk
membakar lemak dan gaya hidup yang salah, seperti kebiasaan merokok dan minum-
minum keras ataupun mengkonsumsi narkoba yang kesemuanya itu dapat
menimbulkan dampak yang buruk bagi kesehatan. Diantara masalah kesehatan tersebut
akan mengakibatkan timbulnya reumatik, Diabetes Mellitus, Jantung, Ginjal dan
sebagainya. Dari berbagai penyakit diatas diantaranya adalah Diabetes Mellitus.
Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer C, Suzanne, 2001).
WHO merekomendasikan bahwa strategi yang efektif perlu dilakukan
secara terintegrasi, berbasis masyarakat melalui kerjasama lintas program dan lintas
sektor termasuk swasta. Dengan demikian pengembangan kemitraan dengan berbagai
unsur di masyarakat dan lintas sektor yang terkait dengan Diabetes Mellitus di setiap
wilayah merupakan kegiatan yang penting dilakukan. Oleh karena itu, pemahaman
faktor resiko Diabetes Mellitus sangat penting diketahui, dimengerti dan dapat
dikendalikan oleh para pemegang program, pendidik, edukator maupun kader
kesehatan di masyarakat sekitarnya. (Depkes.go.id, 2012).
Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi
Diabetes Melitus di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care, 2004).
Sedangkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa
proporsi penyebab kematian akibat Diabetes Mellitus pada kelompok usia 45-54 tahun
di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan,
Diabetes Mellitus menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%. (Depkes, 2012).
Penderita Diabetes Mellitus mempunyai kecenderungan untuk
terjadinya stres oksidatif. Peningkatan stres oksidatif ini berkaitan dengan adanya
hiperglikemia. Hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya auto oksidasi glukosa
sehingga terbentuk radikal bebas, glikosilasi auto-oksidatif, dan meningkatnya jalur
poliol yang akan menurunkan antioksidan pada Diabetes mellitus, hiperglikemia
biasanya disebabkan oleh tingkat insulin rendah (Diabetes mellitus tipe 1) dan atau
dengan resistensi terhadap insulin pada tingkat sel (Diabetes mellitus tipe 2),
tergantung pada jenis dan keadaan penyakit (Foster, 2000).
Gangren merupakan akibat dari kematian sel dalam jumlah besar. Gangren
dapat diklasifikasikan sebagai gangren kering atau basah. Gangren kering meluas
secara lambat dengan hanya sedikit gejala. Gangren kering sering dijumpai di
ekstremitas, umumnya terjadi akibat hipoksia lama. Gangren basah adalah suatu daerah
dimana terdapat jaringan mati yang cepat perluasannya, sering ditemukan di organ-
organ dalam, dan berkaitan dengan invasi bakteri ke dalam jaringan yang mati tersebut.
Gangren ini, menimbulkan bau yang kuat dan biasanya disertai manifestasi sistemik.
Gangren basah dapat timbul dari gangren kering. Gangren gas adalah jenis gangren
khusus yang terjadi sebagai respon terhadap infeksi jaringan oleh suatu jenis bakteri
aerob yang disebut clostridium. Gangren jenis ini paling sering terjadi setelah trauma.
Gangren gas cepat meluas ke jaringan di sekitarnya sebagai akibat dikeluarkannya
toksin-toksin oleh bakteri yang membunuh sel-sel di sekitarnya. Sel-sel otot sangant
rentan terhadap toksin ini, dan apabila terkena akan mengeluarkan gas hidrogen sulfida
yang khas. Gangren jenis ini dapat mematikan. (Braunwald, 2005).
Gambaran umum tentang pasien, pasien adalah seorang pegawai negeri yang
berprofesi sebagai guru olah raga. Sebelum masuk rumah sakit pasien mempunyai
kebiasaan makan yaitu 3-4 kali sehari, dahulu pasien sering mengkonsumsi makanan
dan minuman yang manis-manis, seperti kue manis, buah-buahan yang manis, teh dan
kopi yang manis. Pasien tidak menyadari bahwa dengan adanya kebiasaan makan yang
salah tanpa dibarengi dengan aktifitas fisik yang baik dapat memicu terjadinya berbagai
penyakit seperti Diabetes Mellitus. Pada saat setelah mengkonsumsi lauk hewani
seperti ikan kakap, pasien merasakan alergi di bagian kaki kiri. Setelah beberapa bulan,
luka pada kaki tidak dihiraukan akhirnya luka yang ada pada kaki semakin membesar.
Pada saat pemeriksaan di Rumah Sakit, pasien di diagnosa oleh dokter menderita
Penyakit Diabetes Mellitus + Ganggren dengan kadar glukosa darah yang tinggi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Merencanakan dan melakukan manajemen asuhan gizi klinik pada pasien
secara individual di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Menginventarisasi data subyektif dan obyektif pasien.
b. Mengkaji data dasar, menganalisis tingkat resiko gizi dan menentukan
permasalahan gizi.
c. Merencanakan asuhan gizi pasien.
d. Mengimplementasikan rencana asuhan gizi yang telah disusun pada pasien.
e. Monitoring dan evaluasi kegiatan asuhan gizi.
f. Memotivasi terhadap pasien melalui konsultasi gizi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Penyakit Ginjal Kronik


1. Pengertian
Diabetes Mellitus adalah salah satu penyakit yang banyak diderita oleh
masyarakat Indonesia. Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen
yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, dengan berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, dan menimbulkan komplikasi akut
serta kronik. Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia tahun 2006, seseorang
didiagnosa menderita Diabetes Mellitus jika memiliki kadar gula darah sewaktu > 200
mg/dl dan gula darah puasa > 126 mg/dl.
Gejala pada penyakit diabetes mellitus yaitu banyak makan (polifagi), banyak
minum (polidipsi), banyak kencing (poliuri), lemas, berat badan turun, dan mudah
lelah. Faktor resiko diabetes mellitus dapat teriadi pada usia lebih dari 40 tahun,
obesitas/ kegemukan, hipertensi, adanya disipidemia (gangguan pada lemak), penyakit
kardiovaskuler, dan TBC (Kartani, 2002).
Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolik yang tidak dapat
disembuhkan, tetapi dapat dikendalikan dengan cara melaksanakan diet atau
pengaturan pola makan dengan menaati 3 J, yaitu tepat jumlah, tepat jadwal, dan tepat
jenis makanan. Kondisi penderita diabetes mellitus yang lebih kronik, dapat
dikendalikan dengan pengaturan makan dan suntikan insulin secara teratur. Diabetes
mellitus dapat menjadi penyebab terjadinya komplikasi penyakit seperti gangguan pada
mata atau retinopati, ginjal, jantung, otak, infeksi yang sukar diobati sampai terjadinya
pembusukan pada jaringan tubuh yang dapat menyebabkan seseorang harus amputasi
pada jaringan tubuh tersebut (Sutanegoro dan Suastika, 1993).

2. Etiologi
Menurut WHO (1985), klasifikasi dari etiologi penyakit diabetes mellitus
dibagi menjadi 4, yaitu:
a. IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin)
atau Diabetes Mellitus Tipe 1 merupakan diabetes mellitus yang disebabkan oleh
destruksi sel beta Langerhans akibat proses autoimun. Faktor pencetus terjadinya
IDDM yaitu genetik, lingkungan, dan infeksi virus ( Bare & Suzanne, 2002).

b. NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)


Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus atau yang dikenal dengan diabetes
mellitus tipe 2 merupakan hiperglikemi yang disebabkan terbatasnya produksi insulin
oleh pankreas. Faktor resiko terjadinya diabetes tipe 2 yaitu genetik, overweight, dan
obesitas. Pencegahan dari diabetes tipe 2 yaitu mempertahankan berat badan ideal,
penurunan berat badan, olahraga yang cukup, dan pengaturan pola makan yang benar
(Bare & Suzanne, 2002).

c. MRDM (Malnutrisi Related Diabetes Mellitus)


Malnutrisi Related Diabetes Mellitus atau diabetes mellitus terkait malnutrisi
merupakan diabetes mellitus yang terjadi karena konsumsi makanan rendah kalori dan
rendah protein.

d. Diabetes Mellitus Tipe Lain


Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu
antara lain disebabkan oleh penyakit pankreas, penyakit hormonal, konsumsi obat
dalam jangka waktu lama, dan sindrom genetik tertentu (Perkeni, 1998).

3. Patofisiologi
a. Diabetes Mellitus Tipe 1
Menurut Corwin (2000) pada Diabetes Mellitus tipe 1, terdapat
ketidakmampuan pankreas dalam menghasilkan insulin karena hancurnya sel-sel beta
pulau Langerhans. Hal ini menyebabkan kadar glukosa darah puasa dan post prandial
meningkat. Tingginya konsentrasi glukosa dalam darah, menyebabkan glukosuria dan
ekskresi yang disertai dengan pengeluaran cairan serta elektrolit yang berlebihan
sehingga penderita akan mengalami poliuri (banyak kencing) dan polidipsi (banyak
minum). Defisiensi insulin dapat menyebabkan terganggunya metabolisme protein dan
dan lemak sehingga mengakibatkan penurunan berat badan.

b. Diabetes Mellitus Tipe 2


Menurut Corwin (2000) terdapat dua masalah pada diabetes mellitus tipe 2,
yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Resistensi insulin merupakan
suatu gangguan dimana glukosa tidak dapat masuk kedalam sel meskipun kadar insulin
dalam darah tinggi. Hal ini akan mengakibatkan sel menjadi kekurangan glukosa.

4. Manajemen Terapi Gizi


 Tujuan dari manajemen terapi gizi Diabetes Mellitus adalah membantu pasien
memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol metabolik
yang lebih baik, dengan cara sebagai berikut:
a. Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan
menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin, dengan obat penurun
glukosa oral, dan aktifitas fisik.
b. Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal.
c. Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan
normal.
d. Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan
insulin, seperti: hipoglikemia, komplikasi jangka pendek, dan jangka lama.
e. Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.
 Syarat-syarat diet penyakit Diabetes Mellitus adalah sebagai berikut:
a. Energi cukup yaitu 25-30 kkal/kg BBI. Makanan dibagi dalam 3 porsi besar,
yaitu makan pagi (20%), makan siang (30%), makan sore (25%), serta 2-3 porsi
kecil untuk selingan (10-15%).
b. Protein cukup yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.
c. Lemak sedang yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total. Asupan kolesterol
dibatasi yaitu <300 mg.
d. Karbohidrat cukup yaitu 60-70% dari kebutuhan energi total.
e. Membatasi asupan karbohidrat sederhana.
f. Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut air dalam
sayur dan buah.
g. Pasien Diabetes Mellitus dengan tekanan darah tinggi harus mengurangi asupan
natrium.
h. Cukup vitamin dan mineral (Almatsier, 2010).
BAB III
CATATAN KASUS (ASUHAN GIZI)
A. Identitas Pasien

Nama : Ny. Faujiah

No Register : 65925

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 58 Tahun

BB : 56 kg

TB : 155 Cm

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Diagnosa MRS : DM Tipe II + Ganggren

B. Data Subjektif

1. Riwayat Nutrisi Sekarang

 Nafsu makan pasien masih kurang.

 Pasien mendapatkan diet DM 1700 Kalori + Diet Rendah Garam + Tinggi

Protein

Hasil Recall tanggal 03 November 2017, sebagai berikut :

 Energi : 1179,6 Kalori

 Protein : 49,6 g

 Lemak : 37,7 g

 KH : 157,0 g
Tabel. 1 Recall Tanggal 03 November 2017

Energi Protein Lemak


Zat Gizi KH (gr)
(Kal) (gr) (gr)

Recall 1179,6 49,6 37,7 157

Kebutuhan 2100 105 47 315

%Tingkat konsumsi 56,17 47,23 80,21 49,84

Kriteria Kurang Kurang Kurang Kurang

Kriteria Tingkat Konsumsi Diabetes Mellitus :

Baik = 100 %

Kurang < 100%

Lebih > 100 %

2. Riwayat Nutrisi Dahulu

 Pasien mempunyai alergi terhadap salah satu bahan makanan yaitu lauk hewani

(Ikan Tongkol).

 Pasien mempunyai kebiasaan makan 3-4 kali sehari.

 Pola makan pasien sebelum masuk rumah sakit adalah :

 Makanan sumber karbohidrat yang sering dikonsumsi adalah nasi dan mie.

 Makanan sumber protein hewani yang sering dikonsumsi adalah ikan laut,

telur dan daging.


 Makanan sumber protein nabati yang sering dikonsumsi adalah tahu dan

tempe.

 Sayuran sering dikonsumsi bayam, kol, kacang panjang

 Buah sering dikonsumsi adalah jeruk, pisang, duku, mangga dan klengkeng.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Saat ini pasien menderita Diabetes Mellitus Tipe II dengan ganggren dengan

keluhan badan terasa lemah, nyeri pada luka di pergelangan kaki kiri.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Menurut keterangan pasien diketahui bahwa sejak 1 tahun yang lalu pasien

menderita Diabetes Mellitus.

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh keterangan bahwa keluarga tidak ada

yang menderita Diabetes Mellitus.

6. Sosial Ekonomi

 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

 Agama : Islam

 Jumlah Keluarga : 6 Orang

 Alamat : Lingkungan VII Marelan


C. Data Objektif

1. Hasil Pemeriksaan Antropometri

Hasil pemeriksaan antropometri dengan pengukuran berat badan dan tinggi

badan sebagai berikut :

TB =155 Cm

BB = 56 Kg

BBI = (TB – 100 ) – 10%

= (155- 100) – 10%

= 55-5,5

= 49,5 kg

IMT = BB/TB 2= 23,3 kg/m²

2. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Klinis

Pemeriksaan fisik pasien telah dilakukan pada tanggal 03 November 2017 dan hasilnya

sebagai berikut :

Pemeriksaan Hasil

Keadaan umum Lemah

Kesadaran Compos Mentis

Suhu 370 C

Tensi 160/80

Nadi 92
3. Biokimia (Pemeriksaan Laboratorium)

Hasil pemeriksaan laboratorium pasien yang telah dilakukan pada tanggal 03

November 2017 sebagai berikut :

Pemeriksaan
Hasil Normal Keterangan
Laboratorium

GDA 298 60-110 Tinggi

SGOT 18 < 37 Normal

SGPT 15 <42 Normal

UREA 50 10-50 mg Normal

BUN 18 10-20 mg Normal

URID ACID 5,1 3,5-7 Normal

SERUM KREATININ 1,1 0,6-1,1 Normal

4. Kebutuhan Energi

Energi Basal = BBIx 25 Kalori


= 49,5x 25 Kalori
= 1237 1237
Koreksi Aktifitas = 10% x 1237 = 123,7 +
1361,2
Koreksi Stress = 40% x 1237 = 494,8 +
1856
Koreksi Umur = 10% x 1237 = 123,7 -
1979,7 Kalori
Protein = 20% x 1979,7
= 396 : 4 = 98,9 gr

Lemak = 20% x 1979,7


= 396 : 9 = 43,9 gr

Karbohidrat = 60% x 1979,7


= 1187,8 : 4 = 297 Kal
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Nutritional Care Proses (Ncp)/Proses Asuhan Gizi Terstandart (Pagt)

1. ANALISIS MASALAH

a. Riwayat Nutrisi Sekarang

Nafsu makan pasien kurang baik disebabkan karena kondisi pasien yang masih

dalam keadaan lemah.

b. Intake makan pasien masih kurang dari kebutuhan.

Dilihat dari hasil recall konsumsi makanan yang menunjukkan intake energi,

protein, lemak, dan karbohidrat kurang dari kebutuhan dan dibuktikan dengan hasil

recall tanggal 03 November 2017 :

 Energi : 1179,6 Kalori

 Protein: 49,6 g

 Lemak : 37,7 g

 KH : 157 g

c. Riwayat Nutrisi Dahulu

Pasien mempunyai pola makan yang tidak teratur, pasien sering

mengkonsumsi kue manis, teh manis dan kopi manis sehingga dapat meningkatkan

kadar glukosa dalam darah yang dapat menyebabkan penyakit Diabetes Mellitus,

dimana terjadinya gangguan pada produksi hormon insulin di organ pankreas, hormon

tersebut sangat memiliki peranan yang sangat penting dalam pengaturan metabolisme
glukosa/gula di tubuh. Dengan terganggunya sistem hormon insulin, seluruh makanan

dan minuman yang mengandung gula dan masuk ke dalam tubuh, tidak bisa di ubah

menjadi energi dan akhirnya gula/glukosa bisa menumpuk di dalam darah.

d. Riwayat Penyakit Sekarang

Diabetes Mellitus terjadi karena adanya peningkatan kadar gula dalam darah

disebabkan karena tubuh tidak dapat memproduksi atau menggunakan insulin secara

normal.

Ganggren terjadi karena adanya hiperglikemia pada penyandang Diabetes

Mellitus yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah.

Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan

mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot yang kemudian menyebabkan

terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan

mempermudah terjadinya ulkus.

e. Riwayat Penyakit Dahulu

Berdasarkan hasil anamnesa dengan keluarga pasien diketahui bahwa pasien

menderita Diabetes Mellitus sejak 1 tahun yang lalu. Hal ini bisa dipicu karena pasien

mempunyai pola makan yang tidak teratur, sering mengkonsumsi makanan yang manis

dan minum kopi tiap hari, dan pasien jarang melakukan olahraga. Diabetes Mellitus

merupakan suatu keadaan di mana terjadi peningkatan glukosa acak di atas ambang

normal yaitu 60/110 mg/dl. Peningkatan glukosa acak yang berlebih dari batas normal

dapat menyebabkan Diabetes Melitus.


f. Fisik/Klinis

1. Fisik

Berdasarkan data fisik yang ada pasien masih dalam keadaan lemah dan

pusing disebabkan karena stres yang dialami oleh pasien karena nyeri luka pada bagian

kaki kiri. Stres menyebabkan peningkatan metabolisme glukosa yang membuat kadar

glukosa dalam darah meningkat.

2. Klinis

Meningkatnya tekanan darah dimungkinkan karena pola makan pasien yang

salah karena pasien suka mengkonsumsi makanan yang digoreng, bersantan dan

berlemak. Sehingga memicu terjadinya tekanan darah tinggi yang biasa disebut

hipertensi. Pada hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor

lain yang berpengaruh. Hal ini antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup yang

berhubungan dengan risiko penyakit hipertensi seperti stress, obesitas (kegemukan),

kurangnya olah raga, merokok, alkohol, dan makan makanan yang tinggi kadar

lemaknya.

2. DIAGNOSA GIZI

 NB – 1.2 Kepercayaan yang salah /sikap tentang pangan dan gizi Recall

makan pasien meliputi jenis bahan makanan yang dianjurkan dan tidak

dianjurkan.

 NI -1.4 Kekurangan Intake Energi


1. Intake makanan meliputi energi, protein, lemak dan karbohidrat yang dapat

diketahui dari hasil recall.

2. Nafsu makan yang baik dapat dilihat dari intake makanan.

 NC-2.2 Perubahan Nilai Laboratorium Terkait Zat Gizi Khusus Pemeriksaan

laboratorium meliputi Glukosa acak.

 NI-5.4 Penurunan Kebutuhan Zat Gizi Pemeriksaan Fisik Meliputi Tensi

(Tekanan Darah)

3. INTERVENSI

a. Terapi diet

1. Tujuan Diet :

Pemberian terapi diet bertujuan untuk :

 Memberikan cukup energi untuk mempertahankan berat badan agar tetap normal.

 Mempertahankan kadar glukosa darah agar berada pada nilai normal yaitu 60-110

mg/dl dengan cara menyeimbangkan asupan makanan.

 Membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan

menurunkan tekanan darah pada pasien.

 Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.

b. Prinsip Diet : 3J (Tepat Jenis, Tepat Jadwal, Tepat Jumlah)

Diabetes Mellitus 1900 Kalori + Diet Rendah Garam+ Diet Tinggi Protein

c. Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan untuk Rendah Garam :

 Makanan yang tidak dianjurkan :


 Sumber karbohidrat : Sumber karbohidrat tinggi natrium, seperti cake, biskuit,

dan krekers.

 Sumber protein hewani : Daging dan ikan yang diawetkan, seperti ikan asing,

ikan bandeng, sarden dan corned beef.

 Sayuran : Sayuran yang tinggi kalium, seperti : tomat, kol, bayam, bit, daun

bawang, tauge kacang hijau, kacang buncis, kembang kol, walu dan rebung.

 Buah-buahan : Anggur, belimbing, duku, jambu biji, pepaya, dan pisang.

 Lemak : Minyak goreng, margarin, dan mentega tanpa garam.

 Minuman : Berbagai minuman bersoda dan beralkohol.

d. Terapi Edukasi

 Tempat

Lantai 4 RSU Mitra Medika Medan

4. MONITORING DAN EVALUASI

Studi kasus berlangsung mulai tanggal 3-4 November 2017 (sebagai


pengamatan Hari I dan Hari II), yang meliputi monitoring terhadap asupan makan
pasien (konsumsi energi dan zat-zat gizi pasien), perkembangan antropometri,
perkembangan pemeriksaan laboratorium dan perkembangan fisik klinis pasien.
Nafsu makan sedikit menurun, masih mengonsumsi makanan dari luar rumah
sakit, dan tidak menghabiskan sayuran. Masih menjelaskan tentang baiknya
mengonsumsi makan dari rumah sakit dan memberi motivasi untuk meningkatkan
nafsu makan serta menjelaskan tentang kebutuhan gizinya, tentang makanan yang baik
dikonsumsi dan dihindari.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Berdasarkan anamnesa data subyektif dan obyektif pasien penderita penyakit

Diabetes Mellitus + Ganggren.

2. Berdasarkan hasil pengukuran antropometri nilai IMT 23,3 dapat disimpulkan

bahwa pasien memiliki status gizi normal.

3. Rata-rata intake pasien selama 2 hari penanganan, jika dibandingkan dengan

kebutuhan termasuk kategori kurang. Pada intake energi termasuk kategori kurang

dikarenakan asupan dari sebelum intervensi sampai hari kedua kondisi pasien

masih dalam keadaan lemah sehingga intake energi belum mencapai kebutuhan.

Pada intake protein masih dalam kategori kurang dikarenakan sebelum intervensi

sampai sesudah intervensi pola makan pasien masih kurang baik disebabkan

karena kondisi pasien yang masih dalam keadaan lemah. Pada intake Lemak masih

termasuk dalam kategori kurang, disebabkan karena kondisi pasien yang kurang

baik sehingga asupan lemak belum mencapai kebutuhan yang dianjurkan,

sedangkan intake karbohidrat termasuk kategori kurang, karena kurangnya nafsu

makan yang dialami oleh pasien.

4. Berat badan pasien selama 2 hari penanganan tidak mengalami perkembangan

yaitu sebesar 58 kg dengan status gizi normal.

5. Perkembangan fisik pasien mengalami perubahan yang semakin baik selama 2

hari.
6. Tingkat kepatuhan pasien terhadap prinsip 3J masih belum diterapkan dengan

baik. Hal ini ditunjukkan dengan kurang patuhnya pasien terhadap tepat porsi,

jadwal serta jenis bahan makanan yang baik.

B. SARAN

1. Dilakukan penyuluhan ke pasien dan keluarga pasien agar memperhatikan

dietnya untuk dijalankan setelah pulang dari Rumah Sakit.

2. Pasien dan keluarga pasien melaksanakan aturan diet sesuai dengan anjuran diet

yang diberikan.

3. Pasien menjalankan aktifitas atau olahraga secara teratur untuk menjaga

kesehatan.

4. Hendaknya dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium berikutnya untuk

mengetahui perkembangan kondisi pasien.


DAFTAR PUSTAKA

1. Elliott M.Antman,Eugene Braunwald;Acute MyocardialInfarction;Harrison’s

Principles of Medicine 15th edition,2005,page 1-17.

2. Foster, Daniel W., 2000. Diabetes Mellitus. In : Asdie, Ahmad H., ed. Harrison

Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dala. Volume 5. Jakarta: EGC.

3. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC.

4. Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Tahun 2030

Prevalensi Diabetes Melitus Di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang .02 Juni 2012.

Puskom.publik@yahoo.co.id,info@puskom.depkes.go.id,kontak@puskom.depkes.go.

id

5. Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

6. Anggraeni, Adisty Cynthia. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogjakarta :

Graha Ilmu.

7. Gutawa, Miranti, dkk. 2011. Pengembangan Konsep Nutrition Care Process (NCP)

Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Jakarta ; Persagi-ASDI, Abadi Publishing &

Printing.

8. Hartono, Andry. 2009. Asuhan Nutrisi Rumah Sakit, Diagnosis Konseling dan

Preskripsi. Jakarta : EGC Kedokteran.

9. Perkeni, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2006. Konsensus Pengelolaan dan

Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta.

You might also like