Professional Documents
Culture Documents
HIPOKONDRIASIS New
HIPOKONDRIASIS New
I. PENDAHULUAN
II. DEFINISI
1
Hipokondriasis adalah suatu keadaan dimana seseorang
mencurigai kesehatan fisiknya atau ketakutan pada suatu penyakit tanpa
ada patologi organik, yang menetap walaupun telah dilakukan
pemeriksaan adekuat dan penentraman. Menurut DSM-IV Hipokondriasis
merupakan gangguan somatik yang ditandai dengan preokupasi fungsi
tubuh dan interpretasi sensasi normal (misalnya denyut jantung,
berkeringat, kerja peristaltik, dan gerakan usus) atau abnormalitas kecil
(seperti pilek, nyeri, dan sakit ringan, atau pembengkakan ringan kelenjar
getah bening) sebagai indikasi problem yang serius membutuhkan
perhatian medis. Hipokondriasis disebut juga hipokondriakal neurosis.(1,3)
III. EPIDEMIOLOGI
IV. ETIOLOGI
2
Pasien dengan hipokondriasis memiliki skema kognitif yang salah.
Mereka salah menginterpretasikan sensasi fisik. Dalam kriteria diagnostik
untuk hipokondriasis, DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder edisi ke-empat) menyatakan bahwa gejala mencerminkan
misinterpretasi gejala-gejala tubuh. Data tubuh yang cukup menyatakan
bahwa orang hipokondriakal meningkatkan dan membesarkan sensasi
somatiknya, mereka memiliki ambang dan toleransi yang lebih rendah dari
umunya terhadap gangguan fisik. Sebagai contoh, apa yang dirasakan oleh
orang normal sebagai tekanan abdominal, orang hipokondriakal
mengalami sebagai nyeri abdomen. Orang hipokondriakal mungkin
berpusat pada sensasi tubuh, salah menginterpretasikannya, dan menjadi
tersinyal oleh hal tersebut karena skema kognitif yang keliru.(1)
3
mungkin merupakan subtipe pensomatisasi (somatizing) dari gangguan
lain tersebut.(1)
V. GAMBARAN KLINIS
4
kecemasan, dan seringkali ditemukan bersama-sama dengan suatu
gangguan depresif atau kecemasan. Pasien demikian sering mendatangi
dokter, biasanya berulang-ulang dan berpindah dari satu spesialis ke
spesialis lain, tetapi menghindari psikiater.(1,4,5)
VI. DIAGNOSIS
5
tidak adanya temuan patologis pada pemeriksaan medis dan neurologis.
Kriteria diagnostik juga mengharuskan bahwa keyakinan tersebut tidak
dalam intensitas waham (lebih tepat didiagnosis sebagai gangguan
delusional) dan tidak terbatas pada ketegangan tentang penampilan (lebih
tepat didiagnosis sebagai gangguan dismorfik tubuh). Tetapi, gejala
hipokondriasis diharuskan memiliki intensitas yang menyebabkan
penderitaan emosional atau menyebabkan gangguan pada kemampuan
pasien untuk berfungsi di dalam bidang penting hidupnya. Klinisi dapat
menentukan adanya tilikan yang buruk jika pasien tidak secara konsisten
mengetahui bahwa permasalahan tentang penyakit adalah luas.(1)
6
Kriteria diagnosis pasti dari gangguan hipokondrik menurut
PPDGJ-III, kedua hal ini harus ada, yaitu keyakinan yang menetap adanya
sekurang-kurangnya satu penyakit fisik yang serius yang melandasi
keluhan-keluhannya, meskipun pemeriksaan yang berulang-ulang tidak
menunjang adanya alasan fisik yang memadai, ataupun adanya preokupasi
yang menetap, kemungkinan deformitas atau perubahan bentuk
penampakan fisiknya (tidak sampai waham), serta tidak mau menerima
nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak
ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi keluhan-
keluhannya.(2)
7
adalah wanita dibandingkan pasien dengan hipokondriasis, di mana
memiliki distribusi yang seimbang antara laki-laki dan wanita.(1)
8
VIII. TERAPI
9
Perjalanan hipokondriasis biasanya episodik, episode berlangsung
dari beberapa bulan sampai beberapa tahun dan dipisahkan oleh periode
tenang yang sama panjangnya. Mungkin terdapat hubungan jelas antara
eksaserbasi gejala hipokondriakal dan stressor psikososial. Walaupun hasil
penelitian besar yang dilakukan belum dilaporkan, diperkirakan sepertiga
sampai setengah dari semua pasien hipokondriasis akhirnya membaik
secara bermakna. Prognosis yang baik adalah berhubungan dengan status
sosioekonomi yang tinggi, onset gejala yang tiba-tiba, tidak adanya
gangguan kepribadian, dan tidak adanya kondisi medis non psikiatrik yang
menyertai. Sebagian besar anak dengan hipokondriakal menjadi sembuh
pada masa remaja akhir atau dewasa awal.(1)
DAFTAR PUSTAKA
10
1. Kaplan H.I, Sadock B.J, Grebb J.A. Sinopsis Psikiatri. In : Gangguan
Somatoform. Jilid 2. Ciputat : Binarupa Aksara. p. 94-7
2. Dr. Rusdi Maslim, SpKJ, dalam Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkas
dari PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya,
p. 84
3. Dorland, Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC. p. 1055
4. Hadisukanto, Gitayanti. Editor : Sylvia D. Elvira, Gitayanti Hadisukanto.
Buku Ajar Psikiatri. Dalam : Gangguan Somatoform. Edisi Kedua. 2013.
Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia. p. 294-7
5. Ingram, I.M, G.C Timbury, R.M Mowbray. Editor : Peter Anugrah. Catatan
Kuliah Psikiatri. Dalam : Psikoneurosis. Edisi 6. 2002. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC. p. 69
6. Vladan Starcevic. Hypochondriasis and Health Anxiety: Conceptual
Challenges. BJ Psych. 2013. p. 7
7. Pardemean, Engelberta. Simposium Sehari Kesehatan Jiwa Dalam Rangka
Menyambut Hari Kesehatan Jiwa Sedunia. Dalam : Gangguan Somatoform.
2007. Jakarta
11