You are on page 1of 7

TUGAS INDIVIDU RANGKUMAN MATERI KULIAH

RISET AKUNTANSI KEPERILAKUAN


“KEPERILAKUAN DALAM ORGANISASI PENGAUDITAN”

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Sutrisno T., SE., M.Si., Ak, CA

Disusun Oleh:
HAISYAH

NIM. 176020310011012

JOINT PROGRAM REGULER II A

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2018
“KEPERILAKUAN DALAM ORGANISASI PENGAUDITAN”

Motivasi merupakan alat bantu keperilakuan terbesar bagi audit internal.


Dalam teori motivasi, dikenal dengan lima kebutuhan pokok Maslow. Dua dari
kebutuhan pokok tersebut adalah keinginan untuk menjadi bagian dari
organisasi dan kebutuhan untuk diterima dan dikenal, sehingga dapat
melayani auditor internal secara baik.
a. Kebutuhan menjadi bagian dari organisasi
Bagian audit merupakan bagian dari keseluruhan organisasi yang
berdedikasi untuk memperbaiki operasi organisasi tersebut. Pihak
yang diaudit dapat dijanjikan bahwa pendapat mereka akan diterima
dan dipertimbangkan untuk dimasukan dalam pertimbangan
keseluruhan manajemen guna memperbaiki kondisi operasi organisasi.
b. Menghormati diri sendiri dan orang lain
Kebutuhan akan rasa dihormati ini dapat dikaitkan dengan keyakinan
pihak yang diaudit untuk bertindak langsung dalam kerja sama dengan
staf audit untuk mengidentifikasi bidang-bidang yang bermasalah,
membantu dalam mengidentifikasi kinerja, serta mengembangkan
tindakan-tindakan korektif.

Terdapat empat gaya manajemen (kepemimpinan) secara umum.


Keempat gaya manajemen tersebut yaitu :
a. Gaya mengarahkan
b. Gaya melatih
c. Gaya mendukung
d. Gaya mendelegasikan
Dari empat gaya tersebut, gaya pertama dan gaya keempat merupakan
gaya yang terpenting. Pada gaya pertama, auditor seharusnya mencoba
untuk bekerja sama dengan seluruh manajemen dalam proses audit sehingga
dapat meyakinkan pihak manajeman bahwa auditor berada di pihak mereka
dan mempunyai tujuan untuk mengembangkan desain guna membantu
memperbaiki operasi.
Pada gaya keempat, auditor seharusnya mengambil pendekatan bahwa
mereka merupakan bagian dari tim manajemen dan bertindak sebagai rekan
kerja atau konsultan.
Konflik sering kali membantu pencapaian tujuan audit, tetapi jika tidak
ditangani lebih awal, maka konflik akan menjadi lebih tajam dan luas. Konflik
dapat terjadi dalam hal – hal seperti berikut :
a. Lingkup seperti terhadap manajemen.
b. Tujuan sebagaimana terhadap auditor eksternal.
c. Tanggung jawab seperti layanan manajemen.
d. Nilai dominasi atau persepsi terhadap peran audit dari kacamata pihak
yang diaudit.
Dalam bidang akuntansi, konflik dapat terjadi antara auditor yang
cenderung mempertahankan profesionalismenya dan pihak yang diaudit yang
cenderung mempertahankan lembaga atau keinginannya. Oleh sebab itu
terdapat empat metode khusus yang secara umum digunakan untuk
menyelesaikan konflik, yaitu arbitrasi, mediasi, kompromi, dan langsung.

1. Hakikat Audit
a. Setiap organisasi atau perusahaan selayaknya secara suka rela
melakukan audit untuk umpan balik kinerja
b. Auditor adalah manusia
c. Auditor seharusnya terlepas dari faktor-faktor personalitas dalam
melakukan audit (Siegel dan Marconi, 1989)

2. Faktor Personalitas
a. Misalnya human being (keinginan manusia), emosi, subyektifitas
b. Menyebabkan kegagalan audit, risiko audit yang tinggi

3. Tipe Keperilakuan Yang Dihadapi Auditor


a. Auditor dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap lingkungan audit
b. Auditor harus menyelaraskan dan sinergi dalam pekerjaan mereka,
karena audit hakikatnya adalah pekerjaan kelompok
4. Proses Audit Yang Membutuhkan Pertimbangan Auditor

Aktivitas Pertimbangan Hasil Penilaian

Menetapkan materialitas • Materialitas akuntansi


• Materialitas audit
• Risiko Bisnis

Mengidentifikasi tujuan • Audit area


dan asersi audit yang • Aliran transaksi
penting • Asersi Laporan Keuangan

Menilai lingkungan risiko • Impliksi lingkungan klien untuk


inheren mengidentifikasi struktur
pengendalian
• Penilaian risiko inheren untuk
laporan keuangan

Mengevaluasi • Perbaikan efisiensi dan efektivitas


pengendalian internal audit
• Risiko pengendalian untuk asersi
laporan keuangan
• Kelemahan dalam pengendalian

Mengembangkan • Hasil terhadap uji pengendalian


strategi audit • Kemungkinan pendekatan audit
yang berbeda
• Penekanan terhadap
keseimbangan atau aliran transaksi
• Identifikasi terhadap asersi
strategik

Mengembangkan • Mengembangkan kombinasi yang


program audit tepat dari prosedur audit spesifik
dan menentukan ruang lingkup dan
waktu aplikasi
Memilih dan • Prosedur tertentu untuk
mengevaluasi prosedur diaplikasikan
review analitis • Pengembangan ekspektasi
• Formulasi untuk menjelaskan
fluktuasi

Mengevaluasi hasil-hasil • Kesimpulan terhadap prosedur


dari pengujian audit audit spesifik dalam kaitan dengan
tujuan dan hasil yang diperoleh

Menentukn status going • Status going concern perusahaan


concern perusahaan satu tahun ke depan

Mengaplikasikan standar • Identifikasi terhadap standar


audit yang berterima auditing
umum dan prinsip- • Identifikasi terhadap arah dari
prinsip akuntansi standar audit yang diaplikasikan

Mengaplikasikan aturan- • Ada pelanggaran kode etik apa


aturan mengenai kode tidak
etik

Memilih opini audit yang • Apakah laporan keuangan telah


tepat disajikan secara wajar selama satu
periode akuntansi

5. Kecerdasan Emosi Vs Kecerdasan Intelektual


a. Untuk menjadi auditor yang mampu melaksanakan tanggung jawabnya
dengan menjunjung tinggi etika profesi, kecerdasan intelektual hanya
menyumbang 20%, yang 80% dipengaruhi bentuk kecerdasan yang
lain (Goleman, 2007)
b. Dari 80%, diantaranya kecerdasan emosional
6. Rational-Emotive Therapy (Ret)
a. Shannon dan Stevens dalam Siegel dan Marconi (1989) mengusulkan
suatu terapi yang disebut RET
b. Tujuannya adalah mengeliminasi sebanyak mungkin perasaan negatif
yang tidak diinginkan

7. Fenomena Kelompok Dalam Audit


a. Pekerjaan audit adalah pekerjaan kelompok
b. Pengambilan keputusan kelompok memiliki kinerja yang lebih baik
dibanding pengambilan keputusan individual

8. Tipe Kelompok
Ivancevich dan Matteson (2002):
a. Kelompok formal (perintah, tugas, tim)
b. Kelompok non formal (pertemanan, kelompok kepentingan)

9. Kualitas Keputusan Kelompok


Sutton dan Hayne (1997):
a. Lebih banyak pengetahuan dan informasi
b. Pendekatan pemecahan masalah yang beragam
c. Partisipasi dalam pemecahan masalah meningkat
d. Komunikasi dan interaksi lebih baik sehingga tercipta konsensus

10. Keuntungan Pengambilan Keputusan Kelompok Dalam Audit

KARAKTERISTIK KEUNTUNGAN

Penyatuan • Proses keputusan kelompok lebih kaya


kepentingan, dengan ide-ide segar
koreksi kesalahan, • Anggota kelompok mampu mengoreksi
simulasi memori kealahan
• Kontribusi oleh satu anggota bisa
menjadi inspirasi bagi yang lainnya
11. Risiko Pengambilan Keputusan Kelompok Dalam Audit

KARAKTERISTIK RISIKO

Blocking idea, • Ada anggota kelompok yang tidak


dominasi, free memberikan informasi yang utuh kepada
riding, sosialisasi anggota lainnya dalam satu diskusi
• Ada satu anggota yang mendominasi
jalannya diskusi
• Ada satu orang yang bisa saja menjadi
“penggembira” atau “penumpang gelap”
• Anggota kelompok terkadang lebih
mementingkan sosialisasi dibandingkan
tugas di tangan

You might also like