You are on page 1of 48

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Definisi Kehamilan

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Bila dihitung dari fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal

akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan

menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester,

dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester

kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga minggu ke-27), dan trimester

ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40). (Saifuddin, 2010 : 213)

B. Ketidaknyamanan Kehamilan Trimester 3 serta Cara Penanganannya

Tabel 2.1

Ketidaknyamanan kehamilan trimester 3


Ketidaknyamanan
No Penanganan
Trimester III
1. Nyeri ulu hati
Penyebab ulu hati adalah a. Makan dalam porsi kecil, tetapi
sebagaiRelaksasi sfingter sering, untuk menghindari
jantung pada lambung lambung terlalu penuh.
akibat pengaruh yang di b. Regangkan lengan melampaui
timbulkan peningkatan kepala untuk memberi ruang bagi
hormon progesteron. perut untuk berfungsi.
c. Hindari makanan berlemak
(lemak mengurangi motilitas
usus dan sekresi asam lambung
yang dibutuhkan untuk
percernaan).
2. Konstipasi
Konstipasi diduga terjadi a. Asupan cairan yang adekuat,
akibat penurunan yakni minum air mineral 8 gelas
peristaltik yang (ukuran gelas air minum).
disebabkan oleh relaksasi b. Istirahat yang cukup.

10
11

otot polos pada usus c. Minum air hangat (misalnya: air


besar ketika terjadi putih, teh) saat bangun dari
peningkatan hormon tempat tidur untuk
progesteron. menstimulasiperistaltik.
d. Makan makanan berserat, dan
mengandung serat alami
3. Haemoroid.
Hormon progesteron juga a. Hindari konstipasi.
menyebabkan relaksasi b. Hindari mengejan saat defekasi.
dinding vena dan usu c. Mandi berendam. Air hangat
besar. Selain itu, meningkatkan sirkulasi darah
pembesaran uterus d. Kompres es (untuk mengurangi
mengakibatkan haemoroid).
peningkatan tekanan, e. Kompres garam epsom (untuk
secara spesifik juga mengurangi haemoroid).
secara umum pada vena
haemoroid.
4. Kram pada Tungkai
disebabkan oleh a. Berlatih dorsifleksi pada kaki
gangguan asupan untuk mereangkan otot-otot yang
kalsium atau asupan terkena kram.
kalsium yang tidak b. Dorong wanita untuk melakukan
adekuat. latihan umum dan memiliki
kebiasaan mempertahankan
mekanisme tubuh yang baik
guna meningkatkan sirkulasi
darah.
c. Anjurkan diet mengandung
kalsium dan posfor.
5. Varices
Varises dapat diakibatkan a. Hindari menggunakan pakaian
oleh gangguan sirkulasi ketat
vena dan peningkatan b. Hindari berdiri lama
tekanan vena pada c. Berbaring dengan kedua kaki di
ektremitas bagian bawah. tinggikan misalnya dengan di
ganjal bantal.
d. Lakukan latihan latihan kegel
untuk mengurangi varises vulva
atau hemoroid untuk
meningkatkan sirkulasi
e. Lakukan mandi air hangat yang
menenangkan.
6. Insomia
Disebabkan rasa a. Mandi air hangat
kekhawatiran, b. Minum air hangat (susu, teh
kecemasan, terlalu tanpa kafein di campur susu)
gembira, sebelum tidur.
ketidaknyamanan fisik c. Lakukan aktivitas yang tidak
seperti membesarnya menimbulkan stimulus sebelum
uterus. tidur.
12

7. Nyeri punggung bawah


Nyeri punggung terjadi a. Hindari membungkuk yang
pada area lumbosakral. berlebih, mengangkat beban dan
Disebabkan oleh berat berjalan tanpa istirahat.
uterus yang membesar b. Gunakan sepatu tumit/hak
rendah.
c. Gunakan bantal waktu tidur
untuk meluruskan punggung
d. Pijatan/usapan pada punggung
e. Hindari tidur terlentang telalu
lama karena dapat menyebabkan
sirkulasi darah menjadi
terhambat
8. Sering BAK
Bagian terbawah janin a. Perbanyak minum pada siang
menurun ke pelvic dan hari
menyebabkan tekanan b. Jangan kurangi minum pada
langsung pada kandung malam hari kecuali jika nocturia
kemih mengganggu tidur dan
menyebabkan keletihan.
(Sumber : Varney, 2010 : 538 – 543)

C. Tanda Bahaya Kehamilan

Pada umumnya 80 - 90 % kehamilan akan berlangsung normal

dan hanya 10 - 12 % kehamilan yang disertai dengan penyulit atau

berkembang menjadi kehamilan patologis. Kehamilan patologis sendiri

tidak terjadi secara mendadak karena kehamilan dan efeknya terhadap

organ tubuh berlangsung secara bertahap dan berangsur-angsur. Deteksi

dini gejala dan tanda bahaya kehamilan merupakan suatu upaya terbaik

untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius terhadap kehamilan

maupun keselamatan ibu hamil. Faktor predisposisi dan adanya penyakit

penyerta sebaiknya juga dikenali sejak awal sehingga dapat dilakukan

berbagai upaya maksimal untuk mencegah gangguan yang berat

terhadap kehamilan dan keselamatan ibu maupun bayi yang

dikandungnya.
13

a. Perdarahan

Perdarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan dibawah

20 minggu, umumnya disebabkan oleh keguguran. Sekitar 10 – 12 %

kehamilan akan berakhir dengan keguguran yang pada umumnya (60

– 80 %) disebabkan oleh kelainan kromosom yang ditemui pada

spermatozoa atau ovum. Penyebab yang sama dan menimbulkan

gejala perdarahan pada kehamilan muda dan ukuran pembesaran

uterus yang diatas normal, pada umunya disebabkan oleh mola

hidatidosa. Perdarahan pada kehamilan muda dengan uji kehamilan

yang tidak jelas, pembesaran uterus yang tidak sesuai (lebih kecil) dari

usia kehamilan, dan adanya massa di adneksa biasanya disebabkan

oleh kehamilan ektopik.

Perdarahan pada kehamilan lanjut atau di atas 20 minggu pada

umumnya disebabkan oleh plasenta previa. Perdarahan yang terjadi

sangat terkait dengan luas plasenta dan kondisi segmen bawah rahim

(SBR) yang menjadi tempat implantasiplasenta tersebut. Pada

plasenta yang tipis dan menutupi sebagian besar plasenta maka

umumnya terjadi perdarahan bercak berulang dan apabila SBR mulai

terbentuk disertai dengan sedikit penurunan bagian terbawah janin

maka perdarahan mulai meningkat hingga tingkatan yang dapat

membahayakan keselamatan ibu. Plasenta yang tebal menutupi

seluruh jalan lahir dapat menimbulkan perdarahan hebat tanpa

didahului oleh perdarahan bercak atau berulang sebelumnya. Plasenta

previa menjadi peyebab dari 25% kasus perdarahan antepartum. Bila

mendekati saat persalinan, perdarahan dapat disebabkan oleh solusio


14

plasenta (40%) atau vasa previa (5%) dari keseluruhan kasus

perdarahan antepartum.

b. Preeklampsia

Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan diatas 20

minggu disertai dengan peningkatan tekanan darah diatas normal

sering diasosiasikan dengan preeklampsia. Data atau informasi awal

terkait dengan tekanan darah sebelum hamil akan sangat membantu

petugas kesehatan untuk membedakan hipertensi kronis (yang sudah

ada sebelumnya) dengan preeklampsia. Gejala dan tanda lain dari

preeklampsia adalah sebagai berikut :

1) Hiperrefleksia (iritabilitas susunan saraf pusat).

2) Sakit kepala atau sefalgia (frontal atau oksipital) yang tidak

membaik dengan pengobatan umum.

3) Gangguan penglihatan seperti pandangan kabur, skotomata, silau

atau berkunang-kunang.

4) Nyeri epigastrik

5) Oliguria (kurang dari 500 mL/ 24 jam).

6) Tekanan darah sistolik 20-30 mmHg dan diastolik 10-20 mmHg

diatas normal.

7) Proteinuria (diatas positif 3)

8) Edema menyeluruh

c. Nyeri hebat di daerah abdomen

Bila hal tersebut diatas terjadi pada kehamilan trimester kedua

dan ketiga dan disertai dengan riwayat dan tanda-tanda dibawah ini,
15

maka diagnosisnya mengarah pada solusio plasenta, baik dari jenis

yang disertai perdarahan (revealed) atau tersembunyi (concealed) :

1) Trauma abdomen

2) Preeklampsia

3) Tinggi fundus uteri lebih besar dari usia kehamilan

4) Bagian-bagian janin sulit diraba

5) Uterus tegang dan nyeri

6) Janin mati dalam rahim

d. Gejala dan tanda lain yang harus diwaspadai

Beberapa gejala dan tanda lain yang terkait dengan gangguan

serius selama kehamilan adalah :

1) Muntah berlebihan yang berlangsung selama kehamilan.

2) Disuria.

3) Menggigil atau demam.

4) Ketuban Pecah Dini atau Sebelum Waktunya.

5) Uterus lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan yang

sesungguhnya. (Prawirohardjo, 2010 : 281-284)

D. Diagnosa Kehamilan

Lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm adalah

sekitar 280 sampai 3000 hari dengan perhitungan sebagai berikut :

a. Usia kehamilan sampai 28 minggu dengan berat janin 1000 gr bila

berakhir di sebut keguguran.

b. Usia kehamilan 29 sampai 36 minggu bila terjadi persalinan disebut

prematuritas

c. Usia kehamilan 37 sampai 42 minggu di sebut aterm.


16

d. Usia kehamilan melebihi 42 minggu disebut kehamilan lewat waktu

atau postdatim (serotinus). (Manuaba,2010:106-107)

E. Anemia Dalam Kehamilan

a. Definisi anemia dalam kehamilan

Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar

haemoglobin dibawah 11g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar

<10,5g% pada trimester 2 Nilai batas tersebut dan perbedaannya

dengan kondisi wanita tidak hamil terjadi karena hemodilusi, terutama

pada trimester 2 (Saifuddin, 2009:281)

b. Diagnosis Anemia pada kehamilan

Untuk menegakan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan

dengan anamnesa. Pada anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah,

sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual – mual

lebih hebat dari hamil muda.

Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan

menggunakan alat sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat

digolongkan sebagai berikut :

Hb 11 % Tidak Anemia

Hb 9 – 10 % Anemia Ringan

Hb 7 – 8 % Anemia Sedang

Hb 6 – 7 % Anemia Berat

Pemeriksaan darah dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan,

yaitu pada trimester I dan Trimester III. Dengan pertimbangan bahwa

sebagian besar ibu hamil mengalami anemia (Manuaba, 2010:239).


17

c. Patofisiologi

Perubahan Hematologis normal selama kehamilan menurut

Bothamley,dkk,2012 : 121-122 adalah sebagai berikut :

1) Volume plasma meningkat 50 %.

2) Masa sel darah merah ( volume total sel darah merah dalam sirkulasi)

meningkat 20 %.

3) Anemia fisiologis selama kehamilan akibat efek pengenceran darah

yang disebabkan peningkatan volume plasma lebih tinggi

dibandingkan peningkatan sel darah merah.

4) Peningkatan jumlah sel darah putih.

5) Kondisi hiperkoagulasi (Perubahan koagulasi dan fibrinolisis).

6) Statis vena.

7) Trombositopenia ringan- jumlah trombosit cenderung turun secara

progresif ke batas bawah atau lebih rendah dari batas normal.

8) Peningkatan kebutuhan zat besi.

9) Peningkatan kebutuhan folat.

d. Tanda dan gejala anemia

Gejala anemia pada ibu hamil diantaranya adalah cepat lelah,

sering pusing, mata berkunang-kunang malaise, lidah luka, nafsu makan

turun (Anoreksia), konsentrasi hilang, napas pendek (pada anemia

parah), dan keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda.

Tanda-tanda anemia yang klasik :

1) Peningkatan kecepatan denyut jantung karena tubuh berusaha

memberi oksigen lebih banyak ke jaringan.


18

2) Peningkatan kecepatan pernapasan karena tubuh berusaha

menyediakan lebih banyak oksigen kepada darah.

3) Pusing, akibat berkurangnya darah ke otak.

4) Terasa lelah karena meningkatnya oksigenasi berbagai organ

termasuk otot jantung dan rangka.

5) Kulit pucat karena berkurangnya oksigenasi.

6) Mual akibat penurunan aliran darah, saluran cerna dan susunan saraf

pusat.

7) Penurunan kualitas rambut dan kulit.

Apabila sel darah putih dan trombosit juga terkena maka gejala –

gejala bertambah dengan :

a) Perdarahan dan mudahnya timbul memar.

b) Infeksi berulang.

c) Luka kulit dan selaput lendir yang sulit sembuh.

(Soebroto,2009:58-59).

e. Penyebab Anemia

1) Penurunan produksi sel darah merah.

a) Kekurangan zat besi, folat, Vitamin B 12.

b) Masalah produksi di sumsum tulang.

2) Peningkatan kehilangan sel darah merah.

3) Perdarahan, selama menstruasi, Persalinan, Trauma.

4) Anemia Hemolitik (Anemia sel sabit, Sindrom hellp).

5) Penyakit-penyakit menahun seperti TBC, malarian menahun.

(Bothamley dkk, 2012:123).


19

f. Pencegahan Anemia

Mengkonsumsi makanan yang bergizi, pengaturan usia ibu saat

hamil ataupun jarak antara kehamilan juga merupakan hal yang penting.

Karena apabila hamil pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35

tahun akan meningkatkan resiko terjadinya anemia bagi calon ibu.

Menambah jumlah darah melalui pasokan makanan yang

mengandung zat besi, asam folat, dan vitamin B 12, Seperti hati, ikan teri,

daging merah, kacang - kacangan, sayuran berwarna hijau, kuning telur,

dan buah – buahan. Ibu hamil juga dianjurkan minum vitamin C, daging

ayam, dan ikan untuk memudahkan penyerapan zat besi, berusaha

melancarkan peredaran darah dengan cara :

1) Lakukan oleh tubuh ringan seperti yoga, jalan kaki, senam.

2) Jangan bangkit tiba-tiba dari posisi tidur atau duduk, tetapi lakukan

perlahan.

3) Jangan berdiri terlalu lama.

4) Jangan terlalu sering berada di keramaian atau suasana bising.

5) Jika ibu bekerja, ambilah waktu untuk istirahat dengan meluruskankan

kaki.

6) Konsumsi cairan yang cukup. (Soebroto, 2009:60-61).

Selain itu pemberian Tablet Fe atau suntikan zat besi dan

pengawasan penyakit infeksi dapat dilakukan untuk mencegah anemia

(Arisman,2010:180).

g. Penggolongan Anemia , dan Penatalaksanaannya

Pengolongan anemia dalam kehamilan :

1) Anemia Defisiensi Zat Besi


20

Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang terjadi karena

kekurangan zat besi dalam darah. Terjadi pada sekitar 62,3 %

kehamilan. Merupakan anemia yang paling sering dijumpai pada

kehamilan.

Penatalaksanaan : Dengan memenuhi kebutuhan zat besi, misalnya

dengan perbaikan pola makan atau pemberian tablet Fe.

(Soebroto,2009:63-64).

Jika anemia sudah terjadi, tubuh tidak akan mungkin menyerap zat

besi dalam jumlah besar dan dalam waktu yang relatif singkat. Oleh

karena itu dengan menambah jumlah makanan yang kaya akan

dapat menambah penyerapan zat besi (Vit C). Terapi anemia

defisiensi besi adalah dengan preparat besi oral atau parental. Terapi

oral ialah dengan pemberian preparat besi : Fero Sulfat, Fero

Gluconat atau Na-Fero bisitrat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat

menaikkan kadar HB sebanyak 1 gr % / bulan. Program nasional

menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 ug asam folat untuk

profilaksis anemia. Terapi Parental biasa diberikan pada golongan

anemia berat dan kepatuhan yang buruk. (Saiffudin, 2009:282).

2) Anemia Megaloblastik

Terjadi sekitar 29 % pada kehamilan biasanya disebabkan oleh

difisiensi asam folat, jarang sekali karena defisiensi Vitamin B 12.

Penatalaksanaan :

a) Asam Folat 15 – 30 mg per hari.

b) Vitamin B 12 3 X 1 Tablet per hari.

c) Sulfas ferosus 3 X 1 Tablet per hari.


21

d) Pada kasus berat dapat diberikan tranfusi darah.

3) Anemia Hipoplastik

Adalah anemia yang disebabkan oleh sumsum tulang kurang

mampu membuat sel-sel darah baru (Gangguan Pembentukan sel-

sel darah). Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan darah tepi

lengkap, pemeriksaan fungsi eksternal, pemeriksaan retikulosi.

Terjadi sekitar 8 % pada kehamilan. Apabila telah selesai masa nifas

maka anemia akan sembuh dengan sendirinya, dalam kehamilan

berikutnya biasanya akan mengalami anemia hipoplastik lagi.

4) Anemia Hemolitik

Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan

sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya.

Terjadi pada sekitar 0,7 % kehamilan. Wanita dengan anemia

hemolitik biasanya sulit hamil, apabila hamil biasanya anemia menjadi

berat.

Penatalaksanaannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta

penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya

diberantas dan diberikan obat – obat penambah darah.

h. Gizi untuk ibu hamil dengan Anemia

Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari pada laki-laki karena

terjadi menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap

bulan dan kehilangan zat besi sebesar 30 sampai 40 mg. Disamping itu,

kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel

darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Makin
22

sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin

banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis.

Sebagai gambaran berapa banyak kebutuhan zat besi pada setiap

kehamilan perhatikan bagan berikut :

Meningkatkan sel darah ibu 500 mg% Fe

Terdapat dalam plasenta 300 mg% Fe

Untuk darah janin 100 mg% Fe

Jumlah 900 mg% Fe

Jika persedian cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan

menguras persedian Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada

kehamilan berikutnya. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah

ibu hamil mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan peningkatan

volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34

minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18% sampai 30% dan hemoglobin

sekitar 1 %. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar 11g%, dengan

terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis, dan

Hb ibu akan menjadi 9.5 sampai 10 g%. (Manuaba, 2010 : 238).

i. Penanganan

1) Anemia Ringan

Pada kehamilan dengan kadar Hb 9-10 gr % masih dianggap

ringan sehingga hanya perlu diberikan kombinasi 60 mg / hari dan 50

mg asam folat per oral sekali sehari. Hb dapat dinaikan sebanyak 1 gr

% per bulan. (Saifuddin, 2010 : 282)


23

2) Anemia Sedang

Pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi peroral. Biasanya

diberikan garam besi sebanyak 600 – 1000 mg sehari, seperti sulfas

ferosus atau glukonas ferosus. Hb dapat dinaikan sampai 10 g/ 100

ml atau lebih asal masih ada cukup waktu sampai lahir. (Winkjosastro,

2010 : 452)

3) Anemia Berat

Pemberian preparat parenteral yaitu dengan ferum dextram

sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2 x 10 ml / im pada gluteus,

dapat meningkatkan Hb relative lebih cepat yaitu 2 gr %. Transfusi

darah sebagai pengobatan anemia dalam kehamilan sangat jarang

diberikan (walaupun Hbnya kurang dari 6 g %) apabila terjadi

perdarahan. (Saifuddin, 2010 : 282)

j. Resiko Anemia pada kehamilan dan Janin :

1) Pengaruh anemia terhadap kehamilan.

a) Bahaya selama kehamilan : Abortus, Persalinan Prematur,

Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi

infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr %),

molahidatidosa, hiperemisis gravidarum, perdarahan antepartum,

ketuban pecah dini (KPD).

b) Bahaya saat persalinan : Gangguan His (Kekuatan mengejan),

Kala pertama berlangsung lama, partus terlantar, Kala II

memanjang, Kala Uri di ikuti dengan retensio plasenta, perdarahan

post partum karena atonia uteri, Kala IV dapat terjadi post partum

sekunder.
24

c) Bahaya pada kala nifas : Terjadi sub involusi menimbulkan

perdarahan post partum, memudahkan infeksi puerperium,

Pengeluaran Asi berkurang, terjadi dekompensasi kordis

mendadak setelah bersalin, anemia kala nifas, mudah terjadi

infeksi mamae.

Menurut Anggi Setiawan dkk,tahun 2012 Hubungan

Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester III Dengan Berat Bayi

Lahir di Kota Pariaman didapatkan hasil penelitian yang dilakukan

di kota Pariaman pada bulan Oktober 2011 sampai September 2012.

Sampel dalam penelitian ini sebanyak 32 orang. Sampel merupakan

ibu hamil yang melahirkan secara normal dengan bidan yang telah

bekerja sama dalam peneliti Nur Indrawaty Lipoeto dan kawan-kawan

di kota Pariaman pada bulan Januari-Juni 2011 yang memenuhi

kriteria inklusi dan tidak memiliki kriteria eksklusi. Metode

pengambilan sampelnya adalah dengan cara consecutive sampling.

Instrument penelitian yang digunakan adalah kuesioner untuk

pengisian identitas responden, timbangan khusus bayi (baby scale)

yang mempunyai ketelitian 0,1 kg, dan peralatan untuk pengukuran

kadar hemoglobin dengan metode cyan-methemoglobin. Data yang

diperoleh diolah dengan software computer yaitu SPSS, dan untuk

analisis hasil penelitiannya digunakan uji korelasi Pearson dengan

tingkat pemaknaan p < 0,05. Bahwa ibu hamil yang kadar

hemoglobinnya (Hb) < 11 gr/dl dan dikategorikan sebagai anemia

sebanyak 31,25%. Hal ini mendukung data Laporan Bulanan

Kesehatan Ibu dan Anak Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat


25

2011 yang menemukan bahwa insiden anemia di Pariaman lebih

tinggi dari rata-rata kejadian anemia di propinsi Sumatera Barat yang

hanya sebesar 24,73%. Penelitian ini didapatkan kadar hemoglobin

ibu hamil trimester III terendah adalah sebesar 8,9 gr/dl dan tertinggi

sebesar 13,1 gr/dl. Rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil trimester III

pada penelitian adalah 11,16 (SD 0,82) gr/dl. Ditemukan 3,1% bayi

yang dilahirkan memiliki berat lahir < 2.500 gram dan dikategorikan

BBLR, sedangkan 96,9% bayi lagi dilahirkan dengan berat ≥ 2.500

gram.

Penelitian ini didapatkan berat bayi lahir terendah dari ibu hamil

yang dijadikan sebagai subjek pada penelitian adalah 2.000 gram

dan tertinggi adalah 4.000 gram. Rata-rata berat bayi lahir pada

penelitian ini adalah 3.103 (SD 405) gram. Hasil analisa uji statistik

menggunakan uji korelasi Pearson pada penelitian ini mendapatkan

nilai koefisien korelasi Pearson (r) sebesar +0,033, yang

menunjukkan derajat hubungan yang sangat lemah dengan tarif

signifikansi (p) 0,856 (p > 0,05). Dari hasil analisa uji statistik tersebut

dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara

kadar hemoglobin ibu hamil trimester III dengan berat bayi lahir.

2) Bahaya anemia terhadap janin.

Mengurangi kemampuan metabolisme tubuh, mengganggu

pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, Abortus,

kematian intra uterin, persalinan dengan prematuritas tinggi, BBLR,

Kelahiran dengan anemia, cacat bawaan, bayi mudah terkena infeksi

sampai kematian perinatal (Manuaba, 2010:240).


26

B. Persalinan

1. Definisi Persalinan

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin

yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir

spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam

18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.

(Saifuddin, 2009 : 100)

2. Tanda-Tanda Persalinan

a. Tanda-tanda persalinan sudah dekat

1) Lightening

Pada minggu ke-36 pada primigravida terjadi penurunan

fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas

panggul yang disebabkan oleh :

a) Kontraksi Braxton Hicks

b) Ketegangan otort perut

c) Ketegangan ligamentum rotundum

d) Gaya berat janin kepala ke arah bawah

2) Terjadinya His Permulaan

Dengan makin tua pada usia kehamilan, pengeluaran

estrogen dan progesteron semakin sehingga oksitosin dapat

menimbulkan kontraksi yang lebih sering sebagai his palsu.

Sifat his palsu :

a) Rasa nyeri ringan dibagian bawah

b) Datangnya tidak teratur

c) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda


27

d) Durasinya pendek

e) Tidak bertambah jika beraktifitas

b. Tanda-tanda persalinan

1) Terjadinya His Persalinan

His persalinan mempunyai sifat :

a) Pinggang terasa sakit, yang menjalar ke depan

b) Sifatnya teratur, intervalnya makin pendek dan

kekuatannya makin besar.

c) Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan uterus

d) Makin beraktifitas (jalan) kekuatan makin bertambah

2) Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina)

Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks

yang menimbulkan pendataran dan pembukaan, lendir yang

terdapat pada kanalis servikalis lepas, kapiler pembuluh darah

pecah, yang menjadikan perdarahan sedikit.

3) Pengeluaran cairan

Keluar banyak cairan dari jalan lahir. Ini terjadi akibat

pecahnya ketuban atau selaput ketuban robek. (Manuaba,

2010 : 172-173).

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

a. Faktor Power

Power adalah tenaga atau kekuatan yang mendorong janin keluar.

Kekuatan tersebut meliputi his, dan tenaga mengedan.


28

b. Faktor Passege (Jalan Lahir)

Passage atau faktor jalan lahir dibagi menjadi bagian keras dan

bagian panggul

1) Bagian keras panggul

a) Tulang Panggul

(1) Os coxae : os ilium, os ischium, os pubis

(2) Os sacrum

(3) Os coccygis

b) Ruang panggul

(1) Pelvis mayor (False pelvis)

(2) Pelvis minor (true pelvis) terdiri dari :

(a) Pintu Atas Panggul (PAP)

(b) Bidang Tengah Panggul

(c) Bidang Sempit Panggul

(d) Pintu Bawah Panggul

c) Bidang Hodge

Bidang Hodge yaitu untuk menetukan berapa jauhnya

bagian depan anak turun kedalam rongga panggul, maka

hodge telah menentukan beberapa bidang khayalan dalam

panggul :

(1) H I : jarak antara promontorium dari pinggir atas simfisis,

sejajar dengan PAP.

(2) H II : sejajar dengan PAP, melalui pinggir bawah simfisis.

(3) H III : sejajar dengan PAP, melalui spina ischiadika

(4) H IV : sejajar dengan PAP, melalui ujung oscoccygeus.


29

c. Faktor passenger

Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan

akibat interaksi beberapa faktor, yakni kepala janin, presentasi, letak,

sikap, dan posisi janin.

d. Faktor psikologi ibu

Ibu bersalin yang didampingi oleh suami dan orang-orang yang

dicintainya cenderung mengalami proses persalinan yang lebih lancar

dibandingkan dengan ibu bersalin yang tanpa didampingi suami atau

orang-orang yang dicintainya. Ini menunjukan bahwa dukungan mental

berdampak positif bagi keadaan psikis ibu, yang berpengaruh pada

kelancaran proses persalinan.

e. Pysician (Faktor penolong)

Kompetensi yang dimiliki penolong sangat bermanfaat untuk

memperlancar proses persalinan dan mencegah kematian maternal

neonatal. Dengan pengetahuan dan kompetensi yang baik diharapkan

kesalahan atau malpraktik dalam memberikan asuhan tidak terjadi.

(Nurasiah, 2012 : 27-48)

4. Ketidaknyamanan Persalinan

a. Kala I

1) Ibu jadi sering berkemih karena kandung kemih ditekan, sehingga

ruang yang tersisa untuk ekspani kurang.

2) Perasaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang menyeluruh.

Membuat ibu merasa tidak enak dan timbul sensasi terus menerus

bahwa ia perlu defikasi.


30

3) Kram pada tungkai yang disebabkan oleh tekanan bagian

presentasi pada saraf yang menjalar melalui foramen

iskiadiummajor menuju ke tungkai.

4) Pendekatan statis vena yang menghasilkan odema dependen

akibat tekanan bagian presentasi pada pelvis minor menghambat

aliran balik darah dari ekstrimitas bawah.

5) Kontraksi uterus yang sangat nyeri

6) Kekurangan tidur dan kekurangan energi

7) Aliran lendir yang licin capur darah.

8) Gangguan saluran cerna (diare, kesulitan mencerma, mual dan

muntah )

(Varney, 2007 : 673-674)

b. Kala II

1) Keinginan untuk mendorong (mengejang).

2) Rasa ingin buang air besar.

(Varney, 2007 : 753)

c. Kala III

1) Peningkatan aliran lochea

2) Kontraksi uterus berulang sewaktu uterus relaksasi (mules-mules

kadang kram perut).

(Varney, 2007 : 825)

d. Kala IV

1) Gemetar atau tremor, normal bila tidak terdapat tanda-tanda

infeksi.
31

2) Darah kering yang bisa melengket setelah persalinan pada daerah

tubuh tertentu.

3) Ketidaknyamanan fisik bila salah satu tungkai turun dan kaki yang

lain lebih tinggi dari pada pijakan kaki. (Varney, 2007 : 836-839)

5. Tanda Bahaya Persalinan

a. Tanda Bahaya Persalinan Kala I

1) Riwayat bedah ceasar

2) Perdarahan pervaginam selain lendir bercampur darah (show)

3) Kurang dari 37 minggu (persalinan kurang bulan)

4) Ketuban pecah disertai dengan mekonium kental

5) Ketuban pecah dan air ketuban bercampur mekonium disertai tanda-

tanda gawat janin

6) Ketuban pecah (lebih dari 24 jam) atau ketuban pecah pada

kehamilan kurang bulan (usia kehamilan <37 minggu)

7) Tanda atau gejala-gejala infeksi :

a) Temperatur >38°C

b) Mengigil

c) Nyeri abdomen

d) Cairan ketuban berbau

8) Tekanan darah lebih dari 160/110 mmHg atau terdapat protein urine

(preeklamsia berat)

9) Tinggi fundus uteri 40cm atau lebih (makrosomia,

polihidramnion,kehamilan ganda)

10) DJJ <100 / >180 kali per menit pada dua kali penilaian dalam wkatu

5 meniit
32

11) Primipara dalam fase aktif kala I persalinan dengan penurunan

kepala janin 5/5

12) Presentasi bukan belakang kepala (sungsang, letak lintang dll)

13) Presentasi ganda (majemuk). Adanya bagian lain dari janin.

Misalnya : lengan atau tangan bersamaan

14) Tali pusat menumbung (jika tali pusat masih berdenyut)

15) Tanda dan gejala syok

a) Nadi cepat (> 110 kali/menit)

b) Tekanan darah menurun (sistolik kurang dari 90 mmHg)

c) Pucat

d) Berkeringat dingin atau kulit lembab

e) Nafas cepat (lebih dari 30 kali/menit)

f) Cemas, binggung atau tidak sadar

g) Produksi urin sedikit (kurang dari 30ml/jam)

16) Tanda dan gejala fase laten berkepanjangan

a) Pembukaan serviks kurang dari 4 cm setelah 8 jam

b) Kontraski > 2 kali dalam 10 menit

17) Tanda dan gejala belum inpartu

a) Frekuensi kontraksi < 2 kali dalam 10 menit dan lamanya < 20

detik

b) Tidak ada perubahan pada serviks dalam waktu 1-2 jam

18) Tanda dan gejala partus lama

a) Pembukaan serviks mengarah kesebelah kanan garis waspada

patograf

b) Pembukaan serviks kurang dari 1 cm per jam


33

c) Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan

lamanya kurang dari 40 detik. (Nurasiah dkk,2012:98-102)

b. Tanda Bahaya Kala II

1) Tanda dan gejala syok : nadi cepat,lemah (110kali/menit atau lebih),

tekanan darah rendah (sistolik kurang dari 90 mmHg), berkeringat

dingin, kulit lembab, nafas cepat (>30x/menit), cemas, bingung atau

tidak sadar, produksi urine sedikit (>30 ml/jam).

2) Tanda dan gejala dehidrasi : perubahan nadi (100x/menit atau lebih),

urin pekat, produksi urine sedikit (< 30 ml/jam)

3) Tanda dan gejala infeksi : nadi cepat (110x/menit atau lebih),

temperatur tubuh lebih dari 380C , mengigil, air ketuban atau cairan

vagina berbau.

4) Tanda dan gejala preeklamsia ringan : tekanan darah diastolic 90-110

mmHg, protein urine hingga 2 +

5) Tanda dan gejala preeklamsia berat atau eklampsia : tekanan darah

sistolik 110 mmHg atau lebih, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih

dengan kejang, nyeri kepala, gangguan penglihatan, kejang setiap

saat.

6) Tanda-tanda insersiauteri : < 3 kontraksi dalam waktu 10 menit,

masing-masing kontraksi berlangsung <40 detik.

7) Tanda gawat janin : DJJ <120 atau > 160 x/menit, mulai waspada

tanda gawat janin, DJJ < 100 atau > 180 x/menit.

8) Kepala bayi tidak turun

9) Tanda distosia bahu : kepala bayi tidak melakukan paksi luar, kepala

bayi tersangkut diperineum (kepala kura-kura), bahu bayi tidak lahir.


34

10) Tanda – tanda cairan ketuban bercampur mekonium : cairan ketuban

berwarna hijau (mengandung mekonium)

11) Tanda – tanda tali pusat menumbung : tali pusat teraba atau terlihat

saat pemeriksaan dalam.

12) Tanda –tanda lilitan tali pusat : tali pusat melilit leher bayi

13) Kehamilan kembar tak terdeteksi

(Nurasiah dkk.2012:131-136)

c. Tanda Bahaya Kala III

1) Atonia uteri

2) Robekan jalan lahir

3) Retensio plasenta

4) Sisa plasenta

5) Inversio uteri

6) Ruptur uteri

7) Perdarahan terlambat (PPS), endometritis, sisa plasenta

(Nurasiah dkk,2012:163-164)

d. Tanda Bahaya Kala IV

1) Demam

2) Perdarahan aktif

3) Bekuan darah banyak

4) Bau busuk dari vagina

5) Pusing

6) Lemas luar biasa

7) Kesulitan menyusui

8) Nyeri panggul atau abdomen yang lebih dari kram uterus biasa
35

(Asrinah, 2010:126)

F. Asuhan Persalinan Normal (APN)

Langkah – langkah pertolongan persalinan sesuai dengan APN

(Asuhan Persalinan Normal) menurut Winkjosastro,2008:17-28.

G. Partograf

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu

persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.

Tujuan utama dari penggunaan patograf :

1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai

pembukaan serviks melalui periksa dalam .

2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.

Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan

terjadinya partus lama.

3. Data perlengkapan yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,

kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan

medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat

keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang di berikan dimana

semua itu di catatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu

bersalin dan bayi baru lahir.

1. Halaman Depan Partograf

Halaman depan patograf menginstruksikan observasi dimulai pada

fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk

mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan, yaitu :

a. Informasi Tentang Ibu

1) Nama, umur ;
36

2) Gravida,para,abortus (keguguran) ;

3) Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal

dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu) ;

4) Waktu pecah selaput ketuban.

b. Kondisi Janin

Bagan atas grafik pada patograf adalah untuk pencatatan

denyut jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan

1) DJJ

Dengan mengunakan metode seperti yang di uraikan pada

bagian pemeriksaan fisik dalam bab ini. Mencatat denyut

jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-

tanda gawat janin). Setiap kotak dibagian atas patograf

menunjukan waktu 30 menit skala angka disebelah kolom

paling kiri menunjukan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda

titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukan

DJJ. Kemudian hubungkan yang satu dengan titik lainnya

dengan garis tegas dan bersambung.

Kisaran normal DJJ terpapar pada patograf diantara garis

tebal pada angka 180 dan dan 100. Sebaiknya, penolong harus

waspada bila DJJ mengarah hingga di bawah 120 atau di atas

160. Untuk tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika

DJJ melampaui kisaran normal ini.

2) Warna dan adanya air ketuban

Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakuka periksa

dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah.
37

Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai dibawah lajur

DJJ.

Gunakan lambang berikut ini :

U : Selaput ketuban utuh (belum pecah)

J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih

M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban

bercampur Mekonium

D : Selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban

bercampur darah

K : Selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak

mengalir lagi (“kering”)

Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu

menunjukan adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium,

pantau DJJ dengan seksama untuk mengenali tanda-tanda

gawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda

gawat janin (denyut jantung <100 atau > 180 kali per menit )

maka ibu harus segera di rujuk.

Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke

tempat yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat

darurat obsetri dan bayi baru lahir.

3) Penyusupan (molase) kepala janin

Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa

jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian

keras (tulang) panggul ibu. semakin besar derajat penyusupan


38

atau tumpang tindih antar tulang kepala semakin menunjukan

resiko disproporsi kepala-panggul (CPD).

Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan

antar tulang kepala janin.catat temuan pada kotak yang sesuai

di bawah lajur air ketuban. gunakan lambang-lambang berikut

ini :

a) 0 : Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan

mudah dapat di palpasi

b) 1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan

c) 2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi

masih dapat dipisahkan

d) 3 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan

tidak dapat dipisahkan.

c. Kemajuan Persalinan

Kolom dan lajur kedua dari partograf adalah untuk

pencatatan kemajuan persalinan. 0−10 yang tertera paling kiri

adalah besarnya dilatasi serviks. Nilai setiap angka mempunyai lajur

dan kotak yang lain pada lajur diatasnya menunjukan penambahan

menunjukan penambahan dilatasi serviks sebesar 1 cm tercantum

angka 1−5 juga menunjukan seberapa jauh penurunan janin. Tiap

kotak di bagian ini menyatakan 30 menit.

1) Pembukaan Serviks

Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam sekali

(lebih sering dilakukan apabila ada tanda-tanda penyulit). Saat

ibu berada pada fase aktif persalinan, catat pada partograf


39

setiap penemuan pada setiap pemeriksaan. Tanda ‘X’ harus

dicantumkan di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya

pembukaan serviks.

2) Penurunan bagian terbawah janin

Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks

selalu diikuti dengan turunnya bagian terbawah janin. Namun

ada kalanya penurunan bagian terbawah janin baru terjadi

setelah pembukan serviks mencapai 7 cm.

Tulisan “Turunnya Kepala” dan garis tidak terputus dari 0 −

5, tertera di sisi yang sama dengan angka pembukan serviks.

Berikan tanda ‘O’ di garis angka 4. hubungkan tanda ‘O’ dari

setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.

3) Garis waspada dan garis bertindak

Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan

berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan

terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam. Pencatatan

fase aktif persalinan harus dimulai pada garis waspada. Jika

pembukaan serviks mengarah kesebelah kanan garis waspada

(pembukaan kurang dari 1 cm perjam), maka harus

dipertimbangkan adanya penyulit.

d. Jam Dan Waktu

1) Waktu mulainya fase aktif persalinan

Dibagian bawah partograf (pembukaan serviks dan

penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka 0-12. setiap


40

kotak menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif

persalinan

2) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian

Di bawah kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera

untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan.

Setiap kotak menyatakan 1 jam penuh dan berkaitan dengan

dua kotak waktu 30 menit yang berhubungan dengan lajur

untuk pencatatan pembukaan serviks, DJJ dibagian atas dan

lajur kontraksi dan nadi ibu di bagian bawah. Saat ibu masuk

dalam fase aktif persalinan, cantumkan pembukaan serviks di

garis waspada. kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan

ini di kotak waktu yang sesuai.

e. Kontraksi Uterus

1) Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit

Di bawah lajur partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan

“kontraksi per 10 menit” di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap

kotak menyatakan satu kontraksi. setiap 30 menit, raba dan

catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi

dalam satu detik. Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam

10 menit dengan mengisi kotak kontraksi yang tersedia dan di

sesuaikan dengan angka yang sesuai.

2) Lama kontraksi (Dalam detik)

Dinyatakan lamanya kontraksi dengan :

Beri titik-titik jika lamanya kontraksi < 20 detik


41

Beri garis-garis jika lamanya kontraksi 20-40 detik

Isi penuh kotak jika lamanya kontraksi >40 detik

f. Obat-obatan Dan Cairan Yang Diberikan

1) Oksotosin

Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan

setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan pervolume

cairan IV dan dalam satuan tetesan permenit.

2) Obat − obatan lain dan cairan IV

Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan atau

cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.

g. Kondisi Ibu

1) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh

Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan

nadi dan tekanan darah ibu.

a) Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif

persalinan. beri tanda ( • ) pada kolom waktu yang sesuai.

b) Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase

aktif persalinan dan beri tanda pada kolom waktu yang

sesuai ↕.

c) Nilai dan catat temperature ibu setiap 2 jam dan catat

temperature pada kotak yang sesuai.


42

2) Volume urine, pengamatan dan keputusan klinik lainnya

Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam.

jika memungkinkan, setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan

aseton dan protein dalam urin.

h. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya

Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik

di sisi luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan

persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan

persalinan. Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinik mencakup :

1) Jumlah cairan per oral yang diberikan

2) Keluhan sakit kepala atau penglihatan (pandangan) kabur

3) Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (Obgin/bidan/dokter

umum)

4) Persiapan sebelum melakukan rujukan

5) Upaya, jenis dan lokasi fasilitas rujukan

2. Lembar Belakang Partograf

Merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses

persalinan dan kelahiran bayi, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak

kala I hingga kala IV dan bayi baru lahir. Lembar ini disebut catatan

persalinan, yang terdiri dari :

1) Data atau informasi umum.

2) Kala I

3) Kala II

4) Kala III

5) Bayi baru lahir


43

6) Kala IV

(APN, 2008 : 57-67)

H. Diagnosa Persalinan

Menurut Saifuddin (2009), diagnosa persalinan pada masing-

masing kala, yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.5

Diagnosa Persalinan

DIAGNOSIS KALA I

Kategori Keterangan

Sudah dalam persalinan (inpartu) Ada tanda – tanda persalinan :

a) Pembukaan serviks> 3 cm

b) His adekuat (teratur, minimal 2 kali

dalam 10 menit selama 40 detik)

c) Lendir darah dari vagina

Kemajuan persalinan normal Kemajuan berjalan sesuai dengan

Persalinan bermasalah patograf

Seperti : kemajuan persalinan yang

tidak sesuai dengan patograf, melewati

garis waspada

Kegawatdaruratan saat persalinan Seperti : eklamsia, perdarahan, gawat

janin.

(Saifuddin,2009:108)

DIAGNOSIS KALA II

Kala II bejalan dengan baik Ada kemajuan penurunan kepala bayi


44

Kondisi kegawatdaruratan pada Kondisi kegawatdaruratan membutuhkan

kala II perubahan dalam penatalaksanaan atau

tindakan segera. Contoh kondisi tersebut

termasuk : eklampsia, kegawatdaruratan

bayi, penurunan kepala terhenti,

kelelahan ibu.( Saifudin,2009:11)

DIAGNOSIS KALA III

Kehamilan dengan janin normal a) Persalinan spontan melalui vagina

tunggal pada bayi tunggal, cukup bulan

Bayi normal a) Tidak ada tanda-tanda kesulitan

pernafasan

b) APGAR > 7 pada menit ke 5

c) Tanda-tanda vital stabil

d) Berat badan ≥2,5 kg

Bayi dengan penyulit Seperti : berat badan kurang, asfiksia,

Apgar rendah, cacat lahir pada kaki.

(Saifuddin,2009:115-116)

DIAGNOSIS KALA IV

Involusi normal a) Tonus – uterus tetap berkontraksi

b) Posisi – fundus uteri di atau di bawah

umbilikus

c) Perdarahan – tidak berlebihan

d) Cairan – tidak berbau

Kala IV dengan penyulit a) Sub-involusi-uterus tidak keras, posisi

di atas umbilikus
45

b) Perdarahan – atonia, laserasi, bagian

plasenta tertinggal membran/yang

lain.

(Saifuddin,2009:120)

I. Resiko Anemia Terhadap Persalinan

1) Gangguan his atau kekuatan mengejan

2) Kala pertama berlangsung lama dan terjadi partus terlambat

3) Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering

memerlukan tindakan operasi kebidanan

4) Kala uri/ kala tiga dapat diikuti retensio plasenta dan perdarahan post

partum karena antonia uteri

5) Kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan

antonia uteri

6) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

7) Kelahiran dengan anemia (manuaba, 2010 : 240)

Keadaan umum lemah (anemia), grande multipara, jarak

kehamilan <2tahun, distensi rahim berlebihan (hidramnion atau hamil

kembar) merupakan faktor predisposisi terjadi perdarahan karena atonia

uteri (manuaba, 2012 : 396).

Menurut Sulastri tahun 2011 dengan judul ANALISIS KADAR

HAEMOGLOBIN IBU HAMIL TERHADAP KEJADIAN PERSALINAN

PRETERM DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA didapatkan populasi

yang ada dalam penelitian ini adalah 169 kasus ibu yang melahirkan

preterm dan 1607 kasus ibu yang melahirkan aterm di RSUD Dr.
46

Moewardi Surakarta tahun 2011. Sampel penelitian diambil 63 orang

untuk kelompok kasus dan 63 orang untuk kelompok kontrol dengan

menggunakan teknik purposive sampling. didapatkan hasil penelitian

bahwa responden yang mengalami anemia cenderung mengalami

persalinan preterm dengan data responden yang mengalami anemia

sebagian besar yaitu 44 orang (34,9%) mengalami persalinan preterm

dan 25 responden (19,8%) mengalami persalinan aterm. Sedangkan

pada responden yang tidak mengalami anemia sebagian besar

mengalami persalinan aterm yaitu sebanyak 38 responden (30,2%) dan

19 responden (15,1%) mengalami persalinan preterm. hubungan anemia

terhadap persalinan preterm di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

menunjukkan adanya kecenderungan bahwa responden yang mengalami

anemia cenderung mengalami persalinan preterm. Kesimpulan tersebut

terlihat dari distribusi responden yang mengalami anemia sebagian besar

yaitu 44 orang (69,8%) mengalami persalinan preterm dan 25 responden

(39,6%) mengalami persalinan aterm. Sedangkan pada responden yang

tidak mengalami anemia sebagian besar mengalami persalinan aterm

yaitu sebanyak 38 responden (60,3%) dan 19 responden (30,1%)

mengalami persalinan preterm. Hasil pengujian hubungan anemia

terhadap persalinan preterm di RSUD Dr. Moewardi Surakarta diperoleh

nilai x2 hitung sebesar 11,565 dengan p-value = 0,001.

Kesimpulan uji adalah H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan ada

hubungan yang signifikan anemia terhadap persalinan preterm di RSUD

Dr. Moewardi Surakarta. Hasil pengujian hubungan anemia terhadap

persalinan preterm di RSUD Dr.Moewardi Surakarta diperoleh nilai x2


47

hitung sebesar 11,565 dengan p-value = 0,001. Kesimpulan uji adalah H0

ditolak, sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan

anemia pada ibu hamil terhadap persalinan preterm di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta.

C. Nifas

1. Definisi Nifas

Masa nifas (puerperium) di mulai sejak 1 jam setelah lahirnya

plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. (Sarwono,

2013 : 356)

2. Komplikasi Masa Nifas

Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60%

kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian

pada masa nifas terjadi 24 jam pertama setelah persalinan,

diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Selama

ini perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab kematian ibu,

namun dengan meningkatnya persediaan darah dan sistem rujukan,

maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan

mordibitas ibu. (Saleha, 2009 : 95)

3. Diagnosa Nifas

Untuk menentukan hal-hal sebagi berikut :

a. Masa nifas belangsung normal atau tidak (seperti involusi uterus.

Pengeluaran lokhia dan pengeluaran ASI serta perubahan sistem

tubuh, termasuk keadaan psikologis)


48

b. Keadaan gawat darurat pada ibu (Seperti perdarahan, kejang dan

panas)

c. Penyulit/masalah dengan ibu yang memerlukan perawatan/rujukan

(seperti abses pada payudara) (Saifuddin, 2009 : 125)

4. Resiko Anemia Pada Post Partum

Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan postpartum,

memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang, terjadi

dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan, anemia post

partum, mudah terjadi infeksi mamae. (manuaba, 2010 : 240)

Menurut Wuryanti Ayu tahun 2010 dengan judul HUBUNGAN

ANEMIA DALAM KEHAMILAN DENGAN PERDARAHAN

POSTPARTUM KARENA ATONIA UTERI DI RSUD WONOGIRI

didapatkan penelitian yang dilakukan terdapat 32,4% ibu yang

mengalami anemia (Hb<11 gr%), 67,6% tidak anemia (Hb>11 gr%).

Ibu dengan anemia dalam kehamilan, 45,5% mengalami perdarahan

postpartum karena atonia uteri dan 54,5% tidak perdarahan.

Sedangkan ibu bersalin yang tidak mengalami anemia dalam

kehamilan 4,3% mengalami perdarahan postpartum karena atonia uteri

dan 95,7% tidak mengalami perdarahan postpartum. Hasil uji korelasi

chi- square nilai X2 = 8,652; p = 0,003 (p<0,05). Simpulan: 32,4% ibu

mengalami anemia selama hamil, dimana 45,5% mengalami

perdarahan postpartum. Terdapat hubungan antara anemia dalam

kehamilan dengan perdarahan postpartum karena atonia uteri.


49

D. Bayi Baru Lahir

1. Definisi Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan

37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai

dengan 4000 gram. (Wahyuni, 2011:1)

2. Pemeriksaan Fisik Pada Bayi

a. Tujuan

Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui

aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan

bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong

persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan. (Saifuddin, 2009 :

136).

b. Pemeriksaan bayi baru lahir

Hal-hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama

atau 2 jam pertama sesudah lahir, meliputi :

1) Kemampuan menghisap kuat atau lemah.

2) Bayi tampak aktif atau lunglai.

3) Bayi kemerahan atau biru. (Saifuddin, 2009 : 136)

c. Refleks pada bayi baru lahir

Refleks adalah gerakan yang sering terjadi secara otomatis dan

spontan tanpa di sadari pada bayi normal. Macam-macam refleks

menurut Rukiyah adalah sebagai berikut :

1) Tonick neck refleks, yaitu gerakan spontan otot kuduk pada bayi.
50

2) Rooting refleks, yaitu apabila jarinya menyentuh daerah sekitar

mulut maka ia akan membuka mulutnya dan memiringkan

kepalanya kearah datangnya jari.

3) Grasping refleks, bila jari kita menyentuh telapak tangannya

maka jari-jarinya akan menggenggam sangat kuat.

4) Moro refleks, refleks yang timbul di luar kesadaran, misalnya bila

di angkat secara kasar maka bayi akan menunjukan kekagetan,

dan melakukan gerakan yang mengangkat tubuhnya pada orang

yang mendekapnya.

5) Startle refleks, reaksi emosional berupa hentakan dan gerakan

seperti mengejan pada kaki dan tangan, dan biasanya di ikuti

dengan tangisan.

6) Stapping refleks, refleks kaki secar spontan apabila kaki di

angkat tegak dan satu persatu di sentuhkan pada dasar lantai.

7) Refleks sucking (menghisap), ketika gusinya menyentuh areola

maka bayi akan berusaha mengisap.

8) Refleks swallowing (menelan), di mana ASI di mulut bayi

mendesak otot di daerah mulut dan faring sehingga

mengaktifkan refleks menelan. (Rukiyah, 2010 : 62-63)

3. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda

kegawatan/kelainan yang menunjukan suatu penyakit. Bayi baru lahir

dikatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa tanda-

tanda berikut :

a. Sesak napas
51

b. Frekuensi pernapasan 60/menit

c. Gerak retraksi di dada

d. Malas minum

e. Panas atau suhu badan bayi rendah

f. Kurang aktif

g. Berat lahir rendah (1500-2500 gram) dengan kesulitan minum

Tanda-tanda bayi sakit, apabila terdapat salah satu atau lebih

tanda-tanda berikut :

a. Sulit minum

b. Sianosis sentral (lidah biru)

c. Perut kembung

d. Periode apneu

e. Kejang/periode kejang-kejang kecil

f. Merintih

g. Perdarahan

h. sangat kuning

i. berat badan lahir < 1500 gram. (Saifuddin, 2009 : 139)

4. Diagnosa Bayi Baru Lahir

Diagnosa pada bayi baru lahir dibuat dengan dasar. Usia

kehamilan ibu ketika bayi dilahirkan dan tanggal waktu bayi lahir. Bayi

baru lahir adalah bayi segera lahir sampai dua puluh delapan

hari.(Saifuddin, 2006 : 136)

Bayi baru lahir adalah normal adalah bayi yang lahir dalam

presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada

usia kehamilan genap 37 minggu sampai denghan 42 minggu, dengan


52

berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan.

(Rukiyah, 2010 : 2)

5. Pengaruh Anemia Terhadap Janin dan Bayi

Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai kebutuhan

dari ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi kemampuan

metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia dapat terjadi

gangguan dalam bentuk : abortus, kematian intruterin, partus

prematuritas tinggi, berat badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia,

dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai

kematian perinatal, dan inteligensia rendah. (Manuaba, 2010 : 240)

Menurut Sistiarani, Colti tahun 2008 dengan judul FAKTOR

MATERNAL DAN KUALITAS PELAYANAN ANTENATAL YANG

BERISIKO TERHADAP KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH

(BBLR) Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang

berhubungan dengan kejadian BBLR adalah riwayat penyakit selama

hamil yaitu anemia didapatkan nilai p = 0,03 (OR= 2,91 ; 1,09-8,2), umur

nilai p = 0,009 (OR=4,28 ; 1,48 -12,4), jarak kelahiran nilai p = 0,004

(OR= 5,11 ; 1,6 – 16,18), kualitas pelayanan antenatal nilai p = 0,001

(OR= 5,85 ; 1,9 – 17,88) Selanjutnya dilakukan analisis multivariate

didapatkan hasil bahwa variabel yang paling berisiko terhadap kejadian

BBLR adalah umur < 20 dan umur >34 tahun, jarak kelahiran < 2 tahun
53

E. Pendokumentasian

1. Definisi Dokumentasi

Dokumentasi kebidanan adalah suatu system pencatatan dan

pelaporan informasi tentang kondisi dan perkembangan kesehatan

pasien dan semua kegiatan yang dilakukan oleh petugas

kesehatan.(Nuraisah dkk, 2012:234).

2. Manajemen Varney

Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang

berurutan dan setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses

dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan

evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka

lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi,

setiap langkah bisa diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih

rinci dan ini bisa berubah sesuai dengan kebutuhan klien. Langkah-

langkah tersebut adalah sebagai berikut :

a. Langkah I Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan

mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi

keadaan klien secara lengkap, yaitu :

1) Riwayat kesehatan

2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan

3) Meninjau catatan terbaru pada catatan sebelumnya

4) Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan

hasil studi
54

Pada lagkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat

dari segala yang berhubungan dengan kondisi klien. Bidan

mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien

mengajukan komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter

dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi.

Pada keadaan tertentu, bisa terjadi langkah pertama akan overlap

dengan langkah kelima dan keenam (Atau menjadi bagian dari

langkah-langkah tersebut) karena data yang diperlukan diambil dari

hasil pemeriksaan labolatorium atau pemeriksaan diagnostik yang

lain.

b. Langkah II Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar

terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan

interpretasi yang benar atas dasar data-data yang telah di

interpretasikan sehingga ditentukan masalah atau diagnosis yang

spesifik.

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan

bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar

nomenklatur diagnosis kebidanan, yaitu :

1) Diakui dan telah disyahkan oleh profesi

2) Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan

3) Memiliki ciri khas kebidanan

4) Didukung oleh clinical judgment dalam praktek kebidanan

5) Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.


55

c. Langkah III Mengidentifikasi Diagnosis Atau Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau

diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan

diagnosis yang telah diidentifikasi. langkah ini mebutuhkan

antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Sambil

mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis

atau masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini

penting sekali melakukan asuhan yang aman.

d. Langkah IV Mengidentifikasi Dan Menetapkan Kebutuhan Yang

Memerlukan Penanganan Segera

Bidan mengidentifikasi atas perlunya tindakan segera oleh

bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama

dengan anggota tim kesehtan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

Langkah ke IV mencerminkan kesinambungan dari proses

menejemen kebidanan.

e. Langkah V Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh

Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,

ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan

kelanjutan menejemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah

di identifikasi atau diantisipasi.

f. Langkah VI Melaksanakan Perencanaan

Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh dalam

langkah ke VI harus dilaksanakan secara efisien dan aman.

Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau

sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien atau
56

anggota tim kesehatan lainnya. Dalam situasi di mana bidan

berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani klien yang

mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen

asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap

terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.

g. Langkah VII Evaluasi

Pada langkah ini, dilakukan evaluasi efektivitas dari asuhan yang

sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan,

apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan

sebagai mana telah diidentifikasi dalam masalah dan

diagnosis.(Asrinah dkk,2010: 161-166)

3. Pendokumentasian SOAP

SOAP merupakan catatan yang bersifat senderhana, jelas, logis

dan tertulis. Seorang bidan hendaknya menggunakan SOAP setiap kali

bertemu dengan kliennya. Selama masa antepartum, seorang bidan

dalam menuliskan satu catatan SOAP untuk setiap kali kunjungan ;

sementara masa intrapartum, seorang bidan boleh menuliskan lebih

dari satu catatan untuk satu klien dalam satu hari. Seorang bidan juga

harus melihat catatan-catatan SOAP terdahulu bilamana ia merawat

seseorang klien untuk mengevaluasi kondisinya yang sekarang.

Kepanjangan dari SOAP adalah :

S (Subjektif) yaitu apa yang dikatakan oleh klien

O (Objektif) yaitu apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan sewaktu

melakukan pemeriksaan.
57

A (Analisa) yaitu kesimpulan apa yang di buat dari data-data

subjektif/objektif tersebut

P (Planning) yaitu apa yang akan dilakukan berdasarkan hasil

pengevaluasian tersebut.

a. S (Data Subjektif)

Data subjektif (S) merupakan pendokumentasian

manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah pertama

adalah pengkajian data, terutama data yang di peroleh melalui

anamnesis.

b. O (Objektif)

Data objektif (O) merupakan pendokumentasian

manajemen kebidanan menurut Helen Varney pertama (pengkajian

data), terutama datang yang diperoleh melalui hasil observasi yang

jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan

laboratorium/pemeriksaan diagnosis lain.

c. A (Analisa)

(Analysis/Assessment), merupakan pendokumentasian

hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan

objektif.

d. P (Planning)

Planning adalah membuat rencana asuhan saat ini dan

yang akan datang, rencana asuhan disusun berdasarkan hasil

analisis dan interpretasi data. Bertujuan untuk mengusahakan

tercapainya kondisi pasien se-optimal mungkin dan

mempertahankan kesejahteraannya. (Asrinah dkk,2010 :158-160).

You might also like