Professional Documents
Culture Documents
2. Sistem Teknologi
3
minyak, ke Papua untuk menambang, dan ke kota-kota di Sulawesi dan Jawa.
Perpindahan ini terjadi sampai tahun 1985.[2]
Ekonomi Toraja secara bertahap beralih menjadi pariwisata berawal pada
tahun 1984. Antara tahun 1984 dan 1997, masyarakat Toraja memperoleh
pendapatan dengan bekerja di hotel, menjadi pemandu wisata, atau menjual
cenderamata. Timbulnya ketidakstabilan politik dan ekonomi Indonesia pada
akhir 1990-an (termasuk berbagai konflik agama di Sulawesi) telah
menyebabkan pariwisata Toraja menurun secara drastis. Toraja lalu dikenal
sebagai tempat asal dari kopi Indonesia. Kopi Arabika ini terutama dijalankan
oleh pengusaha kecil.
4. Kebudayaan Suku Toraja Dan Keunikannya
Suku Dunia ~ Nama Toraja mulanya diberikan oleh suku Bugis Sidendereng dan
dari luwu. Orang Sidendreng menamakan penduduk daerah ini dengan sebuatn
To Riaja yang mengandung arti “Orang yang berdiam di negeri atas atau
pegunungan”, sedang orang Luwu menyebutnya To Riajang yang artinya adalah
“orang yang berdiam di sebelah barat”. Ada juga versi lain bahwa kata Toraya
asal To = Tau (orang), Raya = dari kata Maraya (besar), artinya orang orang
besar, bangsawan. Lama-kelamaan penyebutan tersebut menjadi Toraja, dan
kata Tana berarti negeri, sehingga tempat pemukiman suku Toraja dikenal
kemudian dengan Tana Toraja.
Adat Istiadat Suku Toraja
Rambu Solo adalah
upacara adat kematian
masyarakat Toraja yang
bertujuan untuk
menghormati dan
menghantarkan arwah
orang yang meninggal
dunia menuju alam roh,
yaitu kembali kepada
keabadian bersama para
leluhur mereka di sebuah
tempat peristirahatan. Upacara ini sering juga disebut upacara penyempurnaan
kematian karena orang yang meninggal baru dianggap benar-benar meninggal
setelah seluruhprosesi upacara ini digenapi. Jika belum, maka orang yang
meninggal tersebut hanya dianggap sebagai orang sakit atau lemah, sehingga ia
tetap diperlakukan seperti halnya orang hidup, yaitu dibaringkan di tempat tidur
dan diberi hidangan makanan dan minuman bahkan selalu diajak berbicara.
4
Puncak dari upacara Rambu solo ini dilaksanakan disebuah lapangan khusus.
Dalam upacara ini terdapat beberapa rangkaian ritual, seperti proses
pembungkusan jenazah, pembubuhan ornament dari benang emas dan perak
pada peti jenazah, penurunan jenazah ke lumbung untuk disemayamkan, dan
proses pengusungan jenazah ke tempat peristirahatan terakhir.
5
Kesenian Suku Toraja
Tanah toraja adalah salah satu daerah yang terkenal akan ukirannya.
Ukiran ini menjadi kesenian khas suku bangsa Toraja di Sulawesi
Selatan. Ukiran dibuat menggunakan alat ukir khusus di atas sebuah
papan kayu, tiang rumah adat, jendela, atau pintu. Bukan asal ukiran,
setiap motif ukiran dari Tana Toraja memiliki nama dan makna khusus.
Keteraturan dan ketertiban merupakan ciri umum dalam ukiran kayu
Toraja. Selain itu, ukiran Tana Toraja memiliki sifat abstrak dan
geometris. Tumbuhan dan hewan sering dijadikan dasar dari ornament
Toraja.
Pakaian Adat Suku Toraja
6
Pakaian adat pria Toraja dikenal dengan Seppa Tallung Buku, berupa
celana yang panjangnya sampai di lutut. Pakaian ini masih dilengkapi
dengan asesoris lain, seperti kandaure, lipa', gayang dan sebagainya.
Baju adat Toraja disebut Baju Pokko' untuk wanita. Baju Pokko' berupa
baju dengan lengan yang pendek. Warna kuning, merah, dan putih
adalah warna yang paling sering mendominasi pakaian adat Toraja. Baju
adat Kandore yaitu baju adat Toraja yang berhiaskan Manik-manik yang
menjadi penghias dada, gelang, ikat kepala dan ikat pinggang
Peninggalan Suku Toraja
Londa adalah sebuah kompleks kuburan kuno yang terletak di dalam gua. Di
bagian luar gua terlihat boneka-boneka kayu khas Toraja. Boneka-boneka
merupakan replika atau miniatur dari jasad yang meninggal dan dikuburkan di
tempat tersebut. Miniatur tersebut hanya diperuntukkan bagi bangsawan
yang memiliki strata sosial tinggi, warga biasa tidak mendapat kehormatan
untuk dibuatkan patungnya.
Kuburan Gua londa Tana Toraja adalah kuburan pada sisi batu karang terjal ,
salah satu sisi dari kuburan itu berada di ketinggian dari bukit mempunyai
gua yang dalam dimana peti-peti mayat di atur dan di kelompokkan
berdasarkan garis keluarga. Disisi lain dari puluhan tau-tau berdiri secara
hidmat di balkon wajah seperti hidup mata terbuka memandang dengan
penuh wibawah.
7
Makanan Khas Suku Toraja
8
SUKU Budaya Batak
1. Realigi
Sebelum suku Batak Toba menganut agama Kristen Protestan, mereka
mempunyai sistem kepercayaan dan religi tentang Mulajadi Nabolon yang
memiliki kekuasaan di atas langit dan pancaran kekuasaan-Nya terwujud dalam
Debata Natolu.
Menyangkut jiwa dan roh, suku Batak Toba mengenal tiga konsep, yaitu:
Tondi : adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena
itu tondi memberi nyawa kepada manusia. Tondi di dapat sejak seseorang di
dalam kandungan.Bila tondi meninggalkan badan seseorang, maka orang
tersebut akan sakit atau meninggal, maka diadakan upacara mangalap
(menjemput) tondi dari sombaon yang menawannya.
Sahala : adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang
memiliki tondi, tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan
sumanta, tuah atau kesaktian yang dimiliki para raja atau hula-hula.
Begu : adalah tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan
tingkah laku manusia, hanya muncul pada waktu malam.
Demikianlah religi dan kepercayaan suku Batak yang terdapat dalam pustaha.
Walaupun sudah menganut agama Kristen dan berpendidikan tinggi, namun
orang Batak belum mau meninggalkan religi dan kepercayaan yang sudah
tertanam di dalam hati sanubari mereka.
a) Kepercayaan Asli Suku Batak
Kepercayaan yang dianut suku batak sebelum mengenal agama protestan
dan islam adalah kepercayaan bahwa alam semesta beserta isinya
diciptakan oleh Debata Mula Jadi Na Bolon dan bertempat tinggal diatas
langit, bahkan pada masyarakat daerah pedesaan belum meninggalkan
kepercayaan tercebut. mereka mempunyai system kepercayaan dan religi
tentang Mulajadi Nabolon yang memiliki kekuasaan diatas langit dan
pancaran kekuasaan-Nya terwujud dalam Debata Natolu.
Menyangkut jiwa dan roh, suku Batak Toba mengenal tiga konsep, yaitu :
Debata Mula Jadi Na Bolon : bertempat tinggal diatas langit dan
merupakan maha pencipta;
Siloan Na Bolon : berkedudukan sebagai penguasa dunia makhluk
halus. Dalam hubungannya dengan roh dan jiwa.
Orang Batak mengenal tiga konsep yaitu :
Tondi (adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan,
oleh karena itu tondi memberi nyawa kepada manusia. Tondi di dapat
9
sejak seseorang di dalam kandungan. Bila tondi meninggalkan badan
seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka
diadakan upacara mangalap (menjemput) tondi dari sombaon yang
menawannya.)
Jiwa
Roh
Sahala : jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang, semua orang
memiliki tondi,tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama
dengan sumanta, tuah atau kesaktian yang dimiliki para raja atau
hula-hula.
Begu : tondinya orang yang sudah mati, yang tingkah lakunya sama
dengan tingkah laku manusia, hanya muncul pada waktu malam.
Orang batak juga percaya akan kekuatan sihir dari jimat yang disebut
tongkal.
b) Parmalim
Istilah Parmalim merujuk kepada penganut agama Malim. Agama
Malim yang dalam bahasa Batak disebut Ugamo Malim adalah bentuk
moderen agama asli suku Batak. Agama asli Batak tidak memiliki nama
sendiri, tetapi pada penghujung abad kesembilan belas muncul sebuah
gerakan anti kolonial. Pemimpin utama mereka adalah Guru Somalaing
Pardede. Agama Malim pada hakikatnya merupakan agama asli Batak,
namun terdapat pengaruh agama Kristen, terutama Katolik, dan juga
pengaruh agama Islam.
Agama ini tidak mengenal Surga atau sejenisnya, sepeti agama
umumnya, selain Debata Mula jadi Na Bolon (Tuhan YME) dan Arwah-arwah
leluhur, belum ada ajaran yang pasti reward atau punisnhment atas
perbuatan baik atau jahat, selain mendapat berkat atau dikutuk menjadi
miskin dan tidak punya turunan. Tujuan upacara agama ini memohon berkat
Sumangot dari Debata Mula jadi Na bolon (Tuhan YME), dari Arwah-arwah
leluhur, juga dari Tokoh-tokoh adat atau kerabat-kerabat adat yang dihormati,
seperti Kaum Hula-hula (dari sesamanya). Agama ini lebih condong ke
paham Animisme. Agama ini bersifat tertutup, masih hanya untuk suku Batak,
karena upacara ritualnya memakai bahasa Batak, dan setiap orang harus
punya marga, tidak beda dengan agama-agama suku-suku animisme
dibelahan bumi lainnya, sifatnya tidak universal.
Tuhan dalam kepercayaan Malim adalah "Debata Mula Jadi Na Bolon"
(Tuhan YME) sebagai pencipta manusia, langit, bumi dan segala isi alam
semesta yang disembah oleh "Umat Ugamo Malim" ("Parmalim"). Agama
10
Malim terutama dianut oleh suku Batak Toba di provinsi Sumatera Utara.
Sejak dahulu kala terdapat beberapa kelompok Parmalim namun kelompok
terbesar adalah kelompok Malim yang berpusat di Huta Tinggi, Kecamatan
Lagu Boti, Kab. Toba Samosir. Hari Raya utama Parmalim disebut Si
Pahasada (yaitu '[bulan] Pertama') serta Si Pahalima (yaitu '[bulan] Kelima)
yang secara meriah dirayakan di kompleks Parmalim di Huta Tinggi.
c) Masuknya Agama Islam Di Tanah Batak
Pada abad 19 agama Islam masuk daerah penyebarannya meliputi batak
selatan. Masyarakat Batak tidak pernah mengenal Islam sebelum disebarkan
oleh para pedagang Minangkabau. Bersamaan dengan usaha dagangnya,
banyak pedagang Minangkabau yang melakukan menikah dengan
perempuan Batak. Hal ini secara perlahan telah meningkatkan pemeluk Islam
di tengah-tengah masyarakat Batak. Pada masa perang Paderi di awal abad
ke-19, pasukan Minangkabau menyerang tanah Batak dan melakukan
pengislaman besar-besaran atas masyarakat Mandailing dan Angkola.
Namun penyerangan Paderi atas tanah Toba, tidak dapat mengislamkan
masyarakat tersebut, yang pada akhirnya mereka menganut agama Kristen
Protestan. Kerajaan Aceh di utara, juga banyak berperan dalam
mengislamkan masyarakat Karo dan Pakpak. Sementara Simalungun banyak
terkena pengaruh Islam dari masyarakat Melayu di pesisir Sumatera Timur.
d) Misionaris Kristen
Agama Kristen masuk sekitar tahun 1863 dan penyebarannya meliputi
batak utara. Pada tahun 1824, dua misionaris baptis asal Inggris, Richard
Burton dan Nathaniel Ward berjalan kaki dari Sibolga menuju pedalaman
Batak. Setelah tiga hari berjalan, mereka sampai di dataran tinggi Silindung
dan menetap selama dua minggu di pedalaman. Dari penjelajahan ini,
mereka melakukan observasi dan pengamatan langsung atas kehidupan
masyarakat Batak. Pada tahun 1834 kegiatan ini diikuti oleh Henry Lyman
dan Samuel Manson dari dewan komisaris Amerika untuk misi luar negeri.
Pada tahun 1850, dewan Injil Belanda menugaskan Herman
Neubronner Van Der Tuuk untuk menerbitkan buku tata bahasa dan kamus
bahasa Batak-Belanda. Hal ini bertujuan untuk memudahkan misi-misi
kelompok Kristen Belanda dan Jerman berbicara dengan masyarakat Toba
dan Simalungun yang menjadi sasaran pengkristenan mereka.
Misionaris pertama asal Jerman tiba di lembah sekitar Danau
Toba pada tahun 1861 dan sebuah misi pengkristenan dijalankan pada tahun
1881 oleh Dr. Ludwig Ingwer Nommensen. Kitab Perjanjian Baru untuk
pertama kalinya diterjemahkan ke bahasa Batak Toba oleh Nommensen
11
pada tahun 1869 dan penerjemahan Kitab Perjanjian Lama diselesaikan oleh
P.H. Johannsen pada tahun 1891. Teks terjemahan tersebut dicetak dalam
huruf latin di Medan pada tahun1893. Menurut H.O. Voorma, terjemahan ini
tidak mudah dibaca, agak kaku dan terdengar aneh dalam bahasa Batak.
Masyarakat Toba dan Karo menyerap agama Kristen dengan
cepat dan pada awal abad ke-20 telah menjadikan Kristen sebagai identitas
budaya. Pada masa ini merupakan periode kebangkitan kolonialisme Hindia-
Belanda, dimana banyak orang Batak sudah tidak melakukan perlawanan
lagi dengan pemerintahan colonial. Perlawanan secara gerilya yang
dilakukan oleh orang-orang Batak Toba berakhir pada tahun 1907, setelah
pemimpin kharismatik mereka, Sisingamangaraja XII wafat.
e) Gereja HKBP
Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) telah berdiri di Balige
pada bulan September 1917. Pada akhir tahun 1920-an, sebuah sekolah
perawat memberikan pelatihan keperawatan kepada bidan-bidan disana.
Kemudian pada tahun 1941. Gereja Batak Karo Protestan (GBKP)
didirikan.
2. Teknologi
12
banyak fungsi dalam kehidupan adat Batak. Masyarakat batak juga memiliki
sebuah kelender batak pada zaman dahulu.
3. Budaya
1. Kekerabatan
Nilai kekerabatan masyarakat Batak utamanya terwujud dalam pelaksanaan
adat Dalian Na Talu, dimana seseorang harus mencari jodoh diluar
kelompoknya, orang-orang dalam satu kelompok saling menyebut Sabutuha
(bersaudara), untuk kelompok yang menerima gadis untuk diperistri disebut
Hula-hula. Kelompok yang memberikan gadis disebut Boru.
2. Hagabeon
Nilai budaya yang bermakna harapan panjang umur, beranak, bercucu
banyak, dan yang baik-baik.
3. Hamoraan
Nilai kehormatan suku Batak yang terletak pada keseimbangan aspek spiritual
dan meterial.
4. Uhum dan ugari
Nilai uhum orang Batak tercermin pada kesungguhan dalam menegakkan
keadilan sedangkan ugari terlihat dalam kesetiaan akan sebuah janji.
5. Pengayoman
Pengayoman wajib diberikan terhadap lingkungan masyarakat, tugas tersebut
di emban oleh tiga unsur Dalihan Na Tolu.
6. Marsisarian
Suatu nilai yang berarti saling mengerti, menghargai, dan saling membantu.
4. Ekonomi
Pada umumnya masyarakat batak bercocok tanam padi di sawah dan ladang.
Lahan didapat dari pembagian yang didasarkan marga. Setiap kelurga mandapat
tanah tadi tetapi tidak boleh menjualnya. Selain tanah ulayat adapun tanah yang
dimiliki perseorangan .
Perternakan juga salah satu mata pencaharian suku batak antara lain
perternakan kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, dan bebek. Penangkapan ikan
dilakukan sebagian penduduk disekitar danau Toba.
Sektor kerajinan juga berkembang. Misalnya tenun, anyaman rotan, ukiran kayu,
temmbikar, yang ada kaitanya dengan pariwisata.
Sebagian besar masyarakat Batak Toba saat ini bermatapencaharian
sebagai petani, peladang, nelayan, pegawai, wiraswasta dan pejabat
pemerintahan. Dalam berwiraswasta bidang usaha yang banyak dikelola oleh
13
masyarakat adalah usaha kerajinan tangan seperti usaha penenunan ulos,
ukiran kayu, dan ukiran logam. Saat ini sudah cukup banyak juga yang memulai
merambah ke bidang usaha jasa. Masyarakat tradisional Batak Toba bercocok
tanam padi di sawah dan juga mengolah ladang secara berpindah-pindah.
Pengelolaan tanaman padi di sawah banyak terdapat di daerah selatan Danau
Toba.
Hal ini disebabkan oleh daerah tersebut adalah dataran yang landai dan
terbuka sehingga memungkinkan untuk bercocok tanam padi di sawah.
Sedangkan ladang banyak terdapat di daerah utara (Karo, Simalungun, Pakpak,
dan Dairi). Kawasan ini berhutan lebat dan tertutup serta berupa dataran tinggi
yang sejik sehingga mengakibatkan lahan ini lebih memungkinkan untuk
pengolahan ladang. Jika anda mendengar daerah Karo sebagai peghasil
sayuran dan buah yang potensial, ini adalah salah satu dampak positif yang
dihasilkan oleh keberadaan bentuk lahan tersebut.
Sebelum teknologi pengolahan pangan mencapai daerah tano Batak, hasil
pengolahan tanaman padi di sawah hanya dapat menghasilkan panen satu kali
dalam satu tahun. Hal ini disebabkan oleh pengolahan tanah yang tidak begitu
baik, irigasi yang terbatas dan juga tanpa penanganan tanaman yang terampil.
Demikian halnya dengan hasil pengolahan tanaman di ladang, hanya dapat
menghasilkan panen satu hingga dua kali saja lalu kemudaian lahan tidak dapat
digunakan lagi. Kemudian ladang tersebut akan ditinggalkan dan berpindah ke
ladang yang baru. Dahulu kala,pembukaan ladang yang baru dimulai dengan
pemilihan lahan melalui ritual bersama seorang datu (dukun) yang disebut
parma-mang. Lahan yang biasanya dijadikan ladang adalah lahan yang tidak
ditempati atau kawasan hutan alami yang belum dijamah oleh manusia.
Kemudian lahan tersebut dibersihkan dengan cara dibakar. Upacara selanjutnya
adalah memberikan sesaji kepada penunggu lahan agar tidak mengganggu
pengolah ladang dan juga sekaligus sebagai upacara pemilihan hari baik untuk
mulai menanam. Selama musim pembukaan lahan ini, masyarakat kampung
dilarang untuk keluar-masuk kampung. Hal ini dilakukan untuk menghindari mala
petaka dan bahaya yang mungkin terjadi karena penunggu lahan yang merasa
terusik. Sekarang keberadaan datu ini sudah tidak menjadi dominan lagi, akan
tetapi kebiasaan membuka lahan baru ini masih tetap ada. Tanaman yang
sering ditanam di ladang ini adalah tebu, tanaman obat, ubi, sayu-sayuran dan
mentimun.
Demikian juga pohon aren yang sengaja ditanam di tengah ladang untuk
menghasilkan tuak, sejenis minuman beralkohol, yang menjadi kesukaan
masyarakat Batak. Ada pula beberapa komoditi unggulan yang menjadi
14
kelebihan suatu daerah. Seperti hasil panen utama dari daerah Simalungun dan
Mandailing adalah jagung dan ubi kayu, serta beragam sayuran. Dari daerah
Pakpak yang menjadi komoditi unggulannya adalah kemenyan dan kapur barus.
Bayangkan betapa kayanya tano Batak ini.
Saat ini masyarakat Batak sudah banyak yang mengolah padi hibrida di
sawah mereka, tentunya orang Batak tidak mau ketinggalan dari yang lainnya.
Satu kemajuan ini bagi orang Batak. Beralih kepada masa pengaruh
perkembangan ekonomi terhadap pertanian di tanah Batak. Pengaruh
perkembangan perekonomian tersebut mulai terlihat ketika penjajah memasuki
daerah Tano Toba. Produksi tanaman padi dan hasil ladang meningkat pesat.
Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan pangan untuk para pekerja kuli
yang datang memasuki daerah Tano Toba. Pekerja kuli ini didatangkan dari
semenanjung Malasya (mayoritas china) dan juga daerah Jawa, karena
masyarakat lokal tidak bersedia menjadi pekerja untuk penjajah. Pada tahun-
tahun pertama masa pendudukan penjajahan, pejabat kolonial telah membangun
sistem transportasi yang menggunakan tenaga para pekerja kuli tersebut.
Untuk mendukung peningkatan produktivitas tanaman padi di sawah,
pejabat kolonial menyediakan lahan yang akan diolah untuk menanam padi dan
juga memperbaiki saluran irigasi. Beberapa tahun kemudian dilaksanakan
percobaan penanaman tanaman yang berasal dari Eropa seperti kentang dan kol
di daerah dataran tinggi Karo. Masyarakat menyambut baik usaha ini. Hasil
produk pertanian yang ada dapat diekspor hingga ke luar negeri(Penang dan
Singapura). Sejumlah besar petani kecil di daerah bercocok tanam padi di sawah
dan ladang. Tapanuli kemudian juga turut mencoba mengelola jenis tanaman
yang sama. Selain tanaman sayuran, diadakan juga percobaan penanaman
tanaman perkebunan yang menjadi cikal bakal pengembangan kawasan
perkebunan di Tano Toba. Pada umumnya masyarakat Batak telah mengenal
dan mempergunakan alat-alat sederhana yang dipergunakan untuk bercocok
tanam dalam kehidupannya. Seperti cangkul, bajak (tenggala dalam bahasa
Karo), tongkat tunggal (engkol dalam bahasa Karo), sabit (sabi-sabi) atau ani-
ani.
Lahan didapat dari pembagian yang didasarkan marga. Setiap keluarga
mendapat tanah tadi , tetapi tidak boleh menjualnya. Selain tanah ulayat
adapaun tanah yang dimiliki perseorangan. Peternakan juga salah satu mata
pencaharian suku Batak antara lain peternakan kerbau, sapi, babi, kambing,
ayam, dan bebek. Penangkapan ikan dilakukan sebagian penduduk disekitar
danau Toba. Sektor kerajinan yang berkembang. Misalnya tenun, anyaman
rotan, ukiran kayu, tembikar, yang ada kaitannya dengan pariwisata.
15
5. Sosial
a. Perkawinan\
Pada tradisi suku Batak seseorang hanya bisa menikah dengan orang
Batak yang berbeda klan sehingga jika ada yang menikah dia harus
mencari pasangan hidup dari marga lain selain marganya. Apabila
yang menikah adalah seseorang yang bukan dari suku Batak maka dia
harus diadopsi oleh salah satu marga Batak (berbeda klan). Acara
tersebut dilanjutkan dengan prosesi perkawinan yang dilakukan di
gereja karena mayoritas penduduk Batak beragama Kristen.
Untuk mahar perkawinan-saudara mempelai wanita yang sudah
menikah.
b. Kekerabatan
Kelompok kekerabatan suku bangsa Batak berdiam di daerah
pedesaan yang disebut Huta atau Kuta menurut istilah Karo. Biasanya
satu Huta didiami oleh keluarga dari satu marga.Ada pula kelompok
kerabat yang disebut marga taneh yaitu kelompok pariteral keturunan
pendiri dari Kuta. Marga tersebut terikat oleh simbol-simbol tertentu
misalnya nama marga. Klen kecil tadi merupakan kerabat patrilineal
yang masih berdiam dalam satu kawasan. Sebaliknya klen besar yang
anggotanya sdah banyak hidup tersebar sehingga tidak saling kenal
tetapi mereka dapat mengenali anggotanya melalui nama marga yang
selalu disertakan dibelakang nama kecilnya, Stratifikasi sosial orang
Batak didasarkan pada empat prinsip yaitu : (a) perbedaan tigkat umur,
(b) perbedaan pangkat dan jabatan, (c) perbedaan sifat keaslian dan
(d) status kawin.
16
Suku Dani
Kerajinan masyarakat suku bangsa Dani antara lain korok: alat sejenis parang,
sege: alat sejenis tugal untuk melubangi tanah, moliage: sejenis kapak batu
dengan ujung dari besi, dan wim: busur panah. Peralatan-peralatan tersebut
biasanya diberi hiasan atau diukir agar nampak indah.
17
4. Sosial
yaitu cara-cara perilaku manusia yang terorganisir secara sosial meliputi sistem
kekeraban, sistem komunitas, sistem pelapisan sosial, sistem politik. Bagaimana
kelompok sosial mengorganisasikan diri, dapat dilihat pada kesatuan-kesatuan
sosial berikut:
a) kesatuan geneologis meliputi nuclear family dan extended family.
Kelompok keturunan (descent group) merupakan kelompok kekerabatan
yang anggotanya diakui berasal dari satu nenek moyang tertentu yang
sungguh-sungguh ada atau hanya dalam mitologi.
Dalam system kekerabatan ini terdapat
a. Bilateral , yaitu menganut kekerabatan parental atau mengambil
menarik garis keturunan ayah dan ibu, misal : Jawa, Sunda, Bugis-
Makasar
b. Unilateral, yaitu menganut kekerabatan hanya dari satu pihak saja,
jika ayah disebut patrilineal misalnya Batak, Ambon, Bali, Asmat,
Sawu dan Dani, jika ibu disebut matrilineal misalnya Minangkaba
c. Ambilineal, yaitu menarik garis keturunan untuk sebagian orang
masyarakat melalui pihak ibu dan sebagian lagi ari pihak ayah,
misalnya suku Dayak
b) kesatuan teritorial atau kedaerahan, misalnya lembur di Sunda, dukuh di
Jawa dan wanua di Bugis
c) Kesatuan sosial yang bersifat geneologis dan teritorial, yaitu adanya
kesamaan pertalian darah sekaligus kedaerahan. Misal huta di Batak,
nagari di Minangkabau, uma di Dani, dalu di Manggarai (Flores)
d) Kesatuan sosial yang bersifat sakral karena adanya ikatan suci
keagamaan, misalnya jamaah (Islam) dan jemaat (Kristen)
e) Kesatuan sosial berdasarkan umur
f) Kesatuan sosial berdasrkan jenis kelamin (sexe class)
g) Kesatuan sosial bersifat paguyuban atau gemainschaft, misalnya subak
di Bali
h) Kesatuan sosial bersifat patembayan atau gesselschaft, misalnya
organisasi politik, firma, koperasi dan lain-lain
Berdasarkan sistem perkawinannya
a. Dilihat dari Asal Pasangan
- Eksogami : pasangan berasal dari suku, ras atau klen yang berbeda
- Endogami : pasangan berasal dari suku, ras atau klen yang berbeda
- Homogami : pasangan berasal dari lapisan sosial yang sama
- Heterogami : pasangan berasal dari lapisan sosial yang berbeda
18
5. Teknologi
Teknologi, yaitu alat-alat produksi, senjata, peralatan distribusi dan transportasi,
peralatan komunikasi, peralatan konsumsi, pakaian dan perlengkapannya,
makanan dan minuman, peralatan perlindungan atau istirahat.
19
Suku Betawi
1. Kebudayaan Suku Betawi
Suku Betawi merupakan kebudayaan asli kota Jakarta. Kebudayaan suku
betawi terbentuk dari akulturasi(percampuran) bebrbagai kebudayaan yang telah
ada sebelumnya. Hal ini terjadi karena Jakarta sebagai tempat hidup suku betawi
merupakan daerah pesisir yang sejak dahulu menjadi pusat perdangan. Oleh karna
itu, dengan sendirinya menjadi tujuan berbagai etnis dari kawasan nusantara dan
dunia. Di samping itu, sikap terbuka orang betawi dan penghargaannya yang tinggi
terhadap perbedaan juga turut mempercepat akulturasi tersebut. Karena akulturasi
tadi, kebudayaan suku betawi dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis
berdasarkan pengaruh kebudayaan- kebudayaan asal yang membentuknya, yaitu:
Kebudayaan yang terbentuk oleh pengaruh kebudayaan arab dan
melayu, seperti samrah,rebana,dan marawis
2.Kebudayaan yang terbentuk oleh pengaruh kebudayaan cina seperti
lenong, topeng betawi, gambang kromong, tari cokek, dan tari yapong
3.Kebudayaan yang terbentuk oleh pengaruh kebudayaan portugis dan
belanda, misalnnya keroncong tegu dan tanjidor Kebudayaan suku betawi
biar jadi menjadi kebudayaan terkaya yang dimiliki Indonesia.
Mengingat akulturasi yang terjadi pada kebudayaan suku yang cukup banyak
tidak mengherankan jika akhirnya kebudayaan suku betawi ina kebudyaan menarik
minat para pendatang untuk ikut mendiami sebagai besar wilaya Jakarta sebagai
tempat berlangsungnnya kebudayaan suku betawi secara turun temurun Perilaku
dan sifat Asumsi kebanyakan orang tentang masyarakat Betawi ini jarang yang
berhasil, baik dalam segi ekonomi, pendidikan, dan teknologi. Padahal tidak sedikit
orang Betawi yang berhasil.
Ada beberapa hal yang positif dari Betawi antara lain jiwa sosial mereka
sangat tinggi, walaupun kadang-kadang dalam beberapa hal terlalu berlebih dan
cenderung tendensius. Orang Betawi juga sangat menjaga nilai-nilai agama yang
tercermin dari ajaran orangtua (terutama yang beragama Islam), kepada anak-
anaknya. Masyarakat Betawi sangat menghargai pluralisme. Hal ini terlihat dengan
hubungan yang baik antara masyarakat Betawi dan pendatang dari luar Jakarta.
Orang Betawi sangat menghormati budaya yang mereka warisi. Terbukti dari
perilaku kebanyakan warga yang mesih memainkan lakon atau kebudayaan yang
diwariskan dari masa ke masa seperti lenong, ondelondel, gambang kromong, dan
lain-lain. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan sebagian besar
masyarakat Betawi masa kini agak terpinggirkan oleh modernisasi di lahan lahirnya
20
sendiri (baca : Jakarta). Namun tetap ada optimisme dari masyarakat Betawi
generasi mendatang yang justru akan menopang modernisasi tersebut.
Perkembangan keluarga Betawi dibayangi oleh warisan penelusuran sejarah
etnik Betawi. Warisan yang melekat pada keluarga Betawi adalah nilai-nilai spiritual
islam. Orang Betawi akan mendapat restu untuk menikah bila calon pasangannya
beragama islam. Keluarga sebagai unit terkecil ini berpusat pada ayah, hubungan
ayah dengan anak dan istri bersifat primer. Figure ayah amat dominan dalam
keluarga Betawi, tetapi hubungan orang tua-anak dan hubungan suami-istri tidak
mempunyai tata krama yang jelas. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan sehari-hari
keluarga Betawi, seperti anak dapat memanggil ayah atau ibunya hanya dengan
nama saja dan istri dapat memanggil suami dengan menyebut namanya langsung.
Keluarga Betawi yang berpusat pada ayah (Patrifocal-Family) berasal dari
implementasi nilai-nilai spriritual Islam ke dalam keluarga Betawi. Kuatnya nilai-nilai
spiritual Islam ke dalam keluarga dapat dilihat pada keluarga Betawi yang lebih
menganjurkan putra-putri mereka bersekolah di sekolah agama daripada di sekolah
umum. Anak lelaki keluarga Betawi mendapat perhatian yang lebih baik daripada
anak perempuan mereka. Anak lelaki lebih mendapat perhatian pendidikan, asupan
gizi, warisan, dan bila terjadi konflik antara anak yang berlainan jenis. Pandangan
keluarga Betawi dalam pendidikan anak dan perbedaan memperlakukan anak
menyebabkan anak laki-laki Betawi jarang yang berpendidikan tinggi dan anak
perempuan tetap tinggal dirumah.
Keluarga Betawi pada umumnya menghidupi keluarganya dengan pekerjaan
tidak tetap, berdagang, mengharapkan hasil kebun, dan kontrakan atau
menyewakan rumah. Untuk melangsungkan pesta perkawinan, khitanan, atau
keperluan lain yang lebih besar, keluarga Betawi pada umumnya menjual kebun
atau sebagian rumahnya. Hal ini menyebaban mereka terpinggirkan oleh kaum
pendatang yang lebih ulet, mempunyai pendidikan, dan memeiliki budaya
menabung. Keluarga Betawi juga memiliki pandangan ‘banyak anak banyak rejeki’,
pendidikan agama harus nomor satu, menjadi kebanggaan bagi kaum laki-laki jika
memiliki istri lebih dari satu, dan anak laki-laki harus lebih pandai dari anak
perempuan. Keluarga Betawi umumnya memiliki anak lebih dari tiga.
Aspek budaya betawi yang berhubungan kesehatan
Aspek budaya betawi yang mempengaruhi kesehatan
Ada beberapa aspek budaya di kalangan masyarakat terhadap kesehatan
masyarakat Betawi. Contohnya:
1. Masyarakat Betawi melarang perempuan Betawi yang sedang
mengandung pantang makan yang amis-amis seperti ikan karena khawatir
bila nanti melahirkan air ketubannya amis. Sedangkan Ibu hamil
21
memerlukan protein tinggi. Selain itu, larangan untuk memakan buah-
buahan seperti pisang, nanas, ketimun dan lain-lain bagi wanita hamil juga
masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama masyarakat di
daerah pedesaan. (Wibowo,1993).
2. Di masyarakat Betawi juga berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut,
udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Dan
memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga
rendah. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan
si bayi.
3. Kaum pria Betawi dewasa umumnya merokok walaupun yang
bersangkutan menderita penyakit paru kronik seperti tb paru atau asma.
22
barang-barang yang diproduksi oleh negara–negara asing, dan bukan
menggunakan produk lokal atau produk dalam negri.
3. Sistem religi
Kepercayaan manusia terhadap adanya Sang Maha Pencipta yang muncul karena
kesadaran bahwa ada zat yang lebih dan Maha Kuasa.
4. Sistem ekonomi
Sistem yang timbul karena manusia mampu menciptakan barang – barang dan
sesuatu yang baru agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan membedakan
manusia dengam makhluk hidup yang lain.
5. Sistem Social
Masyarakat Betawi atau Jakarta asli dalam hal susunan masyarakat dan
sisitem kekerabatanya, pada umumnya menganut sisitem patrilineal yaitu
menghitung hubungan kekerabatan melalui garis keturunan laki-laki saja. Karena itu
mengakibatkan tiap-tiap individu dalam masyarakat memasukan semua kaum
kerabat ayah dalam hubungan kekerabatannya, sedangkan semua kaum kerabat
ibu diluar garis hubungan kekerabatannya.
Perlu diakui, asumsi masyarakat tentang Suku Betawi memiliki penilaian
yang menganggap bahwa masyarakat Betawi jarang mencapai keberhasilan, baik
dalam segi ekonomi, pendidikan dan teknologi. Padahal, bila kita tinjau lebih jauh,
tidak sedikit orang Betawi yang berhasil. Misalnya saja Muhammad Husni Thamrin,
Benyamin S, bahkan hingga Gubernur Jakarta saat ini, Fauzi Bowo.
Ada beberapa hal yang positif yang dimiliki oleh masyarakat Betawi antara lain, jiwa
sosial mereka tergolong sangat tinggi, walaupun terkadang dalam beberapa hal
terlalu berlebih dan cenderung tendensius atau fanatik. Orang Betawi juga sangat
menjaga nilai – nilai agama yang tercermin dari ajaran orang tua (terutama yang
beragama Islam) kepada anak-anaknya. Masyarakat Betawi sangat menghargai
pluralisme. hal ini terlihat dengan hubungan yang baik antara masyarakat Betawi
dan pendatang dari luar Jakarta. Orang Betawi sangat menghormati budaya yang
mereka warisi. terbukti dari perilaku kebanyakan warga yang mesih memainkan
lakon atau kebudayaan yang diwariskan dari masa ke masa seperti lenong, ondel-
ondel, gambang kromong, dan lain-lain.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan sebagian besar masyarakat
Betawi masa kini agak terpinggirkan oleh modernisasi yang ironisnya terjadi di
daerah atau tanah masyarakat Betawi sendiri. Namun, tetap ada optimisme dari
masyarakat Betawi bahwa masyarakat generasi mendatang akan mampu
menopang modernisasi tersebut.
23
KEBUDAYAAN ACEH
1. Sistem Religi
Aceh termasuk salah satu daerah yang paling awal menerima agama
Islam. Oleh sebab itu propinsi ini dikenal dengan sebutan "Serambi Mekah",
maksudnya "pintu gerbang" yang paling dekat antara Indonesia dengan tempat
dari mana agama tersebut berasal. Meskipun demikian kebudayaan asli Aceh
tidak hilang begitu saja, sebaliknya beberapa unsur kebudayaan setempat
mendapat pengaruh dan berbaur dengan kebudayaan Islam. Dengan demikian
kebudayaan hasil akulturasi tersebut melahirkan corak kebudayaan Islam-Aceh
yang khas. Di dalam kebudayaan tersebut masih terdapat sisa-sisa kepercayaan
animisme dan dinamisme.
3. Sistem Kemasyarakatan
Bentuk kesatuan hidup setempat yang terkecil disebut gampong
(kampung atau desa) yang dikepalai oleh seorang geucik atau kecik. Dalam
setiap gampong ada sebuah meunasah (madrasah) yang dipimpin seorang
imeum meunasah. Kumpulan dari beberapa gampong disebut mukim yang
dipimpin oleh seorang uleebalang, yaitu para panglima yang berjasa kepada
sultan. Kehidupan sosial dan keagamaan di setiap gampong dipimpin oleh
pemuka-pemuka adat dan agama, seperti imeum meunasah, teungku khatib,
tengku bile, dan tuha peut (penasehat adat).
4. Sistem Tekhnologi dan Peralatan Hidup
Persenjataan
Orang Aceh terkenal sebagai prajuri-prajurit tangguh penentang penjajah,
dengan bersenjatakan rencong, ruduh (kelewang), keumeurah paneuk (bedil
berlaras pendek), peudang (pedang), dan tameung (tameng). Senjata-senjata
tersebut umumnya dibuat sendiri.
Orang Aceh terkenal sebagai prajuri-prajurit tangguh penentang penjajah,
dengan bersenjatakan rencong, ruduh (kelewang), keumeurah paneuk (bedil
27
berlaras pendek), peudang (pedang), dan tameung (tameng). Senjata-senjata
tersebut umumnya dibuat sendiri.
Sampai sekarang modernisasi dalam bidang teknologi banyak kelihatan,
terutama pada masyarakat yang tinnggl di pedalaman. Namun demikian, akhir
akhir ini telah mulai ada reaksi terhadap anjuran anjuran pemerintah untuk
menggunakan teknologi modern dalam hal pertanian, seperti pupuk buatan,
penyemprotan hama dan lain sebagainya.
Mereka juga memiliki pabrik pabrik perinduustrian yang di dunakan untuk
mengolah hasil hasil perkebunan mereka seperti hasil perkebunan kelapa sawit,
tebu, tembakau, karet dan lain sebaginya sehingga dapat dikatakkan bahwa
teknologi yang mereka miliki saat ini tidak kalah dengan daerah daerah yang lain
bahkan juga bisa dikatakan lebih maju dari daerah daerah yang lain.
Dengan singkat, potensi untuk pembangunan daerah orang aceh, yang
untuk sementara terletak dalam sektor pertanian, cukup ada. Sedangkan untuk
sektor sektor peruamahan penduduk atau pembangunan itu perlu ditingkatkan.
5. Sistem Budaya Aceh
Wilayah Aceh kaya akan tradisi dan budaya. Lagu daerahnya yaitu “Piso
Suri” Bungong Jeumpa”. Tarian dari daerah ini antara lain tari Seudati, tari
Saman, tari Meusekat, tari Ular-Ular , tari Guel Randai. Tari Seudati merupakan
tari yang paling terkenal, bahkan ke mancanegara. Tari ini dimainkan oleh
beberapa orang. Keunikan tarian ini yaitu ketangkasan, kecepatan, dan
kekompakan para penarinya.
Seni hias khas Aceh yaitu bentuk pilin berganda. Seni hias ini biasa
digunakan pada ukiran kain tenun. Bentuk pilin berganda terdiri atas susunan
lima huruf. Senjata tradisionalnya yaitu Rencong. Pegangan rencong biasanya
terbuat dari besi yang bertulisan ayat-ayat Alquran. Selain rencong, terdapat pula
kesenian tradisional lainnya, yaitu Pedang Daun tebu (digunakan oleh panglima
perang) dan Rendeuh (digunakan prajurit).
Rumah adat daerah aceh adalah rumoh aceh. Rumoh aceh inii berbentuk
Rumah Panggung yang terbuat dari kayu meranti. Rumoh aceh terdiri atas tiga
serambi yaitu Seuramoe keu (Serambi deoan), rumah inong (serambi tengah),
dan seuramoe likot (serambi belakang). Selain itu, terdapat pula rumah adat
untuk menyimpan padi (lumbubg padi), yaitu krong pade atau berandang. Selain
itu, ada juga makanan khas. Makanan kas tersebut antara lain gulai, timpan,
daging masak pedas, dan masak udang cumi.
28