Professional Documents
Culture Documents
Scenario seorang laki-laki berumur 17 tahun mengalami kecelakaan dan kehilangan cukup banyak darah. Setelah
kejadian tersebut, dapat diketahui bahwa Hb nya 8gr/dl. Dokter berkata bahwa dia harus ditransfusi darah. Dokter
menyarankan untuk menguji tipe darah, rhesus, antigen, dan atibodi. Hasilnya adalah : darah tipe B, rhesus negatif (-),
aglutinasi ke antigen B, antibody A(-). Ayahnya yang mempunyai darah tipe O menanyakan apakah dia dapat
mendonorkan atau tidak.
LO
1. a. Definisi Antigen
Antigen adalah setiap bahan yang dapat menimbulkan imun spesifik pada manusia dan hewan.
Terdapat komponen dalam antigen yaitu determinan antigen ( epitope) yaitu komponen kimia
terkecil dan suatu bagian antigen yang dapat meningkatkan respons imun. (Buku Anfis edisi 4
hal 438)
Fungsi antigendigunakan untuk menggambarkan suatu molekul yang bisa dimanfaatkan
dalam upaya memacu proses respon imun yang biasanya disebut dengan imunogen.
Struktur antigen :
a. Epitop atau determinan antigen adalah merupakan bagian dari antigen yang bisa digunakan
untuk mengidentifikasi (mengenal) dan melakukan proses induksi terhadap pembentukan
antibody.
b. Hapten adalah antigen yang molekulnya berukuran kecil yang tidak dapat menginduksi
respon imun jika sendirian, tetapi menjadi imunogenik jika bersatu dengan carrier
Jenis-jenis antigen:
a. Jenis antigen berdasarkan determinannya:
1) Unideterminan, univalen, merupakan jenis epitop satu dan jumlahnya satu
2) Unideterminan, multivalen, merupakan jenis epitop satu, jumlah lebih dari satu
3) Multideterminan, univalen, merupakan jenis epitop lebih dari satu dan jumlahnya satu
4) Multideterminan, multivalen, merupakan jenis epitop lebih dari satu, jumlah lebih dari
satu
b. Jenis antigen berdasarkan spesifiktasnya
1) Heteroantigen → dimiliki banyak spesies
2) Xenoantigen → dimiliki spesies tertentu
3) Alloantigen → spesifik untuk individu dalam satu spesies
4) Antigen organ spesifik → dimiliki organ tertentu
5) Autoantigen → berasal dari tubuhnya sendiri
c. Jenis antigen berdasarkan ketergantungan pada sel T:
1) T dependen adalah tentang antigen yang perlu pengenalan thd sel T dan sel B untuk
merangsang antibody.
2) T Independen adalah tentang antigen yang dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel T
untuk membentuk antibody.
d. Jenis antigen berdasarkan kandungan bahan kimianya:
1) Polisakarida : imunogenik, dapat menimbulkan respon terutama pembentukan antibodi
2) Lipid : non imunogenik namun bisa menjadi imunogenik bila diikat carrier protein.
3) Asam nukleat : non imunogenik
4) Protein : imunogenik, termasuk dalam multideterminan dan univalent.
b. Definisi Antibodi
Antibody adalah suatu protein yang dapat larut yang dihasilkan system imun sebagai respon
terhadap keberadaan antigen dan akan bereaksi pada antigen tersebut. (Buku Anfis edisi 4 hal
439)
Antibodi atau immunoglobulin terbagi dalam 5 jenis yaitu :
a. Immunoglobullin Mu (IgM)
Merupakan antibody pertama yang bersirkulasi sebagai respons terhadap pemaparan awal ke
suatu antigen. Konsentrasinya dalam darah menurun secara cepat. Hal ini sangat bermanfaat
secara diagnostic karena dapat mengindikasikanadanya infeksi baru oleh patogen. IgM terdiri
dari 5 monomer berbentuk Y yang tersusun dalam struktur pentamer. Tempat pengikatan yang
banyak itu membuatnya menjadi sangat efektif dalam mengaglutinasi atau menggumpalkan
antigen dan dalam reaksi yang melibatkan komplemen. Namun, IgM terlalu besar untuk
menembus plasenta dan tidak memberikan kekebalan maternal.
b. Immunoglobullin Gamma (IgG)
Merupakan antibodi yang paling banyak dalam sirkulasi. Antibody ini dengan mudah
melewati dinding pembuluh darah dan memasuki cairan jaringan. IgG dapat menembus
plasenta dan memberikan kekebalan pasifdari ibu ke janin. IgG melindungi tubuh dari bakteri,
virus dan toksin yang beredar dalam darah dan limfa, serta memicu kerja system komplemen.
Reaksi aglutinasi adalah reaksi antara antigen yang tidak larut dengan antibody yang larut. Dapat
juga antigen yang bereaksi adalah antigen larut, tetapi diikat oleh suatu pembawa (carrier) yang
tidak larut.
Transfusi darah adalah pemberian darah dari seseorang kepada orang yang memerlukan. Orang
yang memberi darah disebut donor, sedangkan orang yang menerima darah disebut resipien. Dalam
transfusi darah, donor harus memperhatikan jenis aglutinogen (antigen) yang dimilikinya.
Sedangkan, pada resipien yang perlu diperhatikan adalah aglutininnya (antibodi).
Jika antigen A (aglutinogen A) bertemu dengan antibodi α (aglutinin α), maka darah akan
menggumpal atau membeku. Begitu pula sebaliknya, jika antigen B (aglutinogen B) bertemu
dengan antibodi β (aglutinin β), maka darah juga akan menggumpal atau membeku
4. Macam-macam rhesus
Sistem penggolongan ini membagi golongan darah manusia menjadi dua, yaitu Rhesus Positif (Rh
+) dan Rhesus Negatif (Rh-). Pembeda kedua jenis golongan darah ini ialah dengan memperhatikan
faktor Rh, berarti darah seseorang dibedakan berdasarkan ada tidaknya Antigen-Rh dalam
eritrositnya.
Istilah Rh atau Rhesus (juga biasa disebut Rhesus Faktor) pertama sekali dikemukakan pada tahun
1940 oleh Landsteiner dan Weiner. Dinamakan rhesus karena dalam riset tersebut digunakan darah
kera rhesus (Macaca mulatta), salah satu spesies kera yang paling banyak dijumpai di India dan
Cina.
Pada sistem ABO, yang menentukan golongan darah adalah antigen A dan B, sedangkan pada Rh
faktor, golongan darah ditentukan adalah antigen Rh (dikenal juga sebagai antigen D). Jika hasil tes
darah di laboratorium seseorang dinyatakan tidak memiliki antigen Rh, maka ia memiliki darah
dengan Rh negatif (Rh-), sebaliknya bila ditemukan antigen Rh pada pemeriksaan, maka ia
memiliki darah dengan Rh positif (Rh+).
Antibodi merupakan protein-protein yang terbentuk sebagai respon terhadap antigen yang masuk ke
tubuh, yang bereaksi secara spesifik dengan antigen tersebut. Konfigurasi molekul antigen-antibodi
sedemikian rupa sehingga hanya antibodi yang timbul sebagai respon terhadap suatu antigen tertentu saja
yang ccocok dengan permukaan antigen itu sekaligus bereaksi dengannya.
Antibodi disebut juga immunoglobulin (Ig) atau serum protein globulin. Antibodi adalah subtansi
kimia berupa glikoprotein dengan struktur tertentu yang terbentuk sebagai respons terhadap keberadaan
benda-benda asing (antigen) yang tidak dikehendaki oleh tubuh dan bersifat reaktif terhadap antigen tersebut.
3. Penggolongan darah berdasarkan ABO
Sistem penggolongan darah yang pertama kali diperkenalkan ialah penggolongan darah A-B-O, konsep yang
perlu dikuasai dalam membahasa penggolongan darah sistem ABO adalah pemahaman mengenai istilah
aglutinin dan aglutinogen,
A. Aglutinin
Aglutinin disebut juga antibodi yaitu senyawa kimia yang berperan dalam menjalankan fungsi
sistem kekebalan tubuh. Aglutinin berupa sekumpulan senyawa yang terbentuk di dalam darah akibat
infeksi bakteri yang dapat menyebabkan penggumpalan bersama bakteri itu. Di dalam darah aglutinin
dijumpai dalam plasma darah.
B. Aglutinogen
Aglutinogen disebut juga antigen. Antigen sendiri diartikan sebagai senyawa kimia yang dapat
merangsang aktifnya sistem kekebalan tubuh. Dalam kehidupan kita antigen bisa diartikan sebagai
senyawa kimia yang dapat menyebabkan penyakit. Antigen bisa dijumpai di dalam darah tepatnya
berada pada sel darah merah. Antigen ada 2 macam yaitu antigen A dan antigen B.
Ringkasnya di dalam darah dijumpai Aglutinin maka ia ditemukan pada plasma darah sedangkan
aglutinogen posisinya ada di sel darah merah. Jadi di dalam darah bisa dijumpai aglutinin dan agultinogen
bisa juga tidak.
Metode Rhesus
Cara lain dalam mengelompokan golongan darah adalah dengan menggunakan metode Rhesus.
Tipe Rhesus ini pertama kali ditemukan pada eritrosit kera spesies Maccacus rhesus.
Rhesus positif (+) maka di dalam eritrositnya terdapat aglutinogen/ antigen rhesus (Disebut juga aglutinogen
D). Rhesus negative (-) maka di dalam eritrositnya tidak terdapat aglutinogen/ antigen rhesus (Aglutinogen
D).
Kira-kira 85% dari seluruh bangsa berkulit putih adalah Rh negatif, sedangkan pada bangsa Afrika yang
berkulit hitam 100% adalah Rh positif.
Golongan darah rhesus ini dapat mempengaruhi keturunan dan jika terjadi ketidakcocokan maka dapat
menyebabkan kelainan eritroblastosis fetalis.