You are on page 1of 25

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi dengan berat lahir rendah merupakan masalah kesehatan yang
sering dialami pada sebahagian mcasyarakat. Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500
gram (Yulianti L, 2010).
Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya
pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan
banyak faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga
pemenuhan kebutuhan komsumsi makanan pun kurang. Namun kejadian
BBLR juga dapat terjadi pada mereka yang status perekonomiannya cukup,
hal ini berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan
pemanfaatan pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam
peningkatan mortalitas dan morbilitas neonatus, bayi dan anak serta
memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupan dimasa depan (bblr.
co. id, online diakses 04 Juni 2011).
Menurut perkiraan World Health Organisation (WHO), pada tahun
1995 hampir semua ( 98 % ) dari 5 juta kematian neonatal di Negara
berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari 2/3 kematian adalah
BBLR yaitu berat badan lahir kurang dari 2500 gram.
Angka kejadian BBLR di Indonesia sangat bervariasi antara satu
daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7
daerah Multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentan 2,1%-17,2%,
Berdasarkan analisa nasional, Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah
menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah. Berdasarkan estimasi
dari Survei Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI, 2007). Angka
kejadian BBLR di Indonesia berkisar 9-30% bervariasi antara satu daerah
dengan daerah lain. BBLR masih merupakan masalah di seluruh dunia karena
merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa bayi baru lahir,

1
Sebanyak 25% bayi baru lahir dengan BBLR meninggal dan 50% meninggal
saat bayi (Evariny, 2005).

B. Rumusan Masalah
1. apa yang dimaksud dengan BBLR?
2. Apa etiologi BBLR?
3. Bagaimana Patofisiologi BBLR?
4. Apa tanda dan gejala BBLR?
5. Diagnosa BBLR?
6. Pencegahan BBLR
7. Penanganan BBLR

C. Tujuan
a. TujuanUmum
Mahasiswa mampu menerapkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan
Asuhan Kebidanan pada Bayi dengan BBLR dan mendapatkan gambaran
epidemiologi, distribusi, frekuensi, determinan, isu dan program
penanganan BBLR.
b. Tujuan Khusus
1) Mengetahui pengertian pada BBLR
2) Mengetahui etiologi BBLR
3) Mengetahui patofisiologi BBLR
4) Mengetahui tanda dan gejala BBLR
5) Mengetahui diagnosa BBLR
6) Mengetahui Pencegahan BBLR
7) Mengetahui penanganan BBLR

D. Manfaat
Dengan adanya makalah ini, maka dapat member manfaat serta
pengetahuan yang berguna bagi mahasiswa, khususnya bagi mahasiswa
Akademi kebidanan dalam memahami tentang Berat Bayi Lahir Rendah.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Defenisi
Defenisi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bila berat badannya
kurang dari 2500 gram.(pengantar kuliah Obstetri,IBG Manuaba,2007 : 421).
Berat badan lahir rendah Adalah semua bayi baru lahir yang berat badannya
kurang atau dengan 2.500 gr disebut Low Birth Weight Infant ( Bayi Berat
Lahir RendahPra, Prawirohardjo. S.2005 : 771)
Berat badan lahir rendah Adalah bayi baru lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan.(atikah
proverawati, dkk. 2009) BBLR di bedakan dalam :
1. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir 1000- 1500 gram
2. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLASR), berat lahir < 1000 gram
Bayi dengan BBLR dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu :
a. Prematuritas Murni
Neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai
berat badan sesuai dengan berat untuk masa kehamilan, atau disebut bayi
kurang bulan sesuai masa kehamilan (BKB/SMK)
b. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa kehamilan atau bisa disebut bayi cukup
bulan kecil masa kehamilan (BCB/KMK)
(Wiknjosastro, H. 2007)

B. Etiologi
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor (dr. Arief ZR, dkk, 2009: 22-
23), yaitu:

3
1. Faktor ibu
a) Penyakit
1) Toksemia gravidarum (pre eklamsi)
Pre-eklampsia/ Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan
pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran
mati. Hal ini disebabkan karena Pre-eklampsia / Eklampsia pada
ibu akan menyebabkan perkapuran di daerah placenta, sedangkan
bayi memperoleh makanan dan oksigen dari placenta, dengan
adanya perkapuran di daerah placenta, suplai makanan dan
oksigen yang masuk ke janin berkurang (Ilyas, 1995).
2) Perdarahan antepartum
Perdarahan ante partum dapat menyebabkan ibu kehilangan Fe
dan O2 sehingga dapat menyebabkan ibu menderita anemia, yang
akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke janin.
Jika suplai berkurang, akibatnya pertumbuhan organ janin pun
akan terhambat dan menyebabkan BBLR. (Winkjosastro, 2006)
3) Trauma fisik dan psikologis
Trauma adalah benturan fisik yang berpengaruh terhadap janin
dan kandungan. Sekitar 6% kehamilan mengalami komplikasi
karena trauma.
Kondisi psikologis yang dialami ibu selama hamil, kemudian
akan kembali mempengaruhi aktivitas fisiologis dalam dirinya.
Suasana hati yang kelam dan emosi yang meledak-ledak dapat
mempengaruhi detak jantung, tekanan darah, produksi adrenalin,
aktivitas kelenjar keringat, sekresi asam lambung, dan lain-lain.
Trauma, stres, atau tekanan psikologis juga dapat memunculkan
gejala fisik seperti letih, lesu, mudah marah, gelisah, pening, mual
atau merasa malas.

4
Karena perubahan yang terjadi pada fisik mempengaruhi aspek
psikologis dan sebaliknya, maka mudah bagi ibu hamil untuk
mengalami trauma. Menurut Shinto, trauma ini ternyata dapat
dirasakan juga oleh janin. Bahkan, janin sudah menunjukkan
reaksi terhadap stimulasi yang berasal dari luar tubuh ibunya.
Sementara dalam masa perkembangan janin, ada masa-masa yang
dianggap kritis yang menyangkut pembentukan organ tubuh. Oleh
karena itu, ibu hamil harus menjaga kondisi fisik maupun
psikisnya agar bayinya dapat tumbuh sehat.
4) Diabetes mellitus
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai
gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui
pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu
mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama
kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan
respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian
besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara
kebetulan pada saat pemeriksaan rutin.
Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana
sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi
abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai
komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga
janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia,
hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan
sebagainya.
b) Usia ibu
1) Usia ibu < 20 tahun
Usia wanita saat perkawinan dapat mempengaruhi resiko
kelahiran, semakin muda usia ibu dalam perkawinan semakin
besar risiko yang di hadapi bagi keselamatan ibu maupun anak
disebabkan belum matangnya rahim wanita usia muda untuk

5
memproduksi anak. Ibu cenderung menganggap bahwa ia menjadi
jelek setelah hamil dan tidak menarik lagi, sehingga ibu merasa
takut. Ketakutan/kecemasan yang berlebihan akan berakibat
terhadap perkembangan janin yang sedang dikandung. Maka,
kesiapan dari segi fisik dan psikologis sangat perlu disiapkan.
2) Usia > 35 tahun
Usia diatas 35 tahun telah terjadi sedikit penurunan curah
jantung yang disebabkan oleh kurangnya kontraksi miokardium.
Sehingga, sirkulasi darah dan pengambilan oksigen dari darah di
paru-paru yang mengalami penurunan curah jantung ditambah lagi
dengan tekanan darah yang tinggi dan penyakit ibu yang lain yang
akan melemahkan kondisi ibu sehingga dapat mengganggu
sirkulasi darah ibu ke janin akibatnya yang dapat mengakibatkan
BBLR. (Lukman, 1996)
3) Multi gravid yang jarak kehamilannya terlalu dekat
Jarak terlalu dekat atau kurang dari duatahun membuat kondisi
ibu belum pulih betul dari masalah gizi, kehilangan darah serta
kerusakan system reproduksi akibat kelahiran yang sebelumnya,
sehingga calon bayi mungkin tidak akan mendapatkan makan
yang dibutuhkannya dan berat badan ketika lahir rendah dan
sistem tubuhnya sangat rendah. (Depkes RI, 2000)
Jarak yang dianjurkan untuk melahirkan berikutnya adalah
berkisar 2-3 tahun karena alat reproduksi sudah siap dan juga
rahim serta kondisi ibu sudah pulih dengan baik. (Depkes RI,
2000
c) Keadaan social
Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di
masyarakat berdasarkan pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat
dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok
(Kartono, 2006).

6
Status ekonomi biasanya erat hubungannya dengan pendapatan
seseorang atau keluarga. Penghasilan yang terbatas membuat
kelangsungan kehamilanya membuat berbagai masalah kebidanan.
Ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga menimbulkan stress
dan nilai gizi yang relatif rendah dapat menimbulkan berbagai
masalah kebidanan sehingga memudahkan terjadinya Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) (Manuaba, 2010).
d) Sebab lain
Kebiasaan-kebiasaan ibu yang dapat merusak kesehatan seperti
merokok, minum-minuman beralkohol, dan obat-obatan berbahaya.
2. Faktor janin
a) Hidramnion
Hidramnion atau kadang-kadang disebut juga polihidramnion
adalah keadaan di mana banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc.
Gejala hidramnion terjadi semata-mata karena faktor mekanik
sebagai akibat penekanan uterus yang besar kepada organ-organ
seputarnya. Hidramnion harus dianggap sebagai kehamilan dengan
risiko tinggi karena dapat membahayakan ibu dan anak
b) Kehamilan ganda
Pertumbuhan janin kembar lebih sering mengalami gannguan
dibandingkan janin tunggal yang tampak pada ukuran sonografi dan
berat lahir. Semakin banyak jumlah bayi semakin besar derajat
retardasi pertumbuhan (Klaus, 1998). Pengaruh kehamilan kembar
pada janin dapat menyebabkan berat badan anak yang lebih kecil
dari rata-rata dan malpresentasi. Mortalitas janin meningkat hingga 4
kali dari pada kehamilan tunggal. Hal ini disebabkan oleh
prematuritas, berat lahir rendah, malpresentasi dan anomali
kongenital. Kehamilan kembar juga berpengaru terhadap peregangan
uteerusyang berlebihan yang mengakibatkan terjadinya partus
prematurus.(Oxorn, 2003)

7
Selain itu, kebutuhan ibu untuk pertumbuhan hamil kembar lebih
besar sehingga terjadi defisiensi nutrisi anemia ibu hamil yang dapat
mengganggu pertumbuhan janin seperti BBLR. (Manuaba, 1998)
c) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom pada janin bisa diturunkan dari salah satu
orang tua yang membawa kelainan kromosom, bisa juga terjadi
secara spontan (dengan sendirinya) pada saat proses reproduksi.
Usia ibu pada saat hamil juga salah satu faktor penyebab kelainan
kromosom. resiko terjadinya kelainan kromosom pada janin adalah 4
kali lebih besar jika ibu berusia 35 tahun atau lebih
d) Cacat bawaan
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan
struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur.
Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya akan
dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil
untuk masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan
kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20% meninggal
dalam minggu pertama kehidupannya
3. Faktor lingkungan
Konsumsi obat-obatan pada saat hamil: Peningkatan penggunaan
obat-obatan (antara 11% dan 27% wanita hamil, bergantung pada lokasi
geografi) telah mengakibatkan makin tingginya insiden kelahiran
premature, BBLR, defek kongenital, ketidakmampuan belajar, dan gejala
putus obat pada janin (Bobak, 2004). Konsumsi alkohol pada saat hamil:
Penggunaan alkohol selama masa hamil dikaitkan dengan keguguran
(aborsi spontan), retardasi mental, BBLR dan sindrom alkohol janin.

C. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan
yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan
dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi

8
berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu
tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan
pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit
ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan
lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin
tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan
berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi
normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra
hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih
sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan
kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR,
vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu
menderita anemia.
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada
di bawah normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan
yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami
deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang
dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan
menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11
gr/dl selama trimester III. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan
atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak.
Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan,
abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini
menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara
bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat
meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi,
kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar.

9
D. Tanda dan Gejala BBLR
1. Karakteristik Prematuritas Murni
1) Berat badan kurang dari 2500 gram, PB : 45 cm, Lingkar Kepala kurang
dari 33 cm, Lingkar dada kurang dari 30 cm
2) Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
3) Kulit tipis dan transparan, tampak mengkilat dan licin.
4) Kepala lebih besar dari badan
5) Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga dan lengan.
6) Lemak subkutan kurang
7) Ubun- ubun dan sutura lebar
8) Ramut tipis, halus
9) Tulang rawan dan daun telinga immature
10) Puting susu belum terbentuk dengan baik.
11) Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristatik usus dapat terlihat
12) Genetalia belum sempurna, labia, minora belum tertutup oleh labia
mayora (pada wanita ), testis belum turun ( pada laki- laki )
13) Bayi masih posisi fetal
14) Pergerakan kurang dan lemah
15) Otot masih posisi fetal
16) Banyak tidur, tangis lemah, pernapasan belum teratur dan sering
mengalami serangan apnu.
17) Refleks tonic neck lemah
18) Refleks menghisap dan menelan belum sempurna.

E. Diagnosa
- Asfiksia Neonatorum
- Hiperbillirubinemia
- Hipoglikemia
- Pneumonia Aspirasi
- Infeksi

10
F. Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif
adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :
a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali
selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu
hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah
melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk
pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
b. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri
selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin
yang dikandung dengan baik
c. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur
reproduksi sehat (20-34 tahun)
d. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka
dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan
status gizi ibu selama hamil

G. Penatalaksanaan/ Penanganan BBLR


1. Pengaturan suhu badan bayi dengan berat lahir rendah
a. Mempertahankan suhu dengan ketat
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu
tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat. (Sarwono, Pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal 2006: 377)
Menurut (Buku panduan manajemen masalah bayi baru lahir
untuk Dokter, Bidan, dan Perawat, di Rumah sakit).
Cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh ada lima
cara yaitu:

11
1) Kontak kulit dengan kulit
Penggunaannya yaitu :
 Untuk semua bayi
 Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat, atau
menghangatkan bayi hipotermi (32-36,4oC).
2) Kangaroo Mother Care (KMC) atau perawatan bayi lekat (PBL)
Kangaroo mother care (KMC) adalah kontak kulit diantara
ibu dan bayi secara dini, terus menerus dan dikombinasi dengan
pemberian ASI eksklusif. Tujuannya agar bayi kecil tetap
hangat. Dapat dimulai segera setelah lahir atau setelah bayi
stabil. KMC dapat dilakukan di rumah sakit atau di rumah
setelah bayi pulang. Bayi tetap bisa dirawat dengan KMC
meskipun belum bisa menyusu, berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternative cara pemberian minum.
b. Pemancar panas
c. Inkubator.
Menurut (Pengantar ilmu Keperawatan anak 1, Hidayat A, 2009:
hal 191).
Merupakan cara memberikan perawatan pada bayi dengan
dimasukkan kedalam alat yang berfungsi membantu terciptanya
suatu lingkungan yang cukup dengan suhu yang normal. Dalam
pelaksanaan perawatan didalam inkubator terdapat dua cara yaitu
dengan cara tertutup dan terbuka.
1) Inkubator tertutup
a) Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dapat dibuka
apabila dalam keadaan tertentu seperti apnea; dan apabila
membuka inkubator usahakan suhu bayi tetap hangat dan
oksigen harus selalu disediakan.
b) Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui
hidung

12
c) Bayi harus keadaan telanjang (tidak memakai pakaian)
untuk memudahkan observasi
d) Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan
kondisi tubuh
e) Pengaturan oksigen selalu diobservasi
f) Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat
kira-kira dengan suhu 27ºC
2) Ruangan yang hangat
Suhu kamar untuk bayi dengan pakaian
BB Suhu ruangan
1500-2000 gram 28 – 30 oC
>2000 gram 26 – 28 oC
Catatan : jangan digunakan untuk bayi < 1500 gram
3) Pemberian makanan bayi
a) Pada bayi prematur refleks isap, telan, dan batuk belum
sempurna, kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim
pencernaan terutama lifase masih kurang, disamping itu
kebutuhan protein 3- 5 gram/ hari dan tinggi Kalori (
110/kg/ hari ) agar berat badan bertambah sebaik- baiknya.
b) Pemberian minuman dimulai pada waktu berumur 3 jam
agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan
hiperbilirubinemia
c) Sebelum pemberian minuman pertama harus dilakukan
pengisapan cairan lambung hal ini perlu untuk mengetahui
ada tidaknya atresia esophagus dan mencegah muntah.
Pengisapan cairan lambung juga dilakukan pada setiap
pemberian minum selanjutnya.
d) Pada umumnya bayi dengan berat lahir 2000 gram atau
lebih dapat menyusu dengan ibunya, bayi degan kurang
1500 gram diberikan minum melalui sonde lambung.
Sesudah 5 hari bayi dicoba menyusu pada ibunya, bila daya

13
isap bayi kecil ini lebih baik dengan dot dibandingkan
dengan putting susu ibu pada keadaan ASI dipompa dan
diberikan melalui botol.
e) Cara pemberian ASI melalui susu botol adalah dengan
frekuensi pemberian yang lebih sering dalam jumlah susu
yang sedikit, frekuensi pemberian minum makin berkurang
dengan bertambahnya berat bayi.
f) Jumlah cairan yang diberika pertama kali adalah 1- 5 ml/
jam dan jumlahnya dapat ditambah sedikit demi sedikit
setiap 12 jam. Penambahan susu tersebut tergantung dari
jumlah susu yang tertinggal pada pemberian minum
sebelumnya, untuk mencegah regurgitasi/ muntah atau
distensi abdomen.

14
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. FITRI Z DENGAN BBLR


(BERAT BAYI LAHIR RENDAH )DI RUANG NICU RSUD
dr. ZUBIR MAHMUD KABUPATEN ACEH TIMUR
TAHUN 2018

NO. REGISTER : 03-80-68


Masuk RS / TGL. JAM : 12 MARET 2018 / 23: 30 WIB
DI RAWAT DIRUANG : NICU

BIODATA IBU
Nama : Ny. F Nama suami : Tn. J
Umur : 28 Tahun Umur : 30 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangasa : Aceh Suku/bangsa : Aceh
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Julok Alamat : Julok

DATA SUBJEKTIF
1. Riwayat antenatal
G2 P2 A0 Ah umur kehamilan 40 minggu
Riwayat ANC :
Imunisasi : Ada
TT1 tanggal : 28-9-2010 TT2 tanggal : 28-10-2018
TT3 tanggal : 25-4-2018 TT4 tanggal : 20-4-2018
TT5 tanggal : 25- 4-2013
Kenaikan BB : 6 KG
Keluhan saat hamil : sesak
Penyakit selama hamil : - jantung : tidak
- Diabetes mellitus : tidak

15
- Gagal ginjal : tidak
- Hepatitis B : tidak
- DLL : tidak
Kebiasaan makan : 3x sehari
Obat / jamu : tidak
Merokok : tidak
Komplikasi ibu : - Heperemesis : tidak
- Abortus : tidak
- Perdarahan : tidak
- Pre eklamsia : tidak
- Eklamsia : tidak

2. Riwayat Internal
Lahir tanggal : 11- Maret- 2018 jam : 19.15 wib
Jenis persalinan : Spontan/ tindakan : Normal/ spontan
Atas indikasi : letak bokong
Penolong : Bidan di pukesmas Julok
Lama persalinan : kala I Jam menit
Kala II jam menit
Komplikasi
a. Ibu : lama dijalan lahir
b. Janin : letak bokong dan lilitan tali pusat
3. Keadaan bayi baru lahir
BB/PB Lahir : 2100 gram / 49 cm
Nilai Apgar : 1 menit/ 5 menit/ 10 menit : 4/ 6/ 7.
No KRITERIA 1 menit 5 menit 10 menit
1 Denyut jantung 1 2 2
2 Usaha nafas 0 1 1
3 Tonus otot 1 1 1

16
4 Reflet 1 1 1
5 Warna kulit 1 1 2
TOTAL 4 6 7

Caput succedaneum : ada


Cepal heamatoma : tidak ada
Cacat bawaan : tidak ada
Resusitasi : rangsangan : ada
pengisapan lender : ada
ambu bag : ada
masaseg jantung : tidak
intubasi Endotrkheal : ada
O2 : ya. 0, 5 l/m

DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Pernafasan : Normal
b. Warna kulit : kuning
c. Denyut jantung : normal
d. Suhu aksiler : 36,5 0c
e. Postur dan gerakan : aktif
f. Tonus otot / tungkai : tonus otot bayi lemah
g. Kesadaran : compass metis
h. Ekstramitas : normal
i. Kulit : kemerahan
j. Tali pusat : 4 cm
k. BB sekarang : 2000 gram
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : bersih
b. Muka : lonjong

17
c. Mata : tidak ikterus
d. Telinga : simetris, tampak bersih
e. Hidung : lubang hidung simetris
f. Mulut : reflet menghisab masih rendah
g. Leher : tidak ada penmbengkapan kelenjar
h. Klavikula : ada
i. Lengan tangan : normal
j. Dada : normal
k. Abdomen : simetris
l. Genetalia : laki-laki
m. Tungkai dan kaki : tidak ada oedema
n. Anus : normal
o. Punggung : tidak ada benjolan pada tulag belakang
3. Reflet
 Moro : tidak karena keadaan bayi masih lemah
 Rooting : tidak ada ketika kita sentuh pipinya dia tidak
mengikuti sentuhan tersebut
 Graphs : ada tapi genggamannya tidak kuat
 Sucking : ada tapi hisapannya lemah
 Tonick nack : saat di usap dikepala dia tidak mengikuti usapan
4. Anto prometri
PB : 48 CM
LK : 28 CM
LD : 25 CM
LLA : 9 CM
5. Eliminasi
Miksi : 6 x sehari
Mekonium : 3 x sehari

18
ASASMENT
Diognosa : Bayi Ny. F dengan BBLR ( Berat Bayi Lahir Rendah )
Masalah : Bayi Ny. F terjadinya hipotermi
Kebutuhan : masukkan bayi kedalam incubator
Dasar : Tanda-Tanda Vital
Nadi : 150/m
Pernafasan : 42/m
Suhu : 36, 50c

PLANNING
1. Merawat tali pusat bayi agar tidak terjadi infeksi pada tali pusat bayi.
2. Menggantikan pakain bayi dan popok bayi dengan kain yang kering ijka
sudah terasa basah.
3. Menganjurkan pada ibu untuk mencuci tangan sesudah dan sebelum
memegang bayi.
4. Menganjurkan pada ibu untuk tetap member Asi Esklusif dari usia 0-6 bulan
penuh tanpa makanan pendamping apapun.
5. Menganjurkan pada ibu untuk mika miki ( miring kanan, miring kiri ) agar
tidak terjadi peregangan tulang belakang.
6. Member therapy sesuai intruksi dokter.
 Dek 10% 8 tt/m
 Inj cefataxre 1cc/ 12 j
 Oksigen 0,5 l/m
 Diet Asi/ pasi 10-15 cc/ 3 j
 Pantau TTV
7. Menganjurkan pada ibu untuk menimbang BB bayi setiap hari.

19
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal : 13 – Maret – 2018 Jam : 14 : 00 Wib

DATA SUBJEKTIF
S : Ny. F dengan BBLR ( Berat Bayi Lahir Rendah )
o : Tanda-Tanda Vital
- Nadi : 146/m
- Pernafasan : 46/m
- Suhu : 36,4 oc
A : Diagnosa : Bayi Ny. F dengan BBLR ( Berat Bayi Lahir Rendah ) BB :
2100 Gram.
P.
Tanggal : 13 – Maret – 2018 Jam : 14 : 30 wib
1. Menganjurkan pada ibu untuk tetap memberikan Asi Eklusif dari usia 0-6
bulan penuh tanpa makanan pendamping apapun.
2. Menganjurkan pada ibu untuk merawat tali pusat bayi seperti jangan menaruh
betadin pada tali pusat bayi.
3. Menimbang berat badan bayi setiap hari, untuk mengetahui apakah BB sudah
bertambah.
4. Memberi therapy sesuai instruksi dokter.
- Dex 10 % 8 tt / m
- Inj cefotaxre 1 cc / 12 j
- O2 0,5 L/m
- Diet Asi / pasi 10-15 cc / 3 j
- Pantau TTV
5. Menganjurkan pada ibu untuk mika miki ( miring kanan, miring kiri ) untuk
tidak terjadi peregangan ulang belakang.
6. Mengobservasi tanda-tanda infeksi, dan tidak ada tanda infeksi.

20
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal : 14 – Maret – 2018 Jam : 14 : 00 WIB

DATA SUBJEKTIF
S : By. F dengan BBLR( Berat Badan Lahir Rendah ) BB : 2100 Gram
O : Tanda – Tanda Vital
- Nadi : 146 / m
- Pernafasan : 45 / m
- Suhu : 36, 2 oc
A : Diagnosa : By. F dengan BBLR ( Berat Bayi Lahir Rendah ) BB : 2100 Gram
P.
1. Menganjurkan pada ibu untuk makan-makanan yang bergizi dan bernutrisi,
seperti buah-buahan untuk memper banyak Asi.
2. Menganjurkan pada ibu untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah
memegang bayi.
3. Menganjurkan pada ibu untuk stintuskin agar bayi mendapatkan perhatian
dan kasih saying yang penuh.
4. Menganjurkan pada ibu untuk menjaga perawatan tali pusat, seperti jangan
menaruh betadin pada tali pusat bayi.
5. Memberi therapy sesuai instruksi dokter.
- Dex 10 % 8 tt/m
- Inj cefataxre 1 cc / 12 j
- Diet Asi/ Pasi 10-15 cc / 3 j
- Oksigen 0,5 L/m
- Pantou TTV

21
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal : 15 – Maret – 2018 Jam : 08 : 00 WIB
DATA SUBJEKTIF
.
Tanggal : 15 – Maret – 2018 Jam : 08 : 30 WIB
1. Menganjurkan pada ibu untuk mika miki ( miring kanan, miring kiri ) agar
tidak terjadi peregangan pada tulang belakang.
2. Menganjurkan pada ibu untuk stintuskin agar bayi mendapatkan perhatian
dan kasih saying penuh.
3. Menganjurkan pada ibu untuk tetap member Asi setiap 3 jam sekali.
4. Menganjurkan pada ibu untuk cuci tangan sesudah dan sebelum memegang
bayi.
5. Menganjurkan ibu untuk member Asi Eklusif dari usia 0-6 bulan penuh tanpa
makanan pendamping apapun.
6. Bayi Ny. F dibolehkan untuk pulang, dan apabila ada masalah dengan bayi
segera bawa ketempat bidan atou dokter.

22
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bayi dengan berat badan lahir rendah adalah berat badan kurang dari
2.500 gr yaitu karena umur hamil kurang dari 37 minggu (259 hari) atau bayi
yang beratnya kurang dari seharusnya umur kehamilan. Macam – macam
BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. Prematuritas Murni
2. Dismaturitas
Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan dengan berat badan
lahir rendah adalah :
1. Gizi saat hamil yang kurang.
2. Umur < 20 tahun dan > 35 tahun.
3. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
4. Hamil ganda.
5. Hidramnion.
6. Cacat bawaan
Gambaran Klinis pada BBLR diantaranya yaitu berat badan, panjang
badan, lingkaran dada, lingkaran kepala, dan usia kehamilan yang kurang dan
biasanya reflek pada BBLR belum sempurna atau masih lemah. Kemudian
penyakit atau penyulit pada BBLR diantaranya yaitu asfiksia Hiperbillirubin,
mudah terjadi infeksi, pneumonia aspirasi, perdarahan, suhu tubuh yang
tidaka stabil dan masih banyak lagi penyakit yang dapat menyerang.
Penatalaksanaan pada BBLR yaitu pengaturan suhu lingkungan,
pengaturan makanan ataupun asupan bayi BBLR, serta menghindari infeksi
dan melakukan resusitasi.

23
B. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan bagi tenaga kesehatan agar dapat menambah wawasan dalam
upaya preventif (pencegahan) pada kasus bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR).
2. Bagi Pembaca
Diharapkan pada para pembaca agar menjadikan sebagai salah satu cara
untuk dapat memberikan asuhan yang benar pada bayi dengan berat badan
lahir rendah.
3. Bagi Institusi
Diharapkan Institusi agar dapat dijadikan sebagai bahan tambahan
literatur.
4. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan kepada pihak Rumah Sakit agar dapat membantu penerapan
atau penatalaksanaan bayi dengan BBLR dan menurunkan Angka
Kematian Perinatal.

24
DAFTAR PUSTAKA

Prawiroharjo S, 2005, ilmu kebidanan, Jakarta : YBP-SP

Manuaba, 2007, pengantar kuliah obstetric, Jakarta : EGC

Mitayani, 2010, mengenal bayi baru lahir dan penatalaksanaanya, padang :


praninta offset.

Prifil kesehatan Tahun 2011 Edisi 2012

Yulianti L, 2010 bblr. co. id, online diakses 04 Juni 2011 depkes. go. Id, online
diakses 04 Juni 2011

Evariny, 2005 Bayi Berat Lahir RendahPra, Prawirohardjo. S.2007 : 771

Winkjosastro, 2006 moh.A.Aziz Alimul Hidayat,2009

Saifuddin AB, 2006 , Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2006: 377

25

You might also like