Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
A Geoelectricity survey using Schlumberger configuration has been conducted in area X of Muara
Muntai district, Kutai Kertanegara dictric East Borneo using Schlumberger configuration to probe the
existence of coal. Modeling using matching curve to describe subsurface in X area base on 11 points
sounding from field data acquisition The result indicates that the coal is within the depth of 60m-70m
with a thickness of 1m-2m. Whereas the value of coal resistivity is in the reach 90 Ώm-120 Ώm. It can
be then concluded that area X is not prospecting to exploitation.
INTISARI
Telah dilakukan penelitian geolistrik pada daerah X di Kecamatan Muara Muntai, Kabupaten Kutai
Kertanegara Propinsi Kalimantan Timur dengan menggunakan metode resitivitas konfigurasi
Schlumberger untuk mencari batubara. Pemodelan menggunakan manual kurva maching untuk
menggambarkan bawah permukaan daerah X berdasarkan 11 titik sounding yang diperoleh pada
akuisisi data lapangan Hasil interpretasi adalah posisi batubara berada pada kedalaman 60 m - 70 m
dengan ketebalan 1 m - 2 m. Sedangkan nilai resisitivitas batubara berada pada kisaran 90 Ώm -120
Ώm. Hal ini memberikan informasi kepada investor bahwa daerah X kurang menguntungkan bila
ditambang.
59
Tony yulianto dan Sugeng Widodo Identifikasi Penyebaran…
terjadi baik secara alamiah maupun akibat lapisan di bawah titik ukur (sounding
penginjeksian arus ke dalam bumi. Metoda point).
ini merupakan salah satu metoda geofisika Konfigurasi Elektroda Cara
yang dapat memberikan gambaran susunan Schlumberger
dan kedalaman lapisan batuan, dengan Pengukuran dengan konfigurasi
mengukur sifat kelistrikan batuan [2]. schlumberger seperti tampak pada gambar
Selanjutnya Loke [3] mengungkapkan 2.1, menggunakan 4 elektroda, masing-
bahwa survai geolistrik metoda resistivitas masing 2 elektroda arus (A dan B) dan 2
mapping dan sounding menghasilkan elektroda potensial (M dan N)
informasi perubahan variasi harga C C
resistivitas baik arah lateral maupun arah 1 I 2
vertikal. P P
Pada penelitian ini dibahas 1 V 2
mengenai identifikasi nilai resistivitas
batuan daerah X untuk digabungkan A M N B
dengan data singkapan di daerah sekitar X.
Dengan penggabungan tersebut diharapkan
diketahui berapa kedalaman dan ketebalan
batubara tersebut. Berdasarkan data Gambar 1. Konfigurasi schlumberger, MN adalah
tersebut dapat digunakan untuk elektroda potensial, AB adalah elektroda arus,
C1C2 adalah arus yang terukur pada elektroda arus
mengetahui seberapa besar kandungan AB, P1P2 adalah potesial yang terukur pada
batubara daerah X. Dengan demikian elektroda potensial MN [4].
informasi geologi berdasarkan kajian
geofisika, metode geolistrik dapat Tahanan jenis semu medium yang terukur
diketahui penyebaran batubara di daerah X dihitung berdasarkan persamaan [5]
yang dapat dijadikan dasar dalam V
eksplorasi. Selanjutnya dapat diketahui K (1)
I
nilai prospeknya.
dengan merupakan tahanan terukur
(apparent resistivity), ΔV merupakan
TEORI
potensial yang terukur antara elektroda P1
Metode Resistivitas
Salah satu metode geofisika yang dan P2, I merupakan arus listrik yang
dapat digunakan untuk memperkirakan terukur antara elektroda C1 dan C2 dan K
keadaan struktur bawah permukaan adalah merupakan faktor geometri konfigurasi
metode resistivitas. Metode ini merupakan elektroda.
salah satu metode geofisika yang dapat Pada konfigurasi ini arus diinjeksikan
memberikan gambaran susunan dan melalui elektroda A dan B. Sedangkan
kedalaman lapisan batuan, dengan beda potensial diukur melalui elektroda M
mengukur sifat kelistrikan batuan. Pada dan N. Beda potensial antara titik M dan N:
metode resistivitas, arus listrik diinjeksikan V Vm Vn (2)
ke dalam bumi melalui dua elektroda arus
(terletak di luar konfigurasi). Beda I 1 1 1 1
potensial yang terjadi diukur melalui dua V AM MB AN BN (3)
2
elektroda potensial yang berada didalam
konfigurasi. Dari hasil pengukuran arus I 4 MN
V 2
(4)
dan beda potensial untuk setiap jarak AB MN
2
elektroda tertentu, dapat ditentukan variasi maka nilai resistivitas (tahanan jenis) yang
nilai hambatan jenis masing-masing diperoleh:
60
Berkala Fisika ISSN : 1410 - 9662
Vol. 11 , No.2, April 2008, hal 59-66
61
Tony yulianto dan Sugeng Widodo Identifikasi Penyebaran…
62
Berkala Fisika ISSN : 1410 - 9662
Vol. 11 , No.2, April 2008, hal 59-66
batubara yang terdapat pada daerah survai. pencocokan kurva), akan diperoleh model
Daerah survai memperlihatkan perbukitan data nilai resistivitas, ketebalan lapisan,
tandus dan jurang di bawah bukit. Untuk distribusi resistivitas batuan dan juga
efisiensi waktu, dilakukan pemencaran kedalaman lapisan yang selanjutnya
akuisisi dilapangan. Kelompok dibagi digunakan interpretasi.
menjadi tiga. Bentangan yang di lakukan
adalah 200m. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengolahan Data Interpretasi Menggunakan Kurva
Data yang diperoleh dari akuisisi di Matching
lapangan adalah nilai potensial dan arus Hasil kurva maching yang
yang terbaca pada resistivitymeter. Kedua telah dilakukan dapat dilihat pada
data inilah yang diolah sehingga gambar 2, 3, 4 di bawah ini:
didapatkan nilai resistivitas dari akuisisi di 1. Profil A melintang bearah barat -
lapangan berdasarkan (persamaan 6). tenggara menggunakan kurva
Dengan metode Matching (The Auxilury maching antara titik pengukuran 1,
Point Method) ini mengaplikasikan 2, 3, 4, 5 adalah seperti gambar 2:
“empirical master curves“ yang terdiri 2. Profil melintang B bearah berarah
atas dua bagian yaitu kurva standar dua barat daya timur laut kurva
lapisan dan kurva pembantu. Kurva maching antara titik pengukuran
hasil pengukuran digunakan sebagai dasar 11, 4, 8 adalah seperti gambar 3.:
interprestasi jenis litologi yang menyusun 3. Profil melintang C bearah berarah
kondisi bawah permukaan diarea titik utara-selatan menggunakan kurva
lokasi pengukuran. maching antara titik pengukuran 11, 6,
Pemodelan 7 adalah seperti gambar 4.
Tahap pemodelan dilakukan dengan
metode curve matching (metode
63
Tony yulianto dan Sugeng Widodo Identifikasi Penyebaran…
Elevasi meter
64
Berkala Fisika ISSN : 1410 - 9662
Vol. 11 , No.2, April 2008, hal 59-66
jenisnya berkisar antara 60 m - 2100 sisipan batubara. Dan batubara
m. Pendugaan kondisi batuan dilakukan terdapat pada batu lanau
berdasarkan besarnya harga tahanan jenis Dari data lapangan yang diperoleh
batuan. Semakin kecil harga tahanan jenis, dan data singkapan daerah X maka
maka butiran penyusun batuan semakin pelapisan daerah X dapat diklasifikasikan
kecil pula. Pembagian interval nilai sebagai berikut:
tahanan jenis didaerah penyelidikan adalah Lapisan pertama dan kedua
sebagai berikut: merupakan batu pasir yang
Tabel. Pembagian Kelas Batuan Berdasarkan Nilai melingkupi daerah X. Lapisan ini
Tahanan Jenis
sangat tipis. Sedangkan resistivitas
N Nilai Tahanan Jenis Jenis Batuan batu pasir ini berkisar 900-2700 Ω.
o ( m ) Lapisan ketiga dan keempat
1 945.00 – 2100.00 Pasir / Batu merupakan lapisan tebal batu lanau
2 90.00 – 120.00 pasir dengan sedikit sisipan batubara.
3 60.00 – 822.00 Batu Bara Hal ini terlihat pada banyak
Batu Lanau singkapan, karena masih belum
terlalu dalam. Kisaran resistivitas
Dari hasil analisi 11 titik geolistrik, di batu lanau dengan sisipan batubara
buat penampang-penampang bawah adalah 90-700Ω.
permukaan sejumlah 3 penampang Lapisan kelima dan keenam ini
Melintang. Penampang A berarah barat - masih merupakan batu lanau.
tenggara, penampang B berarah barat daya Tetapi batuan ini terdapat batubara
timur laut dan penampang C bearah utara- dengan kisaran tebal 1meter.
selatan. Penampang-penampang tersebut Informasi ini diperolah dengan
dibuat sedemikian rupa agar dapat melihat singkapan yang ada pada
memberikan gambaran kondisi bawah GL-4.
permukaan. Susunan litologi batuan pada formasi
Berdasarkan penampang A yang Balikpapan tersusun oleh batupasir lepas,
melalui 5 titik pengukuran batulempung, lanau, tufa dan batubara .
geolistrik, diperoleh gambaran, Hasil penelitian batuan yang yang telah
lapisan batuan penyusun daerah ini dilakukan pada daerah X tersusun oleh
di dominasi oleh batu pasir dan batupasir, batu lanau, batu lanau dengan
batu lanau. Pada batu lanau sisipan batubara dan batubara. Sedangkan
terdapat sisipan batubara, batulempung dan tufa tidak dijumpai. Hal
Kemudian terdapat batubara pada ini menunjukkan sedikit perbedaan hasil
tengah-tengah batu lanau. batuan yang dijumpai pada penelitian
Penampang B melewati 3 titik daerah X dengan hasil penelitian-penelitian
geolistrik. Didominasi oleh batu sebelumnya
lanau dengan sisipan batubara, Dalam penelitian ini letak batubara
Sedangkan batu pasir merupakan dapat dideteksi keberadaannya. Dari hasil
lapisan penutup bagian atas. kurva matching diperoleh hasil bahwa
Batubara masih merupakan lapisan letak batubara dimungkinkan berada pada
yang tipis pada pembatas batu kisaran resistivitas (90 m -120 m ) dan
lanau. pada kedalaman 60 m-70 m. Sedangkan
Penampang C melewati 3 titik lapisan yang mengandung batubara
geolistrik. Terdapat dua lapis batu diperkirakan pada lapisan 5 dan lapisan 6.
pasir pada titik ke 11 dan masih
didominasi batu lanau dengan
65
Tony yulianto dan Sugeng Widodo Identifikasi Penyebaran…
KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan [4] Reynolds, J. M.1998. An Introduction
pada daerah X, Letak batubara berada pada to Applied and Environmental
kedalaman 60 m - 70 m dengan ketebalan Geophysics. John Willey and Sons.
berkisar 1m. Daerah ini kurang prospek New York.
jika akan ditambang. [5] Kalmiawan, P., Sismanto, A. &
Suparwoto. 2000. Survey of resistivity
PUSTAKA. method to investigate the Krakal Hot
[1] www.eng.drilling.com Spring in Desa Krakal, Kec. Alian,
[2] Amri, N.A. 2000. Rescheduling Kab. Kabumen, Prop. Jawa Tengah.
pemanfaatan energi batubara Bandung: Prosiding PIT HAGI ke-25.
Indonesia. Thesis. Bandung: ITB. [6] Loke, M. H, Barker, R. D. 1996.
[3] Heriawan, M.N. 2000. Aplikasi Rapid Least Squares Inversion of
metode georadar untuk menentukan Apparent Resistivity Pseudosection by
sifat dielektrik batubara tambang Air a quasi-Newton Method. Geophysical
Laya dengan peringkat yang Prospecting. 44. 131-152.
bervariasi. Thesis. Bandung: ITB.
66