You are on page 1of 7

1.

ASAM MEFENAMAT
Asam Mefenamat adalah salah satu jenis obat antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs). Obat
ini berfungsi meredakan rasa sakit tingkat ringan hingga menengah, serta mengurangi
peradangan.
a. Dosis
Asam mefenamat umumnya dikonsumsi sebanyak tiga kali sehari dengan dosis maksimal
500 mg. Dosis obat ini bisa berubah, tergantung kepada kondisi pasien, tingkat keparahan
rasa sakit, serta respons tubuh terhadap obat. Untuk anak-anak di atas enam bulan,
dosisnya adalah 25 mg/kg, tiga kali sehari, dan dikonsumsi selama maksimal tujuh hari.
b. Indikasi
Indikasi Asam Mefenamat adalah untuk menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan
sampai sedang sehubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk
nyeri karena trauma, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri sehabis operasi, dan nyeri pada
persalinan.
c. Kontraindikasi
 Pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal, asma dan hipersensitif
terhadap asam mefenamat.
 Pemakaian secara hati-hati pada penderita penyakit ginjal atau hati dan peradangan
saluran cerna.
d. Efek Samping
Sama seperti obat-obat lain, asam mefenamat juga berpotensi menyebabkan efek
samping. Beberapa efek samping yang umum terjadi saat mengonsumsi obat ini
adalah:
 Nyeri ulu hati.
 Gangguan pencernaan.
 Hilang nafsu makan.
 Mual dan muntah.
 Sakit kepala.
 Mengantuk dan kelelahan.
e. Interaksi Obat
Jika dikonsumsi bersamaan dengan obat-obatan lain, asam mefenamat bisa
menimbulkan reaksi yang berbahaya atau mengurangi efek obat tersebut. Berikut
adalah beberapa obat-obatan yang sebaiknya dihindari saat menggunakan asam
mefenamat:
 Obat pengatur tekanan darah, seperti ACE inhibitor, obat golongan
angiotensin receptor blockers (ARBs), dan beta-blockers.
 Obat diuretik, yaitu obat untuk mempercepat pembentukan dan pengeluaran
urine.
 Obat antiinflamasi nonsteroid lainnya, seperti aspirin, ibuprofen, dan
naproxen.
 Obat antikogulan dan pengencer darah, seperti warfarin dan obat-obatan
golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs).
 Obat antasida yang mengandung magnesium hidroksida.

2. KETOPROFEN
Ketoprofen adalah obat untuk meredakan nyeri akibat berbagai kondisi. Obat ini sering
digunakan untuk mengurangi nyeri, bengkak, dan kaku sendi akibat radang sendi, artritis,
rematik, dan asam urat. Ketoprofen merupakan golongan nonsteroidal anti-inflammatory
drug (NSAID). Obat ini bekerja dengan memblok produksi substansi alami tubuh yang
menyebabkan peradangan. Efek ini membantu Anda mengurangi bengkak, nyeri, atau
demam.
a. Dosis
Kondisi Bentuk Obat Dosis
Nyeri sendi, nyeri otot, Suntik 5-100 mg, tiap 4 jam. Maksimal 200 mg per hari,
atau nyeri pasca operasi selama 3 hari.
ortopedi
Rheumatoid arthritis Tablet 100-200 mg per hari, yang dibagi ke dalam 2-4
jadwal konsumsi. Maksimal 300 mg per hari.
Kurangi dosis pada pasien usia 75 tahun ke atas.
Suppositoria 100 mg, digunakan pada malam hari.
Pereda nyeri Tablet 25-50 mg, tiap 6-8 jam. Maksimal 300 mg per
hari yang dibagi ke dalam beberapa jadwal
konsumsi. Kurangi dosis pada pasien usia 75
tahun ke atas.
Gel Oleskan 2-4 kali sehari, selama 10 hari.

b. Indikasi
 Gangguan muskuloskeletal yaitu gangguan pada otot maupun tulang misalnya
penyakit osteoartritis, reumatoid artritis, gout (asam urat), mialgia (nyeri otot),
bursitis (radang kantong cairan sendi), tendinitis (radang tendon), sakit
pinggang dan sakit punggung.
 Pasien paska operasi, paska persalinan dan paska bedah gigi.
 Nyeri haid dan sakit kepala
c. Kontraindikasi
Tidak semua orang boleh menggunakan ketoprofen. Ketoprofen tidak boleh
digunakan oleh orang dengan kondisi sebagai berikut:

 Memiliki alergi terhadap ketoprofen atau obat golongan AINS lainnya serta
komponen-komponen obat lain di dalamnya.
 Penderita tukak peptik aktif, pendarahan saluran cerna, ulceratif kolitis atau
penyakit inflamasi aktif pada saluran cerna lainnya.
 Gangguan ginjal dan gangguan hati berat.
 Wanita hamil terutama pada periode kehamilan akhir karena dapat
menyebabkan penutupan duktus arteriosus yang prematur pada janin. Duktus
arteriosus adalah pembuluh darah janin selama dalam kandungan yang
digunakan untuk sistem pernapasan. Pada kondisi normal, secara otomatis
duktus arteriosus akan menutup saat bayi dilahirkan.
 Tidak direkomendasikan untuk ibu menyusui.
 Penderita dengan kelainan darah atau pendarahan.
 Memiliki riwayat asma bronkial atau bronkospasme (penyempitan dinding
bronkial) berat.
 Tidak boleh digunakan untuk anak-anak karena keamanannya belum terbukti.
 Pasien sebelum dan setelah melakukan operasi bypass jantung karena dapat
meningkatkan risiko infark miokardiak dan stroke.

d. Efek Samping
Seperti halnya dengan obat-obat lainnya, ketoprofen juga berpotensi menyebabkan
efek samping. Efek samping yang umum terjadi diantaranya:
 Gangguan pencernaan meliputi mual, muntah, nyeri perut, disepsia, diare,
konstipasi, ulkus peptik, pencarahan saluran cerna dan perforasi.
 Reaksi alergi berupa gatal, bengkak dan ruam di kulit serta kesulitan bernafas.
 Sakit kepala, vertigo dan pusing.
 Gangguan fungsi hati dan ginjal.
 Gangguan daras seperti trombositopenia dan gangguan pembekuan darah.
 Insomnia (gangguan tidur).
 Bronkospasme yaitu penyempitan bronki yang dapat memicu asma.
 Penglihatan kabur dan gangguan keseimbangan.

Efek samping tersebut tidak selalu terjadi di setiap orang, bilapun terjadi memiliki
tingkat keparahan yang berbeda tergantung dengan kondisi tubuh. Untuk menghindari
hal tersebut maka penggunaanya harus sesuai dengan anjuran dokter atau apoteker.
Jika mengalami efek samping jangan panik, segera hentikan pemakaian dan hubungi
dokter atau apoteker.

e. Interaksi Obat
Interaksi obat dapat mengubah kinerja obat Anda atau meningkatkan risiko efek
samping yang serius. Tidak semua kemungkinan interaksi obat tercantum dalam
dokumen ini. Simpan daftar semua produk yang Anda gunakan (termasuk obat-
obatan resep/nonresep dan produk herbal) dan konsultasikan pada dokter atau
apoteker. Jangan memulai, memberhentikan, atau mengganti dosis obat apapun tanpa
persetujuan dokter.
Beritahukan dokter jika Anda menggunakan antidepresan seperti citalopram (Celexa),
duloxetine (Cymbalta), escitalopram (Lexapro), fluoxetine (Prozac, Sarafem,
Symbyax), fluvoxamine (Luvox), paroxetine (Paxil), sertraline (Zoloft), atau
venlafaxine (Effexor). Menggunakan obat ini dengan Ketoprofen dapat menyebabkan
Anda mudah memar atau berdarah.
Sebelum menggunakan Ketoprofen, beritahukan dokter jika Anda menggunakn obat
berikut ini:
 Cyclosporine (Gengraf, Neoral, Sandimmune)
 Lithium (Eskalith, Lithobid)
 Methotrexate (Rheumatrex, Trexall)
 Probenecid (Benemid)
 Pengencer darah seperti warfarin (Coumadin), atau obat anti-platelet seperti
clopidogrel (Plavix), dipyridamole (Persantine), ticlopidine (Ticlid), dan lain-
lain
 Steroids (prednisone dan lain-lain)
 Aspirin, atau NSAIDs lain seperti diclofenac (Voltaren), etodolac (Lodine),
fenoprofen (Nalfon), flurbiprofen (Ansaid), ibuprofen (Advil, Motrin),
indomethacin (Indocin), ketorolac (Toradol), mefenamic acid (Ponstel),
meloxicam (Mobic), nabumetone (Relafen), naproxen (Aleve, Naprosyn),
piroxicam (Feldene), dan lain-lain.

3. KETOLORAC
Ketorolac adalah obat dengan fungsi mengatasi nyeri sedang hingga nyeri berat untuk
sementara. Biasanya obat ini digunakan sebelum atau sesudah prosedur medis, atau
setelah operasi. Ketorolac adalah golongan obat nonsteroidal anti-inflammatory drug
(NSAID) yang bekerja dengan memblok produksi substansi alami tubuh yang
menyebabkan inflamasi. Efek ini membantu mengurangi bengkak, nyeri, atau demam.
a. Dosis
Dosis untuk orang dewasa:
Dosis ketorolac untuk nyeri
Parenteral, pemberian dosis tunggal:
 IM: Pasien kurang dari 65 tahun: satu dosis 60 mg. Pasien dengan gangguan
ginjal, dan/atau kurang dari 50 kg (110 pon): satu dosis 30 mg.
 IV: Pasien kurang dari 65 tahun: satu dosis 30 mg. Pasien dengan gangguan
ginjal, dan/atau kurang dari 50 kg (110 pon): satu dosis 15 mg.

Pemberian dosis ganda:

 Pasien kurang dari 65 tahun: 30 mg IM atau IV setiap 6 jam sesuai kebutuhan.


Dosis maksimal harian tidak lebih dari 120 mg.
 Pasien dengan gangguan ginjal, dan/atau kurang dari 50 kg (110 pon): 15 mg
IM atau IV setiap 6 jam sesuai kebutuhan. Dosis maksimal harian tidak lebih
dari 60 mg.

Oral:

10 mg secara oral 4 kali sehari sesuai kebutuhan. Dosis maksimal harian tidak
lebih dari 40 mg.

 Pasien kurang dari 50 kg: Dosis maksimal harian tidak lebih dari 40 mg.
 Spray Hidung: Pasien kurang dari 65 tahun: 31.5 mg (satu 15.75 mg spray
pada setiap lubang hidung) setiap 6-8 jam.

Dosis maksimal harian: 126 mg


Dosis ketorolac untuk mengatasi nyeri pada anak-anak

≥ 1 bulan dan kurang dari 2 tahun: terapi dosis ganda, IV: 0.5 mg/kg setiap 6-8 jam..
Tidak lebih dari 48-72 jam terapi.

Anak 2-16 tahun dan anak lebih dari 16 tahun yang kurang dari 50 kg: tidak lebih
dari dosis dewasa.

 Terapi dosis tunggal, IM: 1 mg/kg dosis tunggal, dosis maksimal: 30 mg. IV: 0.5
mg/kg dosis tunggal. Dosis maksimal: 15 mg
 Terapi dosis ganda, IM atau IV: 0.5 mg/kg setiap 6 jam. Tidak lebih dari 5 hari terapi.
 Oral: belum ada penelitian pada anak.

Anak lebih dari 16 tahun dan lebih dari 50 kg:

 Terapi dosis tunggal: IM: 60 mg dosis tunggal. IV: 30 mg dosis tunggal


 Terapi dosis ganda: IM atau IV: 30 mg setiap 6 jam. Dosis maksimal: 120 mg/hari
 Oral: Dosis awal: 20 mg. Dosis rumatan: 10 mg setiap 4-6 jam. Dosis maksimal: 40
mg/hari

Dalam dosis apakah Ketorolac tersedia?

Ketorolac tersedia dalam bentuk Solution, Injection: 30 mg/mL

b. Indikasi

Ketorolac diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut


sedang sampai berat setelah prosedur bedah. Durasi total Ketorolac tidak boleh lebih
dari lima hari. Ketorolac secara parenteral dianjurkan diberikan segera setelah
operasi. Harus diganti ke analgesik alternatif sesegera mungkin, asalkan terapi
Ketorolac tidak melebihi 5 hari. Ketorolac tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai
obat prabedah obstetri atau untuk analgesia obstetri karena belum diadakan penelitian
yang adekuat mengenai hal ini dan karena diketahui mempunyai efek menghambat
biosintesis prostaglandin atau kontraksi rahim dan sirkulasi fetus.

c. Kontraindikasi
 Pasien yang sebelumnya pernah mengalami alergi dengan obat ini, karena ada
kemungkinan sensitivitas silang.
 Pasien yang menunjukkan manifestasi alergi serius akibat pemberian Asetosal
atau obat anti-inflamasi nonsteroid lain.
 Pasien yang menderita ulkus peptikum aktif.
 Penyakit serebrovaskular yang dicurigai maupun yang sudah pasti.
 Diatesis hemoragik termasuk gangguan koagulasi.
 Sindrom polip nasal lengkap atau parsial, angioedema atau bronkospasme.
 Terapi bersamaan dengan ASA dan NSAID lain.
 Hipovolemia akibat dehidrasi atau sebab lain.
 Gangguan ginjal derajat sedang sampai berat (kreatinin serum >160 mmol/L).
 Riwayat asma.
 Pasien pasca operasi dengan risiko tinggi terjadi perdarahan atau hemostasis
inkomplit, pasien dengan antikoagulan termasuk Heparin dosis rendah (2.500–
5.000 unit setiap 12 jam).
 Terapi bersamaan dengan Ospentyfilline, Probenecid atau garam lithium.
 Selama kehamilan, persalinan, melahirkan atau laktasi.
 Anak < 16 tahun.
 Pasien yang mempunyai riwayat sindrom Steven-Johnson atau ruam
vesikulobulosa.
 Pemberian neuraksial (epidural atau intratekal).
 Pemberian profilaksis sebelum bedah mayor atau intra-operatif jika hemostasis
benar-benar dibutuhkan karena tingginya risiko perdarahan.

d. Efek Samping

Berhenti menggunakan ketorolac dan cari perawatan medis segera atau hubungi dokter
jika Anda mengalami efek samping serius berikut ini:

 Nyeri dada, lemas, sesak, bicara rero, masalah penglihatan atau keseimbangan
 BAB hitam, berdarah, atau gelap;
 Batuk darah atau muntah seperti kopi
 Bengkak atau berat badan naik cepat
 Lebih jarang atau tidak buang air kecil
 Mual, nyeri perut,demam ringan, tidak napsu makan, urin gelap, BAB dempul,
sakit kuning (kulit atau mata menguning)
 Demam, sakit tenggorokan, dan sakit kepala dengan lepuhan, mengelupas, dan
ruam kulit merah
 Tanda awal sariawan di mulut atau ruam kulit, tidak peduli seberapa ringan
 Kulit pucat, mudah memar, kesemutan berat, baal, nyeri, lemah otot; atau
 Demam, sakit kepala, kaku leher, menggigil, sensitivitas terhadap cahaya
meningkat, bintik kecil ungu pada kulit, dan/atau kejang (konvulsi)

Efek samping yang lebih ringan yaitu:

 Sakit perut, mual atau muntah ringan, diare, konstipasi


 Heartburn ringan, nyeri perut, kembung
 Pusing, sakit kepala, mengantuk
 Berkeringat; atau
 Telinga berdenging
e. Interaksi Obat

Interaksi obat dapat mengubah kinerja obat Anda atau meningkatkan risiko efek
samping yang serius. Tidak semua kemungkinan interaksi obat tercantum dalam
dokumen ini. Simpan daftar semua produk yang Anda gunakan (termasuk obat-
obatan resep/nonresep dan produk herbal) dan konsultasikan pada dokter atau
apoteker. Jangan memulai, memberhentikan, atau mengganti dosis obat apapun
tanpa persetujuan dokter.

 Pengencer darah seperti warfarin (Coumadin)


 Lithium (Eskalith, Lithobid)
 Methotrexate (Rheumatrex, Trexall)
 Thiothixene (Navane)
 Alprazolam (Xanax)
 Diuretik (pil air) seperti furosemide (Lasix)
 Pelemas otot
 Steroid (prednisone dan lain-lain)
 Obat kejang seprti carbamazepine (Carbatrol, Tegretol) atau phenytoin
(Dilantin)
 Obat jantung atau tekanan darah tinggi candesartan (Atacand), eprosartan
(Teveten), irbesartan (Avapro, Avalide), losartan (Cozaar, Hyzaar),
valsartan (Diovan), telmisartan (Micardis), atau olmesartan (Benicar); atau
 Aspirin atau NSAIDs lain seperti etodolac (Lodine), flurbiprofen (Ansaid),
indomethacin (Indocin), ketoprofen (Orudis), ketorolac (Toradol),
mefenamic acid (Ponstel), meloxicam (Mobic), nabumetone (Relafen),
naproxen (Aleve, Naprosyn), piroxicam (Feldene), dan lain-lain; atau
 ACE inhibitor seperti benazepril (Lotensin), captopril (Capoten),
fosinopril (Monopril), enalapril (Vasotec), lisinopril (Prinivil, Zestril),
ramipril (Altace), dan lain-lain

You might also like