Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri Escherichia
coli (E. coli) yang mencemari ayam panggang yang dijual di beberapa rumah makan di
Kecamatan Syiah Kuala. Metode yang digunakan adalah metode Carter yang dimodifikasi.
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Sampel penelitian ini adalah ayam panggang
dari 7 rumah makan di beberapa rumah makan di Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh
dengan teknik pengambilan sampel sampling Cluster Random Sampling. Hasil penelitian
menunjukan bahwa pada pengambilan sampel didapatkan 5 dari 7 sampel terkontaminasi E.
coli. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa 71% dari sampel yang diperiksa tercemar E.
coli.
Kata kunci: ayam panggang, Escherichia coli, kontaminasi
ABSTRACT
This study aimed to isolate and identify the bacteria Escherichia coli (E. coli) that
contaminate grilled chicken sold in some restaurants in the District of Syiah Kuala. The
method used is the method of Carter were modified. Data were analyzed descriptively.
Samples were roasted chicken from 7 house dining at several restaurants in the District of
Syiah Kuala, Banda Aceh with a sampling technique sampling cluster random sampling. The
results showed that the samples obtained 5 of 7 samples contaminated with E. coli. Therefore
it can be concluded that 71% of the samples examined were contaminated with E. coli.
Keyword : roasted chicken, Escherichia coli, contamination
PENDAHULUAN
Daging ayam broiler adalah bahan makanan yang mengandung gizi tinggi, memiliki
rasa dan aroma yang enak, tekstur yang lunak dan harga yang relatif murah, sehingga disukai
hampir semua orang. Komposisi kimia daging ayam terdiri dari protein 18,6%, lemak
15,06%, air 65,95%, dan abu 0,79% (Suradi, 2006). Namun, kandungan gizi yang tinggi pada
daging merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroba, sehingga daging merupakan
salah satu bahan pangan yang mudah rusak. Kerusakan pada daging dapat disebabkan karena
adanya benturan fisik, perubahan kimia, dan aktivitas mikroba (Afrianti dkk., 2013).
Untuk melindungi konsumen di Indonesia terhadap adanya kontaminasi mikroba
patogen pada bahan pangan asal ternak telah, dicantumkan dalam SNI No. 01-6366-2000
mengenai batas maksimum cemaran mikroba patogen yang direkomendasikan dapat diterima
dalam bahan makanan asal ternak. Usaha meningkatkan kualitas dan keamanan pangan
terutama produk peternakan seperti susu, daging, dan telur perlu dilakukan untuk mengurangi
kejadian foodborne disease (Andriani dkk., 2013). Kontaminasi bakteri dapat terjadi selama
proses pengolahan daging ayam, baik pada saat pemotongan maupun saat penyajian.
383
JIMVET. 01(3): 383-390 (2017) ISSN : 2540-9492
Kontaminasi daging diawali oleh adanya mikroorganisme yang memasuki peredaran darah
pada saat penyembelihan, yaitu apabila alat-alat yang digunakan untuk pemotongan tidak
higienis. Kontaminasi daging ayam dari luar terjadi terus menerus sejak pengeluaran darah
sampai dikonsumsi. Tempat pemotongan hewan, lingkungan, proses penyembelihan dapat
menjadi sumber infeksi yang potensial untuk hewan potong. Hal ini termasuk tanah yang
melekat, isi saluran pencernaan, kontaminasi dari udara, air yang digunakan untuk mencuci
karkas daging atau untuk membersihkan lantai, dan alat yang digunakan (Yulistiani, 2010).
Kontaminasi bakteri juga dapat terjadi pada saat peyajian melalui lalat yang hinggap
pada daging ayam yang terpapar pada udara bebas. Beberapa mikroba patogen yang biasa
mencemari daging antara lain Escherichia coli, Salmonella sp, dan Staphylococcus sp
(Werdiningsih dkk., 2014).
Kontaminasi E. coli pada bahan pangan asal ternak berasal dari kontaminasi pada saat
proses pemotongan hingga pemrosesan atau pengolahan bahan pangan asal ternak tersebut.
Bahan pangan asal ternak yang sering terkontaminasi oleh E. coli diantaranya adalah daging
ayam, daging sapi, telur, dan produk olahannya. Bahan pangan yang terkontaminasi bakteri
patogen E. coli dapat menghasilkan perubahan fisik dan kimiawi yang merugikan dan
berbahaya apabila dikonsumsi karena dapat menimbulkan penyakit (Ariyanti dkk., 2000).
Menurut Widhyari (2014), infeksi bakteri ini dapat bersifat fatal dan menyebabkan
septikemia, juga keberadaannya dapat meningkatkan keparahan suatu penyakit. Infeksi E. coli
dapat terjadi pada ayam pedaging dan petelur dari semua kelompok umur, serta unggas
lainnya seperti kalkun dan itik (Jamin dkk., 2015).
E. coli adalah bakteri yang berbentuk batang, Gram negatif merupakan flora normal
dalam saluran pencernaan manusia dan hewan. Beberapa serotipe dari E. coli bersifat patogen
pada hewan dan manusia. Serotipe O157 : H7 misalnya dapat menginduksi sekresi cairan tubuh
secara berlebihan dan terus menerus sehingga terjadi diare dan dapat menyebabkan
meningitis. Penularan dan penyebaran agen penyakit ini dapat melalui tinja, lingkungan yang
tercemar E. coli, bahan makanan asal hewan seperti daging sapi, dan daging ayam segar
(Djoepri, 2006). Keberadaan mikroba patogen seperti E. coli pada daging ayam, dapat
menyebabkan kekhawatiran masyarakat akan bahayanya ketika mengkonsumsi daging ayam
(Dewantoro dkk., 2009).
Kecamatan Syiah Kuala terdiri dari 10 Gampong, hasil survei yang dilakukan penjual
ayam panggang ada di Gampong Jeulingke, Daeh Raya, Ie Masen Kaye Adang, Pineung,
Lamgugop, Kopelma Darussalam, dan Gampong Prada. Kondisi tempat penjualan ayam
panggang berdasarkan pengamatan dilapangan sangat memungkinkan untuk terjadi
pencemaran E. coli ke ayam panggang yang dijual di Kecamatan Syiah Kuala. Berdasarkan
permasalahan di atas perlu dilakukan penelitian mengenai kontaminasi bakteri E. coli pada
ayam panggang yang dijual di beberapa rumah makan di Kecamatan Syiah Kuala, Kota
Banda Aceh.
Metode isolasi dan identifikasi E. coli menggunakan metode Carter (1987) yang
modifikasi. Koloni yang tumbuh diwarnai dengan pewarnaan Gram dan morfologi bakteri
diamati secara makroskopis dan mikroskopis dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran
1000x. Selanjutnya dilakukan uji indol untuk mengidentifikasi isolat bakteri yang diperoleh.
384
JIMVET. 01(3): 383-390 (2017) ISSN : 2540-9492
steril, dengan cara menggoreskan pada permukaan medium dengan teknik T Streak sehingga
diperoleh pertumbuhan koloni yang terpisah, lalu diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam.
Koloni yang tumbuh diwarnai dengan pewarnaan Gram dan morfologi bakteri diamati secara
makroskopis dan mikroskopis dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000x.
Selanjutnya dilakukan uji indol untuk mengidentifikasi isolat bakteri yang diperoleh.
Pewarnaan Gram
Koloni yang tumbuh dilakukan pemeriksaan mikroskopis dengan teknik pewarnaan
Gram. Object glass dibersihkan terlebih dahulu dengan alkohol 75% yang akan digunakan.
Bakteri dicampur dengan aquades steril pada object glass, kemudian disebarkan ditengah
object glass sehingga membentuk lapisan tipis dan difiksasi. Sediaan digenangi dengan kristal
violet selama dua menit, lalu dicuci dengan air mengalir. Ditetesi lugol selama satu menit,
dicuci dengan air mengalir. Selanjutnya diberi larutan pemucat yaitu alkohol 95%, tetes demi
tetes sampai zat warna ungu tidak terlihat lagi, lalu dicuci pada air mengalir. Kemudian
digenangi lagi dengan safranin selama 30 detik, lalu dicuci dan dibiarkan kering diudara.
Lihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000x.
Identifikasi Bakteri
Identifikasi bakteri dilakukan dengan mengkultur bakteri pada media indol setelah
diinkubasikan pada suhu 37ºC selama 24 jam.
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.
Hasil pemeriksaan terhadap isolasi Escherichia coli pada ayam panggang dari tujuh
rumah makan di Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil pengamatan kontaminasi bakteri Escherichia coli pada ayam panggang dari
tujuh rumah makan di Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh.
Sampel Rumah Makan Gampong Bakteri
1 A Jeulingke Escherichia coli
2 B Lamgugob Escherichia coli
3 C Daeh Raya Negatif
4 D Peurada Escherichia coli
5 E Pineung Escherichia coli
6 F Darussalam Escherichia coli
7 G Ie Masen Kayee Adang Negatif
Data pada tabel di atas memperlihatkan bahwa dari tujuh sampel ayam panggang yang
diambil dari tujuh rumah makan di Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh menunjukkan
lima sampel positif terkontaminasi E. coli yaitu sampel 1, 2, 4, 5, dan 6, sedangkan pada
sampel 3 dan 7 menunjukan hasil negatif. Hasil ini menunjukan bahwa tingkat higenitas di
rumah makan yang menyediakan ayam
panggang tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
304/Menkes/Per/IV/1989.
Hasil positif adanya kontaminasi E. coli dapat dilihat pada media Briliance
E.coli/Coliform Selective Medium. Media Briliance E.coli/Coliform Selective Medium
merupakan media selektif yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri E. coli. Pada isolasi
385
JIMVET. 01(3): 383-390 (2017) ISSN : 2540-9492
Tabel 2. Hasil isolasi dan identifikasi bakteri E. coli pada media Briliance E.coli/Coliform
Selective Medium.
Sampel Bentuk Ukuran Warna Permukaan Tepi Elevasi Aspek
Koloni
1 Bulat Sedang Ungu Halus Rata Cembung Mengkilat
2 Bulat Sedang Ungu Halus Rata Cembung Mengkilat
3 Bulat Sedang Pink Halus Rata Cembung Mengkilat
4 Bulat Sedang Ungu Halus Rata Cembung Mengkilat
5 Bulat Sedang Ungu Halus Rata Cembung Mengkilat
6 Bulat Sedang Ungu Halus Rata Cembung Mengkilat
7 Bulat Sedang Pink Halus Rata Cembung Mengkilat
Gambar 1. Koloni E. coli dari sampel 5 pada media Briliance E.coli/Coliform Selective
Medium.
386
JIMVET. 01(3): 383-390 (2017) ISSN : 2540-9492
Gambar 2. Koloni Coliform dari sampel 3 pada media Briliance E.coli/Coliform Selective
Medium.
Berdasarkan Tabel 4 hasil uji indol pada sampel 1, 2, 4, 5, dan 6 menunjukkan hasil
positif setelah ditetesi beberapa tetes reagen kovac’s yang mengandung P-
dimetilaminobenzaldehid, alkohol dan HCl pekat sehingga terbentuk cincin merah cherry. Hal
ini merupakan suatu metabolisme dari pemecahan asam amino triptofan oleh bakteri E. coli
(Lewerissa dan Kaihena, 2014).
Pentingnya uji indol ini adalah karena hanya beberapa jenis bakteri saja yang dapat
membentuk indol dan produk ini dapat diuji sehingga dapat digunakan sebagai identifikasi
(Yulvizar, 2013). Sedangkan sampel 3 dan 7 menunjukan hasil negatif ditandai dengan warna
kuning setelah ditetesi beberapa tetes reagen kovac’s.
Uji Indol dilakukan untuk menguatkan dugaan bahwa bakteri yang diidentifikasi
merupakan bakteri E. coli. Berdasarkan Tabel 4 hasil pengamatan uji Indol pada ke tujuh
isolat sampel didapatkan sebanyak lima sampel yang memiliki karakteristik sebagai E. coli
yaitu sampel 1, 2, 4, 5, dan 6 sedangkan sampel 3 dan 7 tidak memiliki karakteristik sebagai
E. coli.
Sanitasi menjadi sangat penting dalam industri pangan yang harus dilaksanakan
dengan baik serta upaya mencegah kemungkinan tumbuh dan berkembangnya mikroba
patogen dalam makanan, meliputi kegiatan-kegiatan secara aseptik dalam persiapan,
pengolahan dan pengemasan produk makanan, peralatan dan pembersihan rumah makan serta
lingkungan dan kesehatan pekerja
yang dapat merusak pangan dan membahayakan manusia (Handayani dan Werdiningsih,
2010).
Hasil pengamatan langsung pada tujuh rumah makan bahwa ayam panggang mulai
diolah sekitar pukul 09.00 WIB, selanjutnya dilakukan proses pemanggangan pada pukul
10.30 WIB. Lokasi pengolahan ayam dilakukan di dalam ruangan sedangkan pemanggangan
dilakukan di luar. Keadaan rumah makan pada sampel 1, 2, 4, 5, dan 6 berdekatan dengan
tempat pembuangan sampah yang diletakkan di pinggir jalan. Selesai pemanggangan ayam
lalu diletakkan pada rak penjualan dan siap untuk dijual, biasanya ayam diletakkan dalam
waktu yang lama hingga sore jika belum habis dibeli oleh konsumen. Rak penjualan yang
digunakan juga terbuka dan tidak ditutup dengan rapi serta tidak terdapat alat pengusir lalat
sehingga banyak dihinggapi lalat dan debu yang masuk melalui udara sehingga mikroba dapat
tumbuh dan berkembang dengan cepat. Sedangkan keadaan rumah makan pada sampel 3 dan
7, rak penjualan yang digunakan sebagai tempat penyimpanan ayam panggang tertutup
388
JIMVET. 01(3): 383-390 (2017) ISSN : 2540-9492
dengan kain penutup dan terdapat kipas angin sebagai alat pengusir lalat. Kontaminasi dapat
terjadi melalui lingkungan yang kotor, udara, dan jalan yang banyak dilalui oleh masyarakat.
Pangan dapat menjadi beracun karena telah terkontaminasi oleh bakteri patogen yang
kemudian dapat tumbuh dan berkembang biak selama penyimpanan, sehingga mampu
memproduksi toksin yang dapat membahayakan manusia. Banyak faktor yang mempengaruhi
jumlah serta jenis mikroba yang terdapat dalam makanan, diantaranya adalah sifat makanan
itu sendiri, keadaan lingkungan sumber makanan tersebut diperoleh, serta kondisi pengolahan
ataupun penyimpanan makanan. Jumlah mikroba yang terlalu tinggi dapat mengubah
karakter organoleptik, sehingga mengakibatkan perubahan nutrisi, nilai gizi atau bahkan
merusak makanan tersebut (infoPOM, 2008).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap ayam panggang yang dijual di
beberapa rumah makan di Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh maka dapat
disimpulkan bahwa 5 dari 7 sampel ayam panggang yang diperiksa 71% tercemar E. coli.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianti,M., B.Dwiloka dan B.E.Setiani. 2013. Perubahan warna, profil, protein dan mutu
organoleptik daging ayam broiler setelah direndam dengan ekstrak daun senduduk.
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. 2(3):116-120.
Afrianti,M., B.Dwiloka dan B.E.Setiani. 2013. Total bakteri, ph, dan kadar air daging ayam
broiler setelah direndam dengan ekstrak daun senduduk (Melastoma malabathricum
L.) selama masa simpan. Jurnal Pangan dan Gizi. 4(7):49-56.
Andriani,M.S., S.Setiyaningsih dan H.D.Kusumaningrum. 2013. Kajian risiko Campylobacter
sp. pada ayam panggang. Jurnal Kedokteran Hewan. 7(1):56-59.
Ariyanti,T., Supar dan A. Kusumaningsih. 2000. Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia
XXVII Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam
Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat:207-211.
Baehaqi,Y.K., P.A.S. Putriningsih dan I.W. Suardana. 2015. Isolasi dan Identifikasi
Escherichia Coli O157:H7 dada Sapi Bali Di Abiansemal, Badung, Bali. Jurnal
Indonesia Medicus Veterinus. 4(3):267-278.
Dewantoro, M., W. Adiningsih, T. Purnawarman, T. Sunartatie dan U. Afiff. 2009. Tingkat
prevalensi Escherichia coli dalam daging ayam beku yang dilalulintaskan melalui
pelabuhan penyebrangan Merak. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 14(3):211-216.
Djoepri,M.R. 2006. Isolasi dan identifikasi mikroba Escherichia coli (E. coli) pada
makanan sosis dan nuget. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan,
Balai Besar Penelitian Veteriner:265-268.
Lewerissa, F dan M. Kaihena, 2014, Analisis Kualitatif Bakteri Coliform Dan Fecal
Coliform Pada Mata Air Desa Saparuah Kecamatan Saparuah Kabupten Maluku
Tengah, Prosiding Seminar Nasional:353-365.
InfoPOM. 2008. Pengujian Mikrobilogi pangan. Pusat Informasi obat dan Makanan BPOM .
9(2):1.
Jamin, F., M. Abrar, M. Dewi, Y.S.V. S,Fakhrurrazi, Z.H.Manaf dan Syafruddin. 2015.
Infeksi bakteri Escherichia coli pada anak ayam kampung (Gallus domesticus) dipasar
Lambaro Aceh Besar. Jurnal Medika Veterinaria. 9(1):54-56.
Suradi, K. 2006. Perubahan sifat fisik daging ayam broiler post mortem selama
penyimpanan temperatur ruang. Jurnal Ilmu Ternak. 6(1):23–27.
Werdiningsih,W., S.Widyastuti, Nazaruddin dan B.R. Handayani. 2014. Kajian penggunaan
asap cair terhadap mutu ayam bakar Taliwang. Jurnal Ilmiah Rekayasa
Pertanian dan Biosistem. 2(1):29-34.
389
JIMVET. 01(3): 383-390 (2017) ISSN : 2540-9492
Widhyari,S.D dan I.Wientarsih. 2014. Pengimbuhan kunyit dan seng oksida dalam pakan
meningkatkan kemampuan ayam pedaging dalam mengeliminasi tantangan
infeksi Escherichia coli. Jurnal Veteriner. 15(3):337-344.
Yulistiani,R. 2010. Studi daging ayam bangkai: perubahan organoleptik dan pola
pertumbuhan bakteri. Jurnal Teknologi Pertanian. 11(1):27-36.
Yulvizar,C. 2013. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Probiotik pada Rastrelliger sp. Jurnal
Biospecies. 6(2):1-7.
390