You are on page 1of 42

ADENOMIOSIS UTERI

Definisi

Adenomiosis adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang merupakan lapisan
bagian dalam rahim, ada dan tumbuh di dalam dinding (otot) rahim. Biasanya terjadi di
akhir2 masa usai subur dan pada wanita yang telah melahirkan.
Ademomyosis adalah keadaan di mana jaringan endometrium, yang biasanya ada pada garis
rahim, hadir dalam dan tumbuh ke dalam dinding otot rahim. Hal ini paling mungkin terjadi
di akhir tahun Anda melahirkan dan setelah Anda sudah memiliki anak.
Adenomiosis tidak sama seperti endometriosis - suatu kondisi di mana lapisan rahim menjadi
tertanam di luar rahim - meskipun perempuan dengan adenomiosis sering juga memiliki
endometriosis.

Etiologi
Ukuran rahim membesar 2 atau 3 kali lipat ukuran normal.

Penyebab tidak diketahui pasti, ada beberapa teori diduga sebagai penyebabnya:

1. Jaringan endometrium yang menyusup ke dinding rahim.


Ini terjadi contohnya saat dilakukan operasi cesar, sel endometrium menyusup ke
dinding rahim, lalu tumbuh dan berkembang disana. Beberapa ahli percaya
bahwa adenomiosis hasil dari invasi langsung dari sel-sel endometrium dari
permukaan rahim ke dalam otot yang membentuk dinding rahim. Insisi uterus
dilakukan selama operasi seperti operasi caesar (C-section) mempromosikan
invasi langsung dari sel-sel endometrium ke dalam dinding rahim.
2. Teori Pertumbuhan.
Diyakini sejak awal, jaringan endometrium ini memang sudah ada saat janin
mulai tumbuh. ahli lainnya berspekulasi adenomiosis yang berasal dalam otot rahim
dari jaringan endometrium disimpan di sana ketika rahim pertama kali terbentuk pada
janin perempuan.
3. Peradangan rahim akibat proses persalinan.
Teori ini menyatakan ada hubungan antara adenomiosis dan proses persalinan.
Proses deklamasi endometrium pada periode paska persalinan bisa menyebabkan
pecahnya/putusya ikatan sel pada endometrium.
Dari teori diatas, kita bisa menarik kesimpulan bahwa faktor risiko terkena adenomiosis
adalah persalinan baik cesar maupun normal.
Walaupun tidak berbahaya, nyeri dan perdarahan berlebihan yang ditimbulkannya bisa
menggangu aktifitas sehari-hari. Bahkan jika nyeri berulang dapat menyebabkan
gangguan psikologi pada penderita seperti depresi, sensi, gelisah, marah dan rasa tidak
berdaya. Dalam hal-hal seperti ini perlu segera cari pertolongan dokter. Perdarahan yang
banyak dalam waktu yang lama akan menyebabkan anemia.

Faktor resiko

a. Sebelum operasi rahim, seperti bagian-C atau penghapusan fibroid


b. Melahirkan
c. Trauma pembedahan
d. Kebisaan kesehatan
e. Menstruasi

Manifestasi Klinis
Adenomyosis mungkin tidak menghasilkan segala gejala-gejala, meskipun beberapa wanita-
wanita mungkin mengalami:
a. Perdarahan yang berlebihan,
b. Periode-periode menstruasi yang menyakitkan, Diharapkan dengan menikah dan
kemudian melakukan hubungan intim dan mengalami orgasme akan mengurangi
ketegangan pada rahim sehingga dismenore akan berkurang. Kehamilan juga dapat
mengurangi dimenore, yang diduga terjadi karena hilangnya sebagian saraf pada akhir
kehamilan.
c. Perdarahan diantara periode-periode, dan
d. Hubungan seksual yang menyakitkan.
e. Perdarahan menstruasi berat atau lama
f. Parah kram atau tajam, nyeri panggul pisau seperti selama menstruasi (dismenore)
g. Kram menstruasi yang berlangsung sepanjang periode Anda dan memburuk seiring
bertambahnya usia
h. Nyeri selama hubungan seksual
i. Pendarahan antara periode
j. Gumpalan darah Passing selama periode anda
Komplikasi

Meskipun tidak berbahaya, rasa sakit dan perdarahan yang berlebihan berhubungan
dengan adenomiosis dapat memiliki efek negatif pada gaya hidup Anda. Anda mungkin
menemukan diri menghindari kegiatan yang sebelumnya dinikmati karena Anda tidak
tahu kapan atau di mana Anda mungkin mulai berdarah. periode Nyeri dapat
menyebabkan Anda kehilangan pekerjaan atau sekolah dan dapat strain hubungan.
Berulang sakit dapat menyebabkan depresi, mudah tersinggung, kemarahan kecemasan,
dan perasaan tak berdaya. Itulah mengapa penting untuk mencari evaluasi medis jika
Anda curiga Anda mungkin memiliki adenomiosis.

Prosedur kuretase

Definisi
Prosedur kuretase adalah serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat pada dinding
kavum uteri dengan melakukan invasi dan memanipulasi instrumen (sendok kuret) ke dalam
kavum uteri. Sendok kuret akan melepaskan jaringan tersebut dengan teknik pengerokan
secara sistematik.

Indikasi
o Abortus inkomplit
o Abortus septik
Gunakan secara hati-hati pada
o Abortus yang disertai cedera intra abdomen (perlu tindakan laporotomi).
o Abortus mola.
o Abortus terkomplikasi (syok hipovolemik) yang belum dapat di koreksi.

Langkah klinik
A. Persetujuan tindakan medic
B. Persiapan sebelum Tindakan
I. Pasien
1. Cairan dan slang infus sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha sudah dibersihkan
dengan air dan sabun.
2. Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi kardiopulmoner.
3. Siapkan kain alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah.
4. Medikamentosa
a. Analgetika (Pethidin 1-2 mg/kg BB, Ketamin HCL 0,5 mg/kg BB, Tramadol
b. 1-2 mg/kg BB)
c. Sedativa (Diazepam 10 mg)
d. Antropin Sulfas 0,25-0,50 mg/ml
5. Larutan antiseptik (Povidon lodin 10%).
6. Oksigen dengan regulator.
7. Instrumen
a. Cunam tampon : 1
b. Canam peluru atau tenakulum : 1
c. Klem ovum (Foerster/Fenster clamp) lurus dan kengkung : 2
d. Sendok kuret : 1 set
e. Penera kavum uteri (Uterine Sound/Sondage) : 1
f. Spekulum Sim’s atau L dan kateter karet : 2 dan 1
g. Tabung 5 ml dan jarum suntik No.23 sekali pakai : 2
h. Dilatator
Tindakan
1. Instruksi asisten untuk memberikan sedatif dan analgetik.
2. Pethidine hanya diberikan apabila tersedia antidotum dan alat resusitasi.
3. Lakukan kateterisasi kandung kemih (lihat prosedur kateterisasi).
4. Lakukan pemeriksaan bimanual ulangan untuk menentukan bukaan serviks, besar,
arah dan konsistensi uterus.
5. Periksa juga kemungkinan penyulit atau kondisi patologis lainnya.
6. Bersihkan dan lakukan dekontaminasi sarung tangan dengan larutan klorin 0,5%.
7. Pakai sarung tangan DTT/steril yang baru.
8. Dengan satu tangan masukkan spekulum Sim’s/L secara vertikal ke dalam vagina,
9. Setelah itu putar ke bawah sehingga posisi bilah menjadi transversal.
a. Minta asisten untuk menahan spekulum bawah pada posisinya.
b. Dengan sedikit menarik spekulum bawah (hingga lumen vagina tampak jelas)
10. Masukkan bilah spekulum atas secara vertikal kemudian putar dan tarik ke atas
hingga jelas terlihat serviks.
a. Minta asisten untuk memegang spekulum atas pada posisinya.
b. Bersihkan jaringan dan darah dalam vagina (dengan kapas antiseptik yang
dijepitdengan cunam tampon), tentukan bagian serviks yang akan dijepit (jam
11 dan.
11. Jepit serviks dengan tenakulum pada tempat yang telah ditentukan.
12. Setelah penjepitan terpasang baik, keluarkan spekulum atas. Lakukan pemeriksaan
kedalaman dan lengkung uterus derngan penera kavum uteri. Pegang gagang
tenakulum, masukkan klem ovum yang sesuai dengan bukaan serviks hingga
menyentuh fundus (keluarkan dulu jaringan yang tertahanpada kanalis).
a. Bila dilatasi serviks cukup besar, lakukan pengambilan jaringan dengan klem
ovum (dorong klem dalam keadaan terbuka hingga menyetuh fundus kemudian
tutup dan tarik).
b. Pilih klem yang mempuyai permukaan cincin yang halus dan rata, agar tidak
melukai dinding dalam uterus.
13. Keluarkan klem ovum jika dirasakan sudah tidak ada lagi jaringan yang terjepit atau
ke luar.
14. Pegang gagang sendok kuret dengan ibu jari dan telunjuk, masukkan ujung sendok
kuret (sesuai lengkung uterus) melalui kanalis serviks ke dalam uterus hingga
menyetuh fundus uteri (untuk mengukur kedalaman).
15. Lakukan kerokan dinding uterus secara sistematik dan searah jarum jam, hingga
bersih (seperti mengenai bagian bersabut).
a. Untuk dinding kavum uteri yang berlawanan dengan lengkung kavum ueri,
masukkan sendok kuret sesuai dengan lengkung uteri, setelah mencapai fundus
putar gagang sendok 180°, baru lakukan pengerokan.
16. Keluarkan semua jaringan dan bersihkan darah yang menggenagi lumen vagina
bagian belakang.
17. Selesainya kerokan ditandai dengan keluarnya buih/ busa pink, kerokan terasahalus,
adanya kontraksi uterus yg ditandai dgn terjepitnya sendok kuret, dan perdarahan
berhenti.
18. Lepaskan jepitan tenakulum pada serviks.
19. Lepaskan spekulum bawah.
20. Kumpulkan jaringan untuk dikirim ke Laboratorium Patologi.

Penatalaksanaan
 FARMAKOLOGI
a. Anti-inflamasi obat. Jika anda menjelang menopause, dokter Anda mungkin telah
Anda mencoba obat anti-inflamasi, seperti ibuprofen (Advil, Motrin, lainnya), untuk
mengontrol rasa sakit. Dengan memulai obat anti-radang dua sampai tiga hari
sebelum haid dimulai dan terus membawanya selama periode Anda, Anda dapat
mengurangi aliran darah menstruasi selain menghilangkan rasa sakit.
b. Obat hormon. Mengontrol siklus menstruasi Anda melalui kombinasi kontrasepsi
estrogen-progestin oral atau melalui hormon yang mengandung tambalan atau cincin
vagina dapat mengurangi perdarahan berat dan rasa sakit yang terkait dengan
adenomiosis. Kontrasepsi progestin-only, seperti alat kontrasepsi yang mengandung
progestin atau pil kelahiran terus menerus-menggunakan kontrol, sering menyebabkan
amenore - tidak adanya periode menstruasi Anda - yang mungkin memberikan
bantuan.
c. Tramalsupp

Kandungan
Tramadol100 mg/ supositoria

Indikasi
Nyeri kronik sedang sampai berat

Kontra Indikasi
Pasien dlm terapi MAOI. Hipersensitif thd opioid lain. Pasien dengan ketergantungan
obat.

Efek Samping
Mual, muntah, dispepsia, konstipasi, lelah, sedasi, pusing, pruritus, berkeringat, wajah
memerah, mulut kering, sakit kepala

Perhatian
Penderita trauma kepala, peningkatan TIK, gangguan fungsi ginjal & hati yang berat.
Hipersekresi bronkus. Penderita ketergantungan obat. Tidak dapat menekan gejala
"putus obat" akibat pemberian morfin. Hamil & laktasi. jangan
mengemudi/menjalankan mesin

Dosis
Sehari 1-8 kapsul; 1-4 supositoria; 1-8 ampul 50 mg/ml; 1-8 ampul 100 mg/2 ml I.V.;
I. M.; S.K.; tablet retard: Dewasa diatas umur 14 th: 1-2 tablet sebagai dosis tunggal,
diutamakan pagi dan malam hari; nyeri yang berat: 2 tablet dapat digunakan sebagai
dosis awal; dosis harian sampai 400 mg; anak-anak: Tidak direkomendasikan untuk
anak dibawah 14 th

Interaksi
Obat yg bekerja pada SSP, peningkatan efek sedasi. Jangan digunakan bersama
MAOI

Kemasan
Suppositoria 100 mg x 10
 NON FARMAKOLOGI
Histerektomi.
Jika rasa sakit parah dan menopause adalah tahun lagi, dokter mungkin menyarankan
operasi untuk mengangkat rahim (histerektomi). Menghapus ovarium Anda tidak perlu
untuk mengendalikan adenomiosis.

Histerektomi adalah operasi pengangkatan kandungan (rahim dan uterus) pada seorang
wanita, sehingga setelah menjalani operasi ini dia tidak bisa lagi hamil dan mempunyai anak.
Histerektomi biasanya disarankan oleh dokter untuk dilakukan karena berbagai alasan.
Alasan utama dilakukannya histerektomi adalah kanker mulut rahim atau kanker rahim.

Adapun penyebab lainnya adalah sebagai berikut.

1. Adanya fibroid yang merupakan tumor jinak pada rahim. Histerektomi perlu
dilakukan karena tumor ini dapat menyebabkan perdarahan berkepanjangan, nyeri
panggul, anemia, dan tekanan pada kandung kemih.
2. Endometriosis, suatu kelainan yang disebabkan dinding rahim bagian dalam yang
seharusnya tumbuh di rahim saja, juga ikut tumbuh di indung telur, tuba fallopii, atau
bagian tubuh lainnya. Hal ini bisa membahayakan bagi ibu. Oleh karena itu, biasanya
dianjurkan untuk melakukan histerektomi oleh dokter.

Ada beberapa jenis histerektomi yang perlu kita ketahui. Berikut ini adalah penjelasannya.
1. Histerektomi parsial (subtotal). Pada histerektomi jenis ini, rahim diangkat, tetapi
mulut rahim (serviks) tetap dibiarkan. Oleh karena itu, penderita masih dapat terkena
kanker mulut rahim sehingga masih perlu pemeriksaan pap smear (pemeriksaan leher
rahim) secara rutin.
2. Histerektomi total. Pada histerektomi ini, rahim dan mulut rahim diangkat secara
keseluruhannya.
3. Histerektomi dan salfingo-ooforektomi bilateral. Histerektomi ini mengangkat uterus,
mulut rahim, kedua tuba fallopii, dan kedua ovarium. Pengangkatan ovarium
menyebabkan keadaan penderita seperti menopause meskipun usianya masih muda.
4. Histerektomi radikal. Histerektomi ini mengangkat bagian atas vagina, jaringan, dan
kelenjar limfe disekitar kandungan. Operasi ini biasanya dilakukan pada beberapa
jenis kanker tertentu untuk bisa menyelamatkan nyawa penderita.

Histerektomi dapat dilakukan melalui irisan pada bagian perut atau melalui vagina. Pilihan
ini bergantung pada jenis histerektomi yang akan dilakukan, jenis penyakit yang mendasari,
dan berbagai pertimbangan lainnya.

Pemulihan dari operasi histerektomi biasanya berlangsung dua hingga enam minggu.
Selama masa pemulihan, pasien dianjurkan untuk tidak banyak bergerak yang dapat
memperlambat penyembuhan bekas luka operasi. Dari segi makanan, disarankan untuk
menghindari makanan yang menimbulkan gas seperti kacang buncis, kacang panjang,
brokoli, kubis dan makanan yang terlalu pedas. Seperti setelah operasi lainnya, makan
makanan yang kaya protein dan meminum cukup air akan membantu proses pemulihan.

Asuhan keperawatan
 Pengkajian

1. Anamnesa
a) Biodata klien
- Nama : Ny. N
- Usia : 40 tahun
- Jenis kelamin : Perempuan
- Pekerjaan : IRT
- Alamat :-
- Pendidikan terakir : SMA
b) Keluhan utama: nyeri tak tertahankan saat menstruasi.
- Provoking incident (P):
Tanyakan pada klien apakah ada peristiwa yang menjadi factor predisposisi dan
factor presipitasi terjadinya nyeri Tanyakan apakah ada faktor – faktor yang
memicu dan meringankan rasa nyeri.
- Quality, quantity (Q):
Nyeri. Tanyakan pada klien bagaimana gambaran dari rasa nyeri (terasa panas,
seperti terbakar atau perih). Pada Pada kasus, klien mengatakan nyeri tak
terhankan pada saat menstruasi. Nyerinya seperti ingin pingsan.
- Region, radiation, relief (R):
Pada kasus, nyeri yang dirasakan tidak teridentifikasi.
- Severity, scale (S):
Tanyakan pada klien seberapa parah nyeri yang dirasakan. Dan bisa ditanyakan
dengan skala 1-10. Pada kasus, tidak teridentifikasi.

Tipe Nyeri
Skala Nyeri Tipe Nyeri
1-3 nyeri ringan
4-6 nyeri sedang
7-9 nyeri berat.
10 nyeri sangat berat.

(Sumber: Saduran dari Fundamental Of Nursing, Sudiharto, Asuhan Keperawatan


pada Pasien Nyeri, 1996 ; 23).

- Time (T):
Tanyakan pada klien seberapa sering nyeri yang dirasakan oleh klien. Pada kasus
dirasakan saat menstruasi
c) Riwayat kesehatan sekarang:
Klien dirawat di rumah sakit hasan sadikin ke poli kebidanan dengan keluhan klien
mengeluh nyeri tak tertahankan saat menstruasi.
d) Riwayat kesehatan masa lalu:
Nyeri saat menstruasi sejak 3 tahun yang lalu.
e) Riwayat kesehatan keluarga:
Tanyakan pada klien/keluarga apakah ada anggota keluarga yang mempunyai
penyakit dengan tanda gejala yang sama dengan klien?Apakah ada riwayat herediter?
Pada kasus, tidak teridentifikasi.
f) Riwayat obat-obatan:
Tanyakan pada klien apakah klien memiliki alergi pada obat tertentu?
Apakah klien pernah mengkonsumsi obat-obatan seperti analgesik, antibiotik, atau
obat – obat untuk kelainan reproduksi baik dari resep dokter/dibeli sendiri
sebelumnya?Apakah ada efek samping obat yang mempengaruhi kondisi klien?
Pada kasus klien mendapat clovamax IV 3x1 mg, pramasub 3x50mg..

2. Pola-pola fungsi kesehatan


a) Pola Aktivitas & Lingkungan
Tanyakan bagaimana kondisi lingkungan tempat tinggal klien dan tempat biasanya
klien beraktivitas? Apakah dalam aktivitas sehari - hari klien terganggu dengan
keadaannya saat ini?Apakah klien mudah lelah dalam beraktivitas? Apakah
lingkungan sekitar klien menjadi faktor resiko timbulnya gejala pada
penyakitnya?Pada kasus, klien merasa cemas karena berbaring terus, dan bertanya
mengenai proses penyembuhan luka.
b) Pola Gaya Hidup
Tanyakan pada klien kapan haid pertama kali?. Pada kasus klien sejak berusia 14
tahun siklusnya 28 hari, teratur setiap bulannya, mengalami nyeri menstruasi, setelah
menikah nyeri menstruasi tidak pernah dirasakan lagi.
c) Pola Eliminasi
Tanyakan kepada klien bagaimana pola eliminasi klien? Pada kasus tidak
teridentifikasi.
d) Pola Nutrisi/Cairan
Tanyakan pada klien berapa banyak klien biasanya minum dan makan dalam sehari?
Tanyakan pada klien apakah berat badan klien turun/tidak?Bagaimana asupan nutrisi
klien setiap harinya? Pada ksus tidak teridentifikasi.

3. Aspek psiko-sosio-spiritual
Terhadap Klien
1) Bio
Setelah histeroskopi terjadi perubahan fisik, dan gangguan .
2) Psiko
Klien tampak sedih, menangis banyak bersedih, menyalahkan diri, beratnya proses
penyembuhan luka, perubahan fisik setelah operasi dan gangguan hubungan seksual.
3) Sosio
Klien akan kehilangan perannya dalam keluarga dan dalam masyarakat karena harus
menjalani perawatan yang waktunya tidak akan sebentar dan juga perasaan akan
ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan seperti kebutuhannya sendiri seperti
biasanya.
4) Spiritual
Klien akan mengalami gangguan kebutuhan spiritual sesuai dengan keyakinannya
baik dalam jumlah ataupun dalam beribadah yang diakibatkan karena rasa nyeri dan
ketidakmampuannya.
4. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : -
 Tanda – tanda vital :
TD : 110/70mmHg
RR : 20x/menit
N : 88x/menit
T :36.5 0C
 Head to toe:
a. Kepala : -
b. Torak : -
c. Abdomen : nyeri setelah operasi.
d. Genitalia : -
e. Ekstremitas : -
 Pemeriksaan per sistem
a. Status nutria dan penggunaan kimia :
 Mengukur Berat Badan dan Tinggi Badan
 Mengukur lipat kulit trisep
 Mengukur lingkar lengan atas
 Mengkaji kadar protein darah dan keseimbangan kadar elektrolit
dalam darah.
 Pengobatan lokal dan alkohol
b. Status pernafasan
 Latihan napas dan penggunaan spinometri intensif
 Pemeriksaan fungsi paru dan AGD
 riwayat sesak napas.
c. Status kardivaskuler
 Penyakit kardiovaskuler
 Kebiasaan merubah posisi secara mendadak
 Riwayat imobilisasi berkepanjangan
 Hipotensi dan hipoksia
 Kelebihan cairan atau darah
 Riwayat perdarahan
d. Fungsi imunologi
 Kaji adanya alergi
 Riwayat transfuse darah
 Riwayat asthma bronkial
 Riwayat transplantasi ginjal.
e. Perkembangan gerontologis
 Penyakit kronis
 Ketakutan lansia
 Fungsi jantung, ginjal
 Aktivitas GI
 Dehidrasi, konstipasi, malnutrisi
 Penurunan penglihatan dan sensasi
 Penyakit pribadi
 Keadaan mulut

5. Pemeriksaan diagnostic
 Pemeriksaan laboratorium dan ultrasonografi

Tes laboratorium pada pasien dismenore sekunder atau nyeri pelvis kronis hangat
terbatas. Hitung jenis darah dapat membantu mengevaluasi akibat adanya pendarahan
yang terus menerus. Laju enap darah
dapat membantu mengidentifikasi adanya proses inflamasi, namun tidak spesifik.Tes
radiologi umumnya terbatas untuk etiologi yang tidak berhubungan dengan
gynecology, seperti pemeriksaan
pada saluran pencernaan dan saluran kemih. Tes ultrasonografi pada pelvis
memberikan manfaat yang besar karena memberikan gambaran adanya myoma,
tumor adnexal atau tumor lainnya, dan lokasi
pemakaian IUD(Smith, 2003)
 Histerosalpingogram
Suatu pemeriksaan roentgen daerah panggul setelah suatu kontras dimasukkan ke
dalam dinding rahim
 Pemeriksaan MRI
Mendeteksi adanya adenomyosis dan seberapa luas adenomyosis dan juga dapat
membedakannya dari fibroid. Pemeriksaan MRI panggul ini harus dikerjakan dengan
media kontras Gadolinium yang disuntikkan ke pembuluh darah
6. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Hb.
Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi.
Mean corpuscular volume (MCV). MCV adalah ukuran atau volume rata-rata eritroit.
MCV meningkat jika eritrosit lebih besar dari biasanya (makrositik), misalnya pada
anemia karena kekurangan vitamin B12. MCV menurun jika eritrosit lebih kecil dari
biasanya (mikrositik) seperti pada anemia karena kekurangan zat besi.
b. Pemeriksaan Leukosit
- Leukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pada luka operasi atu proses
operasi.
Dapus

http://www.drdidispog.com/2011/02/adenomiosis.html#ixzz1Mkg191Xq
http://www.mayoclinic.com/health/Adenomyosis/DS00636
http://www.drdidispog.com/2011/02/adenomiosis.html

http://www.mayoclinic.com/health/Adenomyosis/DS00636/DSECTION=causes

http://www.totalkesehatananda.com/uterinegrowth5.html
http://www.mayoclinic.com/health/Adenomyosis/DS00636/DSECTION=symptoms

http://nursingforuniverse.blogspot.com/2010/02/asuhan-keperawatan-pada-anemia.html

http://www.scribd.com/doc/6502584/KURETASE

http://default.tabloidnova.com/article.php?name=/wajib-diketahui-seputar-
kuretase&channel=kesehatan

http://masalahkesehatanwanita.blogspot.com/2010/01/histerektomi.html

Boback,Lowdermilk,Jensen.2004.Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4.Jakarta : EGC

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatn: Pedoman untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC

Hall, guyton. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11. EGC : Jakarta

Potter & Perry.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Smeltzer, Suzanne C. dan Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC.

Juall, Lynda. 2008. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis edisi 09. Jakarta:
EGC
KISTA OVARIUM

C. Etiologi

Kista ovarium merupakan jenis yang paling sering terjadi terutama

yang bersifat non neoplastik, seperti kista retensi yang berasal dari korpus

luteum. Tetapi di samping itu ditemukan pula jenis yang merupakan

neoplasma. Oleh karena itu kista ovarium dibagi dalam 2 golongan:

1. Non-neoplastik (fungsional)

a. Kista folikel

Kista ini berasal dari folikel yang menjadi besar semasa proses

atresia foliculi. Setiap bulan, sejumlah besar folikel menjadi mati,

disertai kematian ovum disusul dengan degenerasi dari epitel

folikel. Pada masa ini tampaknya sebagai kista-kista kecil. Tidak

jarang ruangan folikel diisi dengan cairan yang banyak, sehingga

terbentuklah kista yang besar, yang dapat ditemukan pada

pemeriksaan klinis. Tidak jarang terjadi perdarahan yang masuk ke

dalam rongga kista, sehingga terjadi suatu haematoma folikuler.

b. Kista lutein

Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang di luar

kehamilan. Kista lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari

16
corpus luteum haematoma. Perdarahan ke dalam ruang corpus

selalu terjadi pada masa vascularisasi. Bila perdarahan ini sangat

banyak jumlahnya, terjadilah corpus luteum haematoma, yang

berdinding tipis dan berwarna kekuning-kuningan. Secara

perlahan-lahan terjadi reabsorpsi dari unsur-unsur darah, sehingga

akhirnya tinggalah cairan yang jernih atau sedikit bercampur darah.

Pada saat yang sama dibentuklah jaringan fibroblast pada bagian

dalam lapisan lutein sehingga pada kista corpus lutein yang tua,

sel-sel lutein terbenam dalam jaringan-jaringan perut.

2. Neoplastik

Yang termasuk golongan ini ada 3 jenis:

a. Cystadenoma mucinosum

Jenis ini dapat mencapai ukuran yang besar. Ukuran yang terbesar

yang pernah dilaporkan adalah 328 pound. Tumor ini mempunyai

bentuk bulat, ovoid atau bentuk tidak teratur, dengan permukaan

yang rata dan berwarna putih atau putih kebiru-biruan.

b. Cystadenoma serosum

Jenis ini lebih sering terjadi bila dibandingkan dengan

mucinosum, tetapi ukurannya jarang sampai besar sekali. Dinding

luarnya dapat menyerupai kista mucinosum. Pada umumnya kista

ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ephitelium).


17
c. Kista dermoid

Tumor ini merupakan bagian dari teratoma ovary bedanya ialah

bahwa tumor ini bersifat kistik, jinak dan elemen yang menonjol

ialah eksodermal. Sel-selnya pada tumor ini sudah matang. Kista ini

jarang mencapai ukuran yang besar.

Penyebabnya saat ini belum diketahui secara pasti. Namun ada salah

satu pencetusnya yaitu faktor hormonal, kemungkinan faktor resiko

yaitu:

1. Faktor genetik/ mempunyai riwayat keluarga dengan kanker

ovarium dan payudara.

2. Faktor lingkungan (polutan zat radio aktif)

3. Gaya hidup yang tidak sehat

4. Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, misalnya

akibat penggunaan obat-obatan yang merangsang ovulasi dan obat

pelangsing tubuh yang bersifat diuretik.

5. Kebiasaan menggunakan bedak tabur di daerah vagina

(Wiknjosastro, 2005)

D. Patofisiologi
Banyak tumor tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor

ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda yaitu akibat dari

pertumbuhan, aktivitas endokrin dan komplikasi tumor.

18
1. Akibat pertumbuhan,

Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan

pembenjolan perut. Tekanan terhadap alat – alat disekitarnya

disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Apabila

tumor mendesak kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan

miksi, sedangkan kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga

perut kadang – kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut

serta dapat juga mengakibatkan obstipasi edema pada tungkai.

2. Akibat aktivitas hormonal

Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu

sendiri mengeluarkan hormon.

3. Akibat Komplikasi

a. Perdarahan ke dalam kista

Biasanya terjadi sedikit – sedikit sehingga berangsur – angsur

menyebabkan pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala –

gejala klinik yang minimal. Akan tetapi kalau perdarahan terjadi

dalam jumlah yang banyak akan menimbulkan nyeri di perut.

b. Putaran Tangkai

Terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih.

Adanya putaran tangkai menimbulkan tarikan melalui ligamentum


infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietal dan ini

menimbulkan rasa sakit.

19
c. Infeksi pada tumor

Terjadi jika di dekat tumor ada sumber kuman pathogen. Kista

dermoid cenderung mengalami peradangan disusul penanahan.

d. Robek dinding Kista

Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat

trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering pada

saat persetubuhan. Jika robekan kista disertai hemoragi yang

timbul secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus

ke dalam rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus

menerus disertai tanda – tanda abdomen akut.

e. Perubahan keganasan

Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis

yang seksama terhadap kemungkinn perubahan keganasan. Adanya

asites dalam hal ini mencurigakan. (Wiknjosastro,2005)

Kista dermoid adalah tumor yang diduga berasal dari bagian ovum

yang normalnya menghilang saat maturasi. Asalnya tidak

teridentifikasi dan terdiri atas sel – sel embrional yang tidak

berdiferensiasi. Kista ini tumbuh dengan lambat dan ditemukan

selama pembedahan yang mengandung material sebasea kental,

berwarna kuning, yang timbul dari lapisan kulit. Kista dermoid

hanya merupakan satu tipe lesi yang dapat terjadi. Banyak tipe

lainnya dapat terjadi dan pengobatannya tergantung pada tipenya.


(Smeltzer and Bare, 2001)

20
E. Manifestasi Klinis

Kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki

gejala. Namun kadang – kadang kista dapat menyebabkan beberapa

masalah seperti :

1. Bermasalah dalam pengeluaran urin secara komplit

2. Nyeri selama hubungan seksual

3. Masa di perut bagian bawah dan biasanya bagian – bagian organ tubuh

lainnya sudah terkena.

4. Nyeri hebat saat menstruasi dan gangguan siklus menstruasi

5. Wanita post monopouse : nyeri pada daerah pelvik, disuria, konstipasi

atau diare, obstruksi usus dan asietas.

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Laparaskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor

berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat-sifat tumor

itu.

2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah

tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah

tumor kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan

dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.

21
3. Foto Rontgen

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.

Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam

tumor.

4. Parasentesis

Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab

asites. Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemari

cavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk

(Wiknjosastro, 2005).

G. Penatalaksanaan

a. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui

tindakan bedah, misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi

salpingooforektomi.

b. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan

menghilangkan kista.

c. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista

ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen

dengan satu pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang

diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah


pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan

memberikan gurita abdomen sebagai penyangga.

22
d.Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang

pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan

kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik

relaksasi napas dalam, informasikan tentang perubahan yang akan

terjadi seperti tanda – tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi

( Lowdermilk.dkk. 2005).

e. Jenis – jenis anestesi

Anestesi adalah suatu tindakan untuk menghilangkan kesadaran disertai

hilangnya sakit yang sifatnya sementara. Anestesi ada setiap keadaan

membawa masalah – masalah tersendiri sesuai dengan kondisi

penderita, sebab obat – obat anestesi bersifat mendepresi kerja organ –

organ vital.

1) Anestesi Umum

Anestesi umum adalah menghilangkan rasa nyeri secara sentral yang

disertai dengan hilangnya kesadaran dengan melalui proses obat masuk

kedalam pembuluh darah atau sirkulasi kemudian menyebar jaringan dan

yang pertama terpengaruh adalah jaringan yang kaya pembuluh darah yaitu

otak, sehingga kesadaran menurun atau hilang.

Efek anestesi umum yaitu : mempengaruhi keadaan umum penderita karena

kesadaran menurun, disebabkan karena terjadinya gangguan fungsi pada sel


terjadinya hambatan fungsi neuron menghambat konsumsi oksigen, dapat

membentuk mikro kristal dengan air dalam membran sel neuron dan ini

menyebabkan stabilisasi membran sel (Muchtar, 2002).

23
Jenis dan cara pemberian obat anestesi umum :

a) Melalui Intravena

1. Benzodiazepine

Anggota tertentu dalam kelompok obat sedative hypnosis seperti

diazepam, lorazepam, dan midazolam, yang dipergunakan pada

prosedur anestesi (dasar-dasar farmakologi benzodiazepin) diazepam

dan lorazepan tidak larut dalam air dan penggunaan intravenanya

memerlukan vehikulum yang tidak encer, sehingga pemberian intravena

dapat menyebabkan iritasi luka. Formulasi mudah larut dalam air dan

kurang iritasi tetapi mudah larut dalam lemak pada pH fisiologis serta

mudah melewati pembuluh darah otak.

2. Anestesi analgesik opioid

Dosis besar analgesik opioid telah digunakan untuk anestetik umum,

terutana pada penderita operasi jantung atau operasi besar lainnya

ketika sirkulasi dalam keadaan minimal. Pemberian morfin, secara

intravena dengan dosis 1 sampai 3 per kg digunakan dalam keadaan

sirkulasi yang berat.

3. Etomidat

Etomidat merupakan imidazol karboksilasi yang digunakan untuk

induksi anestesi dan teknik anestesi secara seimbang yang tidak boleh
diberikan untuk jangka lama. Kelebihan utama dari anestestik ini yaitu

depresi kardiovaskular dan respirasi yang minimal.

24
4. Ketamin

Ketamin menimbulkan anestesi disosiatif yang ditandai dengan kataton,

amnesia, dan analgesia. Mekanisme kerjanya adalah dengan cara

menghambat efek membrane eksitator neurotrasmiter asam glutamate

pada subtype reseptor.

b) Melalui rectum :

Tiopental : anestesi injeksi pada pembedahan kecil

seperti di mulut, efek samping menekan pernafasan.

c) Melalui inhalasi :

Halotan : efek sampingnya yaitu dengan menekan

pernafasan, aritmia, dan hipotensi (Mochtar, 2002).

2) Anestesi Spinal

Anestesi spinal adalah tindakan anestesi yang banyak digunakan untuk

tindakan operasi ekstremitas bawah dan paling sering adalah bedah cesar.

Efek anestesi spinal : oksigenasi tidak adekuat dengan pernafasan buatan

menggunakan oksigen, tremor atau kejang, depresi sirkulasi diatasi dengan

pemberian vasopressor secara bolus dilanjutkan dengan drip dalam infus,

adanya henti jantung .

Komplikasi anestesi spinal :

a. Komplikasi dini :

a) Hipotensi.
Hipotensi sering terjadi selama anestesi spinal, terutama akibat

kehilangan kompensasi vasokonstriksi eketremitas bawah,

25
menurunnya curah jantung, berkurangnya tonus arteriole sedikit

kontribusinya terhadap terjadinya hipotensi, kecuali tahanan

pembuluh darah perifer meningkat sebelum anestesi spinal.

Terapi hipotensi dimulai dengan tindakan yang cepat seperti

koreksi posisi kepala, pemberian cairan intravena dan

pemberian vasopressor sesuai kebutuhan. Jika cairan yang

diberikan tidak dapat mengoreksi bradikardi atau kontraktilitas

melemah, terapi yang disukai untuk spinal hipotensi adalah

kombinasi cairan untuk mengoreksi hipovolemi dengan alfa dan

beta adrenergik agonis (seperti efedrin) dan atropin (untuk

bradikardi) tergantung pada situasi.

b) Anestesi spinal tinggi dan Blokade total spinal

Pasien dengan tingkat anestesi yang tinggi dapat mengalami

kesulitan dalam pernapasaan . Harus dibedakan secara hati-hati

apa penyebabnya untuk memberikan terapi yang tepat. Hampir

semua dispnea tidak disertai paralysis otot pernapasan tetapi

adalah kehilangan sensasi proprioseptif tersebut mengakibatkan

dyspnea walaupun fungsi otot pernapasan dan pertukaran gas

adekuat.

c) Henti jantung yang tiba-tiba.


Henti jantung yang tiba-tiba telah dilaporkan pada pasien yang

mendapatkan spinal anestesi. Pasien yang mendapat sedatif dan

26
hipotensi sampai tejadinya henti jantung yang tiba-tiba terbukti

sulit untuk diterapi. Respon kardiovaskuler terhadap hiperkarbia

dan hipoksia karena sedatif dan narkotik mengakibatkan pasien

tidak mempunyai respon terhadap hipoksemia yang progresif,

asidosis dan hiperkarbia.

d) Mual dan Muntah

Mual selama anestesi spinal biasa terjadi oleh karena

hipoperfusi serebral atau tidak terhalanginya stimulus vagus

usus. Biasanya mual adalah tanda awal hipotensi. Bahkan blok

simpatis mengakibatkan tak terhalangnya tonus parasimpatis

yang berlebihan pada traktus gastrointestinal.

e) Paresthesia.

Paresthesia dapat terjadi selama penusukan jarum spinal atau

saat menginjeksikan obat anestetik. Pasien mengeluh sakit atau

terkejut singkat pada ektremitas bawah, hal ini disebabkan

jarum spinal mungkin mengenai akar saraf. Jika pasien

merasakan adanya parestesia persiten atau paresthesia saat

menginjeksikan anesthetik local, jarum harus digerakkan

kembali dan ditempatkan pada interspace yang lain untuk

mengcegah kerusakan yang permanen. Ada atau tidaknya

paresthesia dicatat pada status anesthesia.


27
Jenis dan cara pemberian obat anestesi spinal :

1. Lidokain

Lidokain merupakan obat anestesi yang digunakan untuk mencegah

depolarisasi pada membran sel melalui penghambatan masuknya

ion natrium pada kanal natrium. Efek samping lidokain bersifat

toksik pada susunan saraf. Efek yang terjadi akibat toksisitas dapat

berupa kejang, disorientasi, pandangan kabur, dan mengantuk.

2. Bupivakain

Bupivakain merupakan anestesi yang mempunyai masa kerja yang

panjang dengan efek blockade terhadap sensorik lebih besar

daripada motorik. Efek bupivakain lebih popular digunakan untuk

memperpanjang analgesia selama persalinan dan masa pasca

pembedahan.

3. Tetrakain

Tetrakain digunakan untuk segala macam anestesi, pada anestesi

spinal tetrakain memerlukan dosis yang besar dan mula kerjanya

lambat, dimetabolisme lambat sehingga berpotensi toksik.

(Joyce L, 1996)
g. Proses penyembuhan luka operasi pengangkatan kista adalah sama dengan

yang lainnya. Perbedaan terjadi menurut waktu pada tiap-tiap fase

penyembuhan dan waktu granulasi jaringan (Sjamsuhidayat, 2001).

28
1. Fase penyembuhan luka:

a) Fase inflamasi

Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira-

kira hari ke lima. Pembuluh darah yang terputus pada luka akan

menyebabkan perdarahan dan tubuh akan berusaha

menghentikanya dengan vasokontriksi, penerutan ujung pembuluh

yang putus (retraksi), dan reaksi hemostasis. Sel dalam jaringan

ikat menghasilkan serotonin dan histamin yang meningkatkan

permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi, penyerbukan sel

radang, disertai vasodilatasi yang menyebabkan udem dan

pembengkakan. Tanda dan gejala klinis reaksi radang menjadi jelas

yang berupa warna kemerahan karena kapiler melebar (rubor), rasa

hangat (kalor), nyeri (dolor), dan pembengkakan (tumor).

b) Fase ploriferatif

Fase ploferatif disebut juga fase fibroplasia karena yang

menonjol adalah proses proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung

dari akhir fase inflamasi sampai kira-kira akhir minggu tiga. Pada

fase ini serat-serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk

penyesuaian diri dengan tegangan pada luka yang cenderung

mengerut. Bersama dengan sifat kontraktil miofibroblast,

menyebabkan tarikan pada tepi luka. Kekuatan regangan mencapai

25% jaringan normal.


29
Fase fibroplasia ini, luka akan dipenuhi sel radang, fibroblast,

dan kalogen, membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan

permukaan yang menonjol halus yang disebut jaringan granulasi.

Epitel tepi luka yang terdiri atas sel basal terlepas dari dasarnya

dan berpindah mengisi permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi

oleh sel baru yang terbentuk dari proses mitosis. Proses migrasi ini

baru berhenti setelah epitel saling menyentuh dan menutup seluruh

permukaan luka, proses fibroplasia dengan pembentukan jaringan

granulasi juga akan berhenti dan mulailah proses pematangan

dalam fase penyembuhan

c) Fase penyudahan

Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terjadi atas

penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai

dengan gaya gravitasi, dan akhirnya perupaan kembali jaringan

yang baru terbentuk. Fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan

dan dinyatakan berakhir kalau semua tanda radang sudah lenyap.

Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi

abnormal karena proses penyembuhan. Udema dan sel radang

diserap, sel muda menjadi matang, kapilerbaru menutup dan

diserap kembali, kalogen yang berlebih diserap dan sisanya

mengerut sesuai dengan regangan yang ada.

You might also like