You are on page 1of 14

LAPORAN KASUS

Hepatitis B Akut

OLEH

Via Yulia Ardini 009700153

Pembimbing : dr. Ratri Paringsih, Sp.PD

LAB/SMF ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA


SURABAYA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SIDOARJO

SURABAYA

2014

1
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama Penderita : Tn. A
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : katolik
Suku :-
Pekerjaan : Karyawan
Pendidikan :-
Status : Menikah
Alamat : Sidokare Asri Blok A3/2 sidoarjo
Tanggal Pemeriksaan : 30 november 2014
Tanggal KRS :-
No.Rekam Medik : 1694768
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan terhadap pasien dan keluarga pasien
A. Keluhan Utama :
Pasien mengeluh nyeri perut sebelah kanan atas
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh nyeri perut sebelah kanan atas. Nyeri perut dirasakan sejak
15 hari sebelum pasien datang ke rumah sakit. Selain nyeri perut pasien juga
mengeluh merasa mual, tidak nafsu makan, kepala pusing, badan terasa lemas
dan meriang.
10 hari yang lalu pasien mengeluhkan mata menjadi kuning dan saat buang
air kecil warna urin pasien coklat seperti teh. Pasien belum buang air besar
selama 5 hari.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah pasien pernah mengalami sakit yang sama dan sempat dirawat di rumah
sakit.
E. Riwayat Pengobatan
F. Riwayat Sosial Ekonomi

2
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Umum
Dilakukan pada tanggal 1 Desember 2014 di ruangan tulip lantai 3
a. Keadaan Umum : lemah
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda Vital : TD : 120/80 mmHg
N : 88x/mnt
RR : 20 x/mnt
Suhu : 37 °C
d. Kulit : icterus, kulit terasa dingin dan berkeringat. Turgor
kulit normal, elastisitas baik, tidak ada ruam, tidak ada
ptekie, tidak ada nodul, tidak ada tanda infeksi.
e. Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe di leher,
aksila, dan inguinal
f. Otot : Tidak terdapat atrofi otot
g. Tulang : Tidak ada deformitas

2. Pemeriksaan Keadaan Umum


a. Kepala
Bentuk : Bulat, simetris
Rambut : Warna hitam
Mata : Konjungtiva ananemis, sklera ikterik, lensa jernih,
pupil isokor, reflek cahaya (+/+), tidak ada edema
pada daerah palpebra pada kedua mata
Hidung : Pernafasan Cuping Hidung (PCH) -/-
Tidak ada sekret, tidak ada bau, tidak ada perdarahan
Telinga : Tidak ada sekret, tidak ada bau, tidak ada perdarahan
Mulut : Sianosis (-), gusi berdarah (-), luka pada sudut bibir (-)
b. Leher
Inspeksi : Simetris, tidak tampak pembesaran KGB leher
Palpasi : Tidak teraba pembesaran KGB leher

3
c. Jantung dan Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi :
 Iktus : tak tampak
 Pulsasi jantung : tak tampak
Palpasi :
 Ictus : teraba ICS V 2 cm lateral garis MCL sinistra
 Pulsasi jantung : tak teraba
 Suara yang teraba : tidak ada
 Getaran (thrill) : tidak ada
Perkusi :
 Tidak dilakukan
Auskultasi :
 Suara 1 : tunggal
 Suara 2 : tunggal
 Murmur (-) sulit dievaluasi
 Gallop (-) sulit dievaluasi
d. Paru
Inspeksi : Nafas terdengar seperti mucus berbuih
Retraksi inspirasi pada ICS (+)
Palpasi : Sulit dilakukan
Perkusi : Pekak
Auskultasi : RH - - hampir seluruh lapangan paru
- -
- -

WH - -
- -
- -

e. Abdomen
Inspeksi : Perut besar, distensi(+)
Palpasi : nyeri tekan perut sebelaj kanan atas dan hepar teraba
membesar 9x4x3
Perkusi : timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal

4
f. Ektremitas
Superior : akral dingin - | -, edema -/-
Inferior : akral dingin - | -,
pitting edema -/- tidak nyeri +

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Hasil Laboratorium
Hasil laboratorium pada tanggal 30 november 2014

Jenis Pemeriksaan Hasil Normal


DARAH LENGKAP
WBC (Leukosit) 5,53 4.8-10.8 10ˆ3/uL
RBC (Eritroit) 4.75 4.2-6.1 10ˆ6/uL
HGB (Hemoglobin) 13.6 12-18 G/dl
HCT (Hematokrit) 38.0 37-52 %
PLT (Trombosit) 261 150-450 10ˆ3/uL
MCV 80.0 75-99 Fl
MCH 28,6 27-31
MCHC 35,8 33-37 G/dl
RDW-SD 46,5 35-47
RDW-CV 18,0 11,5-14,5 %
EO% 4,0 0-1 %
BASO % 0,4 0-1 %
Neut % 61,3 50-70%
LYMPH% 25,1 25-40%
MONO % 9,2 2-8 %
NEUT# 3,39 2-7.7 10ˆ3/Ul
LYMPH# 1,39 0.8-4 10ˆ3/uL

5
Kimia Klinik pada tanggal 30 november 2014
Kimia Klinik
Gula Darah Sewaktu 88 <140 Mg/dl
BUN 8,1 6-23 Mg/dl
Kreatinin 1,1 0.7-1.2 Mg/dl
Bilirubin Direk 10,66 < 0,3 Mg/dl
Bilirubin Total 13,10 <1,2 Mg/dl
SGOT (AST) 1252 <40 U/L
SGPT (ALT) 1377 <41 U/L

Kimia Klinik pada tanggal 1 Desember 2014


Kimia Klinik
Albumin 3,3 3,97-4,94 g/dL
Globulin 2,3 2 - 3,6 g/dL
Elektrolit
Natrium 142 137-145 mmgl/L
Callium 3,8 3,6 – 5 mmgl/L
Chlorida 108 98 – 107 mmgl/L
Hepatitis Marker
Anti HAV Negatif 0,02 i<0,4 met i > 0,3 dde
Anti HCV Negatif 0,17 <1,0 NEG
HbsAg Positif 20,86 Positif i>0,13

b. Hasil USG Abdomen


Hasil USG tanggal 2 Desember 2014
Hepar : Membesar
Intensitaas echoparenchm homogeny menurun
V. Porta tak melebar dan V. Hepatika tak melebar , dinding
tampak jelas ,
Tak tampak pelebaran IHBD/EHBD.
Tak tampak nodul solit atau kistik
Gall blader : Besar normal, dinding menebal dengan double wall sign.
Tak tampak batu atau nodul solid

6
Pancreas : Besar normal, tak tampak nodul solid / kista
Lien : Besar normal, tak tampak nodul solid / kista
Ren Dextra : Besar normal
Intensitas echocortek tak meningkat
systempelviocalyceal tak tampak ectasis
Tak tampak batu/nodul solid/kista
Ren Sinistra : Besar normal
Intensitas echocortek tak meningkat
systempelviocalyceal tak tampak ectasis
Tak tampak batu/nodul solid/kista
Buli-buli : out line rate, dinding tak menebal, tak tampak batu atau
nodul solid
Tampak cairan bebas dalam cavum abdomen
Tak tampak pembesaran kelenjar para aorta

Kesimpulan: Icterus non obstruksi dengan hepatomegali disertai


cholecystitis dan ascites

V. PROBLEM LIST
 Nyeri perut kanan atas
 Badan Terasa Lemas
 Mual
 Nafsu makan menurun
 Warnaurine coklat seperti teh
Pemeriksaan fisik :
 KU : lemah,
 Kulit : icterus
 Abdomen
Inspeksi : Perut besar, distensi(+)
Palpasi : nyeri tekan perut sebelaj kanan atas dan hepar teraba
membesar 9x4x3
Perkusi : timpani

7
 Laboratorium : Hipoalbumin (3,3 g/dL), MONO % (9,2 %), SGOT (1252 U/L),
SGPT (1377 U/L), HbsAg (Positif 20,86).
 USG Abdomen : Icterus non obstruksi dengan hepatomegali disertai cholecystitis
dan ascites

VI. DIAGNOSIS KERJA


Hepatitis B akut

VII. PLANNING
 Planning Terapi
 Inf RL : D5 1:2 7 tetes/menit
 Inj Ceftriaxone 2x1 gr
 Inj Ondancetron 2x8 mg
 PO:Hepanus granul 3x1
 PO: HP pro 3x1
 OMZ 1x1
 gr....

 Planning monitoring
 Evaluasi vital sign ( Tekanan darah, RR, nadi, dan suhu) dan keadaan
pasien.
 Evaluasi produksi urine selama 24 jam.

 Planning edukasi
 Menjelaskan pada pasien dan keluarga mengenai penyakitnya.
 Menjelaskan komplikasi dari penyakit ini.

VIII. PROGNOSIS
Dubia ad malam

8
BAB II
PEMBAHASAN

Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis
B” (HBV), suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan
hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi
hati atau kanker hati.
Apabila seseorang terinfeksi virus hepatitis B akut maka tubuh akan
memberikan tanggapan kekebalan (immune response). Ada 3 kemungkinan tanggapan
kekebalan yang diberikan oleh tubuh terhadap virus hepatitis B pasca periode akut.
Kemungkinan pertama, jika tanggapan kekebalan tubuh adekuat maka akan terjadi
pembersihan virus, pasien sembuh. Kedua, jika tanggapan kekebalan tubuh lemah
maka pasien tersebut akan menjadi carrier inaktif. Ke tiga, jika tanggapan tubuh
bersifat intermediate (antara dua hal di atas) maka penyakit terus berkembang
menjadi hepatitis B kronis.
Pada kemungkinan pertama, tubuh mampu memberikan tanggapan adekuat
terhadap virus hepatitis B (HBV), akan terjadi 4 stadium siklus HBV, yaitu fase
replikasi (stadium 1 dan 2) dan fase integratif (stadium 3 dan 4). Pada fase replikasi,
kadar HBsAg (hepatitis B surface antigen), HBV DNA, HBeAg (hepatitis B antigen),
AST (aspartate aminotransferase) dan ALT (alanine aminotransferase) serum akan
meningkat, sedangkan kadar anti-HBs dan anti HBe masih negatif. Pada fase
integratif (khususnya stadium 4) keadaan sebaliknya terjadi, HBsAg, HBV DNA,
HBeAg dan ALT/AST menjadi negatif/normal, sedangkan antibodi terhadap antigen
yaitu : anti HBs dan anti HBe menjadi positif (serokonversi). Keadaan demikian
banyak ditemukan pada penderita hepatitis B yang terinfeksi pada usia dewasa di
mana sekitar 95-97% infeksi hepatitis B akut akan sembuh karena imunitas tubuh
dapat memberikan tanggapan adekuat
Sebaliknya 3-5% penderita dewasa dan 95% neonatus dengan sistem imunitas
imatur serta 30% anak usia kurang dari 6 tahun masuk ke kemungkinan ke dua dan ke
tiga; akan gagal memberikan tanggapan imun yang adekuat sehingga terjadi infeksi
hepatitis B persisten, dapat bersifat carrier inaktif atau menjadi hepatitis B kronis

9
Menurut JB Suharjo(2006) tanggapan imun yang tidak atau kurang adekuat
mengakibatkan terjadinya proses inflamasi jejas (injury), fibrotik akibat peningkatan
turnover sel dan stres oksidatf. Efek virus secara langsung, seperti mutagenesis dan
insersi suatu protein x dari virus hepatitis B menyebabkan hilangnya kendali
pertumbuhan sel hati dan memicu transformasi malignitas, sehingga berakhir sebagai
karsinoma hepa-toseluler (Suharjo J.B., 2006).
Penularan virus hepatitis B menular melalui kontak dengan penderita secara
parenteral yang berasal dari produk-produk darah secara intravena, kontak seksual,
dan perinatal secara vertikel (dari ibu ke janin). Ada beberapa hal yang dapat
menyebabkan virus hepatitis B ini menular yaitu secara vertikal dan horisontal. Secara
vertikal, cara penularan vertikal terjadi dari Ibu yang mengidap virus hepatitis B
kepada bayi yang dilahirkan yaitu pada saat persalinan atau segera setelah persalinan
manakala secara horisontal, dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik yang
tercemar, tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan
sikat gigi secara bersama-sama serta hubungan seksual dengan penderita.
1. Anamnesa
Tidak semua yang terinfeksi HBV mengalami gejala hepatitis. Antara 30 dan
40 persen orang terinfeksi virus ini tidak mengalami gejala apa pun. Gejala, bila
ada, biasanya timbul dalam empat sampai enam minggu setelah terinfeksi, dan
dapat berlangsung dari beberapa minggu sampai beberapa bulan. Gejala hepatitis
B akut serupa dengan gejala infeksi HAV yaitu Kulit dan sclera menjadi kuning
(ikterus), Kelelahan, Sakit perut kanan-atas, Hilang nafsu makan, Berat badan
menurun, Demam, Mual, Mencret atau diare, Muntah dan Air seni seperti teh
Beberapa orang yang mengalami gejala hepatitis B akut merasa begitu sakit
dan lelah sehingga mereka tidak dapat melakukan apa-apa selama beberapa minggu
atau bulan. Seperti dengan HAV, kurang dari 1 persen orang terinfeksi HBV dapat
mengalami infeksi cepat dan berat (‘fulminant’); walaupun hal ini sangat jarang
tetapi dapat menyebabkan kegagalan hati dan kematian. Bila sistem kekebalan
tubuh tidak mampu mengendalikan infeksi HBV dalam enam bulan, gejala
hepatitis B kronis dapat muncul.
Tidak semua orang dengan hepatitis B kronis mengalami gejala. Beberapa
orang kadang kala mengalami gejala yang hilang setelah beberapa waktu,
sementara yang lain mengalami gejala terus-menerus. Gejala hepatitis B kronis
dapat serupa dengan yang dialami dengan hepatitis B akut. Gejala ini cenderung

10
ringan sampai sedang dan biasanya bersifat sementara. Gejala tambahan dapat
terjadi, terutama pada orang yang sudah lama mengalami hepatitis B kronis. Gejala
ini termasuk ruam, urtikaria (kaligata – rasa gatal yang berbintik-bintik merah dan
bengkak), arthritis (peradangan sendi), dan polineuropati (semutan atau rasa
terbakar pada lengan dan kaki). Gejela hepatitis, baik akut maupun kronis, harus
dilaporkan pada dokter.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemui hepatomegali dan splenomegali.
Hepatitis B akut terdiri dari fase ikterik dan fase resolusi. Fase ikterik ditandai
dengan sklera menjadi kuning, dengan waktu rata-rata 90 hari sejak terinfeksi
sampai menjadi kuning. Pada pasien dengan bilirubin lebih dari 10 mg/dL, keluhan
lemas dan kuning biasanya berat dan keluhan dapat bertahan sampai beberapa
bulan sebelum resolusi sempurna. McMahon dkk, melaporkan hanya sekitar 30-
50% orang dewasa mengalami fase ikterik pada hepatitis B akut, sedangkan pada
bayi dan anak-anak lebih jarang terjadi ikterik pada hepatitis B akut. Resolusi dari
hepatitis B akut berhubugan dengan eliminasi virus dari darah dan munculnya anti-
HB surface (anti-HBs).

3. Pemeriksaan laboratorium
Hepatitis B didiagnosis dengan tes darah yang mencari antigen (pecahan
virus hepatitis B) tertentu dan antibodi (yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh
sebagai reaksi terhadap HBV). Tes darah awal untuk diagnosis infeksi HBV
mencari satu antigen – HbsAg (antigen permukaan, atau surface, hepatitis B) dan
dua antibodi – anti-HBs (antibodi terhadap antigen permukaan HBV) dan anti-HBc
(antibodi terhadap antigen bagian inti, atau core, HBV). Sebetulnya ada dua tipe
antibodi anti-HBc yang dibuat: antibodi IgM dan antibodi IgG. Tes darah yang
dipakai untuk diagnosis infeksi HBV dapat membingungkan, karena ada berbagai
kombinasi antigen dan antibodi yang berbeda, dan masing-masing kombinasi
mempunyai artinya sendiri. Berikut adalah arti dari kombinasi yang mungkin
terjadi:

11
HBsAg Anti-HBc Anti-HBc Anti-HBs Status hepatitis B
IgM IgG

Negatif Negatif Negatif Negatif Tidak pernah terinfeksi (pertimbangkan


divaksinasikan)

Positif Positif Positif Negatif Terinfeksi, kemungkinan dalam enam


bulan terahkir, masih aktif

Negatif Positif Positif Negatif Terinfeksi, kemungkinan dalam enam


bulan terahkir, dan dalam proses
pemulihan
Negatif Negatif Positif Positif Terinfeksi, kemungkinan terjadi lebih dari
enam bulan yang lalu, dan dikendalikan
secara sukses oleh sistem kekebalan
tubuh
Negatif Negatif Negatif Positif Pernah divaksinasi terhadap infeksi HBV
secara sukses

Positif Negatif Positif Negatif Infeksi HBV kronis

HBeAg dan Anti-HBe: HBeAg adalah antigen hepatitis B, dan anti-Hbe adalah
antibodi yang terbentuk untuk melawan antigen tersebut. Bila HBeAg dapat terdeteksi
dalam contoh darah, ini berarti bahwa virus masih aktif dalam hati (dan dapat
ditularkan pada orang lain). Bila HBeAg adalah negatif dan anti- HBe positif, berarti
virus tidak aktif. Namun hal ini tidak selalu benar. Beberapa orang dengan hepatitis B
kronis terinfeksi dengan apa yang disebut sebagai “precore mutant” (semacam
mutasi) HBV. Hal ini dapat menyebabkan HBeAg tetap negatif dan anti-HBe menjadi
positif, walaupun virus tetap aktif dalam hati.
Tes Enzim Hati: Tingkat enzim hati – yang disebut SGPT dan SGOT (atau
ALT dan AST di daerah lain) – diukur dengan tes enzim hati, yang sering disebut
sebagai tes fungsi hati. Tingkat enzim hati yang tinggi menunjukkan bahwa hati tidak
berfungsi semestinya, dan mungkin ada risiko kerusakan permanen pada hati. Selama
infeksi hepatitis B akut, tingkat enzim hati dapat tinggi untuk sementara, tetapi hal ini
jarang menimbulkan masalah jangka panjang pada hati. Pada hepatitis B kronis,
enzim ini, terutama SGPT, dapat menjadi lebih tinggi, secara berkala atau terus-
menerus, dan hal ini menunjukkan risiko kerusakan hati jangka panjang. Alfa-
fetoprotein (AFP): Ada tes yang mengukur tingkat AFP, yaitu sebuah protein yang
dibuat oleh sel hati yang kanker. Karena orang dengan hepatitis B kronis berisiko
lebih tinggi terhadap kanker hati, tes ini sering diminta oleh dokter setiap 6 sampai 12
bulan. Memakai tingkat AFP untuk mengetahui keberadaan tumor dapat disalah
tafsirkan, jadi tes ini mungkin paling berguna untuk orang dengan sirosis, karena

12
mereka hepatitis virus dan HIV 15 mempunyai kemungkinan lebih tinggi
mendapatkan kanker hati. Ultrasound: Banyak spesialis hati juga mengusulkan
pemeriksaan ultrasound atau “gema” untuk mengetahui timbulnya kanker hati pada
orang dengan hepatitis B kronis, karena tes ini lebih peka dalam mendeteksi tumor
dibandingkan AFP. Tes ini memang lebih mahal. Ultrasound menggunakan alat, yang
disebut sebagai transducer, yang digeser-geserkan pada perut atas untuk mengetahui
bentuk, ukuran dan struktur hati. Pemeriksaan dengan ultrasound tidak menimbulkan
rasa sakit dan hanya membutuhkan 10-15 menit. Beberapa ahli mengusulkan
melakukan tes ultrasound setiap 6-12 bulan, walaupun, seperti dengan pemeriksaan
AFP, tes ini paling berguna untuk orang dengan sirosis. Biopsi Hati: Sayangnya, tes
darah tidak dapat memberikan semua informasi tentang keadaan hati seseorang.
Mengukur viral load HBV, tingkat enzim hati, dan AFP dalam darah tidak dapat
menentukan apakah ada kerusakan, dan bila ada, tingkat kerusakan. Untuk ini,
dibutuhkan biopsi hati. Biopsi hati hanya diusulkan untuk pasien dengan viral load
HBV yang tinggi (di atas 100.000 kopi) dan tingkat enzim hati yang tinggi. Biopsi
hati biasanya dilakukan di klinik rawat jalan di rumah sakit. Ultrasound kadang kala
dipakai untuk menentukan daerah terbaik untuk biopsi. Kita harus telentang, sedikit
ke kiri. Daerah kulit yang dipilih dibersihkan.. Kemudian, daerah tersebut disuntik
untuk mematikan rasa pada kulit dan jaringan di bawahnya. Sebuah jarum khusus
yang tipis ditusuk melalui kulit. Pada saat ini, dokter akan minta kita mengambil
napas masuk, keluar dan tahan untuk kurang lebih lima detik. Jarum dimasukkan pada
hati dan dikeluarkan lagi. Tindakan ini hanya membutuhkan satu-dua detik. Sepotong
jaringan hati yang kecil dicabut dengan jarumnya, dan diperiksa dalam laboratorium.
Proses ini dari awal hanya membutuhkan 15-20 menit. Tetapi setelah itu,kita harus
terbaring secara tenang selama beberapa jam untuk menghindari kemungkinan akan
perdarahan di dalam. Mungkin akan dirasakan sedikit nyeri pada dada atau bahu,
tetapi ini bersifat sementara. Orang bereaksi secara berbeda-beda pada biopsi –
beberapa orang merasa sakit, sementara kebanyakan merasa heran karena mereka
hampir tidak mengalami rasa sakit. Sebagian besar orang menggambarkan proses
sebagai membosankan, karena harus terbaring begitu lama setelah dilakukan tindakan.
Hasil biopsi biasanya didapat dalam satu minggu, kemudian hasilnya baru akan
dijelaskan oleh dokter.
-tanda radiologis dan temuan fisik menunjukkan edema paru kardiogenik.

13
4. Penatalaksanaan Medis
Istirahat baring pada masa masih banyak keluhan, mobilisasi berangsur
dimulai jika keluhan atau gejala berkurang, bilirubin dan transaminase serum
menurun. Pada umumnya tidak ada terapi khusus untuk hepatitis virus akut tanpa
komplikasi. Pada pasien yang sangat muda atau sangat tua membutuhkan
perawatan di rumah sakit untuk perbaikan nutrisi atau dehidrasi.

Obat – obatan prokinetik ( metoklopramid, domperidon,) dapat diberikan


apabila ada mual dan muntah. pada pasien dengan kolestasis yang berat diperlukan
suplementasi vitamin K

Untuk imunoprofilaksis hepatitia B prapaparan menggunakan vaksin


hepatitis B (imunisasi aktif) . Pascapaparan menggunakan imunisasi pasif dengan
hepatitis B hyperimmune Globulin (HBIG)

14

You might also like