You are on page 1of 3

Kecurangan yang Telah dilakukan oleh Enron

Enron (baik manajemen Enron maupun KAP Andersen) telah melakukan mal praktik jika dilihat dari etika bisnis dan profesi akuntan antara lain :

1. Adanya praktik discrimination of information/unfair discrimination, melalui suburnya praktik insider trading, di mana hal ini sangat diketahui oleh Board of Director
Enron, dengan demikian dalam praktik bisnis di Enron sarat dengan collusion. Kondisi ini diperkuat oleh Bussines Round Table (BRT), pada tanggal 16 Februari 2002
menyatakan bahwa :

a. Tindakan dan perilaku yang tidak sehat dari manajemen Enron berperan besar dari kebangkrutan perusahaan;
b. Telah terjadi pelanggaran terhadap norma etika corporate governance dan corporate responsibility oleh manajemen perusahaan;
c. Perilaku manajemen Enron merupakan pelanggaran besar-besaran terhadap kepercayaan yang diberikan kepada perusahaan.

2. Adanya Deception Information, yang dilakukan pihak manajemen Enron maupun KAP Arthur Andersen, mereka mengetahui tentang praktik akuntansi dan bisnis
yang tidak sehat. Tetapi demi trust dari investor dan publik kedua belah pihak merekayasa laporan keuangan mulai dari tahun 1985 sampai dengan Enron menjadi
hancur berantakan. Bahkan CEO Enron saat menjelang kebangkrutannya masih tetap melakukan Deception dengan menyebutkan bahwa Enron secara
berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik. KAP Andersen tidak mau mengungkapkan apa sebenarnya terjadi dengan Enron, bahkan awal tahun
2001 berdasarkan hasil evaluasi Enron tetap dipertahankan, hal ini dimungkinkan adanya coercion atau bribery, karena pihak Gedung Putih termasuk Wakil
Presiden Amerika Serikat juga di indikasikan terlibat dalam kasus Enron ini .

Arthur Andersen, merupakan kantor akuntan publik- The big six- yang melakukan Audit terhadap laporan keuangan Enron Corp. tidak hanya melakukan manipulasi
laporan keuangan Enron, KAP Andersen telah melakuklan tindakan yang tidak etis dengan menghancurkan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan kasus
Enron. Arthur Andersen memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron mulai mencuat ke permukaan, sampai dengan munculnya panggilan pengadilan.
Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi kasus ini dianggap melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas Arthur
Andersen hancur. Disini Andersen telah ingkar dari sikap profesionallisme sebagai akuntan independen dengan melakukan tindakan knowingly and recklessly yaitu
menerbitkan laporan audit yang salah dan meyesatkan (deception of information)

3.2 Dampak Kecurangan Enron Terhadap Profesi Akuntan

 Profesi akuntan publik saat ini sedang mendapatkan sorotan tajam bahkan sinis dari masyarakat umum akibat terjadinya skandal-skandal besar di negara
maju seperti AS yaitu kasus Enron dan WorldCom.
 Akibat kasus-kasus tersebut kini kredibilitas akuntan publik menjadi jatuh terutama disebabkan oleh keterlibatan Arthur Andersen salah satu KAP terbesar
di dunia di dalam skandal tersebut.
 Akuntan Publik tidak lagi dipandang sebagai profesi yang unik melainkan sebagai industri yang tidak lepas dari kepentingan bisnis yang sempit.
 Fenomena ini telah mendorong berbagai upaya untuk memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan publik.

Contoh yang paling nyata adalah inisiatif Sarbanes-Oxley yang merekomendasikan pembentukan badan pengawas akuntan publik di pasar modal.
Indonesia sendiri tidak terlepas dari pengaruh skandal tersebut sehingga berbagai pihak seperti IAI dan BAPEPAM kini tengah membahas pengawasan kompetensi
dari Akuntan publik terutama yang terlibat di pasar modal Indonesia.
Bagi perusahaan di Indonesia sendiri, pelajaran dari AS tersebut harus menjadi acuan agar tidak sampai terulang di Indonesia. Untuk itu di dalam
menunjuk auditor eksternalnya perusahaan harus memiliki kriteria yang mampu meminimalkan resiko manipulasi audit.

3.3 Dampak Negatif Kasus Enron Bagi Indonesia

Prasetio, Utomo & Co, member akuntan publik Arthur Andersen di Indonesia, belum mendapat pengaruh bangkrutnya Enron. Country Managing Partner Arthur
Andersen Indonesia, Soemarso Slamet Rahardjo mengatakan akan mengikuti kantor pusat berkaitan dengan soal merger.

3.4 Kode Etik yang Dilanggar

Menurut Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntansi Indonesia yang dilanggar oleh Enron dan KAP Arthur Andersen, sebagai berikut :
 Prinsip Integritas: Setiap Praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan profesional dan hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya.
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional dan yang menjadi dasar kepercayaan publik KAP Andersen
dianggap menlanggar prinsip integritas dikarenakan tidak dapat memelihara dan meningkatkan kepentingan publik sebagai KAP yang termasuk kategori
The Big Five seperti yang terungkap pada kasus Enron bahwa KAP Andersen telah memanipulasi laporan keuangan dan penghancuran dokumenatas
kebangkrutan Enron.
 Prinsip Objektivitas: Setiap Praktisi tidak boleh membiarkan subjektivitas, benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak (undue influence) dari
pihak-pihak lain memengaruhi pertimbangan profesional atau pertimbangan bisnisnya. Didalam kasus ini, KAP Arthur Andersen diniliai telah tidak
objektif, karena justru cenderung berpihak pada Enron dengan melakukan manipulasi laporan keuangannya, dan menghambat proses penyelidikan
dengan memusnahkan dokumen-dokumen terkait
 Prinsip Perilaku Profesional: Setiap Praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan harus menghindari semua tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi. KAP Andersen dikatakan tidak bererilaku profesional serta konsisten dengan reputasi profesi dalam mengaudit laporan keuangan
dengan melakukanpenyamaran data, karena kerugian perusahaan sebesar $644juta yang disebabkan hutang perusahaan yang tidak dilaporkan.
 Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional (professional competence and due care): Setiap Praktisi wajib memelihara
pengetahuan dan keahlian profesionalnya pada suatu tingkatan yang dipersyaratkan secara berkesinambungan, sehingga klien atau pemberi kerja dapat
menerima jasa profesional yang diberikan secara kompeten berdasarkan perkembangan terkini dalam praktik, perundang-undangan, dan metode
pelaksanaan pekerjaan. Setiap Praktisi harus bertindak secara profesional dan sesuai dengan standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam
memberikan jasa profesionalnya. Dalam hal ini, KAP Andersen juga melanggar prinsip standar teknis karena tidak melanksanakan juga profesionlanya
sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan.

Sanksi Bagi Akuntan Publik dalam Hal Pelanggaran Kode Etik

1.Mendapat Peringatan

Pada tahap ini, si pelaku akan mendapatkan peringatan halus, misal jika seseorang menyebutkan suatu instansi terkait (namun belum parah tingkatannya) bisa saja ia
akan menerima email yang berisi peringatan, jika tidak diklarifikasi kemungkinan untuk berlanjut ke tingkat selanjutnya, seperti peringatan keras ataupun lainnya

2.Hukum Pidana/Perdata

“Setiap penyelenggara negara, Orang, Badan Usaha, atau masyarakat yang dirugikan karena penggunaan Nama Domain secara tanpa hak oleh Orang lain, berhak
mengajukan gugatan pembatalan Nama Domain dimaksud” (Pasal 23 ayat 3)
“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan tindakan apa pun yang berakibat terganggunya Sistem Elektronik dan/atau
mengakibatkan Sistem Elektronik menjadi tidak bekerja sebagaimana mestinya” (Pasal 33)

“Gugatan perdata dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan” (Pasal 39)

Adalah sebagian dari UUD RI No.11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik (UU ITE) yang terdiri dari 54 pasal.

Berkaitan dengan kasus Enron dan KAP Andersen, keduanya dinyatakan bersalah oleh pengadilan AS. Enron dinyatakan bangkrut dan KAP Arthur Andersen
dibubarkan karena telah melanggar kode etik profesi akuntan publik.

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan etika bisnis dan profesi akuntan publik, manajemen Enron maupun KAP Andersen telah melakukan praktik kecurangan berupa discrimination of
information/ unfair discrimination melalui suburnya praktik insiden trading, deception information mengenai praktik akuntansi dan bisnis yang tidak sehat yang
mengindikasikan adanya praktik coercion dan bribery. Selain itu, KAP Andersen telah memanipulasi laporan keuangan serta menghancurkan dokumen-dokumen
penting terkait permasalahan. Sehingga, KAP Andersen dinyatakan melanggar kode etik Akuntan Publik terkait prinsip integritas, objektivitas, perilaku professional,
kompetensi serta kecermatan, dan kehati-hatian professional.

Akibat perlakuan tersebut, profesi akuntan publik mendapat sorotan tajam dan kritik keras dari masyarakat dunia, kredibilitas akuntan publik jatuh, akuntan publik
tidak lagi dianggap sebagai profesi yang unik, melainkan industri yang berkepentingan bisnis sempit, sehingga sampai saat ini dilakukan berbagai upaya untuk
memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap akuntan publik. Kasus ini membawa kebangkrutan dan jalan yang tragis bagi Enron sedangkan KAP Andersen ditutup
disamping harus mempertanggungjawabkan tindakannya secara hukum. Bagi para member KAP Andersen di Indonesia mengaku belum mendapat pengaruh dari
permasalahan tersebut, tetapi Country Managing Partner Arthur Andersen Indonesia mengikuti jalannya merger oleh kantor pusat. Hikmah yang dapat diambil dari
kasus ini adalah adanya pembaharuan tatanan praktik bisnis di dunia dengan diterbitkannya Sarbanes-Oxley Act untuk meningkatkan pengendalian internal bagi
perusahaan

PEMBAHASAN KASUS PENYUAPAN AKUNTAN PEMERINTAH


Menurut kelompok kami, baik Mulyana W. Kusuma yang merupakan anggota KPU maupun Salman Khairiyansah yang merupakan anggota tim auditor BPK
melanggar kode etik profesi akuntansi. BPK melanggar kode etik tanggungjawab profesi, yaitu dengan menggunakan jebakan imbalan uang untuk menjalankan
profesinya.
Auditor BPK memiliki tujuan yang baik, yaitu ingin mengungkap korupsi yang dilakukan KPU dan tindakan suap, namun dalam melakukannya, BPK
mengambil cara yang salah yaitu dengan menjebak anggota KPU. Dari berita yang ada, diketahui bahwa auditor BPK merekam pertemuannya dengan Mulyana. Hal
ini memperlihatkan bahwa auditor tidak punya integritas ketika dalam benaknya sudah ada pemihakan pada salah satu pihak, yaitu pemberi kerja dengan
berkesimpulan bahwa telah terjadi korupsi. Dari sisi independensi dan objektivitas, auditor BPK sangat pantas diragukan. Berdasar pada prinsip hati-hati, auditor BPK
telah secara serampangan menjalankan profesinya.
Meskipun demi mengungkap kasus penyuapan dan korupsi, sebaiknya auditor hanya menjalankan tugasnya yaitu mengevaluasi laporan keuangan dan
mengungkapkan apabila terjadi kesalahan atau pelanggaran didalamnya dengan melakukannya sesuai dengan prosedur yang ada, karena dengan melakukan jalan
pintas seperti yang dilakukan tersebut, maka auditor melanggar kode etik yang kemudian membuat integritas BPK menurun dan kurangnya kepercayaan kepada BPK
karena kekhawatiran apabila akan terungkapnya suatu kesalahan atau pelanggaran tanpa adanya bukti kuat, dan membuat timbulnya cara-cara melalui jalan pintas
untuk dapat menyelesaiakan permasalahan tersebut.

KESIMPULAN
Tindakan kedua belah pihak, pihak ketiga (auditor), maupun pihak penerima kerja, yaitu KPU, sama-sama tidak etis. Tidak etis seorang auditor melakukan
komunikasi kepada pihak yang diperiksa atau pihak penerima kerja dengan mendasarkan pada imbalan sejumlah uang.
Maka dari itu, bisa disimpulkan bahwa telah terjadi adanya pelanggaran kode etik profesi akuntansi diantaranya sebagai berikut:
 Integritas
Auditor tampak tidak bertanggungjawab, ia menggunakan jebakan imbalan uang untuk menjalankan profesinya. Auditor juga tidak punya integritas ketika dalam
benaknya sudah ada pemihakan pada salah satu pihak, yaitu pemberi kerja dengan berkesimpulan bahwa telah terjadi korupsi
 Objektivitas
Pada kasus ini, auditor telah memihak salah satu pihak dengan berpendapat telah ada kecurangan. Ketika prinsip objektivitas ditiadakan, maka kinerja auditor
tersebut sangat pantas diragukan. Sebagai seorang auditor BPK seharusnya yang dilakukan adalah bahwa dengan standar teknik dan prosedur pemeriksaan, auditor
BPK harus bisa secara cermat, objektif, dan benar mengungkapkan bagaimana aliran dana tersebut masuk ke KPU dan bagaimana dana tersebut dikeluarkan atau
dibelanjakan.
 Kompetensi dan kehati- hatian professional.
Auditor dianggap tidak mampu mempertahankan pengetahuan dan keterampilan professional sampai dia harus melakukan upaya penjebakan untuk membuktikan
kecurangan yang terjadi.
 Perilaku Profesional
Dalam kasus ini kembali lagi kepada tanggung jawab moral seorang auditor di seluruh Indonesia, termasuk dari BPK harus sadar dan mempunyai kemampuan teknis
bahwa betapa berat memegang amanah dari rakyat untuk meyakinkan bahwa dana atau uang dari rakyat yang dikelola berbagai pihak telah digunakan sebagaimana
mestinya secara benar, akuntabel, dan transparan, maka semakin lengkap usaha untuk memberantas korupsi di negeri ini..
 Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Dalam hal ini seorang akuntan dituntut
untuk melakukan penyusunan laporan keuangan harus sesuai dengan standar teknis yang berlaku, yakni sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Namun pada
kenyataannya dalam kasus Mulyana W Kusuma, dapat dinyatakan adalah bahwa tindakan kedua belah pihak, pihak ketiga (auditor), maupun pihak penerima kerja,
yaitu KPU, sama-sama tidak etis. Tidak etis seorang auditor melakukan komunikasi kepada pihak yang diperiksa atau pihak penerima kerja dengan mendasarkan pada
imbalan sejumlah uang sebagaimana terjadi pada kasus Mulyana W Kusuma, walaupun dengan tujuan ‘mulia’, yaitu untuk mengungkapkan indikasi terjadinya
korupsi di tubuh KPU.

Kode Etik Profesi Akuntan yang Dilanggar KASUS KIMIA FARMA

Pelanggaran yang telah dilakukan oleh KAP Hans Tuanakotta and Mustofa dan Sdr. Ludovicus Sensi W adalah melanggar prinsip dasar etika profesi akuntansi
terutama integritas, kepentingan publik dan perilaku profesional.
Berdasarkan kasus yang terjadi didalam PT. Kimia Farma, telah terjadi adanya pelanggaran kode etik profesi akuntansi yang berpengaruh terhadap prinsipnya
diantaranya sebagai berikut :
A. Kepentingan Publik : Atas kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, seorang akuntan harus secara terus menerus menunjukkan dedikasi mereka
untuk mencapai profesionalisme yang tinggi. Dalam hal ini, akuntan didalam PT. Kimia Farma telah mengorbankan kepentingan public demi kepentingan
mereka semata. Dengan kesalahan penyajian pada laporan keuangan PT. Kimia Farma, menyebabkan pengambilan keputusan yang salah bagi para
investor.
B. Integritas : Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima
jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Namun, PT. Kimia Farma terbukti tidak jujur dalam menyusun
laporan keuangannya. Sehingga telah melanggar prinsip kode etik akuntansi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan
pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
C. Perilaku Profesional : Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi. Dalam hal ini, pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan keuangan PT. Kimia Farma pada tahun 2002 telah berperilaku tidak
professional sehingga menimbulkan reputasi perusahaan yang buruk. Bukan hanya itu saja, kinerja profesionalisme dari seorang auditor pada PT. Kimia
Farma pun dapat merusak reputasi mereka selaku auditor karena risiko audit yang tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba yang
dilakukan oleh PT Kimia Farma (Persero) Tbk. tersebut, meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP), dan tidak diketemukan adanya unsur kesengajaan.

Sanksi dan Denda yang Diterapkan


Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan Pasal 102 Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal jo Pasal 61 Peraturan Pemerintah
Nomor 45 tahun 1995 jo Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal maka PT Kimia Farma
(Persero) Tbk. dikenakan sanksi administratif berupa denda yaitu sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
Sesuai Pasal 5 huruf n Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka:
1. Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 – Juni 2002 diwajibkan membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk disetor
ke Kas Negara, karena melakukan kegiatan praktek penggelembungan atas laporan keuangan per 31 Desember 2001
2. Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku auditor PT Kimia Farma (Persero) Tbk. diwajibkan membayar sejumlah Rp.
100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena atas risiko audit yang tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba
yang dilakukan oleh PT Kimia Farma (Persero) Tbk. tersebut, meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP), dan tidak diketemukan adanya unsur kesengajaan. Tetapi, KAP HTM tetap diwajibkan membayar denda karena dianggap telah gagal menerapkan
Persyaratan Profesional yang disyaratkan di SPAP SA Seksi 110 – Tanggung Jawab & Fungsi Auditor Independen, paragraf 04 Persyaratan Profesional,
dimana disebutkan bahwa persyaratan profesional yang dituntut dari auditor independen adalah orang yang memiliki pendidikan dan pengalaman
berpraktik sebagai auditor independen.

Dampak terhadap Profesi Akuntan


Aktivitas manipulasi pencatatan laporan keungan yang dilakukan manajemen tidak terlepas dari bantuan akuntan. Akuntan yang melakukan hal tersebut
memberikan informasi yang menyebabkan pemakai laporan keuangan tidak menerima informasi yang fair. Akuntan sudah melanggar etika profesinya. Kejadian
manipulasi pencatatan laporan keuangan yang menyebabkan dampak yang luas terhadap aktivitas bisnis yang tidak fair membuat pemerintah campur tangan untuk
membuat aturan baru yang mengatur profesi akuntan dengan maksud mencegah adanya praktik-praktik yang akan melanggar etika oleh para akuntan publik.

Kesimpulan
4.1.1 Pada tahun 2002 telah terjadi kesalahan penyajian laporan keuangan oleh PT Kimia Farma. Kesalahan penyajian terjadi karena ada penggelembungan harga
persediaan dan pencatatan ganda atas penjualan. Karena hal tersebut Kementerian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi saham milik Pemerintah di PT
KAEF.
4.1.2 Berdasarkan kasus yang terjadi didalam PT. Kimia Farma dapat disimpulkan bahwa telah terjadi adanya pelanggaran kode etik profesi akuntansi yang
berpengaruh terhadap prinsipnya. Pelanggaran yang telah dilakukan oleh KAP Hans Tuanakotta and Mustofa dan Sdr. Ludovicus Sensi W adalah melanggar prinsip
dasar etika profesi akuntansi terutama integritas, kepentingan publik, dan perilaku profesional.
4.1.3 Sesuai Pasal 5 huruf n Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 – Juni 2002
diwajibkan membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) dan Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku auditor PT Kimia
Farma (Persero) Tbk. diwajibkan membayar sejumlah Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk disetor ke Kas Negara

You might also like