You are on page 1of 6

MODUL 13 Teknik Kontrol

TEKNIK MEKATRONIKA
A. Komponen Pengaman Listrik
Bahaya listrik terdiri dari bahaya arus lebih dan bahaya arus bocor. Arus lebih adalah arus
yang besarnya melebihi arus nominal. Arus nominal adalah arus kerja yang dengan nilai tersebut
sistim instalasi listrik maupun peralatan listrik dapat beroperasi dalam waktu yang kontinyu tanpa
menimbulkan adanya kerusakan (PUIL 2000). Sedangkan arus bocor adalah arus listrik yang
mengalir tidak melalui kabel yang semestinya, yaitu arus yang tidak mengalir melalui kabel fase
atau kabel netral.
Bahaya listrik arus lebih dapat dapat disebabkan oleh beban listrik yang berlebih dan atau
disebabkan oleh adanya hubung singkat antara fasefase, fase-netral atau fase-ground. Arus lebih
jika dibiarkan mengalir dalam waktu yang lama, maka menyebabkan panas yang berlebih pada
kabel instalasi dan berpotensi membakar kabel dan material yang ada di sekitarnya.
Arus beban lebih disebabkan karena beban listrik yang tersambung pada instalasi melebihi
batas yang ditetapkan oleh arus nominal pengaman (fuse, MCB) yang terpasang. Misal arus
nominal pengaman 6A, maka dikatakan arus lebih jika beban listrik yang terpasang lebih besar
dari 6A. Aliran arus listrik dalam konduktor/kabel selalu membangkitkan PANAS karena ada
tahanan, I2R. Semakin besar aliran arus, semakin panas konduktor.

Gambar 1.Proses timbulnya panas dalam penghantar


Efek panas berbahaya bagi komponen elektrik seperti kabel. Kabel yang mengalami panas
berlebih, maka dapat membakar apapun yang ada disekitarnya. Bahkan kabel itu sendiri juga bisa
menjadi melebur. Konduktor/kabel memiliki ukuran penampang kabel yang dinyatakan dengan
mm2.
Konduktor/kabel dengan penampang berbeda memiliki kemampuan hantar arus (KHA)
maksimum yang diijinkan yang berbeda pula. Misal kabel dengan penampang 1,0 mm2 memiliki
KHA hingga 10A. Jika kabel 1,0 mm2 dialiri arus hingga 10A, maka kabel dapat beroperasi dalam
waktu yang kontinyu tanpa ada kerusakan apapun. Berarti 10A bagi kabel 1,0 mm2 merupakan
arus nominal. Tetapi jika kabel 1,0 mm2 dilewati arus listrik diatas 10A, dikatakan kabel melewatkan
arus lebih, yaitu jumlah arus yang lebih besar dari batas rentang arus nominalnya (In).
Beban lebih terjadi ketika terlalu banyak piranti yang dioperasikan pada rangkaian tunggal atau
sebuah perlengkapan elektrik bekerja terlalu berati melebihi kemampuannya. Pada sistim suplai 3
fase yang menggerakkan motor indusksi pada belt konveyor, paket yang berjajar pada konveyor
menyebabkan motor bekerja terlalu berat dan membutuhkan arus yang lebih. Karena motor dialiri
arus berlebih, maka panas naik. Bahaya akan segera terjadi pada motor jika problem tidak segera
diatasi atau rangkaian tidak diputus oleh overload relai.

Gambar 2. Proses terjadinya beban lebih pada motor konveyor


Arus lebih bisa juga diakibatkan karena kasus hubung-singkat. Pada sistim jaringan 1 fase,
maka dikatakan hubung-singkat jika terjadi kontak (saling bersentuhan) antara kabel fase dan
netral atau fase dan ground. Besarnya arus lebih akibat hubung-singkat bisa berpuluh kali lipat
dari arus nominalnya, bahkan ratusan kali hingga ribuan kali lipat.

Gambar 3. Proses terjadinya hubungsingkat


Jika hubungsingkat terjadi, nilai R turun mendekati nol. Arus hubungsingkat dapat menjadi
ribuan kali lebih tinggi daripada arus normal. Contoh, motor 240 volt dengan tahanan belitan 24
ohm akan memberikan arus nominal 10 amps (I= 240/24 = 10 A). Ketika terjadi hubungsingkat,
tahanan drop. Jika tahanan drop menjadi 24 milliohms, arus akan menjadi 10,000 amps (I=
240/0,024 = 10.000 A = 10 kA). Arus bocor disebabkan oleh kerusakan pada peralatan listrik yang
berbadankan logam. Akibat kerusakan sistim isolasi bagian aktif di dalam peralatan listrik
berbadankan logam, menyebabkan adanya arus bocor yang mengalir ke badan peralatan. Hal ini
berpotensi tersedianya tegangan sentuh pada bodi peralatan dan dapat membahayakan
operator/manusia yang menyentuhnya.
Arus bocor ke tanah bisa membahayakan nyawa manusia ketika manusia menyentuh
bagian badan peralatan yang bertegangan. Badan peralatan yang terbuat dari logam berpotensi
membahayakan jika di dalam peralatan terjadi kegagalan isolasi pada bagian aktifnya. Akibatnya
pada badan peralatan tersebut tersedia tegangan sentuh. Jika manusia menyentuhnya, maka
akan terjadi aliran arus bocor ke tanah melalui badan manusia tersebut.

1. Pengaman kabel instalasi


Bahaya arus lebih akan berakibat pada panas yang berlebihan pada kabel instalasi, oleh
karena itu kabel harus dijaga agar tidak dialiri arus listrik melebihi KHA kabel, yaitu dengan
memasang alat pengaman berupa fuse dan atau MCB. Jadi fuse atau MCB mengamankan kabel
dari bahaya arus lebih.

Gambar 4. Fuse/pengaman lebur dan Miniatur Circuit Breaker (MCB)


Fuse merupakan komponen pengaman instalasi yang bekerja dengan prinsip kerja
thermal, sedangkan MCB adalah komponen pengaman instalasi yang bekerja dengan dua prinsip,
yaitu thermal dan magnetic. Jika MCB akan mengamankan bahaya arus lebih akibat beban lebih,
maka yang bekerja adalah prinsip thermal (bimetal), sedangkan jika terjadi bahaya hubungsingkat,
maka MCB akan merespon dengan prinsip magnetik. Jika MCB digunakan sebagai pengaman
instalasi motor, maka nilai arus
nominal MCB dihitung dengan ketentuan:
Nilai minimum = 1,25 x IN motor, dimana IN = 29 A
= 2,5 x 29 A = 36,25 A (minimal 40 A)
Nilai maksimum = 2,5 x 29 A
= 72,5 A (maksimal 63 A)
2. Pengaman motor listrik
2.1 Thermal Over Load Relay (TOR/TOL).
Alat pengaman yang digunakan bila pada motor terjadi beban lebih disebut Thermal Over
Load Relay (TOR/TOL) biasanya digandengkan dengan kontaktor, dipasaran ada juga pengaman
beban lebih yang terintegrasi pada Motor Circuit Breaker. Relay ini biasanya dihubungkan pada
kontaktor ke kontak utama 2, 4, dan 6 sebelum dihubungkan ke beban (motor). Gunanya untuk
memberikan perlindungan terhadap motor dari kerusakan akibat beban lebih. Beberapa penyebab
terjadinya beban lebih adalah :
Terlalu besarnya beban mekanik pada motor.
Arus start yang terlalu besar atau motor berhenti secara mendadak.
Terbukanya salah satu fasa dari motor 3 fasa.
Arus yang terlalu besar timbul pada beban motor akan mengalir pada belitan motor yang
dapat menyebabkan kerusakan dan terbakarnya belitan motor. Untuk menghindari hal tersebut
terjadi dipasang Thermal Over Load Relay (TOR/TOL) pada rangkaian pengendali.
Prinsip kerja Thermal Over Load Relay (TOR/TOL) berdasarkan panas (temperatur) yang
ditimbulkan oleh arus yeng mengalir melalui elemen-elemen pemanas bimetal, yang
menakibatkan bimetal melengkung selanjutnya akan menggerakan kontak-kontak mekanik
pemutus rangkaian listrik kontak 95 – 96 membuka dan kontak 97 – 98 menutup.
Perlengkapan lain dari thermal beban lebih adalah reset mekanik yang fungsinya untuk
mengembalikan kedudukan kontak 95 – 96 pada posisi semula (menghubung dalam
keadaan normal) dan kontak 97 – 98 (membuka dalam keadaan normal). Setelah
tombol reset ditekan maka kontak 95 – 96 yang semula membuka akibat beban lebih
akan kembali menutup dan kontak 97 – 98 akan kembali membuka. Bagian lain dari
thermal beban lebih adalah pengatur batas arus.

3. Pengaman manusia
Arus bocor ke tanah sangat membahayakan jiwa manusia. Hal ini dapat terjadi pada
peralatan listrik yang berbadankan logam yang mengalami kegagalan isolasi (kerusakan isolasi)
di dalamnya. Kondisi ini bisa diamankan dengan memasang ELCB (Earth Leakage Circuit
Breaker) atau RCCB (Residual Current Circuit Breaker).

Gambar 8. Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB)


ELCB atau RCCB akan mendeteksi jika ada arus bocor ke tanah, maka akan mengaktifkan
sistem relai pemutus rangkaian. Besarnya arus bocor yang terdeteksi ada bermacam-macam,
tergantung sensitivitas yang dipilih (7.5 mA, 15 mA, 30 mA, dan seterusnya). Sistem pengaman
manusia dari bahaya tegangan sentuh atau arus bocor juga dapat dilakukan dengan cara
memasang semua bodi peralatan listrik yang terbuat dari logam dengan kabel grounding (PE).
Peringatan terhadap bahaya akibat listrik harus selalu disampaikan, baik secara lisan maupun
tertulis. Tulisan-tulisan harus ditempelkan pada perlengkapan yang di dalamnya atau disekitarnya
terdapat tegangan listrik.

B. Rangkaian Jog/Inch
1. Rangkaian start/stop/jogging menggunakan tombol tekan
Jika suatu mesin berpenampilan dengan putaran rendah, rangkaian kontrol yang
diperlukan gerakan „Inching‟ pada motor. Tujuan dari, rangkaian kontrol „Jog/Inch‟ untuk motor
tiga-fasa dirancang jika tombol tekan jog ditekan, motor berputar dan jika tombol tekan dilepaskan
motor berhenti (gambar 9). Secara umum jenis gerakan ini digunakan pada mesin perkakas.

Prinsip kerja
Seperti yang ditunjukkan pada rangkaian kontrol, kontak ganda tombol tekan jog
digunakan terdiri dari satu kontak NC dan satu kontak NO. Oleh sebab itu, jika tombol jog ditekan,
rangkaian pengunci kontaktor (K) terbuka oleh kontak NC tombol tekan Jog. Oleh sebab itu,
kontaktor (K) tidak akan mengunci, tetap bekerja selama tombol jog ditekan secara penuh. Jadi
gerakan „Inching/Jogging dapat direalisasikan.

Gambar 9. Rangkaian Jogging

Jika tombol tekan jog dilepas secara mendadak, selanjutnya jika kontak NC tertutup
sebelum kontak starter (K) dipertahankan terbuka, motor akan kontinyu berputar. Disini akan
menimbulkan bahaya terhadap pekerja dan mesin disekitarnya. Peralatan mekanik dapat
dipasang dengan meyakinkan bahwa rangkaian mula jalan tidak dibangun kembali jika tombol jog
dilepas terlalu cepat.

2. Rangkaian start/stop/jogging menggunakan saklar selector


Gambar 10. menunjukan penggunaan saklar selektor pada rangkaian kontrol jogging.
Tombol start menunujukan dua fungsi : bekerja sebagai tombol jog juga sebagai tombol start.
Untuk mengoperasikan motor pada mode run, saklar selektor harus pada posisi „RUN‟. Kontaktor
K akan bekerja jika tombol start ditekan dan tetap mengunci sebab dikunci oleh kontak K1 dan
saklar selektor. Untuk mengoperasikan motor pada mode jog, saklar selektor harus pada posisi
„JOG‟. Kontaktor K akan bekerja jika tombol start ditekan tetapi jika tombol start dilepas, kontaktor
K tidak bekerja sebab rangkaian pengunci K1 terbuka.

Gambar 10. Rangkaian Jogging dengan selector


Rangkaian operasi berurutan

Rangkaian operasi berurutan (Sequence kontrol) digunakan apabila motor beroperasi tergantung kepada
motor lain, seperti belt conveyor dimana satu dengan yang lainnya saling beroperasi berkaitan.

(a). rangkaian standart

(b). rangkaian otomatis melalui kontak bantu yang saling mengunci

Gambar 11. Rangakain kontrol motor operasi berurutan

You might also like