You are on page 1of 21

BAB 1

PENDAHULUAN

Trauma mata merupakan kasus kegawatdaruratan mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat
ringan sampai berat bahkan sampai kebutaan atau kehilangan mata.1

Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi di laboratorium, industri,
pekerjaan yang memakai bahan kimia, pertanian dan perang yang menggunakan bahan kimia di
abad modern. Trauma kimia sangat mengkhawatirkan karena berkemampuan untuk menyerang
berbagai macam struktur ocular dan berpotensi menyebabkan kebutaan.2

Keparahan luka yang timbul tergantung dari zat penyebabnya, berapa lama zat tersebut
berkontak dengan mata dan bagaimana penanganannya. Kerusakan biasa terjadi terbatas pada
segmen depan mata termasuk konjungtiva, kornea dan kadang mengenai struktur internal seperti
lensa.3

1
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

 Definisi
Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan kegawat daruratan oftalmologi
karena dapat menyebabkan cedera pada mata, baik ringan, berat bahkan sampai
kehilangan pengelihatan. Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai
bola mata akibat terpapar bahan kimia baik yang bersifat asam ataupun basa yang dapat
merusak struktur bola mata tersebut.1
Trauma kimia diakibatkan oleh zat asam dengan pH < 7 ataupun zat basa pH >7 yang
dapat menyebabkan kerusakan struktur bola mata. Tingkat keparahan trauma ditentukan
dengan jenis, volume, konsentrasi, durasi pajanan dan derajat penetrasi dari zat kimia
tersebut. Mekanisme cedera antara asam dan basa sedikit berbeda. Trauma bahan kimia
dapat terjadi pada laboratorium, industry, pekerjaan yang memakai bahan kimia,
pekerjaan pertanian dan peperangan yang menggunakan bahan kimia serta paparan bahan
kimia dari alat alat rumah tangga. Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan
segera. Irigasi daerah yang terkena trauma kimia merupakan tindakan yang harus segera
dilaksanakan.2

 Epidemiologi
Berdasarkan data CDC tahun 2000 sekitar 1 juta orang di Amerika Serikat mengalami
gangguan pengelihatan akibat trauma. 75% dari kelompok tersebut buta pada satu mata,
dan sekitar 50.000 menderita cedera serius yang mengancam pengelihatan setiap
tahunnya. Setiap hari lebih dari 2000 pekerja di Amerika Serikat menerima pengobatan
medis akibat trauma mata pada saat bekerja. Lebih dari 800.000 kasus trauma mata yang
berhubungan dengan pekerjaan terjadi setiap tahunnya.4,5
Dibandingkan dengan wanita, laki-laki memiliki rasio terkena trauma mata 4 kali lebih
besar. Dari data WHO tahun 1998 trauma okular akibat berakibat kebutaan unilateral
sebanyak 19juta orang, 2,3juta mengalami penurunan visus bilateral dan 1,6juta

2
mengalami kebutaan bilateral akibat cedera mata. Sebagian besar (84%) merupaka
trauma kimia. Rasio frekuensi bervariasi trauma asam : basa antara 1:1 sampai 1:4.
Secara internasional 80% dari trauma kimiawi dikarenaka oleh pajanan karena pekerjaan.
Menrut United States Eye Injury Registry frekuensi di Amerika Serikat mencapai 16 %
dan meningkat di lokasi kerja dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak pada laki-
laki (93%) dengan umur rata rata 31 tahun.4

 Etiologi
Substansi kimia yang biasa menyebabkan trauma pada mata biasa digolongkan dalam 2
kelompok6 :
1. Alkali / basa
Bahan alkali yang biasa menyebabkan trauma kimia adalah:
a. Amonia (NH3), zat ini biasa ditemukan pada bahan pembersih rumah
tangga, zat pendingin dan pupuk.
b. NaOH, sering ditemukan pada pembersih pipa.
c. Potassium Hydroxide (KOH), seperti caustic potash.
d. Magnesium Hydroxide (Mg(OH)2) seperti pada kembang api.
e. Lime (Ca(OH)2), seperti pada perekat, mortar, semen dan kapur.
2. Acid/asam
Bahan asam yang menyebabkan trauma adalah :
a. Sulfuric acid (H2SO4) pada aki mobil dan bahan pembersih industry.
b. Sulfurous acid (H2SO3) pada pengawet sayur dan buah.
c. Hydrofluoric acid (HF) efek sama dengan trauma basa, ditemukan pada
pembersih karat, pengkilat aluminuium dan penggosok kaca.
d. Acetic acid (CH3COOH) pada cuka.
e. Hydrochloric acid (HCl) 31-38% zat pembersih.

 Patofisiologi
Tingkat keparahan pada trauma kimia mata tergantung pada 7:
1. pH, volume dan konsentrasi larutan.

3
2. lama kontak dan luas permukaan yang terkena.
3. kemampuan memasuki jaringan mata.
4. Derajat perlukaam stem cell limbus.

Berdasarkan jenis zat penyebab trauma, patofisiologi trauma kimia dapat dijelaskan
sebagai berikut

1. Trauma Asam
Asam dipisahkan dalam dua mekanisme yaitu ion hydrogen dan anion dalam
kornea. Molekul hydrogen merusak permukaan okular dengan mengubah pH,
sementara anion merusak dengan cara denaturasi protein, presipitasi dan
koagulasi. Koagulasi protein umumnya mencegah penetrasi yang lebih lanjut dari
zat asam dan menyebabkan tampilan ground glass dari stroma corneal yang
mengikuti trauma akibat asam. Sehingga trauma pada mata yang disebabkan oleh
zat kimia asam cenderung lebih ringan daripada trauma yang diakibatkan oleh zat
kimia basa.1
Asam hidroflorida adalah salah satu pengecualian. Asam lemah ini secara cepat
melewati membrane sel, seperti alkali. Ion fluoride dilepaskan kedalam sel dan
memungkinkan menghambat enzim glikolitik dan bergabung dengan kalsium dan
magnesium membentuk insoluble complexes. Nyeri local yang ekstrim bias
terjadi sebagai hasil dari immobilisasi ion kalsium yang berujung pada stimulasi
saraf dengan pemindahan ion potassium. Fluorinosis akut bisa terjadi ketika ion
fluoride memasuki system sirkulasi dan memberikan gambaran gejala pada
jantung, pernafasan, GI track dan neurologic.1
Bahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan denaturasi dan
presipitasi dengan jaringan protein di sektiranya, karena adanya daya buffer dar
jaringan terhadap bahan asam serta adanya presipitasi protein maka kerusakannya
cenderung terlokalisir. Bahan asam yang mengenai kornea jugan mengadakan
presipitasi sehingga terjadi koagulasi, kadang – kadang seluruh epitel kornea
terlepas. Bahan asam tidak menyebabkan hilangnya bahan proteoglikan di kornea.
Bila trauma diakibatkan asam keras maka reaksinya mirip degan trauma basa.7

4
Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi koagulasi protein epitel
kornea yang mengakibatan kekeruhan pada kornea, sehingga bila konsentrasi
tidak tinggi maka tidak akan bersifat destruktif sepert trauma alkali. Biasanya
kerusakan hanya pada bagian superficial saja. Koagulasi protein ini terbatas pada
daerah kontak bahan asam dengan jaringan. Koagulasi protein ini dapat mengenai
jaringan lebih dalam.7

Gambar 1. Trauma pada mata akibat bahan kimia asam

2. Trauma Basa
Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena bahan – bahan
basa memiiki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipofilik dimana dapat terjadi secara
cepat untuk penetrasi sel membrane dan masuk ke bilik mata depan, bahkan
sampai ke retina. Trauma basa akan memberikan iritasi ringan pada mata apabila
dilihat dari luar. Namun, apabila dilihat pada bagian dalam mata, trauma basa ini
mengakibatkan suatu kegawatdaruratan. Basa akan menembus kornea, kamera
okuli anterior sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan.
Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan
kimia basa bersifat koagulasi sel dan terjadi proses safonifikasi disertai dengan
dehidrasi.1
Bahan alkali atau basa akan mengakibatkan pecah atau rusaknya sel jaringan.
Pada pH yang tinggi alkali akan mengakibatkan safonifikasi disertai disosiasi
asam lemak membrane sel. Akibat safonifikasi membrane sel akan mempermudah
penetrasi lebih lanjut zat alkali. Mukopolisakarida jaringan oleh basa akan

5
menghilang dan terjadi penggumpalan sel kornea atau keratosis. Serat kolagen
kornea akan bengkak dan stroma kornea akan mati. Akibat edema kornea akan
terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma kornea. Serukan sel ini
cenderung disetai dengan pembentukan pembuluh darah baru atau
neovaskularisasi. Akibat membrane sel basal epitel kornea rusak akan
memudahkan epitel diatasnya lepas. Sel epitel yang baru terbentuk akan
berhubungan dengan stroma dibawahnya melalui plasminogen activator.
Bersamaan dengan dilepaskan plasminogen activator, dilepas juga kolagenase
yang akan merusak kornea. Akibatnya akan terjadi gangguan penyembuhan epitel
yang berkelanjutan dengan ulkus kornea dan dapat terjadi perforasi kornea.
Kolagenase ini mulai dibentuk 9 jam sesudah trauma dan puncaknya terdapat
pada hari ke 12 – 21. Biasanya ulkus pada kornea mulai terbentuk 2 minggu
setelah trauma kimia. Pembentukan ulkus berhenti hanya bila terjadi epitelisasi
lengkap atau vaskularisasi telah menutup dataran depan kornea. Bila alkali sudah
masuk ke dalam bilik mata depan maka akan terjadi gangguan fungi badan siliar.
Cairan mata susunannya akan berubah, yaitu terdapat kadar glukosa dan askorbat
yang berkurang. Kedua unsure ini memegang peranan penting ke dalam
pembentukan jaringan kornea.1

Gambar 2. Trauma pada mata akibat bahan kimia basa

Gambar 3. Gambaran “cooked fish eye” akibat trauma bahan kimia basa

6
 Diagnosis
Diagnosis pada trauma mata dapat ditegakkan melalui gejala klinis, anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Namun hal ini bukanlah hal yang mutlak
dilakukan karena trauma kimia pada mata merupakan kasus gawat darurat sehingga
hanya diperlukan anamnesa singkat

 Gejala klinis
Tanda dan gejala awal dari trauma kimia mata dapat berupa3 :
1. Nyeri
2. Mata merah
3. Tanda – tanda iritasi
4. Keluarnya air mata yang berlebihan
5. Ketidakmampuan mempertahankan membuka kelopak mata
6. Merasa ada sesuatu pada mata
7. Pembengkakan kelopak mata
8. Penglihatan kabur

 Anamnesis
Umumnya, pasien datang dengan keluhan ada cairan atau gas yang mengenai
mata, pada anamnesa perlu diketahui6 :
a. Kapan terjadi kecelakaan dan lamanya zat kimia penyebab berkontak
dengan mata.
b. Jenis zat kimia penyebab, nama dagang dan tipe produknya
c. Tindakan awal membersihkan mata dengan apa dibersikan
d. Apa yang sedang dilakukan saat kejadian
e. Penggunaan alat pelindung diri seperti googles

7
 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang teliti dan lengkap harus ditunda sampai mata yang terkena
bahan kimia di irigasi dan pH nya kembali netral. Setelah mata di irigasi
dilakukan pemeriksaan mata yang teliti, yang di titikberatkan pada kejernihan dan
keutuhan kornea, derajat iskemik limbus dan tekanan intra okular. Supaya pasien
lebih nyaman dan kooperatif waktu pemeriksaan dapat diberikan anestesi topical
terlebih dahulu9.
Hasil pemeriksaan fisik yang sering muncul adalah :
a) Defek epitel kornea
Kerusakan epitel kornea dapat bervariasi mulai keratitis epitel punctata
yang ringan sampai defek kornea yang menyeluruh. Apabila dicurigai ada
defek epitel namun tidak ditemukan pada pemeriksaan awal, mata tersebut
harus di periksa ulang setelah beberapa menit.
b) Stroma yang kabur
Kekaburan stroma bervariasi, mulai dari ringan sampai opasifikasi
menyeluruh sehingga tidak bisa melihat kamera okuli anterior (KOA)
c) Perforasi kornea
Perforasi kornea lebih sering dijumpai beberapa hari sampai minggu
setelah trauma kimia yang berat
d) Reaksi inflamasi KOA
Tampak gambaran flare dan sel di KOA. Reaksi inflamasi KOA lebih
sering terjadi pada trauma alkali / basa
e) Peningkatan TIO
Terjadi peningkatan TIO tergantung kepada tingkat inflamasi pada segmen
anterior dan deformitas jaringan kolagen kornea. Kedua hal tersebut
menyebabkan penurunan outflow uveoscleral dan peningkatan TIO.
f) Kerusakan kelopak mata
Jika kerusakan kelopak mata menyebabkan mata tidak bisa ditutup maka
akan mudah iritasi
g) Inflamasi konjungtiva
Dapat terjadi hiperemi konjungtiva

8
h) Penurunan ketajaman penglihatan
Terjadi karena defek epitel atau kekeruhan kornea, meningkatnya
lakrimasi atau ketidaknyamanan pasien

Gambar 4 Trauma kimia karena jeruk lemon. Vaskularisasi kornea terlihat jelas, dan mata menjadi kering akibat
kehilangan sebagian besar sel goblet.

 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dalam kasus trauma kimia adalah pemeriksaan pH bola
mata secara berkala dengan kertas lakmus. Irigasi pada mata harus dilakukan
sampai tercapai pH normal. Pemeriksaan dengan menggunakan flouresein juga
dapat dilakukan untuk mengetahui kerusakan epitel kornea.8

 Diagnosis Banding
Beberapa penyakit yang menjadi diagnosis banding trauma kimia pada mata, terutama
yang disebabkan oleh basa atau alkali antara lain konjungtivitis, keratokonjungtivitis,
ulkus kornea dan lain lain.1

9
 Klasifikasi
Ada berbagai klasifikasi yang biasa digunakan untuk menilai gejala klinis dan prognosis6:
1) Klasifikasi Hughes
a) Ringan : Erosi epitel kornea, kornea sedikit kabur, tidak ada nekrosis
iskemik konjungtiva atau sclera
b) Sedang : Opasitas kornea mengaburkan detail iris, nekrosis iskemik yang
minimal di konjungtiva dan sclera
c) Berat : Garis pupil kabur, iskemik nekrosis konungtiva atau sclera yang
signifikan
2) Klasifikasi Thoft
a) Grade 1 : Kerusakan epitel kornea, tidak ada iskemik
b) Grade 2 : Kornea kabur, tapi iris masih bisa terliat, iskemik kecil dari 1/3
limbus.
c) Grade 3 : epitel kornea hilang total, stroma kabur sehingga iris juga
terlihat kabur, iskemik sepertiga sampai setengah limbus
d) Grade 4 : Kornea opak, iskemik lebih dari setengah limbus

Gambar 5 Klasifikasi Trauma Kimia, (a) derajat 1, (b) derajat 2, (c) derajat 3, (d) derajat 4

10
 Penatalaksanaan
Tergantung pada 4 fase traumanya yaitu:1
1. Fase Kejadian
Tujuan tindakan pada fase ini adalah untuk menghilangkan materi penyebab
sebersih mungkin. Tindakan ini merupakan tindakan yang utama dan harus
dilakukan sesegera mungkin, sebaiknya pasien langsung mencuci matanya sesaat
setelah kejadian
Tindakan yang dilakukan adalah irigasi bahan kimia meliputi pembiasan yang
dilakukan segera dengan anestesi topical terlebih dahulu. Pembilasan dilakukan
dengan larutan steril sampai pH air mata kembali normal. Jika ada benda asing
dan jaringan bola mata yang nekrosis harus dibuang. Bila diduga telah terjadi
penetrasi bahan kimia kedalam bilik mata depan maka dilakukan irigasi bilik mata
depan dengan menggunakan larutan RL

Teknik irigasi
1) Jelaskan kepada pasien apa yang akan dilakukan
2) Gunakan anestesi local jika diperlukan
3) Buka kelopak mata secara hati hati dengan penekanan di tulang, bukan di bola
mata
4) Bilas kornea dan forniks secara lembut menggunaan larutan steril 30 cm di
atas mata
5) Bersihkan semua partikel dengan menggunakan kapas aplikator atau dengan
forceps
6) Lakukan pembilasan konjungtiva palpebral dengan mengeversi kelopak mata

11
Gambar6 Pembilasan pada mata setelah mengalami trauma kimia

2. Fase akut (sampai hari ke 7)


Tujuan tindakan pada fase ini adalah mencegah terjadinya penyulit dengan prinsip
sebagai berikut :
a. Mempercepat proses reepitelisasi kornea
Untuk perbaikan kolagen bisa digunakan asam askorbat. Disamping itu
juga diperlukan pemberian air mata buatan untuk mengatasi pengurangan
sekresi air mata kaena hal ini juga berpengaruh pada epitelisasi
b. Mengontrol tingkat peradangan
1) Mencegah infiltrasi sel sel radang
2) Mencegah pembentukan enzim kolagenase
Mediator inflamasi dapat menyebabkan nekrosis jaringan dan dapat
menghambat reepitelisasi sehingga perlu diberikan topical steroid.
Tapi pemberian kortikosteroid ini baru diberikan pada fase pemulihan
dini.
c. Mencegah infeksi sekunder
Antibiotic profilaks topical sebaiknya diberikan pada fase awal
d. Mencegah peningkatan TIO
e. Suplemen / antioksidan
f. Tindakan pembedahan

12
3. Fase pemulihan dini (hari ke 7 – 21)
Tujuan tindakan di fase ini adalah membatasi penyulit lanjut setelah fase akut.
Yang menjadi masalah adalah:
a. Hambatan reepitelisasi kornea
b. Gangguan fungsi kelopak mata
c. Hilangnya sel goblet
d. Ulserasi stroma yang dapat menjadi perforasi kornea
4. Fase pemulihan akhir (setelah hari ke 21)
Tujuan pada fase ini adalah rehabilitasi fungsi pengelihatan dengan prinsip
a. Optimalisasi fungsi jaringan mata (kornea, lensa dan seterusnya) untuk
penglihatan
b. Pembedahan

Jika sampai fase pemulihan akhir reepitelisasi tidak juga sukses, maka sangat
penting dilakukan operasi

 Kompikasi
Komplikasi dari trauma mata juga tergantung pada berat ringannya trauma, dan jenis
trauma yang terjadi. Komplikasi yang bisa terjadi antara lain:1,2,3,4,6
1. Jaringan parut pada kornea
2. Ulkus kornea
3. Jaringan parut pada konjungtiva
4. Dry eyes
5. Simbleferon
6. Sikatrik yang menyebabkan enteropion / ekstropion
7. Trikiasis
8. Stenosis / okuli punctum
9. Katarak
10. Glaucoma

13
 Prognosis
Prognosis trauma kimia tergantung pada keparahan bagian yang terkena khususnya
terkait defek epitel kornea dan derajat iskemik limbus. Kebanyakan kasus bisa sembuh
sempurna meskipun ada juga yang disertai komplikasi seperti glaucoma, kerusakan
kornea, dry eyes syndrome dan beberapa kasus menimbulkan kebutaan.4
Berdasarkan klasifikasi Hughes dan Thoft yang telah diuraikan pada gejala klinis maka
prognosisnya adalah sebagai berikut.
1. Hughes
a. Derajat ringan : Prognosis baik
b. Derajat sedang : Prognosis sedang
c. Derajat berat : Prognosis buruk
2. Thoft
a. Grade 1 dan 2 : prognosis baik
b. Grade 3 : prognosis sedang
c. Grade 4 : prognosis buruk

14
BAB 3

KESIMPULAN

Trauma kimia pada mata dapat berasal ari bahan yang bersifat asam dengan pH < 7 dan bahan
yang bersifat basa dengan pH > 7. Trauma basa biasanya memberikan dampak yang lebih berat
daripada trauma asam, karena bahan-bahan basa memiliki dampak yang lebih berat daripada
trauma asam, karena bahan – bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipofilik dimana
dapat masuk secara cepat untuk penetrasi sel membrane dan masuk ke sudut mata depan, bahkan
sampai retina. Sementara trauma asam akan menimblkan koagulasi protein permukaan, dimana
merupakan suatu barier pelindung sehingga zat asam tidak penetrasi lebih dalam lagi.

Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma kimia adalah irigasi mata dengan segera sampai ph
mata kembali normal dan diikuti dengan pemberian obat terutama antibiotic, multivitamin,
antiglaukoma dll. Selain itu dilakukan juga upaya promotif dan preventif kepada pasien. Menurut
data statistic 90 % kasus trauma dapat dicegah apabila dalam menjalankan suatu pekerjaan
menggunakan perlindungan yang tepat.

15
BAB 4

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PENDERITA

Nama : Tn .U

Umur : 56 Tahun

Jenis Kelamin : Pria

Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia

Pekerjaan : PNS

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Status : Menikah

Alamat : Sidoarjo

Tanggal Pemeriksaan : 27 Mei 2013

ANAMNESA

Keluhan utama : terasa ngeres

16
Riwayat Penyakit Sekarang :

Mata kiri px terkena getah pohon 1hari sebelum datang ke poli mata RSUD Sidoarjo.
Mata terasa ngeres, berair, merah dan kabur. Saat kejadian langsung dibawa ke UGD RSUD
Sidoarjo dan diberikan tetes mata dan antibiotik

Riwayat Penyakit Dahulu :

 Alergi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga : -

PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Generalis
 Keadaan umum : cukup
 Kesadaran : compos mentis
 Gizi : cukup
 Tekanan Darah : 120 / 80 mmH

2. Status Lokalis
OD OS

Visus 5/5 5/20

Refraksi - -

Palpebra Edema (-) Edema (-)

Superior et inferior Echimosis (-) Echimosis (-)

Konjunctiva Tarsus Hiperemia (-) Hiperemia (+)


Superior et inferior
Hipertrofi Papilaris Hipertrofi Papilaris dan

17
dan folikel (-) folikel (-)

Edema (-) Edema (-)

Sekret (-) Sekret (-)

Konjungctiva Bulbi CVI (-) CVI (+)

PCVI (-) PCVI (+)

Pterigium (-) Pterigium (-)

Pingukula (-) Pingukula (-)

Sklera Hiperemia (-) Hiperemia (+)

Kornea Keruh (-) Keruh (-)

Infiltrat (-) Infiltrat (-)

Ulkus (-) Ulkus (+)

KP (-) KP (-)

Camera Oculi Anterior Flare (-) Flare (-)

Hipopion (-) Hipopion (-)

Hifema(-) Hifema(-)

Iris Edema (-) Edema (-)

Refleks pupil (+) Refleks pupil (+)

Sinekia Posterior (-) Sinekia Posterior (-)

Lensa Katarak (-) Katarak (-)

TIO 5/5,5(17,3mmhg) 5/5,5(17,3mmhg)

18
Fr + (+)

Flouresen (-) (+)

RESUME

Penderita Pria (56 tahun) datang dengan keluhan Mata ngeres akibat terkena getah pohon
px juga mengeluh, merasa nyeri pada mata kiri, berair, merah dan kabur,saat kejadian langsung
dibawa ke UGD RSUD Sidoarjo dan diberikan obat minum dan tetes mata saja.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan:

 Visus dengan 5/20 pada mata kiri


 Reflek pupil (+) pada mata kiri
 oedem palpebra (-) pada mata kiri
 cvi dan pcvi (+) pada mata kiri
 Fundus reflek (+) pada mata kiri
19
 flouresen(+)pada mata kiri
 TIO 5/5,5 pada mata kiri

DIAGNOSA

OS post trauma kimia asam


OS erosi kornea

Pengobatan

 Irigasi
 Polygran eo 3 dd OS
 Lyteers ed 6 dd gtt I OS
 Bebat tekan OS

Rencana Monitoring

 Visus
 TIO
 Komplikasi trauma kimia
KIE

 Pengertian trauma kimia


 Penanganan pada trauma kimia
 Komplikasi yang bisa terjadi pada trauma kimia

PROGNOSA

Dubia at malam

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Randleman JB.2006. Chemical department of ophtalology. diakses dari


http://www.emedicine.com
2. Ilyas S. 2002 . Ilmu penyakit mata edisi ketiga.Jakarta : FK UI
3. Randleman JB . Chemical eye burns overview. Diakses dari
http://www.emedicinehealth.com/chemical_eye_burns_article-em.html
4. Vaughan DG. 2000. Oftalmology umum. Jakarta: Widya medika
5. Center of Disease contol and prevention. Work related eye injuries. Diakses dari
http://www.cdc.gov/feature/dsworksplaceeye/
6. C Kenneth. 2002. Emergency ophthalmology. Rapid treatment guide. Boston : medical
published division
7. Harvard health publication chemical injury to the eye. Diakses dari
http://www.mylifetime.com/lifestyle/health/health-a-z/chemical-inury-eye
8. Eye teacher of American foundation. Eye trauma. Diakses dari
http://www.ophthobook.com
9. Chemical burns. Handbook of ocular disease management. Diakses dari
http://www.revoptom.com/handbook/sect3h.html

21

You might also like