Professional Documents
Culture Documents
Penkajian, Diagnosa, Perencanaan, Implementasi, Evaluasi
Penkajian, Diagnosa, Perencanaan, Implementasi, Evaluasi
1.Anamnesa
a. Identitas klien
Meliputi nama, unsure, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekrjaan, no
register, diagnosa medis, dan tanggal MRS.
b. Keluhan utama
Adanya benjolan di inguinalis masuk bila klien tidur dan klien mengejar,
menangis, berdiri, mual – mual, muntah. Bila adanya komplikasi ini
menciptakan gejala klinis yang khas pada penderita HIL
2.Pemeriksaan fisik
a. Thumb test (Dengan menekan Anulus internus dan klien mengejar) tidak di
dapatkan benjolan keluar.
b. Finger test (test invaginasi jari lewat skrotum ke dalam inguinalis penderita
mengejar) akan terasa benjolan pada jari.
c. Zremant test (Tangan kanan jari II menekan Anulus internus kanan, jari III
menekan Anulus Ekternus kanan, jari IV menekan fasa ovalis kanan,
penderita mengejar) akan adanya dorongan pada jari II.
3.Pemmeriksaan Laboratorium
a. Analisah darah, untuk mengetahui jumlah darah seluruhnya Hb faal
hemostasis, dan jumlah lekosit.
b. Analisah urin untuk mengetahui adanya infeksi saluran kencing.
4.Pemeriksaan Penunjang
a. Foto thorax, untuk mengetahui keadaan dari jantung dan paru.
b. Pemeriksaan ECG, dilakukan pada pasien yang berusia 45 th.
Diagnosa Keperawatan
1.Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan kompresi syaraf, spasme
otot.
2.Koping individu tidak efektif (ansietas) sehubungan dengan krisis situasional,
perubahan status kesehatan.
3.Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan nyeri, spasme otot.
4.Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan muntah, mual, gangguan peristaltic usus
5.Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah
pembentukan hematoma
Perencanaan Keperawatan
1.Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan kompresi syaraf, spasme
otot
Kriteria hasil:
Intervensi:
a. Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi lamanya serangan, faktor pencetus
atau yang memperberat
Rasional: Membantu menentukan pilihan intervensi dan memberikan dasar
untuk perbandingan dan evaluasi terhadap terapi
b. Pertahankan tirah baring selama fase akut letakkan pasien pada posisi semi
fowler dengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan fleksi, posisi
terlentang dengan atau tanpa meninggikan kepala 10-30 derajat pada posisi
lateral
Rasional: Tirah baring dalam posisi yang nyaman memungkinkan pasien
untuk menurunkan spasme otot menurunkan penekanan pada bagian tubuh
tertentu dan memfasilitasi terjadinya reduksi dari tonjolan discus.
c. Batasi aktivitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan
Rasional: Menurunkan gaya gravitasi dan gerak yang dapat menghilangkan
spasme otot dan menurunkan edema dan tekanan pada struktur sekitar
discus intervertebralis.
d. Instruksikan pada pasien untuk melakukan teknik relaksasi atau visualisasi
Rasional: Memfokuskan perhatian klien membantu menurunkan tegangan
otot dan meningkatkan proses penyembuhan.
e. Kolaborasi dalam pemberian terapi
Rasional: Intervensi cepat dan mempercepat proses penyembuhan.
Intervensi:
a. Berikan tindakan pengamanan sesuai indikasi dengan situasi yang spesifik
Rasional: Tergantung pada bagian tubuh yang terkena atau jenis prosedur
yang kurang hati-hati akan meningkatkan kerusakan spinal.
b. Catat respon emosi atau perilaku pada saat immobilisasi, berikan aktivitas
yang disesuaikan dengan pasien
Rasional: Immobilitas tang dipaksakan dapat memperbesar kegelisahan,
peka terhadap rangsang.
c. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif
Rasional: Keterbatasan aktivitas tergantung pada kondisi tang khusus tetapi
biasanya berkembang dengan lambat sesuai toleransi.
d. Ikuti aktivitas atau prosedur dengan periode istirahat
Rasional: Meningkatkan penyembuhan dan membentuk kekuatan otot.
e. Berikan atau bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak aktif, dan
pasif
Rasional: Memperkuat otot abdomen dan fleksor tulang belakang,
memperbaiki mekanika tubuh.
Intervensi:
a. Tentukan kebutuhan kalori harian yang adekuat, kolaborasi dengan ahli gizi.
Rasional: Mencukupi kalori sesuai kebutuhan, memudahkan menentukan
intervensi yang sesuai dan mempercepat proses penyembuhan.
b. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat, negosiasikan dengan klien tujuan
masukan untuk setiap kali makan dan makan makanan kecil
Rasional: Klien dapat mengontrol masukan nutrisi yang adekuat sesuai
kebutuhan, yang digunakan sebagai cadangan energi yang untuk
beraktivitas.
c. Timbang berat badan dan pantau hasil laboratorium
Rasional: Dapat digunakan untuk memudahkan melakukan intervensi yang
akurat dan sesuai dengan kondisi klien.
d. Anjukan klien untuk menjaga kebersihan mulut secara teratur pantau klien
dalam melakukan personal hygiene.
Rasional: Meningkatkan nafsu makan dan memberi kenyamanan dalam
mengkonsumsi makanan sehingga kebutuhan kalori terpenuhi.
e. Atur rencana perawatan untuk mengurangi atau menghilangkan
ketidaknyamanan yang dapat menyebabkan mual, muntah, dan mengurangi
nafsu makan
Rasional: Menentukan intervensi yang sesuai meningkatkan masukan oral.
Intervensi:
a. Lakukan penilaian terhadap fungsi neurologist secara periodik
Rasional: Penurunan atau perubahan mungkin mencerminkan resolusi
edema, inflamasi sekunder.
b. Pertahankan pasien dalam posisi terlentang sempurna selama beberapa jam
Rasional: Penekanan pada daerah operasi dapat menurunkan resiko
hematoma.
c. Pantau tanda-tanda vital catat kehangatan, pengisian kapiler
Rasional: Perubahan kecepatan nadi mencerminkan hipovolemi akibat
kehilangan darah, pembatasan pemasukan oral mual, muntah.
d. Kolaborasi dalam pemberian cairan atau darah sesuai indikasi
Rasional: Terapi cairan pengganti tergantung pada derajat hipovolemi.
Implementasi
Evaluasi