You are on page 1of 11

TINGKAT INFLASI, ECONOMIC GROWTH DAN PENGARUHNYA

TERHADAP PENERIMAAN PAJAK


Ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Hukum Pajak
Dosen
Bangkit Cahyono, SST.,Ak., M.M., CA., CHT

Oleh:
Faliq Raziqin (14)
2301170243
DIII Pajak / 1-07

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN


2017
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam kehidupan bermasyarakat, tidak terlepas dengan sebuah barang dan jasa. Tidak
mungkin seseorang dalam hidupnya tidak memerlukan barang / jasa. Kebutuhan hidup akan
terus ada selama orang tersebut hidup di dunia ini. Kebutuhan hidup tersebut akan
mendorong seseorang untuk membeli / mengonsumsi barang dan/atau jasa. Dan dikarenakan
ada permintaan akan barang dan/atau jasa maka akan ada pihak yang memproduksi /
memberikan barang dan/atau jasa tersebut.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi seberapa banyak orang akan mengkonsumsi
atau memproduksi barang/jasa. Tingkat harga tentunya akan memberikan peran paling
penting.ketika harga naik tentu saja orang orang cenderung untuk tidak membeli barang
barang. Namun ketika harga menjadi turun masyarakat cenderung berpeilaku konsumtif.
Tingkat harga tentunya tidak akan sama pada setiap waktu. Ketika pada suatu waktu
tingkat harga secara umum mengalami kenaikan, maka hal itu disebut sebagai inflasi. Ketika
tingkat harga secara umum mengalami sebuah penurunan, maka hal itu disebut sebagai
deflasi.(Sukirno 2010). Inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi yang banyak menarik
para pemikir untuk mengkaji lebih dalam (Reksoprayitno, 2011:179). Hal tersebut
dikarenakan oleh besarnya dampak yang ditimbulkan. Tingginya tingkat inflasi suatu negara
akan membuat banyak usaha kecil yang bangkrut, melemahnya daya beli, dan meningkatnya
jumlah pengangguran serta kemiskinan.
Ketika orang orang cenderung untuk tidak mengeluarkan uangnya untuk
mengkonsumsi barang/jasa, maka hal tersebut akan berpengauh terhadap penerimaan pajak
negara. Pajak apa sajakah yang akan terkena dalmak dari inflasi? Hal ini yang nantinnya akan
dibahas pada bab selanjutnya.

Ekonomi sebuah negara tentunya tidak akan stagnan di titik yang sama, melainkan
akan terus berfluktuasi dalam suatu siklus bisnis. Ketika perekonomian jatuh tentu saja akan
berdampak buruk pada kehidupan masyarakat. Dan tentunya nantinya akan berpengaruh
pada penerimaan pajak. Namun karena disebut dengan siklus bisnis maka perekonomian akan
kembali pulih dengan sendirinya-meskipun waktunya tidak tentu- tanpa ada intervensi dari
siapapun.

Indonesia sendiri pernah mengalami beberapa kali mengalami resesi-melemahnya


perekonomian- pada beberapa tahun yang lalu. Tapi untuk saat ini kondisi perekonomian di
indosesia telah kembali pulih bahkan tingkat pertumbuhan perekonomiannya bisa diatakan
cukup tinggi.

Lalu bagaimanakah sebenarnya pengaruh dari tingkat inflasi dan perkembangan


perekonomian terhadap penerimaan perpajakan, Langkah apakah yang harus diambil oleh
pemerintah untuk menghadapi inflasi, Dan apakah apakah bisa pajak sebaga stabiliaztor
perekonomian di indoneisa adalah hal hal yang akahn dibahas dalam tulisan ini.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana terjadinya inflasi?


2. Bagaimana sebuah perekonomian bisa dikatakan berkembang?
3. Apa dampak dari inflasi dan pertumbuhan perekonomian terhadap penerimaan
perpajakan?
4. Apa yang sebaiknya dilakukan oleh pemerintah ketika terjadi inflasi?
BAB II PEMBAHASAN

A. Baigaimana inflasi bisa terjadi


Inflasi diartikan sebagai menngkatnya harga secara umum dan terus menerus (Bank
indoensia:2015). Menurut Nopirin(2014) inflasi adalah proses kenaikan harga harga umum,
jadi inflasi tidak berarti bahwa harga barang dan jasa meningkat. Pada salah satu website
internasional, inflasi diukur melalui indeks harga konsumen yang menggambarkan
persentase perubahan tahunan dalam harga rata-rata konsumen untuk memperoleh barang
dan jasa dan terdapat kemungkinan tetap atau berubah dalam jangka waktu yang spesifik,
seperti tahunan (World Bank Data:2015).

Menurut Rohmana Ahman (2007) Secara garis besar faktor yang menjadi penyebab
terjadinya inflasi antara lain bertambahnya uang yang beredar,penurunan nilai tukar mata
uang, permintaan yang tinggi terhadap suatu barang dan kenaikan biaya produksi.

1. Bertambahnya uang yang beredar

Jumlah uang beredar yang berada di masyarakat ditentukan secara penuh oleh
kebijakan bank sentral. Sentral dapat mempengaruhi jumlah uang yang beredar salah satunya
adalah dengan cara membeli atau menjual surat obligasi pemerintah. Ketika bank sentral
memutusakan untuk membeli surat oligasi pemerintah, maka bank sentral akan menerima
uang dan peredaran uang pun berkurang. Namun sebaliknya, apabila bank senrtal menjual
surat obligasi pemerintah, ban sentral pun akan mengeluarkan uang dan jumlah uang yang
beredar pun semakin banyak.

Faktor lain yang mempengaruhi Jumlah uang yang beredar di masyarakat bisa
bertambah adalah apabila suatu negara menggunakan sistem anggaran defisit, yaitu ketika
belanja negara lebih besar daripada penerimaannya. Sehingga untuk menutup kekurangan
anggaran tersebut, negara mencetak uang baru yang menyebabkan jumlah uang yang beredar
semakin banyak.

Menurut teori jumlah uang (quantyty theory of money ), jumlah uang yang tersedia
dalam perekonomian menentukan nilai uang, dan pertumbuhan jumlah uang adalah
penyebab utama inflasi.

2. Penurunan nilai tukar mata uang

Ketika peredaran uang bertambah , maka di dalam sebuah masyarakat penawaran


uang akan meningkat. Ketika penawaran uang dalam masyarakat bertambah namun
permintaan akan uang tersebut tetap, nilai uang menjadi turun. Misalnya bahwa dalam suatu
masa, terjadi panen rambutan. Maka akan menyebabkan peredaran rambutan dalam
masyarakat bertambah. Ketika masyarakat tidak terlalu menginginkan rambutan namun
persedaan rambutan bertambah, nilai- dalam hal ini harga- rambutan dalam masyarakat itu
pun menurun. Karena masyarakat tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk membeli
sebuah rambutan.
Hal yang sama pun terjadi dalam hal mata uang. Ketika peredaran uang terlalu
banyak, maka nilai mata uang itu pun menjadi kecil. Dan ketika nlai mata uang itu kecil,
maka memerlukan jumlah uang yang lebih banyak untuk menukarkan uang tersebut dengan
suatu barang / jasa. Inilah yang menyebabkan kenaikan harga terhadap suatu barang dan /
atau jasa.

3. Permintaan terhadap suatu barang

Ketika masyarakat memiliki lebih banyak uang karenan peredaran uang yang banyak,
orang orang senang untuk membelanjakan uangnya baik itu untuk membeli pakaian, berlibur,
investasi rumah, atau untuk meminjamkannya kepada orang lain. Pada kasus ini kelebihan
uang meningkatkan permintaan barang dan jasa.

Namun karenakemampuan perekonomian untuk menyediakan barang dan jasa tidak


berubah, produksi barang dan jasa cenderung untuk tidak bisa mengimbangi permintaan
akan suatu barang / jasa. Ketika terjadi ketidakseimbangan ini, maka terjadi kelangaan
barang/jasa yang

Secara umum inflasi ini sering terjadi pada perekonomian negara yang memiliki
pertumbuhan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi di negara tersebut menyebabkan tingkat
pendapatan masyarakat yang tinggi. Hal ini pengeluaran yang melebihi kemampuan produksi
suatu jasa atau barang. Kemampuan daya beli msyarakat yang berlebih ini kemudian
menyebabkan inflasi.

4. Inflasi karena kenaikan biaya produksi (Cost push inflation)

Inflasi kenaikan biaya produksi atau cost push inflation disebabkan karena adanya
dorongan kenaikan biaya produksi dalam jangka waktu tertentu secara terus menerus. Secara
umum inflasi kenaikan biaya produksi ini disebabkan karena desakan biaya faktor produksi
yang terus naik. Kenaikan Biaya faktor produksi biasanya diakibatkan oleh beberapa hal:

 Turunnya nilai tukar mata uang dalam negeri dengan mata uang asing atau depresiasi.
Kenaikan nilai tukar mata uang juga menyebabkan bahan baku atau barang dari luar
negeri menjadi semakin mahal.
 Inflasi di luar negeri khususnya negara partner dagang menyebabkan barang dan
produk dari luar negeri juga semakin mahal.
 Ketidakseimbangan antara jumlah tenaga kerja dan permintaan barang produksi
membuat pemerintah akan menaikkan harga produksi. Salah satu cara menikkan
harga produksi adalah dengan menaikkan upah atau gaji karyawan serta merekrut
karyawan baru dengan tawaran gaji atau upah yang lebih tinggi. Kebijakan yang
seperti ini menyebabkan biaya produksi meningkat, sehingga harga barang produksi
juga menjadi naik.

Inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya produksi biasanya terjadi di negara
dengan pertumbuhan ekonomi yang sedang berkembang atau tumbuh pesat namun dengan
angka pengangguran yang cukup rendah. Di negara yang seperti ini, supply tenaga kerja
terbatas namun permintaan akan suatu barang produksi tinggi.

Selain itu inflasi karena guncangan penawaran juga dapat terjadi karena faktor lain
seperti bencana alam dan lain sebagainya. Namun juga bisa terjadi karena pemerintah
menaikkan harga suatu barang tertentu.
B. Bagaimana sebuah perkonomian berkembang

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian


suatu Negara yang berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode
tertentu. Menurut Sukirno (2000) pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan
dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam
masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Sehingga pertumbuhan
ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian
yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.

Dalam pengertian itu terdapat tiga aspek yang perlu digarisbawahi, yaitu proses,
output per kapita, dan jangka panjang. Pertumbuhan sebagai proses, berarti bahwa
pertumbuhan ekonomi bukan gambaran perekonomian pada suatu saat. Pertumbuhan
ekonomi berkaitan dengan output per kapita, berarti harus memperhatikan dua hal, yaitu
output total (GDP) dan jumlah penduduk, karena output per kapita adalah output total dibagi
dengan jumlah penduduk. Aspek jangka panjang, mengandung arti bahwa kenaikan output
per kapita harus dilihat dalam kurun waktu yang cukup lama ( 10, 20, atau 50 tahun, bahkan
bisa lebih lama lagi). Kenaikan output per kapita dalam satu atau dua tahun kemudian diikuti
penurunan bukan pertumbuhan ekonomi.

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan
ekonomi adalah GDP(Gross Domestic Bruto). GDP adalah nilai pasar dari seluruh barang
dan jasa yang di produksi di suatu negara pada periode tertentu. PDB mengukur dua hal
sekaligus, yaitu pendapatan total semua orang dalam perekonomian dan jumlah pembelanjaan
untuk membeli barang dan jasa hasil dari perekonomian. Untuk suatu perekonomian secara
keseluruhan, pendapatan total harus sama dengan pengeluaran. Hal ini dapat terjadi karena
setiap transaksi melibatkan dua pihak, penjual dan pembeli. Setiap uang yang dibelanjakan
oleh pembeli adalah pendapatan bagi penjual.

Ketika PDB sebuah negara tinggi, hal itu mencerminkan bahwa prokduktivitas negara
terdebut tinggi. Dan produktivitas yang tinggi seharusnya bisa memberikan kesejahteraan
bagi masyarakatnya. Karena berarti orang orang tersebtu memproduksi sesuatu dan mendapat
penghasilan atas apa yang telah diproduksinya itu. Berikut PDB indonesia selama rentang
beberapa tahun terakhir
Terlihat bahwa PDB indonesia berfluktuasi dalam beberapa tahun teraakhir . hal ini
bukan berarti menandakan perekonomian indonesia sedang tidak sehat. Bisa saja dalam suatu
tahun terjadi inflasi yang cukup tinggi sehingga PDBnya tinggi.

Hal lain yang bisa kita lihat adalah PDB per kapita. PDB perkapita adalah jumlah
PDB di suatu negara dibagi dengan jumlah penduduknya. PDB perkapita indonesia tahun
2016 adalah senilai $3603. Yang merupakan angka yang tergolong tidak terlalu rendah. Yang
dengan angka itu seharusnya masyarakat indonesia bisa dikatakan sudah sejahtera. Namun
dalam lapangannya belum.

Alasannya adalah karena kesenjangan sosial di indonesia yang masih cukup tinggi.
Jadi, jumlah PDB yang besar hanya dihasilkan oleh kalangan tertentusaja yang jumlahnya
tidak banyak. Sehingga walaupun indonesia memiliki PDDB perkapita yang cukup tinggi,
namun belum bisauntuk merrepresentasikan pendapatan untuk seluruh penduduk di
indonesia.

3. Dampak dari inflasi serta pertumbuhan benduduk dan kaitannya dengan


penerimaan pajak.

Grafik diatas menunjukan tingkat inflasi yang di indonesia yang terjadi daam
beberapa tahun terakhir. Sama seperti GDP pada pembahasan sebelumnya, tingkat inflasi di
indonesia pun berflukutasi. Dan jika dirata rata menghasilkan tingkat inflasi 5,94% nilai
yang tergolong aman bagi sebagian ekonom.

Ketika sebuah negara mengalami inflasi, sudah barang tentu harga barang barang di
negara tersebut naik. Dengan kenaikan harga ter sebut respon masyarakat adalah dengan
mengurangi untuk membeli sesuatu. Karena ketika terjadi inflasi, sejatinya kekayaan mereka
berkurang, sehinga kemampuan masyarakat untuk membeli barang pun mengalami
penurunan.

Hal tersebut bisa terjadi karena ketika harga naik, maka orang orang akan
membutuhkan banyak uang tunai, yang kemudian akan mengambil dari tabungan tabungan di
bank. Ketika banyak masyarakat yang mengambil uangnya di bank-untuk membeli barang-
maka bank akan menaikan suku bunga agar orang orang tidak jadi mengambil uangnya.
Ketika orang orang tidak jadi mengambil uangnya, maka mereka akan mengurangi untuk
mengonsumsi barang dan / jasa.

Di sisi lain, ketika harga naik, maka di sisi perusahaan yang memproduksi barang atau
jasa, terjadi kenaikan biaya produksi. Sehingga perusahaan akan lebih sedikit memproduksi
barang. Karena produksi perusahaan berkurang, maka perusahaan akan mengurangi
pegawainya, sehingga kan menimbulkan pengangguran.

Saat kondisi seperti ini maka ekonomi mengalami penurunan(resesi) yaitu saat
produktivitas suatu negara berkurung yang dicerminkan oleh PDBnya. PDB bisa berkurang
karena perusahaan mengurangi produksinya karena ada kenaikan biaya produksi.

Kaitannya dengan pajak, ada beberapa jenis pajak yang akan menjadi
terpengaruh karena inflasi. Pajak penghasilan pegawai misalya, tentu saja karena ada inflasi,
maka gaji karyawan akan menjadi lebih besar. Dan PPH Pasal 21 yang dipotong pun akan
lebih besar. Namun di sisi lain, ada beberapa karyawan yang dipecat dari perusahaan
sehingga mereka tidak memiliki gaji,yang berarti negara kehilangan pajak penghasilan atas
orang tersebut

Jika dilihat dari pajak pertambahan nilai, meskipun harga barang barang naik-
yang seharusnya akan meningatkan PPN- tapi karena daya beli masyarakat menurun maka
pajak pertambahan nilai pun menurun.

Dari sudut panda objek pajak badan, karena baiaya produksi mengalami kenaikan
dan produksi barang mengalami penurunan, maka omzet perusahaan pun akan turun sehingga
penerimaan pajak tentunya akan ikut menurun. Karena besarnya pajak dari sebuah
perusahaan, besar kecilnya akan mengikuti dengan jumlah penghasilan yang didapat oleh
perusahaan tersebut.

Ha diatas adalah keadaan dimana disuatu negara mengalami sebuah inflasi yang
menyebabkan resesi ekonomi. Lalu bagaimaana jika di suatu negara, ekonominya sedang
bom(pertumbuhan ekonomi tinggi)

Di dalam sebuah negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi, dapat dilihat


dari GDP sebuah negara tersebut. Ketika Ekonomi tumbuh, berarti GDB nya mengalami
kenaikan. Kenaikan GDP mencerminkan bpendapatan/pengeluaran dari penduduk bertambah.

Ketika pendapatan penduduk bertambah, maka sudah barang tentu dari sektor
pajak penghasilan akan ikut naik. Karena semakin besar pendapattan individu, kewajiban
pajaknya akan semakin besar.

Jika dilihat dari pengeluran yang juga meningkat, hal itu menandakan bahwa
belanja dari masyarakat meningkat,yang juga dapat untuk meningkatkan pajak pertambahan
nilai. Ketika pengeluaran pemerintah meningkat, hal tersebut juga bisa mencerminkan
tentang prodktivitas suatu perusahaan. Produktivitas perusahaan meningkat, omset jug akan
naik, dan pajak atas perusahaan tersebut pun akan ikut naik.

4. Sikap pemerintah ketika inflasi terjadi

Inflasi tentu saja bukanlah sesuat hal yang diinginkan baik oleh pemerintah
maupun oleh masyarakat. Karena inflasi merugikan pemerintah ( menurunkan penerimaan
pajak) dan juga merugikan masyarakat( harga barang barang naik). Namun mau tidak mau,
baik masyarakat maupun pemerintah tidak bisa terhindarkan dari inflasi, sehingga masyarakat
dan pemerintah harus bisa berdamai dengan inflasi.

Suatu hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah adalah dengan mengatasi salah
satu sebab terjadinya inflasi. Salah satu penyebab inflasi adalah karena banyaknya uang yang
beredar di masyarakat. Pemerintah bisa mengatasi hal ini adalah dengan menarik kembali
jumlah uang yang berada di masyarakat.

Salah satu cara untuk mengurangi jumlah uang ynag beredar di masyarakat
adalah dengan menaikan suku bunga. Dengan tingkat suku bunga yang tinggi, masyarakat
yang akan menarik uang akan berfikir tentang kewajiban membayar bunga yang tinggi. Oleh
karenanya, orang orang cenderung untuk menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan
dengan harapan akan mendapat bunga yang besar di masa yang akan datang.

Ketika jumlah uang di masyarakat telah berkurang, harga harga akan


menyesuaikan untuk turun. Ketika harga akan terdorong turun, maka biaya produksi bagi
perusahaan akan turun, sehingga erusahaan akan menambah jumlah barang yang dihasilkkan
dan juga akan menambah jumlah pekerjanya.

Jadi ketika harga turun, produktivitas perushaan akan meningkat, dan perusahaan
akan kembali mempekerjakan pegawainya sehingga pengangguran akan berkurang. Di sisi
lain ketika harga turun, masyarakat akan berperilaku konsumtif yang nantinya akan menaikan
jumlah pajak pertambahan nilainya.

BAB III PENUTUPAN

1. Kesimpulan

Kondisi sebuah negara pasti akan berfluktuasi pada tingkat dan waktu tertentu.
Ekonomi indonesia pernah jatuh pada tahun 1998. Dimana pada saat itu terjadi iflasi sebesar
77 % ( sc : B.I). sudah barang tentu perekonomian indonesia saat itu jatuh dengan
sepenuhnya. Sebenernya anjloknya perekonomian indonesia dipengaruhi oleh
perekonomian dunia yang juga anjlok.

Ketika sebuah perekonomian di sebuah negara mengalami penurunan-seperti


yang pernah kita bahas-. Akan berpengaruh kepada perilaku masyarakat didalamnya,
kesejahteraan masyarakat menurun. Begitu pula sebaliknya, ketika perekonomian sebuah
negara mengalami peningkatan, maka kesejahteraan dari masyarakat itu sendiri akan
meningkat.

Inflasi bisa terjadi karena bank sentral memutuskan untuk menaikan jumlah uang
yang beredar dimasyarakat. Masyarakat pada awalnya akan senang, karena uang yang
mereka pegang menjadi lebih banyak, namun ketika mengetahui harga harga naik,
masyarakat memutusan untuk tidak jadi senang.

Salah seorang ahli, Syahputra (2006:10) mengungkapkan bahwa “Terlalu tingginya


tingkat inflasi bisa berdampak negatif terhadap penerimaan pajak melalui perubahan kondisi
ekonomi.” Kesimpulannya, penerimaanpajak akan menurun jika tingkat inflasi suatu negara
tinggi, demikian sebaliknya.
Begitu pula ketika pemerintah bisa menjalankan kebijakannya dengan baik, makan
perekonomian sebuah negara akan menjadi meningkat. Ketika perekonominan tumbuh, hal
itu menunjukan bahwa produktivitas negara tersebut tinggi. Yang berarti akan ada banyak
barang / jasa yang dibeli / diproduksi dalam negara tersebut. Penerimaan pajak pun akan
bertambah, karena pendapatan dari masyarakat / perusahaan itu juga meningkat. Pernyataan
tersebut diperkuat oleh pendapat Sinaga (2010:3) yang menyatakan bahwa penerimaan pajak
berkorelasi positif terhadap penerimaan pajak karena pertumbuhan ekonomi secara makro
merupakan dasar pengenaan pajak. Kesimpulannya, apabila economic growthmeningkat
penerimaan pajak akan meningkat,begitu sebaliknya.
2. Saran

Sebaiknya pemerintah mengaji ulang ketika hendak menambah jumlah uang yang
beredar di masyarakat. Karena dalam jangka waktu yang lama, kebijakan tersebut hanya akan
menaikan harga barang barang yang menyebabkan kesejahteraan masyrakat menjadi
menurun. Padahal pemerintah ketika mengeluarkan sebuah kebijakan harus diorientasikan
untuk kesejahteraan dari masyarakat itu sendiri.

Apabila inflasi di suatu negara terjadi, maka masyarakat hendaknya mengati


apakah sebuah kenaikan harga barang tersebut berada dalam jumlah waktu yang lama atau
tidak. Karena jika kenaikan harga barang terjadi sementara,masyarakat bisa menunda
untukmembelanjakan uangnya hinggaharga barang barang mrnjadi normal kembali.

DAFTAR PUSTAKA

Mankiw, N., Gregory 2014. Principles of economic. Jakarta: Salemba Empat.

Damayanti, Oktiya. 2016. Pengaruh Tingkat Inflasi, Economic Growth, Dan Tarif Pajak
Terhadap Penerimaan Pajak Di Negara-Negara Asia .Malang:Jurnal Perpajakan. Vol.11,No
1.
Bank indonesia. 2013.”Perkembangan PDB Indonesia” diakses pada 3 Januari 2017. Dari
http://www.bi.go.id/id/umkm/penelitian/nasional/pdb/Default.aspx

World Bank. 2017. “Indonesia data”. Diakses Pada 3 Januari 2017. Dari
https://data.worldbank.org/country/indonesia?locale=id

BPS, 2017 “IHK dan Inflasi 2005-2017” Diakses pada 3 Januari 2017.Dari
https://www.bps.go.id/statictable/2009/06/15/907/indeks-harga-konsumen-dan-inflasi-
bulanan-indonesia-2005-2017.html

Andra.biz. 2016 “pengaruh Inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi” Diakses pada 6 Januari
2017. Dari https://ardra.biz/ekonomi/analisis-fundamental-ekonomi/pengaruh-inflasi-
terhadap-pertumbuhan-ekonomi/

You might also like