You are on page 1of 11

SWAMEDIKASI

GASTRITIS AKUT

Dosen Pengampu:

Dra. Rina Melani, Apt

Di susun oleh
Kelompok 9

BAIQ APIN RIZKI ANJARSARI (175020134)


TIA CAHYANING WULANDARI (175020137)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang wajib di
penuhi seorang manusia untuk bertahan hidup. Keadaan ini dibuktikan
dengan adanya sistem pencernaan atau traktus gastrointestinal yang
merupakan salah satu sistem yang mendukung tubuh manusia. Sistem
pencernaan atau gastrointestinal terdiri dari beberapa organ, yaitu mulut,
esofagus, gaster, colon dan anus.
Sistem pencernaan akan terganggu apabila salah satu atau beberapa organ
pencernaan terjadi inflamasi, kerusakan, maupun ketidaknormalan. Salah satu
gangguan pencernaan yang paling sering dijumpai dan diderita masyarakat
adalah gastritis atau di masyarakat umum sering disebut dengan penyakit
maag atau dalam istilah kesehatan dikenal dengan gastritis.
Gastritis merupakan penyakit yang sering kita jumpai dalam masyarakat
maupun dalam bangsa penyakit dalam. Kurang tahunya dan cara penanganan
yang tepat merupakan salah satu penyebabnya. Gastritis adalah proses
inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa pada lambung. Pada orang
awam sering menyebutnya dengan penyakit maag. Gastritis merupakan salah
satu yang paling banyak dijumpai klinik penyakit dalam pada umumnya.
Masyarakat sering menganggap remeh panyakit gastritis, padahal ini akan
semakin besar dan parah maka inflamasi pada lapisan mukosa akan tampak
sembab, merah, dan mudah berdarah.
Penyakit gastritis sering terjadi pada remaja, orang-orang yang stres,
karena stres dapat meningkatkan produksi asam lambung, pengkonsumsi
alkohol dan obat-obatan anti inflamasi non steroid. Gejala yang timbul pada
penyakit gastritis adalah rasa tidak enak pada perut, perut kembung, sakit
kepala, mual, lidah berlapis. Penyakit gastritis sangat menganggu aktifitas
sehari -hari, karena penderita akan merasa nyeri dan rasa sakit tidak enak
pada perut. Selain dapat menyebabkan rasa tidak enak, juga menyebabkan
peredaran saluran cerna atas, ulkus, anemia kerena gangguan absorbsi
vitamin B12. Ada berbagai cara untuk mengatasi agar tidak terkena penyakit
gastritis dan untuk menyembuhkan gastritis agar tidak menjadi parah yaitu
dengan banyak minum kurang lebih 8 gelas/hari, istirahat cukup, kurangi
kegiatan fisik, hindari makanan pedas dan panas dan hindari stres.

B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian gastritis akut?
b. Bagaimana patofisiologi dari gastritis akut?
c. Bagaimana etiologi dari gastritis akut?
d. Bagaimanakah klasifikasi dari gastritis akut?
e. Bagaimanakah tanda dan gejala dari gastritis akut?
f. Bagaimana terapi farmakologi dan non farmakologinya?

C. Tujuan

a. Mengetahui pengertian dari gastritis akut.


b. Mengetahui patofisiologi dari gastritis akut.
c. Mengetahui etiologi dari gastritis akut.
d. Mengetahui klasifikasi dari gastritis akut.
e. Mengetahui tanda dan gejala dari gastritis akut.
f. Mengetahui terapi farmakologi dan non farmakologinya.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Gastritis
1. Definisi Gastritis
Gastritis adalah inflamasi pada dinding gaster terutama pada lapisan
mukosa gaster (Hadi, 1999). Gastritis adalah suatu keadaan peradangan
atas perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus,
atau lokal (Price, 2005). Gastritis adalah peradangan lokal atau
penyebaran pada mukosa lambung dan berkembang dipenuhi bakteri
(Charlene, 2001). Gastritis akut adalah inflamasi mukosa lambung, sering
diakibatkan dari pola diet yang sembarangan. Sedangkan gastritis kronik
adalah inflamasi mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan
baik oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri
helicobacter pylori (Brunner dan Suddart, 2002). Dari keempat definisi
diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa gastritis adalah suatu
inflamasi atau peradangan yang sering terjadi pada dinding lambung yang
dapat bersifat akut, kronis, difus atau lokal.

2. Patofisologi

Gastritis terjadi akibat peradangan pada mukosa lambung yang


menimbulkan rasa nyeri yang dialihkan ke epigastirum bagian atas.
Reflek-reflek pada mukosa lambung menyebabkan kalenjer saliva
mengeluarkan saliva dalam jumlah besar. Dan sering menelan saliva
menyebabkan banyak udara yang berkumpul di lambung. Penggunaan
aspirin, alkohol, memakan makanan yang berbumbu secara berlebihan
atau dalam jumlah yang besar dapat mengurangi daya tahan mukosa,
ditambah dengan keadaan stres yang dapat menyebabkan sekresi asam
lambung berlebihan dan ini akan menimbulkan komplikasi yaitu tukak
lambung (Guyton, 1998)
3. Etiologi

Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya Gastritis


antara lain :
a. Pola makan yang tidak teratur atau tidak tepat waktu.
b. Iritasi yang disebabkan oleh rangsangan makanan, misalnya
makanan pedas, makanan terlalu asam.
c. Alkohol.
d. Psikis/stress.
e. Rokok. Kandungan dari rokok seperti fenol, metanol, kadmiun,
aseton dapat berdampak terhadap erosi dan mukosa lambung.
f. Infeksi oleh bakteri (toksin) helicobacter pylori.
g. Obat-obatan seperti aspirin, obat anti inflamasi non steroid yang
dapat berdampak terhadap erosi pada mukosa lambung.

4. Klasifikasi dan Proses Penyakit


a. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia
misalnya obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas
maupun asam. Ketika terjadi stress maka akan meransang saraf
simpatis NV (Nervus Vagus) yang akan meningkatkan produksi
asam klorida (HCl) dalam lambung. Adanya HCl yang berada di
dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.

b. Gastritis Kronik
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme
ini menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya
desquamasi sel dan terjadilah respon radang kronis pada gaster yaitu
destruksi kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah salah satu
mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, metapalasia ini juga
menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung, sehingga
akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa.
Kerusakan pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan (Price,
1999).

5. Tanda dan Gejala


a. Nyeri ulu hati
Hal ini dapat disebabkan karena adanya suatu proses peradangan
yang terjadi akibat dari adanya iritasi pada mukosa lambung.
b. Anoreksia, Nausea dan Vomitting
Ketiga tanda ini sangat umum ditemukan. Hal ini terjadi karena
adanya peningkatan kadar asam lambung didalam tubuh khususnya
pada organ lambung.
c. Melena dan Hematemesis
Hal ini dapt disebabkan karena adanya suatun proses
perdarahan yang berawal dari adanya iritasi dan erosi pada mukosa
lambung.

6. Terapi Farmakologi dan Non Farmakologi


a. Farmakologi
 Antasida
Pada saat ini antasida digunakan untuk menghilangkan
keluhan rasa sakit dan obat dispepsia. Mekanisme kerjanya
menetralkan asam lambung secara lokal. Preparat yang
mengandung magnesium akan menyebabkan diare sedangkan
alumunium menyebabkan konstipasi dan kombinasi keduanya
saling menghilangkan pengaruh sehingga tidak terjadi diare dan
konstipasi (Tarigan, 2001).
 Histamine-2 receptor antagonist
Empat antagonis H2 yang beredar di USA adalah: simetidin,
ranitidin, famotidin, dan nizatidin. Kerja antagonis reseptor H2
yang paling penting adalah mengurangi sekresi asam lambung.
Obat ini menghambat sekresi asam yang dirangsang histamin,
gastrin, obat-obat kolinomimetik dan rangsangan vagal. Volume
sekresi asam lambung dan konsentrasi pepsin juga berkurang
(Katzung, 2002). Mekanisme kerjanya memblokir histamin pada
reseptor H2 sel pariental sehingga sel pariental tidak terangsang
mengeluarkan asam lambung. Inhibisi ini bersifat reversibel
(Tarigan, 2001). Simetidin, ranitidin dan famotidin kecil
pengaruhnya terhadap fungsi otot polos lambung dan tekanan
sfingter esofagus yang lebih bawah. Sementara terdapat
perbedaan potensi yang sangat jelas diantara efikasinya
dibandingkan obat lainnya dalam mengurang sekresi asam.
Nizatidin memacu aktifitas kontraksi asam lambung, sehingga
memperpendek waktu pengosongan lambung (Katzung, 2002).
Efek samping sangat kecil antara lain agranulasitosis,
ginekomastia, konfusi mental khusus pada usia lanjut, dan
gangguan fungsi ginjal dijumpai terutama pada pemberian
simetidin. Simetidin sebaiknya jangan diberikan bersama
warfarin, teofilin, siklokarpon, dan diazepam (Tarigan, 2001).
 Proton pump inhibitor
Inhibitor pompa proton merupakan “prodrug”, yang
memerlukan aktivasi di lingkungan asam (Pasricha dan
Hoogerwefh, 2008). Mekanisme kerjanya adalah memblokir
kerja enzim K+ /H+ ATP-ase yang akan memecah K+ /H+ ATP.
Pemecahan K+ /H+ ATP akan menghasilkan energi yang
digunakan untuk mengeluarkan asam dan kanalikuli sel pariental
kedalam lumen lambung (Tarigan, 2001). Inhibitor pompa proton
memiliki efek yang sangat besar terhadap produksi asam.
Omeprazol juga secara selektif menghambat karbonat anhidrase
mukosa lambung, yang kemungkinan turut berkontribusi
terhadap sifat suspensi asamnya (Pasricha dan Hoogerwefh,
2008).
 Obat penangkal kerusakan mukus
 Koloid Bismuth
Mekanisme kerja melalui sitoprotektif membentuk
lapisan bersama protein pada dasar tukak dan melindunginya
terhadap rangsangan pepsin dan asam. Obat ini mempunyai
efek penyembuhan hampir sama dengan H2RA serta adanya
efek bakterisidal terhadap H. pylori sehingga kemungkinan
relaps berkurang. Efek samping tinja berwarna kehitaman
sehingga timbul keraguan dengan perdarahan (Tarigan,
2001).
 Sukralfat
Pada kondisi adanya kerusakan yang disebabkan oleh
asam, hidrolisis protein mukosa yang diperantarai oleh pepsin
turut berkontribusi terhadap terjadinya erosi dan ulserasi
mukosa. Protein ini dapat dihambat oleh polisakarida
bersulfat. Selain menghambat hidrolisis protein mukosa oleh
pepsin, sukralfat juga memiliki efek sitoprotektif tambahan,
yakni stimulasi produksi lokal prostaglandin dan faktor
pertumbuhan epidermal. Karena diaktivasi oleh asam, maka
disarankan agar sukralfat digunakan pada kondisi lambung
kosong, satu jam sebelum makan, selain itu harus dihindari
penggunaan antasid dalam waktu 30 menit setelah pemberian
sukralfat. Efek samping konstipasi, mual, perasaan tidak enak
pada perut (Pasricha dan Hoogerwefh, 2008).
 Analog Prostaglandin: Misoprostol
Mekanisme kerjanya mengurangi sekresi asam lambung
menambah sekresi mukus, sekresi bikarbonat dan
meningkatkan aliran darah mukosa (Tarigan, 2001). Efek
samping yang sering dilaporkan diare dengan atau tanpa nyeri
dan kram abdomen. Misoprostol dapat menyebabkan
eksaserbasi klinis (kondisi penyakit yang bertambah parah)
pada pasien yang menderita penyakit radang usus, sehingga
pemakaiannya harus dihindari pada pasien ini. Misoprostol
dikontraindikasikan selama kehamilan, karena dapat
menyebabkan aborsi akibat terjadinya peningkatan
kontraktilitas uterus. Sekarang ini misoprostol telah disetujui
penggunaanya oleh United States Food and Drug
Administration (FDA) untuk pencegahan luka mukosa akibat
NSAID (Pasricha dan Hoogerwefh, 2008).

b. Non Farmakologi
1. Konsumsi banyak cairan
Terapi non farmakologi penyakit gastritis yang pertama
adalah dengan konsumsi cairan sebanyak mungkin, hal ini
berguna untuk mengurangi gejala penyakit gastritis, seperti
nyeri ataupun perih. Cairan yang paling baik untuk penderita
penyakit gastritis adalah air putih. karena air putih lebih bersifat
netral. Usahakan untuk mengonsumsi air putih sehari minimal
8-10 gelas.
2. Mengurangi makanan berminyak
Makanan yang berminyak atau berlemak tinggi bisa menjadi
penyebab kambuhnya penyakit maag ini. Makanan yang tinggi
akan minyak atau lemak antara lain seperti gorengan, jerohan,
junkfood dan masih banyak lagi. Jika Anda mengidap penyakit
maag alangkah lebih baiknya bila menghindari makanan tersebut.
3. Makan teratur dan tidak telat
Salah satu penyebab lain adalah karena telat makan, telat
makan akan menyembabkan maag cepat kambuh, hal ini terjadi
karena lambung mengalami gesekan dengan dinding yang lain.
Oleh sebab itu jika Anda mengalami penyakit maag ini maka
usahakan makan secara teratur minimal 2 kali sehari, usahakan
selalu sarapan pagi, karena pagi hari perut dalam keadaan kosong.
4. Konsumsi buah kaya akan serat
Selain konsumsi air putih sebanyak mungkin, Anda juga harus
mengonsumsi buah yang banyak mengandung serat. Karena
walau bagaimana pun buah yang mengandung serat akan
memperlancar proses metabolisme dan juga pencernaan di dalam
tubuh, terutama pada bagian lambung. Buah yang mengandung
banyak serat contohnya seperti pepaya, mangga, jambu biji dan
lain sebagainya.
5. Perbanyak olahraga dan hindari kebiasaan buruk
Olahraga tidak hanya untuk terapi non farmakologi penyakit
gastritis saja akan tetapi juga sangat berguna untuk pengobatan
berbagai macam penyakit lainnya. Lakukan olahraga ringan saja
seperti jogging, jalan sehat, yoga, senam dan lain
sebagainya. Selain berolahraga, anda juga harus menghindari
kebiasaan-kebiasaan buruk seperti merokok, minum alkohol,
minum kopi, begadang dan lain sebagainya.
6. Istirahat cukup
Banyak tuntutan aktivitas akan membuat otak bekerja lebih
keras, hal ini akan menimbulkan saraf otak menjadi menengang,
dari sinilah produksi asam lambung atau HCl akan meningkat
secara drastis. Oleh sebab itu akan sangat penting bila penderita
penyakit lambung untuk selalu menghindari kelelahan ataupun
stress secara berlebih. Dengan begitu seluruh organ yang berada
didalam tubuh termasuk lambung akan berkerja secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8
Vol. 2. Jakarta: EGC

Charlene J. Reevess. 2001. Keperawatan medical bedah. Jakarta: Salemba


Medika.

Guyton A.C. and Hall J.E. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th.
Philadelphia: Elsevier Inc.

Guyton dan Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC.

Hadi, Soeparman. (1999). Ilmu Penyakit Dalam, jilid kedua. Depok: Balai
Pustaka FKUI.

Katzung, B.G, and Trevor, A.J.. 2002. Drug Interactions in Master, S., B.,
Pharmacology, sixth edition, 531, Lange medical book/McGraw-Hill,
Newyork.

Pasricha, P.J., and Hoogerwerf, W.A. 2008. Pharmacotherapy of gastric


acidity, peptic ulcers, and gastroesophageal reflux disease. In: Brunton,
L.L.Lazo, J.S., parker, K.L. (Eds).

Price, Sylvia A, dkk.( 2005). Patofisiologi “Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit”, Edisi 6 Vol I. Jakarta: EGC.

Price S. A. dan Wilson L. M. 2006. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses


Penyakit. Jakarta: EGC.

Price, S.A., dan Wilson, L.M. (1991). Patofisiologi. Penerjemah: Adji


Dharma.Edisi II. Jakarta: EGC.

Tarigan, P. 2001. Buku ajar penyakit dalam jilid 1 Edisi 3 Sirosis hati. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.

You might also like