You are on page 1of 8

Berkala Fisika ISSN : 1410 - 9662

Vol. 11 , No.2, April 2008, hal 59-66

IDENTIFIKASI PENYEBARAN DAN KETEBALAN


BATUBARA MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK
RESISTIVITAS
(Studi Kasus Daerah X Kabupaten Kutai Kertanegara Kalimantan Timur )

Tony Yulianto 1, Sugeng Widodo2


1). Jurusan Fisika FMIPA UNDIP
2). PS Kelautan FPIK UNDIP

ABSTRACT
A Geoelectricity survey using Schlumberger configuration has been conducted in area X of Muara
Muntai district, Kutai Kertanegara dictric East Borneo using Schlumberger configuration to probe the
existence of coal. Modeling using matching curve to describe subsurface in X area base on 11 points
sounding from field data acquisition The result indicates that the coal is within the depth of 60m-70m
with a thickness of 1m-2m. Whereas the value of coal resistivity is in the reach 90 Ώm-120 Ώm. It can
be then concluded that area X is not prospecting to exploitation.

Keyword: Schlumberger configuration, coal, resistivity

INTISARI
Telah dilakukan penelitian geolistrik pada daerah X di Kecamatan Muara Muntai, Kabupaten Kutai
Kertanegara Propinsi Kalimantan Timur dengan menggunakan metode resitivitas konfigurasi
Schlumberger untuk mencari batubara. Pemodelan menggunakan manual kurva maching untuk
menggambarkan bawah permukaan daerah X berdasarkan 11 titik sounding yang diperoleh pada
akuisisi data lapangan Hasil interpretasi adalah posisi batubara berada pada kedalaman 60 m - 70 m
dengan ketebalan 1 m - 2 m. Sedangkan nilai resisitivitas batubara berada pada kisaran 90 Ώm -120
Ώm. Hal ini memberikan informasi kepada investor bahwa daerah X kurang menguntungkan bila
ditambang.

Kata kunci : Konfigurasi Schlumberger, batubara, resistivitas

PENDAHULUAN menghasilkan batubara nmun sedikit


Prospek penambangan batubara kandungannya [1]. Mengingat keberadaan
dengan metoda tambang terbuka seperti singkapan batubara yang sangat terbatas di
kebanyakan saat ini, untuk masa yang akan daerah X tersebut, maka gambaran sebaran
datang semakin sulit. Hal ini disebabkan batubara sulit untuk ditambang, sehingga
oleh letak lapisan batubara sudah semakin distribusinya juga tidak diketahui. Oleh
dalam dari permukaan, sehingga nilai karena itu untuk mengetahui secara
perbandingan antara batubara dan batuan optimal kandungan batu baranya, maka
pengapit akan semakin tinggi dan akan diperlukan suatu metode yang dapat
mencapai nilai yang tidak ekonomis. digunakan untuk memprediksikan sebaran
Daerah X merupakan daerah di dan kedalaman batubara tersebut. Salah
wilayah propinsi Kalimantan Timur. satu metode gofisika yang dapat digunakan
Fenomena alam daerah X berupa hutan untuk memperkirakan keberadaan batubara
gundul bekas area pengusahaan hutan PT. adalah metoda geolistrik tahanan jenis.
ITCI kemudian dibakar dan yang tertinggal Geolistrik adalah salah satu metode dalam
hanyalah tumbuhan pakis yang memenuhi geofisika yang mempelajari sifat aliran
area hutan berbukit-bukit. Daerah X listrik di dalam bumi. Pendeteksian di atas
bersebelahan dengan lokasi pertambangan permukaan meliputi pengukuran medan
batu bara yang masih beroperasi dan potensial, arus, dan elektromagnetik yang

59
Tony yulianto dan Sugeng Widodo Identifikasi Penyebaran…

terjadi baik secara alamiah maupun akibat lapisan di bawah titik ukur (sounding
penginjeksian arus ke dalam bumi. Metoda point).
ini merupakan salah satu metoda geofisika Konfigurasi Elektroda Cara
yang dapat memberikan gambaran susunan Schlumberger
dan kedalaman lapisan batuan, dengan Pengukuran dengan konfigurasi
mengukur sifat kelistrikan batuan [2]. schlumberger seperti tampak pada gambar
Selanjutnya Loke [3] mengungkapkan 2.1, menggunakan 4 elektroda, masing-
bahwa survai geolistrik metoda resistivitas masing 2 elektroda arus (A dan B) dan 2
mapping dan sounding menghasilkan elektroda potensial (M dan N)
informasi perubahan variasi harga C C
resistivitas baik arah lateral maupun arah 1 I 2
vertikal. P P
Pada penelitian ini dibahas 1 V 2
mengenai identifikasi nilai resistivitas
batuan daerah X untuk digabungkan A M N B
dengan data singkapan di daerah sekitar X.
Dengan penggabungan tersebut diharapkan
diketahui berapa kedalaman dan ketebalan
batubara tersebut. Berdasarkan data Gambar 1. Konfigurasi schlumberger, MN adalah
tersebut dapat digunakan untuk elektroda potensial, AB adalah elektroda arus,
C1C2 adalah arus yang terukur pada elektroda arus
mengetahui seberapa besar kandungan AB, P1P2 adalah potesial yang terukur pada
batubara daerah X. Dengan demikian elektroda potensial MN [4].
informasi geologi berdasarkan kajian
geofisika, metode geolistrik dapat Tahanan jenis semu medium yang terukur
diketahui penyebaran batubara di daerah X dihitung berdasarkan persamaan [5]
yang dapat dijadikan dasar dalam V
eksplorasi. Selanjutnya dapat diketahui K (1)
I
nilai prospeknya.
dengan  merupakan tahanan terukur
(apparent resistivity), ΔV merupakan
TEORI
potensial yang terukur antara elektroda P1
Metode Resistivitas
Salah satu metode geofisika yang dan P2, I merupakan arus listrik yang
dapat digunakan untuk memperkirakan terukur antara elektroda C1 dan C2 dan K
keadaan struktur bawah permukaan adalah merupakan faktor geometri konfigurasi
metode resistivitas. Metode ini merupakan elektroda.
salah satu metode geofisika yang dapat Pada konfigurasi ini arus diinjeksikan
memberikan gambaran susunan dan melalui elektroda A dan B. Sedangkan
kedalaman lapisan batuan, dengan beda potensial diukur melalui elektroda M
mengukur sifat kelistrikan batuan. Pada dan N. Beda potensial antara titik M dan N:
metode resistivitas, arus listrik diinjeksikan V  Vm  Vn (2)
ke dalam bumi melalui dua elektroda arus
(terletak di luar konfigurasi). Beda I  1 1   1 1 
potensial yang terjadi diukur melalui dua V   AM  MB    AN  BN  (3)
2    
elektroda potensial yang berada didalam
konfigurasi. Dari hasil pengukuran arus I  4 MN 
V   2 
(4)
dan beda potensial untuk setiap jarak    AB   MN  
2

elektroda tertentu, dapat ditentukan variasi maka nilai resistivitas (tahanan jenis) yang
nilai hambatan jenis masing-masing diperoleh:

60
Berkala Fisika ISSN : 1410 - 9662
Vol. 11 , No.2, April 2008, hal 59-66

   AB 2  MN 2  Semenanjung Mangkaliat, berbeda


   V (5) fasiesnya dan sumbernya dengan
4I  MN  sedimentasi batuan yang terdapat di daerah
V Bengalun bagian selatan. Batuan sedimen
K (6)
I yang menempati daerah Bengalun bagian
dengan, utara terdiri dari Formasi Maluwi,
Tendehhantu, Menumbar dan Formasi
   AB 2  MN 2 
K    (7) Golok, sedangkan didaerah penyelidikan
4 MN  yang secara stratigrafi hanya tersingkap
Formasi Pulaubalang, Maluwi, Balikpapan,
Stratigrafi Menumbar dan Formasi Kampungbaru.
Cekungan Kutai, telah terbentuk Susunan Batuan Cekungan Kutai
sebelum Eosen atas. Pada Eosen - Susunan batuan yang terdapat pada
Oligosen bawah terjadi penurunan formasi-formasi batuan pada cekungan
cekungan sehingga menyebabkan Kutai, secara regional dapat dijelaskan dan
berlangsungnya endapan genang laut dari uraikan dari formasi batuan yang termuda
arah timur ke barat dan selatan, maka sampai yang tertua yaitu adalah sebagai
terbentuklah endapan batuan-batuan berikut :
sedimen dari Formasi Mangkupa,  Endapan Alluvium, endapan
Kedango, Maau dan Formasi Lembak, alluvium merupakan satuan batuan
yang diendapkan dalam lingkungan laut yang paling muda yang dijumpai di
transisi hingga laut dalam, sedangkan daerah penyelidikan, satuan batuan ini
ditempat lain terbentuk batuan karbonat berumur kuarter, menempati daerah
paparan dari Formasi Tabalar. pantai dan pinggiran sungai-sungai
Pada akhir Oligosen, terjadilah yang besar, satuan ini tersusun oleh
Orogenesa yang menyebabkan wilayah litologi lempung, lanau, pasir dan
Paparan Sunda mengalami pengangkatan kerikil, dimana sifat batuan pada
sehingga menimbulkan Tinggian Kucing satuan alluvium ini belum kompak
dan Swaner, maka terbentuklah suatu dan masih terurai (unconsolidated).
ketidakselarasan dan endapan batuan  Formasi Kampung Baru, Formasi
sedimen susut laut pada bagian selatan ini dijumpai setara dengan Formasi
cekungan yang umumnya diendapkan Golok yang berumur Miosen Akhir –
dalam lingkungan delta sampai neritik, Pliosen, dimana Formasi Kampung
sedangkan pada bagian utara masih terjadi Baru tersusun oleh batuan lempung
rumpang sedimentasi. pasiran, batupasir dengan sisipan
Sedimentasi endapan delta pada batubara dan tufa, setempat
bagian selatan berlangsung secara terus mengandung oksida besi dan limonit,
menerus dari Miosen Bawah sampai Plio- formasi ini diendapkan dalam
Plistosen, dengan pembentukan endapan lingkungan Delta sampai Laut
delta sampai pada puncaknya hingga dangkal, dengan tebal formasi
Miosen Atas sampai Pliosen. Batuan diperkirakan sekitar 500 sampai 800
sedimen endapan delta yang tertua adalah meter. Selanjutnya diendapkan
Formasi Pemaluan, kemudian diikuti oleh Formasi Balikpapan, Formasi
Formasi Pulaubalang, Balikpapan dan Balikpapan ini setara dengan Formasi
Formasi Kampungbaru. Menumbar dan Formasi Tendehhantu.
Perkembangan sedimentasi batuan Umur dari formasi tersebut adalah
pada Miosen Tengah sampai Plio-plistosen Miosen Tengah sampai Miosen
pada belahan utara yaitu di daerah Akhir.
Bengalun bagian utara, Sangkulirang dan  Formasi Balikpapan, formasi ini

61
Tony yulianto dan Sugeng Widodo Identifikasi Penyebaran…

tersusun oleh batupasir lepas, batuan sedimen (padatan) yang dapat


batulempung, lanau, tufa dan terbakar berasal dari tumbuhan, berwarna
batubara. Pada perselingan batupasir coklat sampai hitam, yang sejak
kuarsa, batulempung dan lanau pengendapannya terkena proses fisika dan
menunjukkan struktur silangsiur dan kimia yang mengakibatkan pengkayaan
perairan, setempat mengandung kandungan karbonnya.
sisipan batubara dengan ketebal Penyebaran endapan batubara di
antara 20 – 40 Cm. Batulempung Indonesia ditinjau dari sudut geologi
berwarna kelabu, getas, mengandung sangat erat hubungannya dengan
sisipan bitumen dan oksida besi, tebal penyebaran formasi sedimen yang berumur
formasi ini diperkirakan sekitar 2.000 tersier yang terdapat secara luas di
meter dengan lingkungan sebagian besar kepulauan di Indonesia.
pengendapan muka daratan delta, dari Batubara di Indonesia dapat dibedakan tiga
kandungan fosil yang dijumpai jenis berdasarkan cara terbentuknya.
menunjukkan bahwa umur formasi ini Pertama, batubara paleogen yaitu endapan
adalah Miosen Tengah sampai Miosen batubara yang terbentuk pada cekungan
Akhir. intramontain terdapat di Ombilin, Bayah,
 Formasi Pulaubalang, formasi ini Kalimantan Tenggara, Sulawesi Selatan,
setara dengan Formasi Maliwi, dan sebagainya. Kedua, batubara neogen
formasi ini tersusun oleh litologi yakni batubara yang terbentuk pada
perselingan batupasir dengan cekungan foreland terdapat di Tanjung
batulempung dan batulanau, setempat Enim Sumatera Selatan. Ketiga, batubara
bersisipan tipis lignit, batugamping delta, yaitu endapan batubara di hampir
atau batupasir gampingan, berumur seluruh Kalimantan Timur. Menurut Amri
Miosen Awal bagian atas sampai [2] formasi batubara tersebar di wilayah
Miosen Tengah bagian bawah seluas 298 juta ha di Indonesia, meliputi 40
diperkirakan sedimentasi terjadi cekungan di Sumatera, Kalimantan,
disekitar prodelta, dengan tebaran Sulawesi, Irian Jaya dan Jawa. Dari jumlah
terumbu di beberapa tempat. cekungan tersebut baru 13 cekungan
 Formasi Pemaluan, formasi ini dengan luas sekitar 74 juta ha (sekitar
tersusun oleh litologi batulempung 25%) yang sudah diselidiki. Sementara
dengan sisipan tipis napal, batupasir cekungan yang telah dilakukan
dan batubara. Bagian atas terdiri dari penyelidikan terbatas sampai pada tahap
batulempung pasiran yang penyelidikan umum, eksplorasi, maupun
mengandung sisa tumbuhan dan eksploitasi baru 3% atau seluas 2,22 juta
beberapa lapisan tipis batubara, secara ha. Oleh karena itu perlu ditingkatkan
umum pada bagian bawah lebih penyelidikan tentang keberadaan batubara
gampingan dan lebih banyak tersebut.
mengandung foraminifera plankton
dibandingkan pada bagian atasnya, METODE PENELITIAN
umur formasi ini adalah Miosen Pengambilan Data
Awal, lingkungan pengendapan Dalam penelitian ini pengambilan
berkisar dari Neritik Dalam sampai data menggunakan NANIURA
Neritik Dangkal. Selanjutnya Resistivitymeter Model NRD 22S.
diendapkan formasi Maau. Konfigurasi yang dipakai pada penelitian
ini adalah konfigurasi schlumberger.
BATUBARA Sebelum akuisisi di lapangan, dilakukan
Batubara merupakan sumber energi survei awal daerah penelitian. Survai ini
masa depan [5]. Batubara merupakan dilakukan untuk mengetahui singkapan

62
Berkala Fisika ISSN : 1410 - 9662
Vol. 11 , No.2, April 2008, hal 59-66
batubara yang terdapat pada daerah survai. pencocokan kurva), akan diperoleh model
Daerah survai memperlihatkan perbukitan data nilai resistivitas, ketebalan lapisan,
tandus dan jurang di bawah bukit. Untuk distribusi resistivitas batuan dan juga
efisiensi waktu, dilakukan pemencaran kedalaman lapisan yang selanjutnya
akuisisi dilapangan. Kelompok dibagi digunakan interpretasi.
menjadi tiga. Bentangan yang di lakukan
adalah 200m. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengolahan Data Interpretasi Menggunakan Kurva
Data yang diperoleh dari akuisisi di Matching
lapangan adalah nilai potensial dan arus Hasil kurva maching yang
yang terbaca pada resistivitymeter. Kedua telah dilakukan dapat dilihat pada
data inilah yang diolah sehingga gambar 2, 3, 4 di bawah ini:
didapatkan nilai resistivitas dari akuisisi di 1. Profil A melintang bearah barat -
lapangan berdasarkan (persamaan 6). tenggara menggunakan kurva
Dengan metode Matching (The Auxilury maching antara titik pengukuran 1,
Point Method) ini mengaplikasikan 2, 3, 4, 5 adalah seperti gambar 2:
“empirical master curves“ yang terdiri 2. Profil melintang B bearah berarah
atas dua bagian yaitu kurva standar dua barat daya timur laut kurva
lapisan dan kurva pembantu. Kurva maching antara titik pengukuran
hasil pengukuran digunakan sebagai dasar 11, 4, 8 adalah seperti gambar 3.:
interprestasi jenis litologi yang menyusun 3. Profil melintang C bearah berarah
kondisi bawah permukaan diarea titik utara-selatan menggunakan kurva
lokasi pengukuran. maching antara titik pengukuran 11, 6,
Pemodelan 7 adalah seperti gambar 4.
Tahap pemodelan dilakukan dengan
metode curve matching (metode

Gambar 2. Penampang dari titik GL 1, 2, 3, 4, 5

63
Tony yulianto dan Sugeng Widodo Identifikasi Penyebaran…

Gambar 3. Penampang dari titik GL 11, 4, 8

Elevasi meter

Gambar 4. Penampang dari titik GL 11, 06, 07

Interpretasi Geolistrik Pengukuran geolistrik ditujukan


Stratigrafi regional daerah X untuk menentukan lokasi batubara dan
tersusun oleh seri sedimen Tersier berumur dilakukan pada sebelas titik pengukuran.
Miosen Awal hingga Kuarter dengan Pemilihan lokasi titik pengukuran lokasi
susunan batuan yang terdapat pada formasi geolistrik didasarkan pada kondisi
batuan disekitar daerah X adalah endapan geologinya. Metode yang digunakan
Alluvium, Formasi Kampung Baru, adalah matode Vertical Electric Sounding
Formasi Pulaubalang, Formasi Pemaluan (VES) denga konfigurasi Schlumberger
dan Formasi Balikpapan. Berdasarkan peta yang tersebar di seluruh daerah penelitian.
geologi PT Tanito Harum, daerah X berada Dari hasil analisis pengukuran
di daerah Tenggarong. Menurut geolistrik didaerah penelitian, maka
stratigafinya, Tenggarong berada pada diperoleh berbagai macam jenis batuan
Formasi Balikpapan. penyusun daerah penyelidikan berdasarkan
harga tahanan jenisnya. Harga tahanan

64
Berkala Fisika ISSN : 1410 - 9662
Vol. 11 , No.2, April 2008, hal 59-66
jenisnya berkisar antara 60  m - 2100 sisipan batubara. Dan batubara
 m. Pendugaan kondisi batuan dilakukan terdapat pada batu lanau
berdasarkan besarnya harga tahanan jenis Dari data lapangan yang diperoleh
batuan. Semakin kecil harga tahanan jenis, dan data singkapan daerah X maka
maka butiran penyusun batuan semakin pelapisan daerah X dapat diklasifikasikan
kecil pula. Pembagian interval nilai sebagai berikut:
tahanan jenis didaerah penyelidikan adalah  Lapisan pertama dan kedua
sebagai berikut: merupakan batu pasir yang
Tabel. Pembagian Kelas Batuan Berdasarkan Nilai melingkupi daerah X. Lapisan ini
Tahanan Jenis
sangat tipis. Sedangkan resistivitas
N Nilai Tahanan Jenis Jenis Batuan batu pasir ini berkisar 900-2700 Ω.
o ( m )  Lapisan ketiga dan keempat
1 945.00 – 2100.00 Pasir / Batu merupakan lapisan tebal batu lanau
2 90.00 – 120.00 pasir dengan sedikit sisipan batubara.
3 60.00 – 822.00 Batu Bara Hal ini terlihat pada banyak
Batu Lanau singkapan, karena masih belum
terlalu dalam. Kisaran resistivitas
Dari hasil analisi 11 titik geolistrik, di batu lanau dengan sisipan batubara
buat penampang-penampang bawah adalah 90-700Ω.
permukaan sejumlah 3 penampang  Lapisan kelima dan keenam ini
Melintang. Penampang A berarah barat - masih merupakan batu lanau.
tenggara, penampang B berarah barat daya Tetapi batuan ini terdapat batubara
timur laut dan penampang C bearah utara- dengan kisaran tebal 1meter.
selatan. Penampang-penampang tersebut Informasi ini diperolah dengan
dibuat sedemikian rupa agar dapat melihat singkapan yang ada pada
memberikan gambaran kondisi bawah GL-4.
permukaan. Susunan litologi batuan pada formasi
 Berdasarkan penampang A yang Balikpapan tersusun oleh batupasir lepas,
melalui 5 titik pengukuran batulempung, lanau, tufa dan batubara .
geolistrik, diperoleh gambaran, Hasil penelitian batuan yang yang telah
lapisan batuan penyusun daerah ini dilakukan pada daerah X tersusun oleh
di dominasi oleh batu pasir dan batupasir, batu lanau, batu lanau dengan
batu lanau. Pada batu lanau sisipan batubara dan batubara. Sedangkan
terdapat sisipan batubara, batulempung dan tufa tidak dijumpai. Hal
Kemudian terdapat batubara pada ini menunjukkan sedikit perbedaan hasil
tengah-tengah batu lanau. batuan yang dijumpai pada penelitian
 Penampang B melewati 3 titik daerah X dengan hasil penelitian-penelitian
geolistrik. Didominasi oleh batu sebelumnya
lanau dengan sisipan batubara, Dalam penelitian ini letak batubara
Sedangkan batu pasir merupakan dapat dideteksi keberadaannya. Dari hasil
lapisan penutup bagian atas. kurva matching diperoleh hasil bahwa
Batubara masih merupakan lapisan letak batubara dimungkinkan berada pada
yang tipis pada pembatas batu kisaran resistivitas (90 m -120 m ) dan
lanau. pada kedalaman 60 m-70 m. Sedangkan
 Penampang C melewati 3 titik lapisan yang mengandung batubara
geolistrik. Terdapat dua lapis batu diperkirakan pada lapisan 5 dan lapisan 6.
pasir pada titik ke 11 dan masih
didominasi batu lanau dengan

65
Tony yulianto dan Sugeng Widodo Identifikasi Penyebaran…

KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan [4] Reynolds, J. M.1998. An Introduction
pada daerah X, Letak batubara berada pada to Applied and Environmental
kedalaman 60 m - 70 m dengan ketebalan Geophysics. John Willey and Sons.
berkisar 1m. Daerah ini kurang prospek New York.
jika akan ditambang. [5] Kalmiawan, P., Sismanto, A. &
Suparwoto. 2000. Survey of resistivity
PUSTAKA. method to investigate the Krakal Hot
[1] www.eng.drilling.com Spring in Desa Krakal, Kec. Alian,
[2] Amri, N.A. 2000. Rescheduling Kab. Kabumen, Prop. Jawa Tengah.
pemanfaatan energi batubara Bandung: Prosiding PIT HAGI ke-25.
Indonesia. Thesis. Bandung: ITB. [6] Loke, M. H, Barker, R. D. 1996.
[3] Heriawan, M.N. 2000. Aplikasi Rapid Least Squares Inversion of
metode georadar untuk menentukan Apparent Resistivity Pseudosection by
sifat dielektrik batubara tambang Air a quasi-Newton Method. Geophysical
Laya dengan peringkat yang Prospecting. 44. 131-152.
bervariasi. Thesis. Bandung: ITB.

66

You might also like