You are on page 1of 34

TUGAS RADIOLOGI

Disusun Oleh :
Seftia Varera Nanda, S. Ked
1618012065

Perceptor :
dr. Karyanto, Sp. Rad

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN RADIOLOGI


RSUD DR. H. ABDOEL MOELOEK BANDAR LAMPUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
SOAL - SOAL

1. Patofisiologi dan gambaran radiologi Perthes Disease?


2. A. Indikasi, kontra indikasi, persiapan, dan peralatan pasca tindakan
myelografi?
B. Kelainan-kelainan yang mungkin terjadi pada myelografi? (min.15)
C. Gambaran skematis penampang Medulla Spinalis dan selubungnya?
3. Sebutkan macam-macam atresia esofagus dan gambaran radiologis!
4. Sebutkan kelainan-kelainan yang mungkin terjadi pada vertebrae dan
gambaran radiologis? (min.15)
5. Skematis dan cara kerja USG?
6. Sebutkan indikasi, kontra indikasi, persiapan, dan pelaksanaan:
a. BNO-IVP
b. Colon in loop
7. Sebutkan kelainan-kelainan yang mungkin ditemukan pada IVP dan
gambaran radiologis? (min.15)
8. Sebutkan kelainan-kelainan yang mungkin ditemukan pada colon in loop dan
gambaran radiologis? (min.15)
1. Patofisiologi dan gambaran radiologi Perthes Disease?

Penyakit Perthes merupakan suatu penyakit yang tergolong kelas osteochondroses


aseptik pada masa kanak-kanak.Hal ini ditandai dengan nekrosis avaskular dari
epiphysis, yang pada gilirannya, merusak penulangan enchondral kaput
femoral.Etiologi penyakit Perthes masih belum diketahui.Beberapa kemungkinan
penyebab telah diusulkan, termasuk microtrauma berulang, retardasi tulang dan
insufisiensi vaskular.Hal ini diduga bahwa mikrotrauma berulang kaput femur
menyebabkan patah tulang kecil di spongiosa kerangka yang rapuh dari kaput femur
yang belum matang, hipotesis ini didukung oleh pengamatan bahwa penyakit ini lebih
umum pada anak-anak yang hiperaktif.

Suplai darah ke femur proksimal diperoleh dari arteri sirkumfleksia femoralis


media.Pembuluh darah ini membentuk cincin anastomosis pada basis kolum
femur.Dari cincin ini, arteri retinakular posteroinferior dan posterosuperior melintasi
kolum femur untuk memperdarahi pusat osifikasi sekunder pada epifisis kaput femur.
Cabang dari arteri sirkumfleksia femoralis lateral memperdarahi bagian trokanter
mayor. Oklusi total atau sebagian kelompok pembuluh darah ini mengakibatkan
berbagai derajat nekrosis pusat osifikasi sekunder.

Jika iskemia menyebabkan infark tulang, pertumbuhan normal dari epifisis tulang
sementara waktu berhenti,tetapi kartilago yang mendapatkan nutrisinya dari difusi
cairan synovial tetap tumbuh. Daerah kecil kartilago yang berdekatan dengan daerah
epifisis tulang yang tidak mendapatkan suplai darah akan tetap mengalami
nekrosis.Epifisis tulang akhirnya mendapatkan kembali aliran darahnya.Selama fase
revaskularisasi ini, anak biasanya tidak menunjukkan gejala. Bila jaringan granulasi
menyerang tulang nekrotik, trabekula yang mati tetap mengalami substitusi bertahap
(penggantian tahap demi tahap dari tulang mati dengan tulang yang masih hidup ).
Selama fase penyembuhan ini,epifisis tulang dan kartilago diatasnya rentan terhadap
deformasi dan hilangnya sferisitas, terutama jika terdapat distribusi abnormal dari
tenaga transartikular dari pinggul.
Radiografi
Tanda-tanda radiografi awal LCPD meliputi:
 Epiphysis femoralis kecil (96%)
 Sclerosis kepala femoral dengan penyerapan dan keruntuhan (82%)
 Sedikit melebar dari ruang sendi yang disebabkan oleh penebalan tulang rawan,
kegagalan pertumbuhan epifisis, adanya cairan sendi, atau kelemahan sendi (60%)

Tanda-tanda Akhir LCPD pada radiografi meliputi:


 Tertunda pematangan tulang dari derajat ringan, gambaran radiolusen seperti
bulan sabit menunjukan patah tulang subchondral
 Fragmentasi kaput femur dan kista leher femur dari perdarahan intramedulla atau
perpanjangan tulang rawan physeal ke metafisis, badan longgar, dan coxa plana
 Coxa magna atau remodeling dari kaput femur yang meluas dan mendatar,
tampak sebagai gambaran jamur.
2. A. Indikasi, kontra indikasi, persiapan, dan peralatan pasca tindakan
myelografi?

Myelografi adalah pemeriksaan secara radiologis dari medulla spinalis dengan


menyuntikan media kontras positif ke dalam ruang sub arakhnoid. Tujuan
pemeriksaan myelografi untuk memperlihatkan kelainan-kelainan pada :
• Ruang sub arakhnoid
• Syaraf perifer
• Medulla spinalis

TEKNIK PEMERIKSAAN MYELOGRAFI


1) Tepi atas os illeum ditarik garis lurus ke arah tulang belakang kemudian di
desinfektan ( dari sentarl ke luar ) dengan menggunakan alkohol kemudian betadine.
2) Setelah kering dicari diskus intervertebralis lumbal 3 – 4, ditusuk dengan jarum
fungsi sampai keluar liquor cerebru spinalis (LCS).
3) Kemudian dimasukkan media kontras 10 – 12 cc tergantung dengan kondisi pasien
yang diperiksa
Yang harus diperhatikan : kesterilan alat tusuk, daerah yang ditusuk, media kontras
yang hendak dimasukkan.

INDIKASI
1) Tumor Ekstra dural, intra dural yang terbagi atas medullar, ekstra medullar.
2) Pecahan tulang
3) Bengkak karena luka trauma
4) Hernia Nukleus Pulposus ( HNP ), yaitu suatu keadaan di mana terjadi penonjolan
diskus intervertebralis ke arah posterior.
5) Tumor sekunder ( metastease )

KONTRA INDIKASI
1) Tekanan intra fena kranial meninggi
2) Infeksi pada daerah tusukan
3) Alergi terhadap bahan kontras
4) Kesadaran menurun
5) LCS bercampur darah

PROSEDUR PEMERIKSAAN
A. Persiapan Pasien
a. Jika pasien wanita, tanyakan apakah pasien hamil.
b. Tanyakan apakah pasien mengkonsumsi obat-obatan sebelumnya.
c. Tanyakan apakah pasien mempunyai riwayat asma.
d. Penandatanganan informed consent.
e. Melepaskan benda-benda logam pada daerah yang akan diperiksa.
f. Pasien puasa: selama 5 jam sebelum pemeriksaan.
g. Pasien diberi penjelasan tentang prosedur pemeriksaan.
h. Dibuat plain foto posisi AP dan lateral pada daerah yang akan diperiksa.
Premedikasi : diberikan obat sedatif, yaitu kombinasi dari 10 mg Drop ridol & 0,15
mg
B. Persiapan Alat Dan Bahan
a. Pesawat sinar X
b. Kaset yang berisi film
c. Marker L dan R
d. Baju penderita dan duk lobang steril
e. Spuit 10 ml dan 20 ml
f. Jarum spina beberapa ukuran
g. Kasa steril
h. Kapas steril
i. Alkohol
j. Yodium ( Betadine )
k. Media kontras yang digunakan
l. Obat anti hestamin
m. Konrentan
n. Kergaji ampul
o. Gunting dan plester
p. Tensimeter, thermometer

Proyeksi Pemotretan
Myelografi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik radiografi konvensional
ataupun dengan fluoroskapi. Sebelum pemeriksaan myelografi dilakukan dibuat
terlebih dahulu foto pendahuluan ( polos ) dari vertebre dengan proyeksi AP dan
lateral. Apabila foto pendahuluan taelah baik / informatif yang dinyatakan oleh
radiolog, pemeriksaan diteruskan dengan penyuntikkan media kontras.
Pengambilan foto setelah pemasukkan media kontras tergantung klinis penderita dan
permintaan dokter pengirim.
1. Proyeksi Lateral
• Tujuan : untuk melihat kedalaman jarum yang menusuk ke dalam diskus
intervertebralis menembus Medula Spinallis
• Posisi Pasien : Pasien lateral recumbent, kepala di atas bantal, knee fleksi, di bawah
knee dan ankle diberi pengganjal.
• Posisi Obyek : Atur MSP tegak lurus kaset/meja pemeriksaan (jika pakai
buki),pelvis dan tarsal true lateral,letakkan pengganjal yang radiolussent di bawah
pinggang agar vertebra lumbal sejajar pada meja (palpasi prosessus spinosus).
• FFD : 100 cm
• CR : Tegak lurus kaset
• CP : Setinggi L3 (palpasi lower costal margin/4 cm di atas cristailiaka)
Eksposi : Ekspirasi tahan nafas
Kriteria :
a) Tampak gambaran jarum yang menusuk bagian diskus intervertebralcontras dan
menembus Medula Spinallis
b) Tampak gambaran Medula Spinallis telah terisi zat contras.Tampak foramen
intervertebralis L1 – L4, Corpus vertebrae, space intervertebrae, prosessus spinosus
tidak ada

2. Proyeksi Antero Posterior(AP)


• Tujuan : Untuk melihat zat contas yang telah terisi contras media
• Posisi Pasien : Pasien tidur supine, kepala di atas bantal, knee fleksi.
• Posisi Obyek :Atur MSP tegak lurus kaset/meja pemeriksaan (jika pakai
buki),letakkan kedua tangan diatas dada,tidak ada rotasi tarsal / pelvis.
• FFD : 100 cm
• CR : Tegak lurus kaset
• CP : a) Setinggi Krista iliaka (interspace L4-L5) untuk memperlihatkan lumbal
sacrum dan posterior Cocygeus.
b).Setinggi L3 (palpasi lower costal margin/4 cm di atas crista iliaka) untuk
memperlihatkan lumbal.
Eksposi : Ekspirasi tahan nafas.
Kriteria :
Tampak vertebra lumbal, space intervertebra, prosessus spinosus dalam satu garis
pada vertebra, prosessus transversus kanan dan kiri berjarak sama.

B. Kelainan-kelainan yang mungkin terjadi pada myelografi? (min.15)

C. Gambaran skematis penampang Medulla Spinalis dan selubungnya?


1. Sebutkan macam-macam atresia esofagus dan gambaran radiologis!
Klasifikasi Atresia Esofagus
Adapun kasifikasi atresia esophagus menurut Voght adalah sebagai berikut:

1. Atresia esophagus dengan fistula trakeoesofagus distal


Merupakan gambar yang paling sering pada proksimal esophagus, terjadi
dilatasi dan penebalan dinding otot berujung pada mediastinum superior
setinggi vetebra thoracal III/IV. Esofagus distal (Fistel), yang mana lebih tipis
dan sempit, memasuki dinding posterior trakea setinggi carina atau 1-2 cm
diatasnya. Jarak antara esophagus proksimal yang buntu dan fistula
trakheaesofagus distal bervariasi mulai dari bagian yang overlap hingga yang
berjarak jauh.
2. Atresia esophagus terisolasi tanpa fistula
Esofagus distal dan proksimal benar-benar berakhir tanpa hubungan dengan
segmen esophagus proksimal, dilatasi dan dinding menebal dan biasanya
berakhir setinggi mediastinum posterior sekitar vetebra thorakalis II. Esofagus
distal pendek dan berakhir pada jarak yang berbeda diatas diagframa.
3. Fistula trakeosofagus tanpa atresia
Terdapat hubungan seperti fistula antara esophagus yang secara anatomi
cukup intak dengan trachea. Traktus yang seperti fistula ini biasa sangat tipis
dengan diameter 3-5 mm dan umumnya berlokasi pada daerah servikal paling
bawah. Biasanya satu tapi pernah ditemukan dua atau tiga fistula.
4. Atresia esofagus dengan fistula trakeoesofagus proksimal
Gambar kelainan yang jarang ditemukan namun perlu dibedakan dari jenis
terisolasi. Fistula bukan pada ujung distal esofagus tapi berlokasi 1-2 cm
diatas dinding depan esofagus.
5. Atresia esofagus dengan fistula trakeoesofagus distal dan proksimal
Pada kebanyakan bayi, kelainan ini sering terlewati (misdiagnosa) dan
diterapi sebagai atresia proksimal dan fistula distal. Sebagai akibatnya infeksi
saluran pernapasan berulang, pemeriksaan yang dilakukan memperlihatkan
suatu fistula dapat dilakukan dan diperbaiki keseluruhan. seharusnya sudah
dicurigai dari kebocoran gas banyak keluar dari kantong atas selama
membuat/merancang anastomase.

Gambaran Radiologi
Pemeriksaan radiologi biasanya digunakan sebagai screening non-invasif
untuk mendiagnosis penyakit motilitasi esofagus. Biasanya pasien dengan disfagi
memiliki beberapa pemeriksaan konvensional, seperti pemeriksaan barium atau
endoskopi. Pada pelaksanaannya, bolus cairan atau makanan berjalan sepanjang
esofagus oleh karena tekanan peristaltik dan gravitasi. Proses ini dikenal sebagai
esofagus transit yang berbeda dengan esofagus clearance yang merupakan suatu
proses pengosongan esofagus dari refluks bahan-bahan makanan yang berasal dari
usus.
Terdapat beberapa pemeriksaan radiologi yang dapat menunjang diagnosis
atresia esofagus. Kesemua pemeriksaan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :

a) Foto Thoraks
Gambaran penebalan pada dinding posterior trakea merupakan suatu petunjuk
adanya kelainan pada esofagus. Dimana jika didapatkan penebalan difus pada
mediastium dengan air fluid level dapat disuspek dengan akalasia. Untuk massa pada
esofagus cukup jarang dideteksi dengan kunci untuk mengevaluasi motilitas, refluks,
dan aspirasi.
Pemeriksaan radiologi yang dilakukan adalah foto thoraks termasuk abdomen atas
dengan memasukkan sonde lambung kedalam esofagus, kalau perlu kateter diisi
kontras non-ionik. Diagnosis atresia esofagus dapat dilakukan dengan pemeriksaan
foto pada posisi postreroanterior (PA) dan lateral. Dimana akan didapatkan
gamabaran gulungan nasogastrik tube pada bagian proksimal kantung esofagus.
Selain itu, lokasi arkus aorta juga dapat terlihat. Pneumonia asprisai (khususnya pada
bagian lobus kanan atas) dan atelektasis juga sering didapatkan.
Selain itu, gangguan motilitas akan ditemukan pada anak dengan atresia
esofagus dana dapat dilihat videofluoroskopi. Pada gangguan motilitas esofagus
gambaran yang didapatkan adalah penyempitan esofagus, transit esofagus yang
melambat, dan disorganisasi transit esofagus.
Berikut gambaran foto thorak yang didapatkan sesuai dengan tipe atresia
esofagus yang ada:
1. Atresia esofagus tanpa fistula.
 Dilatasi dari kantong proksimal esofagus yang berisi udara, akan
menyebabkan trakea maju ke bagian depan.
 Abdomen yang berisi gas mungkin terlihat. Udara normalnya terlihat di dalam
perut 15 menit setelah setelah kelahiran.
 Kantung esofagus bagian bawah dapat dilihat dengan menggunakan barium
atau pemasukan dengan gastrostonomi.

2. Atresia esofagus dengan fistula distal.


 Distensi gas pada bagian perut dan usus halus (disebabkan udara
melewati fistula kemungkinan akan ditemukan.
 Foto akan memperlihatkan gambaran udara yang sedikit jika fistula
okolusi.
 Sejumlah udara akan terlihat pada esofagus, meskipun biasanya udara
dalam esofagus pada neonatus dan anak-anak normal.
3. Atresia esofagus dengan fistula proksimal.
 Pada gamabaran radiografi, tanda-tandanya sama dengan yang
didapatkan pada atresia esofagus tanpa fistula.
 Abdomen yang berisi gas dapat terlihat.
 Pemeriksaan dengan menggunakan barium mungkin akan mengalami
kegagalan dalam pemeriksaan ini.
 Gambaran fistula membutuhkan pemeriksaan videofluoroskopi selama
pengisian pada kantung proksimal.
4. Fistula tanpa atresia.
 Pneumonia rekuren mungkin akan terlihat, dengan bentuk pneumonia
secara umum.
 Penggambaran fistula sulit dilakukan.
 Sejumlah udara akan terlihat pada esophagus.
 Pemeriksaan dengan kontras merupakan pemeriksaan pilihan untuk
diagnosis. Kontrak non-ionik merupakan pilihan kontras; dilusi barium
dapat digunakan sebagai kontras alternatif. Jika pasien diintubasi atau
dengan foto kontas menunjukkan trakea tanpa gambaran fistula, maka
esofagram sebaiknya dilakukan.

b) Computed Tomography (CT)

Pemeriksaan CT-scan jarang dilakukan untuk mendiagnosa atresia esofagus.


Pemeriksaan ini merupakan periksaan 3 dimensi esofagus dalam hubungannya
dengan struktur yang berdekatan. Biasanya pemeriksaan ini digunakan pada pasien
yang lebih dewasa.
Gambar CT-scan penampakan aksial sulit untuk diindefikasi; fistula
kemungkinan hanya terlihat sebagian. Pemeriksaan CT penampakan sagital selalu
digunakan untuk diagnosis atresia esofagus pada neonatus secara akurat. Metode ini
dapat memperlihatkan gambar panjang esofagus, lengkap dengan atresia, fistula dan
batas-batasnya. Pemeriksaan ini jika dikombinasikan dengan endoskopi akan lebih
memberi keuntungan, sebagai tambahan untuk memfasilitasi pemahaman hubungan
anatomi yang kompleks.

c) Ultrasonografi (USG)
USG merupakan pemeriksaan yang tidak rutin dilakukan untuk diagnosis
atresia esofagus setelah kelahiran, akan tetapi dapat digunakan sebelum kelahiran.
Pada pemeriksaan ini ditemukan adanya gelembung udara pada perut fetus yang
dikombinasikan dengan polihidramnion pada ibu yang mengarah ke diagnosis atresia
esofagos. Diagnosa akurat meningkat jika terdapat area anehoik pada bagian tengah
leher fetus, tanda ini membedakan atresia esofagus dengan penyakit-penyakit
gangguan menelan.
Terdapatnya dilatasi kantung esofagus yang buntu pada pemeriksaan ini dapat
merujuk ke atresia esofagus. tanda kantung ini telah didapatkan secara langsung pada
usia 26 minggu masa gestasi, tetapi onsetnya diperkirakan paling cepat 22 minggu.
Kemungkinan hubungan antara peningkatan tranlusens nuchal didapatkan pada
trimester pertama dan atresia esofagus telah ditemukan.\

d) Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Seperti pemeriksaan USG, MRI tidak disarankan untuk diagnosa atresia
esofagus pada bayi setelah kelahiran. Meskipun begitu, MRI memberikan gambar
esofagus dan sekitarnya pada posisi sgital dan karonal, dan resolusi kontrasnya lebih
baik dibandingkan CT-scan. MRI sangat jarang digunakan untuk menjelaskan lokasi
arkus aorta, tetapi sering digunakan untuk diagnosa molformasi congenital.
Tidak seperti USG, pemeriksaan MRI pada prenatal memberikan ganbar lesi
sekitar esofagus dan hubungan dan hubungan anatomi. MRI pada fetus memberikan
bukti akurtat untuk diagnosis atresia esofagus pada anak dengan resiko tinggi
berdasarkan penemuan USG. Akan tetapi, pemeriksaan MRI sulit untuk dilakukan
pada kasus polihidramnion karena kualitas gambar jelek.

e) Nuclear Imaging
Biasanya pemeriksaan ini tidak digunakan untuk mrngevaluasi atresia
esofogus. Meskipun demikian pemeriksaan ini digunakan pada beberapa keluhan
motilitas setelah perbaikan. Pemeriksaan scintigraph dan radionuclide dapat
mendeteksi dan menghitung esofagus transit, esofagus clearance dan GER.
f) Angiografi
Angiografi umumya tidak digunakan untuk diagnosis anak dengan atresia
esofagus. Tetapi pemeriksaan biasa digunakan untuk perencanaan penggantian atau
perbaikan organ esofagus, jika hal itu menjadi penanganan yang dipilih.

2. Sebutkan kelainan-kelainan yang mungkin terjadi pada vertebrae dan


gambaran radiologis? (min.15)
Gambaran Radiologi
Kongenital
Spina Bifida Tidak terjadi penutupan tulang belakang yang sempurna
pada satu atau lebih arkus neuralis.
Skoliosis Pembengkokandenganrotasipadabidangsagittal

Tortikosis Pembengkakanototkleidomastoidea
Muscular
Spondilosis cacatarkusneuralis yang ditutupijaringan fibrosis
padadaerahhubunganantaraprosesusartikularis superior dan
inferior

Spondilolitesis pergerakan korpus vertebra lumbal kedepan dalam


hubungannya dengan sacrum atau vertebra di bawahnya
akibat hilangnya kontinuitas pars intravertebralis.
Trauma
Fraktur Frakturkompresi vertebral thorakal 12

Dislokasi Dislokasi dan fraktur cervical II

Infeksi
Spondilitis Tampak gambaran iregularitas dan berkurangnya ketinggian
TB dari vertebrae T9 serta massa paravertebrae yang samar yang
merupakan colar abscess
Neoplasma
Tumor
Vertebrae

HNP

Degenerasi
Bamboo Tampak gambaran melengkung, spikula radiopak yang benar-
Spine benar menjembatani badan vertebra yang berdampingan.
Osteoporosis terjadi penurunan kualitas tulang dan kuantitas
kepadatan tulang, sehingga penderita Osteoporosis
mudah mengalami patah tulang atau fraktur.

Spondilosis Ditemukan adanya osteofit pada kolumna vertebrae yang bias


berupa lipping, spur formation, atau bridging. Tonjolan yang
asimetris dan berbeda bentuk. Penyempitan diskus
intervertebralis
3. Skematis dan cara kerja USG?
a. Definisi USG
Ultrasonografi (USG) adalah alat diagnostik noninvasif menggunakan
gelombang suara dengan frekuensi tinggi diatas 20.000 hertz ( >20 kilohertz) untuk
menghasilkan gambaran struktur organ di dalam tubuh.1 Manusia dapat mendengar
gelombang suara 20-20.000 hertz. Gelombang suara antara 2,5 sampai dengan 14
kilohertz digunakan untuk diagnostik. Gelombang suara dikirim melalui suatu alat
yang disebut transducer atau probe. Obyek didalam tubuh akan memantulkan kembali
gelombang suara yang kemudian akan ditangkap oleh suatu sensor, gelombang pantul
tersebut akan direkam, dianalisis dan ditayangkan di layar. Daerah yang tercakup
tergantung dari rancangan alatnya. Ultrasonografi yang terbaru dapat menayangkan
suatu obyek dengan gambaran tiga dimensi, empat dimensi dan berwarna
Ultrasonography adalah salah satu dari produk teknologi medical imaging
yang dikenal sampai saat ini. Medical imaging (MI) adalah suatu teknik yang
digunakan untuk mencitrakan bagian dalam organ atau suatu jaringan sel (tissue)
pada tubuh, tanpa membuat sayatan atau luka (noninvasive). Interaksi antara
fenomena fisik tissue dan diikuti dengan teknik pendetektian hasil interaksi itu sendiri
untuk diproses dan direkonstruksi menjadi suatu citra (image), menjadi dasar
bekerjanya peralatan MI. USG merupakan suatu alat dalam dunia kedokteran yang
memanfaatkan gelombang ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi
yang tinggi (250 kHz – 2000 kHz) yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar
monitor.

Suara energi gelombang mekanis,  getaran-getaran partikel  berjalan melalui


suatu media perantara.
b. Prinsip kerja USG
1 MHz = 1.000.000 siklus/detik

Eik-Nes SH. Physics and instrumentation. In : Ultrasound in Obstetrics and Gynaecology,


2009:1-20

c. Prinsip kerja alat ultrasonografi

Transduser
Jenis transduser
• A mode (Amplitude mode)

• B mode (Brightness mode) termasuk real time, 2 dimensi

• M mode (Motion mode)

Pencitraan : B mode

B berasal dari kata brightness. Hal ini merujuk kepada besarnya pantulan gelombang
suara yang jika semakin kuat, maka semakin bright. Namun gelombang suara ini
akan dipancarkan berulang kali ke seluruh bagian objek dan hasil pencitraannya akan
direkam sehingga akan tercipta sebuah gambar. Kejadiannya sangat cepat = Real
time

Pencitraan : M mode
M berasal dari kata motion. Artinya

gelombang suara yang dihasilkan seperti

pada B mode digunakan untuk

menangkap suatu objek yang bergerak.


Perjalanan gelombang suara
4. Sebutkan indikasi, kontra indikasi, persiapan, dan pelaksanaan:
a. BNO-IVP
No Indikasi Kontraindikasi
1 Batu Saluran Kencing Alergi cat kontras
2 Infeksi ginjal kronis Gangguan fungsi ginjal
- ureum > 60 mg %
- kreatinin > 2 mg %
3 Kelainan kongenital Infeksi akut saluran kencing
4 Trauma abdomen Retensi cairan berlebihan
5 Hematuri Decomp cordis
6 Disuria Penyakit hepar lanjut
7 Tumor ginjal
8 Check up, o.k sakit
pinggang yang lama

Persiapan :
 Pemeriksaan ureum kreatinin
ureum maksimum 60 mg %
kreatinin maksimum 2 mg %
 Malam sebelum pemeriksaan pasien diberi laxantia (pencahar) untuk
membersihkan kolon dari feses yang menutupi daerah ginjal.
 Pasien tidak diberi minum mulai jam 22.99 malam sebelum pemeriksaan
untuk mendapat keadaan dehidrasi ringan.
 Keesokan harinya pasien harus puasa, mengurangi bicara dan merokok
(untuk menghindari udara usus saat pemeriksaan).
 Pada bayi dan anak diberi minum yang mengandung karbonat untuk
mendistensikan lambung dengan gas.
 Pada pasien rawat inap diberikan lavement.
 Skin test subkutan.

Pelaksanaan :
 Pasien diminta untuk mengosongkan kandung kemih
 Dilakukan foto BNO
 Injeksi kontras intravena (setelah cek tensi dan cek alergi)
 Beberapa saat setelah injeksi dapat terjadi flushing, rasa asin di lidah, sakit
kepala ringan, gatal, mual/muntah
 Jenis kontras yang digunakan :
tonik : contohnya urografin
non tonik : lapanero, ultravist, omnipaque
 Pengambilan foto serial
Sebaiknya segera setelah pasien disuntikkan kontras, kedua ureter di
bendung, baru dibuat foto serial.
- menit ke-5 : menilai nefrogram dan pelviocalices system (pcs)
- menit ke-15 : menilai pcs sampai dengan kedua ureter
- menit ke-30 : menilai uretrerovesico junction
- menit ke-45 : menilai vesika urinaria dan fungsi voiding (fungsi
pengosongan kandung kencing), yaitu melihat kontraksi otot-otot
vesika urinaria.

b. Colon in loop
No Indikasi Kontraindikasi
1 Kelainan kongenital Ileus paralitik
2 (Hirsprung disease) Perforasi usus
3 Peradangan kronik Peritonitis
4 Tumor abdomen Ileus obstruktif lama (>8 jam)
Obstruksi kolon
- invaginasi
5 - volvulus Infeksi akut saluran cerna
6 General Check up Kolitis berat, dimana dinding
abdomen menjadi sangat tipis dan
7 ditakutkan terjadi perforasi
KU pasien yang jelek

Persiapan :
 Mengubah pola makan penderita. Penderita hendaknya memakan makanan
yang mempunyai konsistensi lunak, rendah serat, ataupun rendah lemak
 Minum air sebanyak mungkin agar tinja di kolon tetap lembek
 Pemberian pencahar
 Lama persiapan berkisar 1 -2 hari tergantung keadaan penderita dan klinis

Pelaksanaan :
 Satu hari sebelum peneriksaan pasien makan bubur kecap
 Jam 20.00 makan malam terakhir
 Jam 22.00 pasien makan garam inggris (MgSO4) dan mulai puasa
 Boleh minum, maksimal 100 cc sampai jam 12 malam
 Mengurangi bicara dan merokok untuk menghindari penumpukan udara
dalam seluruh traktus gastrointestinal
 Pasien rawat inap boleh diberikan lavement

5. Sebutkan kelainan-kelainan yang mungkin ditemukan pada IVP dan


gambaran radiologis? (min.15)
Gambaran Radiologis
Trauma
Trauma Renal Dari one shoot IVP, tampak gambaran ekstravasasi
kontras di sebelah kanan, dengan visualisasi sistem
pelvikaliseal ginjal kanan yang tidak jelas. Kesan:
trauma ginjal kanan derajat IV

Trauma Ureter IVP one-shoot tersebut tampak adanya ekstravasasi


kontras setinggi corpus vertebra lumbalis III kanan,
mengesankan suatu ruptur ureter.

Neoplasma
Tumor Buli Defek pengisian pada vesika urinaria yang terisi
kontras atau pola mukosa yang tidak teratur pada
film kandung kemih pascamiksi.

Tumor Grawitz Tampak massa yang meluas (ekspansi), berbentuk tonjolan


(contour bulge).
Adanya displacement dari kaliks ginjal.
Akibat efek massa dan kebutuhan perfusi vaskular yang meningkat:
pembesaran ureter dan pelvis ginjal, obstruksi duktus koligentes
dan penurunan fungsi ginjal.
Dapat tampak gambaran hidronefrosis pada massa yang besar,
akibat kompresi dari kaliks mayor, pelvis renalis dan ureter
Angiomyolipoma Tampak massa yang memiliki bagian lemak, otot polos, dan
ginjal vaskular. Bila terdapat hemoragi, sulit dibedakan dengan karsinoma
ginjal.

Infeksi
Cytitis Tampak vesika urinaria dinding ireguler. Tidak
licin. Terdapat additional defek. Kesan: suspek
cystitis.

Pyelonefritis Tampak seperti obstruksi traktus urinarius, dan seringkali disertai


adanya gas pada sistem pelviokalices
Striktur uretra Tampak bagian uretra yang striktur dan tidak terisi kontras

Degeneratif
BPH Indentasi di bagian basal vesica urinaria. Hal
tersebut terjadi karena pembesaran prostat
mendesak vesika urinaria, sehingga tampak pada
gambaran radiologis, terdapat indentasi di bagian
vesika urinaria inferior (ditunjukkan panah).

Kongenital
Divertikel Tampak adanya additional defek pada vesika urinaria,
dimana kontras yang dikemihkan tetap tidak dapat
keluar dan tetap mengisi, bentuknya bulat atau oval,
dindingnya licin dan teratur. Apabila dindingnya tidak
licin dan tidak teratur, berarti ada peradangan, namanya
berubah menjadi divertikulitis.

Hidronefrosis Pada menit ke-5, kelainan kongenital.


Hidronefrosis, flattening dan clubbing

Horseshoe kidney Tampak perubahan konfigurasi sistem pelviokalices. Bayangan


Merupakan anomali ginjal tampak seperti massa di sisi kanan dan kiri garis tengah yang
dari fusi ginjal dihubungkan oleh ismus
Agenesis renal Tampak tidak adanya bayangan ginjal, baik unilateral atau bilateral.
Bila unilateral, akan tampak hipertrofi ginjal yang ada.
Tampak lying down adrenal sign, yaitu adrenal tampak memanjang
karena tidak adanya ginjal.

6. Sebutkan kelainan-kelainan yang mungkin ditemukan pada colon in loop


dan gambaran radiologis? (min.15)

Kelainan Gambaran Radiologis

Divertikulosis Tampak beberapa additional shadow pada regio sigmoid


Kolitis Hilangnya lipatan haustral

Volvulus

Ca Colon

You might also like