Professional Documents
Culture Documents
k2 Maternirtas Innu
k2 Maternirtas Innu
L DENGAN P1A0
POD 1 SECTIO CAESAREA ATAS INDIKASI PEB
DI RUANG MAWAR MERAH
RSUD R SYAMSUDIN SH
KOTA SUKABUMI
A. Latar Belakang
Setiap wanita hamil mempunyai potensi resiko komplikasi
persalinan dengan dampak ketidaknyamanan, ketidakpuasan, bukan
kematian. Preeklampsi merupakan suatu penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan yang hingga kini penyebabnya masih belum
diketahui dengan pasti, yang ditandai dengan hipertensi atau tekanan darah
tinggi, edema dan proteinuria yang masih merupakan sebab utama
kematian ibu dan sebab kematian perinatal yang tinggi, untuk mendeteksi
preeklampsi sedini mungkin dengan melalui pemeriksaan kehamilan
secara teratur mulai trimester I sampai trimester III dalam upaya mencegah
preeklampsi menjadi lebih berat (Wiknjosastro, 2008).
Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia hamil.
Sebagian besar kehamilan ini berlangsung dengan aman, namun sekitar
15% menderita komplikasi berat, dengan sepertiganya merupakan
komplikasi yang mengancam jiwa ibu. Komplikasi ini mengakibatkan
kematian lebih dari setengah juta ibu setiap tahun, dari jumlah ini
diperkirakan 90% terjadi di Asia dan Afrika, 10% di negara berkembang
lainnya, dan kurang dari 1% di Negara-negara maju. Di beberapa Negara
risiko kematian ibu lebih tinggi dari 1 dalam 10 kehamilan, sedangkan di
negara maju risiko ini kurang dari 1 dalam 6.000 (Prawirohardjo, 2013).
Menurut WHO (World Health Organization) AKI di tahun 2011,
81% diakibatkan karena komplikasi selama kehamilan , persalinan, dan
masa nifas. Komplikasi tersebut adalah infeksi, perdarahan, dan
preeclampsia. Preeklamsi dalam kehamilan adalah apabila dijumpai
tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih setelah kehailan 20 minggu (akhir
trimester kedua sampai trimester ketiga) atau bias lebih awal terjadi. Di
seluruh dunia preeklampsi menyebabkan 50.000 – 76.000 kematian
maternal dan 900.000 kematian perinatal setiap tahunnya (Chappel dan
Morgan, 2006). Angka kematian ibu akibat eklamsia-preeklampsi adalah
6%-8% diantara seluruh wanita hamil di Indonesia (Dede,2014).
Berdasarkan survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012, rata rata angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per
100.000 kelahiran hidup, rata-rata kematian ibu jauh menjolak dibanding
hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 10.000 (Agung, 2013)
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala
preeklampsia berat selama perawatan, maka sikap terhadap kehamilan
dibagi menjadi 2 yaitu : perawatan aktif dan perawatan konservatif.
perawatan konservatif adalah kehamilan tetap dipertahankan bersamaan
dengan pemberian pengobatan medikamentosa. Sedangkan Perawatan
aktif adalah kehamilan segera diakhiri / diterminasi bersamaan dengan
pemberian pengobatan medikamentosa. Cara mengakhiri kehamilan
(terminasi kehamilan) dilakukan berdasarka keadaan obsetrik pada waktu
itu, apakah sudah inpartu atau belum,tindakan yang dilakukan salah
satunya adalah sectio caesarea(Prawirohardjo, 2013).
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500gram
(Prawirohardjo, 2011).
Komplikasi yang dapat ditemukan dalam persalinan sectio
caesareaterhadap ibu adalah infeksi puerpurium, perdarahan, komplikasi-
komplikasi lain seperti luka kandung kencing, emboli paru-paru
(Prawirohardjo, 2013).
Berdasarkan data pasien rawat inap yang dilakukan operasi secti
caesareadari ruang kebidanan tercatat 747 ibu dilakukan operasi section
caesarea pada tahun 2017(SMF Kebidanan dan Penyakit kandungan,
2017).Mengingat sectio caesarea merupakan masalah yang dapat
meningkatkan mortalitas baik pada ibu maupun pada bayi, maka peran
perawat sangat dituntut kemampuannya untuk melakukan perawatan post
sectio caesarea.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan perawatan pasien dengan post op section caesar
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung terhadap perawatan
pasien post op section caesar
b. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu
mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada perawatan pasien
dengan post op section caesar
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Rumah Sakit
Dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan pengembangan
asuhan keperawatan yang diberikan, khususnya dalam asuhan
keperawatan maternitas dengan section caesar
2. Bagi Stikes Rajawali
Dapat menambah sumber bacaan atau referensi tentang asuhan
keperawatan maternitas dengan section Caesar di perpustakaan Stikes
Rajawali
3. Bagi Peneliti/ Penulis
Dapat menambah pengetahuan penulis tentang asuhan keperawatan
dengan section Caesar
D. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan : Latar belakang, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan
dan Sistematika Penulisan
Bab II Konsep Dasar teori : Konsep medic dan Konsep Askep
Bab III Tinjauan Kasus : Resemu Keperawatan dan Pembahasan
Bab IV Penutup : Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1.2. Etiologi
1.2.1. Sectio Caesare
Manuaba (2012) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah
ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini.
Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar
melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas
dapat diuraikan beberapa penyebab dilakukan sectio caesarea :
1.2.1.1. Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran
lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar
kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul
merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk
rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui
oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul
yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga
dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan
alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga
panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang
panggul menjadi abnormal.
1.2.1.2. Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit
yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab
terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan
infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab
kematian maternal dan perinatal paling penting dalam
ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah
penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar
tidak berlanjut menjadi eklamsi.
1.2.1.3. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum
terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah
hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36
minggu.
1.2.1.4. Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar.
Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi
komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi.
Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang
atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan
secara normal.
1.2.1.5. Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir
yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya
tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat
pendek dan ibu sulit bernafas.
1.2.1.6. Kelainan Letak Janin: Kelainan pada letak kepala dan
kelainan sungsang. Letak kepala tengadah yaitu bagian
terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam
teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan
panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau
mati, kerusakan dasar panggul; Presentasi muka, letak
kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang
terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi,
kira-kira 0,27-0,5 %; Presentasi dahi, posisi kepala antara
fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan
tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya
dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau
letak belakang kepala; Letak Sungsang, letak sungsang
merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di
bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak
sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong
kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna
dan presentasi kaki(Saifuddin, 2002).
1.7. Prognosis
Morbiditas maternal (ditandai dengan hipertensi berat atau keterlibatan
multi sistem) dan potensi kematian meningkat pada kehamilan dengan
hipertensi. Sekitar 16% dari nulligravida dengan hipertensi dalam
kehamilan namun tidak dijumpai proteinuria menyebabkan hipertensi
yang berat atau keterlibatan multi sistem. Pada hipertensi gestasional dan
proteinuria positif 1, komplikasi ibu yang berat dapat terjadi sampai 42%
dari semua nulligravida (secara total, hipertensi berat sekitar 80%, dan
penyakit multi sistem 20%). Penampilan pasien dengan preeklamsia
adalah secara fisik buruk, dengan hampir dua pertiga dari nulligravida
terjadi hipertensi berat (33%) atau gangguan multi sistem (67%).
Kematian karena preeklamsia sekitar <0,1%. Jika terjadi kejang pada
eklampsia berkembang, sekitar 5 - 7% dari pasien ini akan meninggal
dunia. Penyebab kematian biasanya disebabkan oleh perdarahan
intrakranial, shock, gagal ginjal, pemisahan prematur plasenta, dan
pneumonia aspirasi. Selain itu, hipertensi kronis mungkin merupakan
sekuel dari eklampsia. Meskipun jumlah trombosit meningkat secara
signifikan setelah postpartum kehamilan normotensif, sekitar ada 2 – 3
kali lipat meningkat pada pasien preeklampsia. Nilai puncak terjadi pada
6 – 14 hari setelah persalinan. kebanyakan merekomendasikan evaluasi
yang lengkap 6 minggu sampai 6 bulan.
1.8. Komplikasi
1.8.1. Perdarahan subkapsula hepar
1.8.2. Kelainan pembekuan darah (DIC)
1.8.3. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes dan low
platelet count).
1.8.4. Ablasio retina
1.8.5. Gagal jantung hingga syok dan kematian
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan (mukus dalam
jumlah berlebihan), jalan nafas alergik (respon obat anastesi)
b. Nyeri akut b.d agen injuri fisik (pembedahan, trauma jalan lahir, episiotomi)
c. Ketidakefektifan pemberian ASI b.d kurang pengetahuan ibu, terhentinya
proses menyusui
d. Gangguan eliminasi urine
e. Gangguan pola tidur b.d kelemahan
f. Resiko Infeksi b.d faktor risiko: episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan
pertolongan persalinan
g. Defisit perawatan diri mandi, makan, eliminasi b.d kelelahan postpartum.
h. Konstipasi
i. Resiko syok (hipovolemik)
j. Defisiensi pengetahuan: perawatan post partum b.d kurangnya informasi
tentang penanganan post partum
3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan NOC NIC
nafas 1. Respiratory status : Airway Suction
Definisi : Ketidakmampuan untuk Ventilation 1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal
membersihkan sekresi atau 2. Respiratory status : suctioning
obstruksi dari saluran pernafasan airway patency 2. Auskultasi suara nafas sebelum dan
untuk mepertahankan kebersihan Kriteria Hasil sesudah suctioning
jalan nafas 1. Mendemonstrasikan 3. Informasikan pada klien dan
Faktor yang berhubungan: batuk efektif dan keluaraga tentang suction
1. Lingkungan suara napas yang 4. Minta klien nafas dalam sebelum
a. Perokok pasif bersih, tidak ada suction dilakukan
b. Menghisap asap sianosis dan dyspneu 5. Berikan Oksigen dengan
c. Merokok (mampu menggunakan nasal untuk
2. Obstruksi jalan napas mengeluarkan memfasilitasi suction nasotrakeal
a. Spasme jalan napas sputum, mampu 6. Gunakan alat yang steril setiap
b. Mokus dalam jumlah bernapas dengan melakukan tindakan
berlebihan mudah, tidak ada 7. Anjurkan px untuk istirajat dan
c. Eksudat dalam jalan alveoli pursed lips) nafas dalam setelah kateter
d. Materi asing dalam jalan 2. Menunjukkan jalan dikeluarkan dari nasotrakeal
napas napas yang paten 8. Monitor status oksigen
e. Adanya jalan napas buatan (klien tidak merasa 9. Ajarkan px bagaimana cara
f. Sekresi tertahan/sisa sekresi tercekik, irama nafas menggunakan suction
g. Sekresi dalam bronki dan frekuensi napas 10. Hentikan suction dan berikan
3. Fisiologis dalam rentang oksigen apabila px menunjukkan
a. Jalan napas alergik normal, tidak ada bradikardi, peningkatan saturasi
b. Asma suara napas oksigen dll.
c. PPOK abnormal)
d. Hiperplasi dinding bronkial 3. Mampu Airway management
e. Infeksi mengidentifikasi dan 1. Buka jalan nafas, gunakan teknik
f. Disfungsi neuromuskular mencegah faktor chin lift atau jaw thrust bila perlu
yang dapat 2. Posisikan px utk memaksimalkan
menghambat jalan ventilasi
napas 3. Identifikasikan px perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6. Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
7. auskultasi suara nafas,catat adanya
suara tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronkodilator bila perlu
10 berikan pelembab udara kassa
basah NaCl lembab
11 Atur intake untuk ciran
mengoptimalkan keseimbangan
12. Monitor respirasi dalam status
oksigen
2. Nyeri akut NOC NIC
Definisi: Pengalaman sensori dan 1. Pain level Pain Management
emosional yang tidak 2. Pain control 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
menyenangkan yang muncul 3. Comfort level komprehensif termasuk lokasi
akibat kerusakan jaringan yang Kriteria Hasil: karakteristik, durasi, frekuensi,
aktual atau potensial atau 1. Mampu mengontrol kualitas, dan faktor presipitasi
digambarkan dalam hal kerusakan nyeri (tahu penyebab 2. Observasi reaksi nonverbal dari
sedemikian rupa (International nyeri, mampu ketidaknyamanan
Association for the study of pain): menggunakan teknik 3. Gunakan teknik komunikasi
awitan yang tiba-tiba atau lambat nonfarmakologi terapeutik untuk mengetahui
dari intensitas ringan hingga berat untuk mengurangi pengalaman nyeri pasien
dengan akhir yang dapat nyeri, mencari 4. Kaji kultur yang mempengaruhi
diantisipasi atau diprediksi dan bantuan) respon nyeri
berlangsung <6 bulan. 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa
Faktor yang berhubungan: 2. Melaporkan bahwa lampau
1. Agen cedera (mis. biologis, zat nyeri berkurang 6. Evaluasi bersama pasien dan tim
kimia, fisik, psikologis) dengan menggunakan kesehatan lain tentang
manajemen nyeri ketidakefekstifan kontrol nyeri
masa lampau
3. Mampu mengenali 7. Bantu pasien dan keluarga untuk
nyeri (skala, mencari dan menemukan
intensitas, frekuensi, dukungan
dan tanda nyeri) 8. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
4. Mampu menyatakan ruangan, pencahayaan, dan
rasa nyaman setelah kebisingan
nyeri berkurang 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi,
nonfarmakologi, dan interpersonal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik
nonfarmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifak kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
17. Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajta nyeri
sebelum pemberian obat
2. Cek intruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian secara IV,
IM, untuk pengobatan nyeri
secara teratur
8. Monitor vital signsebekum dna
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
9. Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
10. Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala
BAB III
A. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
a. Identitas klien
1. Data pasien
Nama : Ny. L
Umur : 22 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
No Rm : R00087498
PEB
Nama : Tn. C
Umur : 25 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : wiraswasta
Agama : Islam
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
3. Tanda-tanda vital :
120/80mmHg)
a. Kepala
b. Mata
c. Hidung
hidung.
d. Mulut
Bibir simetris, bibir berwarna merah muda, tidak ada sianosis di
e. Leher
kelenjar getah bening, gerakan leher baik, tidak ada kaku kuduk,
f. Dada
sonor pada kedua lapang paru saat diperkusi, pekak saat perkusi
jantung, bunyi jantung S1 S2, tidak ada luka pada daerah dada,
g. Abdomen
tidak ada pus, tidak ada kemerahan, tidak ada bengkak, nyeri saat
± 500 cc, tercium bau darah, tidak ada nyeri pada daerah vagina,
daerah vagina tampak kotor, tidak ada luka episiotomy, tidak
terpasang kateter
i. Ekstremitas
edema +2
kehamilan pertama bagi klien dan memang setelah menikah ingin memiliki
seorang anak.
f. Psikososial
2) Body image : Klien mengatakan ini adalah operasi pertama bagi klien,
sekarang
5) Identitas Diri : Klien menyadari bahwa dirinya adalah seorang istri dan
kembali
Klien mengatakan walaupun nyeri pada luka operasi klien harus selalu
menjaga kebersihan diri klien terutama daerah vagina klien, jika keadaan
melakukan perawatan vulva hygiene setiap saat. Tetapi klien masih pusing dan
lemas jad untuk bergerak saja belum bisa sehingga untuk mengganti softex
harus dibantu, kemudian klien masih bingung bagaimana cara perawatan luka
di rumah
h. Data Penunjang
1. Laboratorium
7 April 2017 dan tanggal taksiran persalinan 4 Januari 2018, klien selau
RIWAYAT OBSTETRI
1. Hamil ini - - -
j. Laporan Persalinan
Riwayat Persalinan
1. Pada Ibu
TD : 160/100, nadi : 108x/menit, respirasi ; 21x/menit, suhu
36,6 C
BB : 69 kg TB : 159 cm
Leoplod I : bokong
Leopold IV : divergen
3 cm
2. Pada janin
Tanggal : 14-1-2018
Jam : 19.30
Anak
BB : 3540 gram
TB : 50 cm
l. Analisa Data
ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
ketidakefektifan pemberian
ASI
2. Diagnosa Keperawatan
penurunan kadar HB
DATA?
Pkl. 15.20 Dx 2
6. Mengajarkan teknik R/ nyeri dirasakan
relaksasi napas dalam berkurang jika klien
akan beraktivitas
Pkl. 16.30 Dx 3,4 7. Berikan nutrisi tinggi R/ klien makan habis
protein dan tinggi ¾ porsi
kalori
8. Anjurkan klien untuk R/ klien sudah dapat
Pkl. 17.30 Dx 3 secara mandiri pergi
mobilisasi bertahap
kekamar mandi
R/ membatasi jumlah
Pkl. 19.00 Dx 2 9. Ciptakan lingkungan
pengunjung
yang nyaman
17 Januari
2018
18 Januari
2018
5. Evaluasi keperawatan
S:
2. Klien mengatakan nyeri berkurang
O:
- Skala nyeri 4 (0-10 Innu
- Nyeri masih dirasakan klien setiap saat
- Nyeri bertambah jika bergerak
- A:
- Masalah nyeri belum teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan
3. S:
Klien mengatakan ada luka operasi pada perut klen
O:
- Luka tampak rembes
Innu
- Tidak ada tanda kemerahan dan bengkak pada
sekitar luka klien
- A:
- Masalah resti infeksi belum teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan
4. S:
Klien mengatakan produksi ASInya masih sedikit
O:
- Jarangnya klien merespon segera jika banyinya Innu
ingin diberikan ASI
- Tidak teraba danya bendungan ASI
- Tidak ada keluaran ASi saat putting payudara klien
dipijit
- A:
- Masalah ketidakefektifan pemberian ASI belum
teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan
5. S:
Klien mengatakan tidak tahu cara perawatan luka
di rumah
O: Innu
- Tampak ibu sering bertanya- Tanya tentang cara
perawatan luka di rumah
- A:
- Masalah kurang pengetahuan belum teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan
17 januari 1. S: Innu
2018 Klien mengatakan masih lemas dan pusing
Pkl. 12.00 O:
- Konjungtiva anemis
- Hb : 7,3 gr/dl
- Klien tampak pucat
- CRT > 3detik
- Klien sudag tranfusi PRC 250 cc
- A:
- Masalah ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer teratasi sebagian
P:
- Intervensi dilanjutkan
S:
2. Klien mengatakan nyeri berkurang
O:
- Skala nyeri 2 (0-10 Innu
- Nyeri sudah mulai tidak sering terasa
- Nyeri berkurang jika bergerak
- A:
- Masalah nyeri teratasi sebagian
P:
- Intervensi dilanjutkan
3. S:
Klien mengatakan ada luka operasi pada perut klen
O:
- Remebsan pada luka masih ada berupa cairan
Innu
kemerahan
- Tidak ada tanda kemerahan dan bengkak pada
sekitar luka klien
- A:
- Masalah resti infeksi teratasi sebagian
P:
- Intervensi dilanjutkan
4. S:
Klien mengatakan produksi ASInya masih sedikit
O: Innu
- Masih Jarangnya klien merespon segera jika
banyinya ingin diberikan ASI
- Tidak teraba danya bendungan ASI
- Tidak ada keluaran ASi saat putting payudara klien
dipijit
- A:
- Masalah ketidakefektifan pemberian ASI belum
teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan
5. S:
Klien mengatakan sudah paham tentang cara
perawatan luka di rumah
O : Tampak klien dapat menjelaskan tentang manfaat Innu
dan cara perwatan luka di rumah
- A:
- kurang pengetahuan teratasi sebagian
P:
- Intervensi dihentikan
18 januari 1. S: Innu
2018 Klien mengatakan sudah tidak lemas dan pusing
Pkl. 16.00 O:
- Konjungtiva merah muda
- Hb : 9,3 gr/dl
- Klien tampak cerah
- CRT <3detik
- Pendarahan 100 cc
- A:
- Masalah ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan
S: Innu
2. Klien mengatakan nyeri berkurang
O:
- Skala nyeri 1 (0-10
- Nyeri sudah mulai tidak sering terasa
- Nyeri berkurang jika bergerak
- A:
- Masalah nyeri teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan
3. S: Innu
Klien mengatakan ada luka operasi pada perut klen
O:
- Luka kering
- Tidak ada tanda kemerahan dan bengkak pada
sekitar luka klien
- A:
- Masalah resti infeksi teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan
4. S: Innu
Klien mengatakan produksi ASInya masih sedikit
O:
- Klien sudah mulai menyusi bayinya
- Tidak teraba danya bendungan ASI
- Tidak ada keluaran ASi saat putting payudara klien
dipijit
- A:
- Masalah ketidakefektifan pemberian ASI
teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan
5. S:
Klien mengatakan sudah paham tentang cara
perawatan luka di rumah
Innu
O:
- Tampak klien dapat menjelaskan tentang manfaat
dan cara perwatan luka di rumah
- A:
- kurang pengetahuan teratasi
P:
- Intervensi dihentikan
1.2 Pembahasan
asuhan keperawatan pada Ny. L P1A0 post SC atas indikasi PEB di ruang
Mawar Merah RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi, penulis memberikan
berikut :
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
tidak semua ada seperti dalam teori. Semua data sesuai dengan teori
yaitu selama proses persalinan tekanan darah klien tinggi yaitu 160/100,
klien, klien ada mengeluh nyeri pada luka operasi, ada edema pada
ekstremitas bawah
b. Analisa data
Pada tahap pengkajian terakhir adalah analisa data untuk
pucat
a. Nyeri
b. Resti infeksi
d. Kurang pengetahuan
dengan data yang didapat karena pada kasus ini muncul diagnosa
5.2.4 Implementasi
dinas.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
PenulismelakukanasuhankeperawatanpadaNy. L dengan P1A0 post
op ssectio caesarea atas indikasi PEB di ruang Mawar merah RSUD R
Syamsudin SH Kota Sukabumiselama3 haridaritanggal 16 –18 januari
2018. Penulismenyimpulkan proses
asuhankeperawatandenganmenggunakanpendekatanasuhankeperawatanyai
tu :
a. Pengkajian
Padasaatpengkajian yang dilakukanpadatanggal 16 Januari 2018
danhariberikutnyaselamamelaksanakanasuhankeperawatandenganmenggu
nakanpendekatansecara bio-psiko-sosialdan spiritual,
ditemukantandadangejalaseperti : konjungtivaanemis, CRT > 3 detik,
klienpucat, klien mengeluh nyeri pada luka operasi dengan skala nyeri 5
(0-10), klien mengatkan masih belum memberikan ASI bagi bayinya
karena merasa lemas, klien mengtakan ingin tahu tentang cara erawatan
luka di rumah, tampak luka operasi section caesarea pada abdomen klien,
luka tampak rembes
b. Diagnosakeperawatan
Setelahmelakukanpengkajiandananalisadata,
penulismenemukandiagnosekeperawatan yang munculpadaNy. Lyaitu :
1. Ketidakefektifanperfusijaringanperifer
2. Nyeri
3. Resti infeksi
4. Ketidakefektifan pemberian ASI
5. Kurang pengetahuan
c. Perencanaan
Padatahapperencanaan,
penulismenyusunrencanatindakankeperawatan yang
berorientasipadatujuan yang disesuaikandenganpermasalahanklien,
kemampuanklien, kondisidansarana yang
ada.Tujuandariperencanaanyaitukadar hemoglobin dalam batas normal,
pendarahan minimal, CRT < 3 detik, konungtva merah muda, nyeri
dirasakan berkurang, skala nyeri 1 (0-10), klien sudah dapat mobilisas,
luka kering, tidak ada tanda-tanda infeksi, klien sudah memberikan ASI
pada bayinya, produksi ASi banyak, klien paham tentang cara perawatan
luka di rumah.
d. Implementasikeperawatan
Padatahapimplementasikeperawatanpenulistidakdapatmemberikana
suhankeperawatanselama 24 jam,
sehinggasolusinyapenulisbekerjasamadenganperawatruanganuntukmelaks
anakanrencanatindakankeperawatan.
Pelaksanaandilakukansesuaiperencanaanyang dibuat,
penulismelakukantindakankeperawatanselama 3 haridengan focus
mengobservasipendarahan, mempertahakanpemberiancairan parenteral,
memberikantranfusidarah, mengkaji tingkat nyeri, mengajarkan teknik
relaksasi napasa dalam, mengkaji keadaan luka, mengkaji adanya tanda-
tanda penyebaran infeksi, melakukanperawatan luka, melakukan
pemijatan oksitosin, mengajarakan klien cara menyusui yang tepat,
memberika pendidikan kesehatan tentang cara perawatan luka di rumah.
e. Evaluasi
Semuadiagnosekeperawatan yang dicantumkanolehpenulisterdapat
1 diagnosakeperawatan yang tidaksesuaidengandiagnosekeperawatan
yang ada di teori, yang menurutteoriterdapat 4
diagnosakeperawatanpadaasuhankeperawatanpasiendengan post section
caesarea adalah
1. Nyeri
2. Resti infeksi
3. Ketidakefektifan pemberian ASI
4. Kurang pengetahuan
4.2 Saran
1. PihakRumahSakit
Diharapkankepadapihak RSUD R Syamsudin SH
untukmempertahakanpelayanankesehatan yang
sudahberjalandenganbaikdanuntukahligiziuntukselalumemantauperkemb
angankebutuhannutrisibagi ibu post partum
DAFTAR PUSTAKA