You are on page 1of 15

Kata pengantar

Alhamdulihirabil alamin, puji syukur kita panjatkan kepada sang pencipta alam semesta allah
swt yang telah menganugrahkan kita kesehatan lahir dan batin sehingga dapat terselesaikan
makalah yang berjudul “kerjasama militer indosia-rusia. Dalam makalah ini terdapat bentuk-
bentuk kerjasama antara militer Indonesia dengan militer Rusia baik dalam bentuk kerjasama
pembuatan alut sista, pendidikan militer dan latihan bersama.

Hal ini senada dengan ungkapan Deputi Perdana Menteri Rusia Dmitry Rogozin menyatakan
negaranya sedang menjajaki kerjasama militer dengan Indonesia. Termasuk transfer teknologi
yang berkaitan dengan peralatan militer.

Kerja sama militer Indonesia dan rusia memiliki sejarah yang panjang, di mulai sejak era
presiden soekarno dan ketika kepemimpinan beralih tangan ke soeharto hubungan tersebutpun
sirna seiring dengan menyebar luasnya sentimen komunis di dalam negeri.

Dalam makalah yang sedang anda baca ini tidak menceritakan bagaimana kerja sama di masa
lalu yakni pada era soekarno namun kerja sama yang di jalan sejak masa Susilo Bambang
Yudhoyono yang memiliki prosfek yang cerah di bidang pertahanan Indonesia.

Untuk memiliki pertahanan yang handal maka suatu Negara perlu menjalin kerjasama militer
dengan Negara lain, baik di dalam hal latihan, produksi alutsista, dan pertahanan bersama. Untuk
meningkatkan kualitas militer kerjasama di segala bidang sangat di perlukan, selain daripada itu
alutsista yang berteknologi tinggi sangat dibutuhkan sehingga pertahanan Negara dapat di
maksimalkan.
Daftar isi

BAB I: PENGANTAR

Kata pengantar………………………………………………………………………………i

Daftar isi…………………………………………………………………………………… ii

BAB II: ISI

Masa Soekarno 1

Masa Susilo Bambang Yudhoyono 1

Makna Kedatangan Vladimir Putin 1

 Kerjasama di Bidang Penanggulangan Bencana 3

 Kerjasama Bidang Energi 4

 Politik 5

 Bidang ekonomi dan pariwisata 6

Kedatangan Dmitry Rogozin 6

 Teknik militer 7

 Produksi alutsista bersama 8

 Industry pesawat terbang 9

 Latihan bersama 9

BAB III: PENUTUP

Rangkuman 11

Daftar Pustaka 11
BAB I: ISI

Masa Soekarno

Sebagaimana pernah dilakukan semasa pemerintahan Presiden Sukarno dan pimpinan tertinggi
Uni Soviet (sekarang Rusia) Nikita Khrushchev di era 1950-an dan 1960-an. Ketika itu,
hubungan bilateral Indonesia dan Soviet tidak saja berlangsung di bidang kerjasama politik dan
militer, tapi juga meluas di bidang kebudayaan dan IPTEK(Ilmu Pengetahuan-Teknologi). Dan
yang luar biasa dari eratnya hubungan Indonesia-Rusia semasa pemerintahan Presiden pertama
Indonesia tersebut, kedekatan dan persahabatan Indonesia-Rusia sama sekali tidak diikat oleh
kesamaan ideologi antar kedua negara.

Seperti kita ketahui, waktu itu Amerika Serikat dari kubu kapitalisme liberal sedang terlibat
perang dingin dengan Uni Soviet dari kubu Komunisme. Namun berkat paradigma Politik Luar
Negeri bebas dan aktif yang dianut Indonesia sejak 1948, Indonesia di bawah pemerintahan
Presiden Sukarno berhasil menjalin persahabatan dan kerjasama strategis dengan negara-negara
berpaham komunis seperti Soviet dan bahkan Republik Rakyat Cina.

Masa Sosilo Bambang Yudhoyono

Di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai


momentum yang cukup bagus untuk menjalin kembali kerjasama strategis dengan Rusia yang
dulunya lebih dikenal dengan nama Uni Soviet.

Mengapa penting bagi Indonesia? Saat ini politik luar negeri Indonesia sangatlah penting untuk
memperluas mitra strategisnya di seluruh dunia. Dan salah satu yang menarik dari segi ini adalah
Rusia. Karena negara beruang merah ini punya potensi besar. Di antaranya, tentu saja di bidang
kerjasama militer dan keamanan. Dengan kata lain, kerjasama strategis Indonesia-Rusia di
bidang militer dan keamanan bisa menjadi “pintu pembuka” untuk terjalinya suatu kemitraan
strategis di bidang-bidang lain di luar bidang politik dan militer. Seperti Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi.
Makna kedatangan Vladimir Putin

Menurut sebuah sumber dari Departemen Luar Negeri, dalam kunjungan Presiden Putin ke
Jakarta September mendatang, Rusia akan menawarkan penjualan pesawat tempurnya yang
dianggap merupakan produk militer Rusia yang terbaru dan efektif. Dan dengan harga yang
layak dan jauh lebih murah dibandingkan dengan produk-produk persenjataan yang berasal dari
negara-negara Eropa Barat dan Amerika.

Bahkan menurut sumber-sumber yang bergerak dalam bisnis peralatan militer kepada penulis,
meski harganya jauh lebih murah, peralatan militer produk Rusia mutu dan kualitasnya tidak
kalah dibandingkan produk peralatan militer Eropa Barat dan Amerika. Bahkan dalam beberapa
produk tertentu, negara-negara barat mutunya lebih rendah dan buruk.

Dan yang lebih menarik lagi, dalam menjual peralatan militernya ke negara-negara berkembang
termasuk Indonesia, Rusia sama sekali tidak mengaitkannya dengan kepentingan-kepentingan
atau agenda politik yang tidak ada hubungannya dengan masalah bisnis dan perdagangan. Dan
ini tentunya berbeda 180 derajat dibandingkan Amerika Serikat yang pada era pemerintahan
Presiden Bill Clinton, misalnya, selalu mengaitkan penjualan peralatan militernya ke negara
berkembang, termasuk Indonesia, dengan komitmen untuk menegakkan demokratisasi politik
dan hak-hak asasi manusia.

Alhasil, seperti kita lihat dalam kasus Indonesia, Amerika sempat memberlakukan embargo
penjualan senjata kepada Indonesia akibat tertembaknya beberapa aktivis pro kemerdekaan
Timor Timor di Santa Cruz pada 1991 lalu. Bahkan akibat dari insiden Santa Cruz tersebut,
Amerika juga memberhentikan pengirimian personil TNI dalam program pelatihan militer di
Amerika Serikat melalui Program IMET.

Begitulah sisi menjanjikan dari kerjasama militer dan pertahanan Rusia-Indonesia. Dalam
menjual peralatan militernya, Rusia tidak memberlakukan syarat-syarat politik yang tidak
berkaitan dengan masalah-masalah bisnis dan perdagangan.

Sisi lain yang menarik dari kunjungan Putin ke Jakarta awal September mendatang, adalah di
bidang kerjasama ruang angkasa. Dan untuk bidang yang satu ini, Rusia sejak masih Uni
Soviet, memang termasuk negara unggulan. Buktinya, pada 1961 Rusia sudah dikenal sebagai
salah satu negara yang cukup maju dalam bidang itu. Pernah dengar nama Yuriy Gagarin?
Dialah manusia pertama yang menginjak bulan di ruang angkasa.

Maka menurut sumber di lingkar dalam pemerintahan Yudhoyono, dalam kunjungan Putin
nanti, akan mengusulkan sebuah kerjasama strategis di bidang ruang angkasa kepada Indonesia.
Untuk kongkritnya, Rusia akan memberi bantuan yang semaksimal mungkin agar para
angkasawan Indonesia bisa menginjak bulan di ruang angkasa. Kalau informasi ini benar, dan
rencana strategis ini bisa terlaksana dengan lancar sesuai skenario, maka tak pelak lagi reputasi
Indonesi di dunia internasional akan semakin meningkat. Dan yang lebih penting dan strategis
lagi, ini sangat strategis bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi Indonesia.
Sehingga, Indonesia dan Rusia akan memasuki sebuah era baru dari kerjasama strategis yang
mungkin akan jauh lebih kualitatif dibandingkan dengan kerjasama Indonesia-Soviet semasa
pemerintahan Sukarno dan Nikita Krushchev di era 1950-60-an.

Kerjasama di Bidang Penanggulangan Bencana

salah satu ancaman yang berbahaya untuk abad 21 adalah Bencana Alam seperti gempa bumi,
Tsunami, kebakaran hutan, banjir dan sebagainya. Akibat dari itu, ratusan ribu jiwa tewas
secara mengenaskan. Juta orang kehilangan tempat tinggal dan harta benda. Kerugian
keuangan negara mencapai miliaran dollar Amerika.

Dalam konteks tersebut, pemerintah di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia, harus memiliki
strategi dan peralatan yang cukup canggih, untuk melakukan pencegahan sedini mungkin dan
mengantisipasi terjadinya bencana. Betapa tidak. Dalam bencana Tsunami yang melanda Aceh
pada 2005 lalu, 300 ribu orang lebuh tewas. Kejadian dalam skala yang tidak jauh berbeda juga
terjadi di Pulau Nias.

Kebakaran hutan juga melanda Kalimantan dan Sumatera Utara, sehingga mengundang
kecaman dari Malaysia dan Singapore.

Rentetan bencana alam dan ketidakmampuan pemerintah Indonesia dalam pencegahan dini dan
penanggulangan pasca bencana, sudah selayaknua jika Indonesia bertekad untuk tidak membuat
atau mengulang kesalahan serupa di masa depan.

Untuk itu, belajar dan menyerap ilmu-teknologi dari negara-negara lain, tentunya merupakan

opsi yang cukup strategis untuk diterapkan Indonesia. Nah, dalam soal ini, lagi-lagi Rusia
dikenal memiliki reputasi sebagai negara yang cukup efektif dalam membangun sistem
penanggulangan bencana. Dalam membantu Indonesia dalam menanggulangi situasi pasca
bencana, Rusia sudah membuktikannya secara nyata.

Berkat bantuan pesawat Amphibi Be-200 (Multipurpose Amphibious Jet) dalam kebakaran
hutan di Kalimantan tahun lalu, ternyata Rusia tidak saja berhasil membantu penanggulangan
pascabencana kebakaran hutan, bahkan ratusan ribu warga Indonesia berhasil diselamatkan
hidupnya.

Sumber departemen luar negeri mengatakan kepada penulis, bahwa fakta ini menurut rencana
akan menjadi pertimbangan penting untuk tawaran bantuan Rusia di bidang teknologi kepada
Indonesia. Salah satu pertimbangannya adalah, bahwa dengan belajar dari pengalaman Rusia
membantu Indonesia dalam kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatera Utara tahun lalu,
pihak Kementerian Negara Riset dan Teknologi berpandangan bahwa jika Indonesia memiliki
Multipurpose Amphibious Jet ala Be-200, maka jumlah korban akibat kebakaran hutan maupun
bencana alam lainnya yang memerlukan evakuasi korban secepatnya, bisa dikurangi seminimal
mungkin. Sekaligus menghindari kecaman keras dari negara-negara tetangga seperti Malaysia
dan Singapore.

Singkat cerita, dalam situasi saat ini yang mana Indonesia terkesan semakin mendekat ke dalam
pengaruh orbit Amerika Serikat, berbagai peluang kerjasama militer dan teknologi seperti
tersebut di atas, kiranya perlu disambut dengan gembira. Sehingga kunjungan Putin ke Jakarta,
bisa dibaca secara strategis sebagai kekuatan penyeimbang yang cukup signifikan tidak saja
bagi Indonesia, tapi juga bagi kawasan Asia Tenggara yang belakangan ini menjadi target
militer Amerika untuk dijadikan sekutu militer melalui suatu pakta pertahanan(untuk soal ini,
bisa dibaca artikel penulis mengenai ADF di situs ini juga).

Beberapa pejabat senior kedua negara, menurut sumber penulis di Departemen Luar Negeri,
kabarnya akan membahas kerjasama di bidang penanggulangan bencana. Bahkan bisa jadi,
akan segera diadakan penandatanganan perjanjian kerjasama di antara kedua negara.
Bahkan informasi lain yang tak kalah penting, juga akan dibahas mengenai forum bantuan
Rusia dalam penanggulangan bencana alam, sehingga ketika Indonesia memerlukan bantuan
Rusia, sudah akan tersedia suatu mekanisme yang memudahkan terjalinnya kerjasama dan
bantuan dari Rusia. Begitu pula sebaliknya, jika negara-negara lain memerlukan bantuan
Indonesia di bidang penanggulangan bencana. Sebab siapa tahu dalam beberapa tahun ke
depan, Indonesia sudah mampu menguasai ilmu Pengetahuan dan teknologi dalam
penanggulangan bencana.

Kerjasama Bidang Energi

Aspek strategis lain yang kiranya akan menjadi pembahasan penting dalam kunjungan Putin ke
Jakarta adalah di bidang energi. Kita tahu, Indonesia adalah negara eskportir gas, dan hingga
kini masih tercatat sebagai salah satu eksportir gas terbesar di Asia Pasifik. Maka dari itu,
penting sekali bagi Rusia untuk menjalin koordinasi dengan Indoensia di bidang ini.

Dalam pada itu, kerjasama Indonesia-Rusia di bidang energi ini, pada perkembangannnya bisa
menjadi “pintu masuk” untuk kerjasama strategis Indonesia-Rusia membendung pengaruh
Amerika dan Eropa Barat di Asia Pasifik, atau setidaknya di kawasan Asia Tenggara.

Sebab di kawasan Asia Tengah, Amerika dan Rusia sebenarnya sudah sejak akhir 1990-an
bertarung dan berkompetisi dalam perebutan sumberdaya minyak di kawasan tersebut. Simak
saja studi yang dilakukan oleh mantan penasehat Presiden Jimmy Carter Zbigniew Brzezinski
atas sponsor dari Council of Foreign Relations (CFR) pada 1997.

Studi Brzezinski secara eksplisit menyebut Rusia dan Cina sebagai ancaman kepentingan
Amerika di kawasan perbatasan Asia Tengah. Sehingga studi CFR merekomendasikan para
perancang kebijakan dan strategi di Washington untuk mengelola dan memanipulasi beberapa
negara kecil yang berada di kawasan tersebut seperti Ukraina, Azerbaijan, Kazakhstan, dan
Iran, sebagai kekuatan tandingan yang pro Amerika untuk membendung pengaruh dan gerakan
Rusisa dan Cina dalam menguasai sumber-sumberdaya minyak, gas dan mineral di kawasan
Asia Tengah.

Dengan fakta-fakta seperti ini, situasi serupa bisa saja terjadi di kawasan Asia Tenggara. Dalam
arti bahwa Amerika pun memandang manuver Cina dan Rusia di kawasan Asia Tenggara
sebagai ancaman dan penghalang dalam upaya Amerika mengontrol akses sumberdaya minya,
gas dan mineral di Asia Tenggara, khususnya ASEAN.
Inilah sisi strategis kerjasama Indonesia-Rusia di bidang energi. Kerjasama dan koordinasi
antara Rusia dan Indonesia yang tidak saja sebatas dalam bidang gas, tapi juga dalam bidang
minyak dan mineral, pada perkembangannya akan menjadi bibit-bibit kemitraan dan
persahabatan antara kedua negara di semua bidang.

Politik
Dari semua kemungkinan kerjasama tersebut di atas, kerjasama di bidang politik lah sumbu dan
sumber dari segalanya. Betapa tidak. Disamping hubungan kedua negara sangat dekat,
kepentingan Indonesia dan Rusia di forum internasional pun boleh dikatakan sejalan. Opini
kedua negara mengenai masalah internasional yang utama yaitu dalam penanggulangan
terorirsme, separatisme, dan ekstrimisme, juga sejalan dan sehaluan.

Normalisasi situasi di Korea Utara, Afghanistan, Irak, Israel-Palestina, sikap kedua negara juga
sama. Berarti, melalui momentum kunjungan Putin ke Jakarta, Indoneia dan Rusia tidak bisa
lain harus semakin meningkatkan kerjasama bilateralnya di bidang politik secara lebih baik dan
produktif. Bahkan kerjasama politik Indonesia-Rusia secara multilateral pun juga harus
semakin ditingkatkan. Seperti di forum Perserikatan Bangsa-Bangsa(PBB) yang mana kerjama
antara Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan dan Rusia sebagai anggota
tetap, harus semakin solid dan kompak, karena keduanya merupakan kekuatan penting.
Sehingga dalam masalah reformasi PBB, misalnya, Amerika dan negara-negara Eropa Barat
tidak bisa begitu saja menganggap enteng Indonesia dan Rusia, yang tentunya juga cenderung
sejalan dengan Republik Rakyat Cina.

Jelasnya, kunjungan Putin sebagaimana juga halnya dengan kunjungan SBY ke Moskow
Desember tahun lalu, akan memperlihatkan potensi kerjasma strategis kedua negara. Terbukti
bahwa dalam kunjungan SBY ke Moskow tahun lalu, telah berhasil ditandatangani 10
perjanjian dalam berbagai macam bidang, mulai dari kerjasama keamanan sampai ke Bidang
ekonomi dan pariwisata.

Karena itu, beberapa kalangan di departemen luar negeri maupun departemen pertahanan, telah
mengisyaratkan kepada penulis bahwa dalam kunjungan Putin ke Jakarta September
mendatang, diharapkan hasilnya akan jauh lebih besar atau minimal sama besarnya dengan
kunjunan SBY ke Moskow.
Kembali ke hubungan Rusia-Indonesia sebelum 1965, banyak kalangan pengamat yang menilai
hubugan kedua negara bukan sebagai mitra, namun hanya sekadar sahabat. Pada zaman Orde
Baru di era Suharto, hubungan kedua negara bukan sahabat tapi sekadar mitra. Banyak
kalangan yang berharap, baik dari lingkar dalam pemerintahan SBY maupun kalangan swasta,
hubungan Indonesia-Rusia kini dan mendatang akan menjadi mitra sekaligus sahabat. Sehingga
sesuai peribahasa orang-orang tua kita dahulu, “Jauh di mata tapi dekat di hati.”

Kedatangan Dmitry Rogozin


Deputi Perdana Menteri Rusia Dmitry Rogozin menyatakan negaranya sedang menjajaki
kerjasama militer dengan Indonesia. Termasuk transfer teknologi yang berkaitan dengan
peralatan militer.

"Rusia dan Indonesia mempunyai sejarah panjang dalam kerjasama militer dan kami yakin masa
depan kooperasi di bidang tersebut akan sangat cerah," kata Rogozin dalam konferensi pers di
Jakarta, Selasa (25/2/2014).

Rogozin yang bertemu Menteri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro pagi tadi menolak
memaparkan secara spesifik bentuk kerjasama militer yang akan dilakukan antarkedua negara.

"Kerjasama militer adalah isu sensitif. Dan kami belum siap membuka hal ini ke publik," kilah
Rogozin.

Namun Rogozin menyebut kerjasama militer yang sedang dijajaki negaranya itu mencakup
pengalihan teknologi alat utama sistem pertahanan.

"Kami saat ini sedang melakukan modernisasi sistem persenjataan sehingga jauh lebih unggul
dari negara-negara Eropa lain. Dengan demikian, kerjasama militer ini akan semakin
memperkuat pertahanan Indonesia," jelas Rogozin.
Rogozin menyatakan penguatan kerjasama dengan Indonesia adalah bagian dari strategi besar
dalam reorientasi politik luar negeri Rusia ke arah Asia Pasifik.

"Agenda politik luar negeri Rusia akan diprioritaskan di Asia Pasifik karena di kawasan inilah
masa depan dunia akan ditentukan," ucap dia.

Selain bertemu Presiden SBY, Rogozin juga bertemu sejumlah pejabat dan kelompok bisnis di
Indonesia. Antara lain Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa dan perwakilan Kantor
Dagang dan Industri untuk membahas peningkatan kerjasama di bidang infrastruktur,
perdagangan, serta investasi.

Kedua belah pihak merasa perlu memperkuat kerja sama ekonomi karena total nilai perdagangan
Indonesia-Rusia pada 2013 lalu mencapai US$ 5 miliar.

Sebagai bentuk dari besarnya potensi kerjasama ekonomi antara kedua negara, pihak PT Garuda
Indonesia pada kuartal keempat 2014 ini akan membuka penerbangan langsung Jakarta-Moskow.

Selain itu, Rusia pada tahun ini juga akan mengerjakan sejumlah proyek besar di Indonesia. Di
antaranya pembangunan jaringan kereta api di Kalimantan untuk mengangkut batu bara di
wilayah tersebut. (Ant/Ali/Eks)

Kerjasama Teknik Militer

Selama dua hari berlangsungnya diskusi Sidang ke-8 Komisi Kerjasama Teknik Militer antar
Pemerintah Republik Indonesia dan Republik Federasi Rusia yang dilaksanakan mulai tanggal
22-23 Januari 2013, menunjukkan kemajuan yang sangat berarti di bidang industri pertahanan
kedua negara. Demikian dikatakan Sektretaris Jenderal (Sekjen) Kemhan Marsdya TNI Eris
Herryanto, S.Ip, M.A saat menutup Sidang ke-8 Komisi Kerjasama Teknik Militer antara
Pemerintah RI-Rusia, Rabu (23/1), di gedung Ditjen Pothan Kemhan, Jakarta.
Sebelumnya pada hari yang sama berlangsung penandatanganan Protocol of the 8th Meeting of
the Indonesian - Russian Intergovernmental Commission on Military-Technical
Cooperation yang diwakili Sekjen Kemhan Marsdya TNI Eris Herryanto, S.Ip, M.A selaku
Ketua Komisi Indonesia dan Deputy Director of Federal Service for Military Technical
Cooperation (FSMTC) Mikhail Petukhov selaku Ketua Komisi Rusia.

Dalam kesempatan tersebut Sekjen Kemhan mengatakan, diskusi Sidang ke-8 Komisi Kerjasama
Teknik Militer RI-Rusia ini menghasilkan beberapa poin kesepakatan yaitu mengenai
implementasi kontrak-kontrak pembelian, beberapa diantaranya telah ditandatangani bersama
antara kedua belah pihak. Selain itu juga dicapai beberapa kesepakatan di bidang pemeliharaan
termasuk dukungan logistik, pembentukan Pusat Pelayanan Teknis(Technical Service
Center) dan rencana kerjasama industri pertahanan serta perpanjangan state credit atau credit
loan.

Untuk itu, Sekjen berharap hasil-hasil yang dicapai dalam pertemuan ini dapat digunakan
sebagai pedoman untuk memperkuat dan meningkatkan kerjasama industri pertahanan kedua
negara khususnya dan hubungan bilateral kedua negara pada umumnya. Disamping itu juga
diharapkan hasil pertemuan ini dapat menjadi langkah yang baik dalam mengembangkan
kerjasama pertahanan kedua negara di masa yang akan datang dan kedua belah pihak sepakat
pada pertemuan berikutnya dalam Sidang ke-9 akan diadakan di Rusia pertengahan tahun 2013
ini.

Sementara itu ditempat yang sama, Ketua delegasi Rusia menyatakan bahwa kerjasama ini akan
terus meningkat demi kepentingan kedua negara, hal ini dibuktikan dengan kehadiran beberapa
perwakilan industri pertahanan Rusia dalam pertemuan ke-8 ini seperti Aviation Holding
Company/Sukhoi dan Rosoboronexport.

Produksi Alutsista Bersama.

RI-Rusia akan melakukan kerja sama dibidang pertahanan dengan melakukan join production
alat utama sistem persenjataan (Alutsista). Rencana kerja sama ini sudah disusun dalam draft
perencanaan untuk ditindak lanjuti dengan negosiasi industri pertahanan Indonesia.
Kerja sama ini salah satunya akan dilakukan dengan PT Pindad. "Kami sedang melakukan
negosiasi dengan PT Pindad dan akan segera menandatangani MoU. Kami juga akan bekerja
sama dengan industri pertahanan lainnya yang ada di Indonesia, tapi sekarang baru sekadar draf.
Negosiasi satu langkah, dan kami berharap segera ada deal,"kata Duta Besar Rusia Alexander A.
Ivanov usai penyematan medali kehormatan yang diberikan pemerintah Rusia pada Menteri
Pertahanan RI di Wisma Kedutaan Besar Rusia di Jakarta.

Selain itu, tutur Ivanov, Rusia sedang melakukan negosiasi dengan PT PAL dan PT DI untuk
melakukan overwhole Helikopter Mi-35.

Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro mengaku kaget atas rencana Rusia tersebut.
Karenanya dia mengagumi keputusan tersebut dan menyambut dengan baik. "Saya kaget mereka
mau berbicara transfer of technology dengan Pindad. Saya cukup kagum mereka ingin
memproduksi bersama,"katany a.

Menhan mengharapkan, kerja sama kedua negara bisa terjalin tidak hanya dalam bidang
pengadaan alutsista. Harapan terjadinya pertukaran perwira dalam bidang pendidikan dan
pelatihan dalam waktu dekat akan terealisasi. "Mereka akan menerima taruna akademi militer
kita. Kedua, kita akan kerja sama dalam bidang latihan bersama,"kata Menhan.

Menhan menambahkan, Rusia meminta secara khusus kerja sama dalam bidang pemberantasan
terorisme. Sementara itu, Wakil Menteri Pertahanan (wamenhan) Sjafrie Sjamsoeddin
mengatakan, kerja sama join production pembangunan rudal C-705 China-indonesia melalui PT
Pindad akan terealisasi tahun ini. "Tahun ini realisasinya produksi bersama,"kata dia.

Industri Pesawat Terbang

Wakil Perdana Menteri Rusia Dmitry O. Rogozin juga menemui Menteri Pertahanan Purnomo
Yusgiantoro, sebelum Rogozin menghadiri Sidang Komite Bersama ke-9 Indonesia – Rusia.

Dmitry O. Rogozin membenarkan dia sempat membahas potensi kerja sama bidang militer
dengan Menhan, namun enggan merinci apa saja detail pembicaraan yang dibahas kedua pihak.
“Memang kita mengadakan pertemuan dengan Menhan Purnomo, tapi tentu saja kerja sama
militer bukan suatu isu yang mudah diumumkan kepada masyarakat,” ujarnya saat jumpa pers.

“Di bidang industri penerbangan kita siap mendirikan pusat pelayanan pesawat terbang bersama,

juga siap bekerja sama dengan perusahaan nasional dalam hal produksi suku cadang. Dalam hal
kerja sama militer memang ada prospek sangat cerah, dalam alih teknologi terutama yang punya
makna berganda. Artinya bisa dimanfaatkan baik untuk tujuan militer maupun sipil,” kata
Rogozin.

Selain alat tempur, Rusia juga punya sistem pertahanan lain, mulai dari teknologi
mikorelektronik, detektor bawah air, sampai wahana antariksa. Semuanya siap dikembangkan
bersama, bila memang pemerintah Indonesia tertarik.

Latihan Bersama

Kapal perang Rusia akan berlabuh di Indonesia, tepatnya di Surabaya pada 2012 untuk
melakukan latihan bersama militer antara Indonesia-Rusia. Hal ini merupakan lanjutan kerja
sama kedua negara yang telah disepakati sejak 2003.

“Kerja sama konkrit dengan Rusia adalah dengan melakukan latihan bersama dengan
didatangkannya kapal perang Rusia ke Surabaya,” kata Menteri Pertahanan Purnomo
Yusgiantoro usai menerima medali kehormatan untuk peningkatan kerja sama bidang pertahanan
kedua negara di Kedubes Rusia di Jakarta, Selasa (20/9).

Menhan menjelaskan, kerja sama yang dilakukan di bidang pertahanan tak selalu jual beli alat
utama sistem persenjataan (alutsista). “Tapi juga berupa tukar menukar perwira untuk pelatihan
atau pendidikan. Karena Rusia negara besar dan kekuatan pertahanannya bisa kita jadikan
pelajaran,” kata dia.

Selain itu, Rusia telah menyatakan kesiapannya untuk melakukan kerja sama pembangunan
alutsista dengan skema transfer of technology.
Pengusaha Rusia juga berinvestasi di Kalimantan Barat dengan membuka pengolahan tambang
(smelter) untuk bauksit. Kehadiran Russian Alumina, akan meningkatkan nilai tambah bagi
komoditas bauksit menjadi alumina. Nilai investasinya diperkirakan sebesar 2,5 miliar dollar AS.

Tahun lalu, perdagangan kedua negara baru mencapai nominal USD 3,34 miliar. Kedua delegasi
sepakat menggenjot volume perdagangan agar mencapai USD 5 miliar pada 2015.

Rangkuman

Sebagaimana pernah dilakukan semasa pemerintahan Presiden Sukarno dan pimpinan tertinggi
Uni Soviet (sekarang Rusia) Nikita Khrushchev di era 1950-an dan 1960-an. Presiden SBY juga
melakukan kembali perbaikan hubungan kerjasama di bidang militer, mulai dari latihan militer
hingga transfer teknologi, ini tertu menguntungkan Indonesia di satu sisi namun di sisi lain
Indonesia menjadi pasar alut sista Rusia.

Kerjasama militer Indonesia dengan rusia bukan saja di akhir-akhir ini, kerjasama itu telah di
rintis sejak presiden Soekarno, seiring lengsernya soekorno maka kerjasama tersebutpun luntur
dikarenakan sentiment terhadap komonis sangat tinggi di dalam negeri.

Adapaun jenis-jenis kerjasama yang dijalin militer Indonesia dengan Rusia meliputi:

Teknik militer

Produksi alutsista bersama

Industry pesawat terbang

Latihan bersama
DAFTAR PUSTAKA

penulis adalah mahasiswa ilmu politik unsyiah, pendiri Forum Intelektual Muda Kajian Politik (FAMKAP)

https://mufazzall.blogspot.co.id/2015/01/kerjasama-militer-indonesia-rusia.html

You might also like