You are on page 1of 11

Journal Reading

DENTAL HEALTH AND THE TYPE OF ANTIPSYCHOTIC


TREATMENT IN INPATIENT WITH SCHIZOPHRENIA

Di susun Oleh :

Aprilia Palupi

Dwi Murwati

Putri Nurhayati

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2015
KESEHATAN GIGI DAN JENIS PENGOBATAN ANTIPSIKOTIK
PADA PASIEN SKIZOFRENIA

Alexander Grinshpoon, MD, PhD, MHA,1 Shlomo P. Zusman, MD,2 Abraham


Weizman, MD,3 and Alexander M. Ponizovsky, MD, PhD4

ABSTRAK
Tujuan : Penelitian ini menguji hubungan antara kondisi gigi pada pasien
menurut ICD-10 skizofrenia dengan jenis pengobatan antipsikotik. Berdasarkan
literatur menunjukkan bahwa antipsikotik atipikal dianggap lebih ditolearansi atau
lumayan daripada jenis antipsikotik yang tipikal, kami berhipotesa bahwa rumah
sakit yang mempunyai pasien dengan skizofrenia jika diobati dengan dengan jenis
yang atipikal akan memiliki kesehatan gigi yang lebih baik dibanding mereka
yang diobati dengan jenis tipikal sendiri atau dengan kombinasi keduanya
(kelompok gabungan).
Metode : Sebuah sampel yang representatif dari 348 pasien (69% laki-laki),
berusia 51,4 (SD = 14,5, kisaran 31-58) tahun, dinilai berdasarkan kriteria standar
dari Decayed, Hilang dan Diisi Gigi indeks (DMFT) dan komponen skor. Data
obat yang diekstrak pasien dilihat dari rekam medis elektronik.
Hasil : Pasien yang diobati menggunakan jenis typicals memiliki angka yang
signifikan skor indeks DMFT lebih tinggi daripada mereka yang menerima
atypicals (23,5 ± 9,9 vs 19,0 ± 10,5; p <0,05), dan lebih tinggi hilang (20,2 ± 11,6
vs 13,5 ± 11,2; p <0,01) dan diisi lebih rendah (1,0 ± 2,4 vs 2,1 ± 3,9; p <0,05)
gigi skor komponen. Tidak ada perbedaan antara kelompok dalam skor komponen
Decayed yang ditemukan (2,3 ± 3,4 dan 3,4 ± 5,0, masing-masing; p> 0,05).
Kelompok gabungan terletak di antara typicals dan kelompok atypicals pada
semua tindakan.
Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien dengan skizofrenia
yang dipertahankan dengan atypicals memiliki kesehatan gigi yang lebih baik
dibanding dengan pasien yang diobati dengan menggunakan jenis tipikal atau
dengan kombinasi keduanya. Dari perspektif kesehatan mulut, monoterapi dengan
atypicals lebih unggul dan atipikal / perawatan khas. Meskipun pilihan antara
jenis antipsikotik tipikal dan atipikal berdasarkan psikiatri klinis, manfaat dari
atypicals yang berkaitan dengan kesehatan gigi harus diambil dan menjadi
pertimbangan dalam pengambilan keputusan klinisi.

PENGANTAR
Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan minat dalam
bidang kesehatan gigi antara pasien dengan skizofrenia dan penyakit mental
lainnya yang parah. Ini mungkin berhubungan dengan minat dalam meningkatkan
kesehatan fisik, integrasi dalam masyarakat, kualitas hidup dan lebih ditoleransi
dan farmakologis yang aman pengobatan untuk populasi ini. Pasien psikiatri
memiliki resiko sangat tinggi terkena penyakit gigi karena kedua faktor pasien-
terkait dan layanan terkait, sebagian besar yang dimodifikasi. Faktor risiko-pasien
terkait termasuk perokok berat (1, 2), mengabaikan kebersihan mulut (3-5),
perilaku avoidant (6), memiliki diet kaya karbohidrat (7, 8), dan
menyalahgunakan alkohol dan obat-obatan (9). -Layanan terkait faktor termasuk
kurangnya klinik gigi yang cocok (10), kurangnya dana yang ditujukan untuk
layanan gigi, aksesibilitas miskin layanan gigi (11), dan kepedulian cukup
psikiater (12). Merupakan faktor penting, tetapi understudied, dampaknya obat
psikotropika yang dapat menyebabkan mulut kering (5, 13, 14), atau efek samping
lainnya yang berkontribusi terhadap masalah kesehatan mulut (2, 15, 16).

KESEHATAN GIGI DAN PENGOBATAN ANTIPSIKOTIK


Antipsikotik jenis tipikal ( AP Gen-1 ) dan antipsikotik jenis atipikal ( AP
Gen-2 ) digunakan untuk mengobati macam-macam jenis gangguan jiwa.
Meskipun, kedua kelompok antipsikotik mempunyai mekanisme yang sama, yaitu
bekerja dengan cara memblokir reseptor dopamin otak dan memiliki khasiat atau
efek yang sebanding, tetapi jenis atipikal berbeda dari tipikal, bahwa atipikal
memiliki profil yang lebih aman dari efek samping neurologisnya. Atipikal
cenderung menyebabkan gejala ekstrapiramidal seperti parkinson, hal ini
dinyatakan dengan adanya kekakuan otot dan getaran yang tidak disengaja.
Gangguan tersebut memiliki efek negatif pada pergerakkan motorik halus dan
akibatnya pada kemampuan pasien untuk menyikat gigi dan melakukan kegiatan
kebersihan mulut secara efektif.
Kedua jenis antipsikotik ini dapat menyebabkan tardive dyskinesia, tetapi
atipikal dibanding tipikal lebi cenderung untuk melakukannya (3,9 % VS 5,5 %).
Aktivitas para fungsional dari ulut, menguyah dan lidah otot dapat memiliki efek
negatif pada gigi dan oklusi. Kedua jenis antipsikotik ini memiliki efek samping
antikolinergik, termasuk xerostomia (mulut kering).
Air liur memiliki peran utama dalam mencegah karies gigi. Oleh karena
itu xerostomia merupakan faktor resiko utama karies gigi. Pasien dengan mulut
yang sering kering, minum-minum berkarbonasi lebih aman akan meningkatkan
resiko karies. Namun, tinjauan sistematis dan meta analisis dari literature yang
relevan tidak menemukan perbedaan mulut kering diantara antipsikotik (tipikal
dan atipikal) dari jangka menengah dan panjang.
Efek samping yang menonjol dari atipikal adalah sindrom metabolik yang
di manifestasikan dengan adanya peningkatan BB yang signifikan, dislipidemia
dan diabetes melitus. Semua efek samping yang ditimbulkan dari antipsikotik
dianggap sebagai faktor resiko untuk kesehatan gigi yang buruk.
Tinjauan dari penelitian cross-sectional ini adalah untuk menguji atau
menilai hubungan antara kondisi gigi pada pasien skizofrenia yang tinggal lama /
rawat inap yang lama di rumah sakit dan jenis obat antipsikotik yang mereka
terima.

METODE
Sampel
14 lembaga psikiatri (6 milik pemerintah dan 8 milik swasta) memberikan
perawatan untuk 98 % dari semua pasien rawat inap psikiatri kronis di israel yang
dilibatkan dalam penelitian ini. Penelitian ini telah disetujui oleh departemen
kesehatan (Depkes). Institutional reviews board . Semua pasien di rumah sakit
selama lebih dari 1 tahun pada tanggal 1 juli, 2005 (n=1997), sampel sekitar 20 %
dari pasien yang dipilih secara acak untuk pemeriksaan gigi. Pengacakan
dilakukan menggunakan Israeli citizens unique 9-digit Identity code (ICS). Hanya
pasien yang ICSnya berakhir dengan angka (5” dan 7”) dapat berpartisipasi dalam
survei (n=348). Demografi (umur dan jenis kelamin), informasi tentang diagnosis
klinis sesuai dengan (ICD-10) (23) kategori gangguan mental dan riwayat rawat
inap diekstraksi dari national psychiatri rawat inap registy dari depkes.
Sampel terdiri dari 241 laki-laki (69%) dan 107 perempuan (31%)
didiagnosis dengan kriteria skizofrenia menurut ICD-10. Usia rata-rata pasien
adalah 51,4 ± 14,5 tahun (kisaran 31-58 tahun), usia rata-rata saat onset dari
gangguan, yang diukur dengan usia rawat inap psikiatrik pertama adalah 25,5 ±
9,4 tahun (kisaran 14-29 tahun) dan durasi gangguan itu 28,0 ± 13,4 (kisaran 5-
24). Jumlah rata-rata rawat inap adalah 10,2 ± 12,2 dan panjang kumulatif tinggal
di rumah sakit adalah 67,2 ± 86,9 bulan.

Kelompok obati antipsikotik


Data obat yang diekstrak dari catatan medis elerktronika pasien. Semua
pasien (n=348) dibagi menjadi 3 kelompok sesuai dengan jenis obat antipsikotik
yang mereka terima dari awal penyakit mereka. Kewaktu dai pemriksaan gigi;
tipikal (n=163), atipikal (n-40) dan kelompok gabungan yang menerima
kombinasi keduanya (n=145). Pasien dalam kelompok tipikal dan kelompok
gabungan dirawat terus-menerus selama minimal 60,2 ± 41,0 dan 63,1 ± 45,4
bulan. Masing-masing, sedangkan durasi rata-rata pemberian obat pada kelompok
atipikal adalah 48,2 ± 38,0 bulan. Periode yang diamati obat antipsikotik yang
idbatasi oleh sekitar 5 tahun, karena atipikal diperkenalkan di israel selama tahun
2000. Obat tipikal yang dimasukan yaitu haloperidol (n=28, 25.0±20.6 mg/day),
levomepromazine (n=25, 125.0±120.0 mg/day), perphenazine (n=24, 40.0±51.0
mg/day), zuclopenthixol (n=18, 36.0±16.0 mg/day), haloperidol decanoate (n=20,
6.7±3.8 mg/day), fluphenazine decanoate (n=19, 1.8±0.9 mg/day), zuclopenthixol
decanoate (n=29, 10.0±7.5mg/day).
Sebagian besar pasien yang diobati dengan tipikal menerima
antikolinergik tambahan karena efek ekstrapiramidalnya. Sedangkan, pasien yang
diobati dengan atipikal tidak perlu p enambahan ini. Obat atipikal yang dimasukan
yaitu clozapine (n=7, 300.0±95.0 mg/day), olanzapine (n=22, 18.0±5.0 mg/day)
and risperidone (n=11, 4.5±1.5 mg/day).

Kami tidak menemukan perbedaan antara kelompok ini dalam penggunaan


antidepresan, anxiolitik atau stabilator suasaan hati, yang memiliki sifat
antikolinergik yang signifikan (data tidak ditampilkan).
Penilaian status gigi
Menurut protokol Depkes berdasarkan Hukum Asuransi Kesehatan
Nasional, 1994, masing masing rumah sakit jiwa dengan pasien kejiwaan
dilakukan pemeriksaan gigi setiap tahunnya. Untuk penelitian, pemeriksaan ini
dilakukan oleh dua dokter gigi yang sudah di kalibrasi sebelum penelitian untuk
menilai pengalaman dari dokter tersebut sebagai dasar dari standar nasional yang
telah ditetapkan ( koefisien untuk kesepakatan (kappa) antara penguji adalah
0.88). Pemeriksaan gigi dilakukan dengan menggunakan cermin dan periodental
probe ( Indeks Pengobatan Komunitas Periodental ) dengan pasien duduk di
depan jendela dan dibawah cahaya yang cukup. Pasien yang berada di bangsal
tertutup yang tidak bisa bergerak dan pasien usia lanjut akan diperiksa di bangsal.
Pasien akan diperiksa keadaan gigi dan restorasi gigi, jaringan lunak dan keras
menurut metode survey Oral dari WHO, edisi keempat yang merinci secara detail
untuk pemeriksaan. Index DMFT yang mewakili keseluruhan status gigi dan
pengalaman karies sebelumnya yaitu Decayed (D), Missing (M), Filled (F), Teeth
(T) di gigi permanen yang sudah dihitung dari setiap pasien. Index skor DMFT
adalah jumlah dari ketiga komponen dan dengan kisaran dari 0 sampai dengan 28
untuk nilai maksimum. Perlu diingat karena index DMFT dilakukan tanpa foto X-
Ray mungkin akan mengabaikan prevalensi dari karies gigi.

Analisis Data
Semua data di analisis menggunakan SPSS 14 untuk windows. Data
DMFT di tampilkan dalam skoring dan SD. Perbedaan pada karakteristik pasien,
kategori dan variabel kontinyu akan di analisis dengan tes Chi-Square dan
ANOVA. Kami menguji hipotesis kami tentang index DMFT dan komponen skor
antara tipikal dan atipikal dan kombinasi dari kedua group dengan cara satu arah
ANOVA dengan perbandingan Turkey HSD. Faktor pembaur dari jenis kelamin
antara kelompok yang berbeda diuji dengan t-test. Signifikasi yang ditetapkan
adalah p<0.05.

Hasil
Hasil kelompok pada group tipikal agak lebih tua dibandingkan dengan
yang atipikal dan group kombinasi meskipun hasilnya tidak signifikan. Terlihat
signifikan pada pasien wanita yang lebih banyak pada group tipikal, relatif pada
group atipikal dan group kombinasi dengan nilai p<0.05.
Untuk menilai hipotesis kami, skor DMFT membandingkan dengan
semua kelompok group. Hasil ANOVA menunjukkan bahwa pasien yang
diberikan terapi tipikal memberikan hasil yang lebih signifikan dengan skor index
lebih tinggi dengan nilai p<0.05 serta Missing p<0.01, Filled p<0.05 skor
komponen gigi dari mereka yang diobati dengan antipsikotik atipikal. Tidak ada
perbedaan antara kelompok dalam komponen skor pada group Decayed yang
ditemukan. Pasien yang di obati dengan tipikal tidak berbeda secara signifikan
dari semua group kombinasi di skor DMFT kecuali untuk untuk yang lebih tinggi
berarti jumlah gigi yang tetap hilang. Disana tidak ada perbedaan yang signifikan
secara statistic dalam semua skor DMFT antara pasien dalam group atipikal dan
group kombinasi antipsikotik.
Untuk menilai efek dari jenis kelamin sebagai faktor pembaur pada
status gigi dengan pasien yang diberikan terapi antipsikotik yang berbeda, kami
membandingkan index DMFT dan skor komponen antara laki-laki dan perempuan
yang di nilai dengan t-test. Tidak ada perbedaan pada skor DMFT yang ditemukan
pada pemberian terapi antipsikotik.

Diskusi
Penelitian ini meninjau antara type terapi antipsikotik dan status gigi
pada pemberian terapi jangka panjang pada pasien skizofrenia. Secara hipotesis,
pasien yang diberikan terapi atipikal lebih memiliki gigi yang lebih baik
dibandingkan dengan pasien dengan pemberian terapi tipikal. Secara keseluruhan
dari level group decay dengan terapi atipikal yang diukur dengan index DMFT,
secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan kelompok perlakuan dengan
tipikal. Mengindikasikan pasien dengan atipikal telah secaea signifikan lebih
diperlakukan (diisi) gigi dan secara sgnifikan lebih sedikit yang di ekstraksi
(hilang) gigi. Hasil kombinasi dari kelompok terapi ( tipikal bersama dengan
atipikal) jatuh di antara kelompok tipikal dan atipikal pada semua tindakan.

Bagaimana hasil dapat dijelaskan ?


Karena desain dari penelitian kami menggunakan metode cross
sectional, kebanyakan dari penjelasan yang kami ditemukan lebih bersifat
spekulatif. secara teori, setelah terjadi karies yang berkembang dan menyebabkan
nyeri terdapat dua strategi utama perilaku untuk penderita : mencari segera
perawatan gigi professional atau terapi pengobatan perilaku penghindar, seperti
mengambil analgesic untuk nyeri yang minimal, pendekatan yang menghasilkan
penundaan pengobatan. Strategi pertama terlihat dari peningkatan komponen
Filled pada DMFT, sedangkan strategi kedua menyebabkan progress karies
dengan pembusukan dan kehilangan dari gigi terlihat dari komponen DMFT.
Karena atipikal memiliki lebih sedikit efek samping pada neurologi
dibandingkan dengan tipikal, tetapi kepatuhannya lebih baik. Kepatuhan yang
lebih baik terkait dengan remisi yang lebih stabil dan penilaian yang lebih baik
berkontribusi terhadap kepatuhan pasien untuk kebersihan mulut dan mencari
perawatan gigi yang memadai secara tepat. Yang mengaah pada perbaikan gigi
akhirnya lebih banyak dan sedikit ekstraksi. Khususnya, group yang menerima
terapi kombinasi antara group yang diterapi dengan tipikal atau hanya atipikal dari
semua parameter gigi kecuali jumlah gigi yang di ekstraksi menunjukkan hasil
yang lebih signifikan pada group yang di terapi hanya dengan tipikal. Temuan ini
menunjukkan bahwa dibandingkan dengan group tipikal pasien dengan terapi
kombinasi tipikal dan atipikal lebih terlihat kooperatif dengan perawatan gigi dan
dokter gigi harus menghindari ekstraksi gigi yang membusuk pada group yang
masih mungkin di lakukan restorasi.
Hasil kami menunjukkan bahwa status gigi yang lebih baik dari pasien
yang diobati dengan atipikal mungkin terkait dengan perubahan perilaku
kesehatan dalam hal perawatan gigi. Mungkin karena wawasan yang lebih baik
dari pasien dan lebih banyak kesadaran dari kebutuhan kesehatan gigi mereka
lebih baik praktik kebersihan mulut atau karena kerjasama yang lebih baik dengan
dokter gigi mereka atau kombinasi dari faktor-faktor ini.
Disarankan bahwa atypicals, relatif terhadap typicals, sampai batas
tertentu lebih efektif dalam mengurangi gejala negatif. Gejala negatif seperti
mungkin memainkan peran dalam kesehatan mulut yang buruk dari pasien sakit
mental, mungkin karena penarikan sosial yang mungkin mengurangi perilaku
bantuan-cari. Agen antikolinergik tambahan untuk efek samping ekstrapiramidal
yang menyebabkan mulut kering mungkin bertanggung jawab untuk status gigi
miskin pasien yang diobati dengan typicals dibandingkan dengan mereka yang
memakai atypicals. Namun, tidak ada perbedaan di gigi membusuk komponen
antara kelompok. Akhirnya, perbedaan usia-jenis kelamin, paling sering dikutip
sebagai faktor risiko untuk kesehatan gigi, dapat menjelaskan temuan yang
diperoleh, jika faktor-faktor ini tidak dikontrol dalam penelitian kami.

Keterbatasan
Temuan pada penelitian harus di anggap sebagai awal mengingat dari
keterbatasan yang ada. Pertama, hasil penelitian kami mengukur ( DMFT)
menggambarkan masa lalu dan aktivitas karies yang sekarang dan cara mereka
diperlakukan. Regimen obat baru-baru initidak mempengaruhi aktivitas di masa
lalu tetapi keterbatasan ini ada pada kedua group, yang berbeda hanya jenis obat
pada peserta yang menerima obat saat itu. Desain penelitian cross sectional
menghalangi pembentukan kausalitas pada asosiasi saat ini. Penelitian future
longitudinal dapat mengkonfirmasi hasil temuan kami dan menentukan hubungan
sebab antara pemberian terapi antipsikotik dan status gigi pada pasien skizofrenia.
Faktor seperti status ekonomi, kebiaasan kesehatan, perawatan diri dan
perawatan mulut dan diet tidak dinilai dalam penelitian, meskipun faktor tersebut
tampaknya relevan untuk penelitian studi tentang dampak terapi pada kesehatan
gigi. Meskipun demikian, terlepas dari pengobatan antipsikotik, preventive
perawatan gigi, termasuk kebersihan mulut, diet sehat, pemanfaatan fluoride dan
lain-lain seharusnya direkomendasikan dan di pantau oleh staf rumah sakit
diantara pasien psikiatri yang rawat inap.

Implikasi klinis
Sebuah tinjauan sistematis terbaru dan meta-analisis mengkompar
efektifitas antara typicals dan atypicals untuk mengobati orang dewasa dengan
skizofrenia disimpulkan bahwa kekuatan 118 Kesehatan Gigi dan Jenis
antipsikotik Pengobatan Pasien rawat inap di dengan Skizofrenia membuktikan
keuntungan dari typicals dan atypicals, serta keamanan komparatif mereka secara
medis rendah atau tidak cukup (22). Temuan kami menunjukkan manfaat bahwa
dari atypicals lebih typicals setidaknya dengan Berkenaan dengan gigi Hilang
komponen kesehatan gigi. Manfaat ini kurang bearti pada kelompok perlakuan
dengan kombinasi kedua obat. Oleh karena itu, dari perspektif kesehatan gigi,
praktek populer di kalangan dokter untuk menggabungkan atypicals dengan
typicals untuk meningkatkan pengobatan efektivitas harus dihindari atau
setidaknya diminimalkan. Kesimpulannya, hasil menunjukkan bahwa pasien
skizofrenia yang dipertahankan dengan atypicals memiliki kesehatan gigi yang
lebih baik dari pasien yang diobati dengan typicals atau dengan kombinasi
keduanya. Dari perspektif pengobatan kesehatan mulut dengan antipsikotik
atipikal lebih unggul dibanding pengobatan dengan typicals dan kombinasi
atypicals dan typicals. Meskipun pilihan antara typicals dan atypicals adalah
terutama berdasarkan keberhasilan kejiwaan mereka, kepentingan atypicals
berkaitan dengan kesehatan gigi harus diambil menjadi pertimbangan dalam
pengambilan keputusan klinis.

You might also like