You are on page 1of 3

Comparison of antidepressant classes and the risk and time course of suicide attempts in

adults: propensity matched, retrospective cohort study


Robert J. Valuck, Anne M. Libby, Heather D. Anderson, Richard R. Allen, Indiana
Strombom, Lauren B. Marangell and David Perahia

Abstract
Background
Placebo-controlled clinical trials have led to concern over possible increased risk of suicide-
related events in some populations exposed to antidepressants.

Aims
To evaluate the risk of suicide attempts by antidepressant drug class and the presence or
absence of depression.

Method
A retrospective propensity-matched new-user cohort study was used to compare participants
with incident depression classified by antidepressant treatment with each other and with the
general population.

Results
Among the treated group, the suicide attempt rate peaked in the month prior to diagnosis then
decreased steadily over the next 6 months. Among the pharmacologically untreated group,
the highest rate was seen in the second month after diagnosis. Cohorts with depression had
significantly higher suicide attempt risk than the general population, but the treated group did
not differ significantly from the untreated group.

Conclusions
Patients on antidepressants did not have significantly higher risk compared with untreated
patients. No significant differences were observed for patients treated with individual
serotonin–noradrenaline reuptake inhibitors (SNRIs) or selective serotonin reuptake
inhibitors (SSRIs) or by class (SSRI v. SNRI cohorts).

1
Abstrak
Latar belakang
Placebo-controlled clinical trial telah membawa perhatian terhadap kemungkinan
peningkatan resiko dari suicide-related events pada beberapa populasi yang mendapat
antidepresan

Tujuan
Untuk mengevaluasi resiko percobaan bunuh diri dari kelas obat antidepresan dan ada atau
tidaknya depresi.

Metode
Studi kohort retrospektif digunakan untuk membandingkan partisipan dengan insiden depresi
yang diklasifikasikan berdasarkan pengobatan antidepresan satu sama lain dan dengan
populasi umum.

Hasil
Di antara kelompok yang diobati, tingkat percobaan bunuh diri mencapai puncaknya pada
bulan sebelum diagnosis kemudian menurun dengan stabil selama 6 bulan ke depan. Di
antara kelompok yang tidak diobati secara farmakologi, tingkat tertinggi terlihat pada bulan
kedua setelah diagnosis. Kohort dengan depresi menunjukkan risiko bunuh diri secara
signifikan lebih tinggi dibanding kohort pada populasi umum, namun kelompok yang diobati
tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok yang tidak diobati.

Kesimpulan
Pasien yang diterapi dengan antidepresan tidak memiliki risiko lebih tinggi yang signifikan
dibandingkan pasien yang tidak diobati. Tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan
pada pasien yang diobati dengan penghambat reuptake serotonin-noradrenalin (SNRI) atau
penghambat reuptake serotonin selektif (SSRI) atau berdasarkan kelompok (kohort SSRI v.
SNRI).

2
RESUME JURNAL

Introduksi
Sejak abad 20 pertengahan, telah muncul pertanyaan tentang apakah terdapat adanya
hubungan antara penggunaan anti-depresan dengan kejadian bunuh diri. Meskipun awalnya
pertanyaan tersebut hanya untuk pengguna dewasa, tetapi lama kelamaan pertanyaan tersebut
ikut berfokus pada pengguna pediatrik. Saat ini, perhatian berpusat pada kemungkinan
peningkatan kejadian terkait bunuh diri pada penggunaan anti-depresan penghambat reuptake
serotonin-noradrenalin generasi baru seperti venlafaxine dan duloxetine, terutama apabila
dikonsumsi oleh anak-anak, adolesen, ataupun dewasa muda. Studi saat ini membidik
perdebatan yang ada melalui 3 cara. Pertama, dengan dengan mengandalkan data tentang
pengobatan depresi di seluruh Amerika Serikat dari tahun 1997 sampai 2007 supaya fokus
pada kelas antidepresan yang paling umum digunakan (SNRI, selective serotonin reuptake
inhibitor (SSRI) dan antidepresan trisiklik (TCA)), untuk menetapkan risiko perkiraan untuk
pasien yang diobati dengan kelompok antidepresan terbaru (SNRI) relatif terhadap kelas
lainnya. Kedua, dengan menciptakan dan membandingkan dua populasi yang berbeda yaitu
sebuah kelompok depresi insiden(baik yang diobati secara farmakologis maupun tidak
diobati) dan kelompok populasi umum yang berisiko bunuh diri. Ketiga, dengan
menggunakan metode epidemiologi dan statistik tingkat tinggi untuk memperhitungkan
alokasi non-acak untuk perawatan dan perbedaan konsekuen karakteristik individu dalam
kohort yang berbeda, menggunakan kohort pengguna baru yang disesuaikan dengan
kecenderungan dan penyesuaian multivariat untuk kovariat yang diketahui dan diukur .

Metode
Sumber data
Studi ini menggunakan data dari IMS Lifelink Database. Data yang didapatkan
diantaranya merupakan klaim berbayar dari rencana perawatan terkelola sejak Januari 1997
hingga Desember 2007. Terdapat 2 ekstrak data yang berbeda. Yang pertama adalah seluruh
rekam medis pasien dengan diagnosis kesehatan mental apapun atau adanya pemberian resep
obat anti-depresan atau terdapatnya percobaan bunuh diri pada catatan rekam medis. Ekstrak
yang kedua merupakan 10% sampel acak dari seluruh sumberdata Lifelink, tanpa memandang
diagnosis atapun pengobatannya.

You might also like