Professional Documents
Culture Documents
Makala H Rating
Makala H Rating
OLEH
MUHAMMAD WILDAN AULIA ROBBANI
NIM 170110401034
TELEVISI DAN FILM
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
Secara umum, rating adalah evaluasi atau penilaian atas sesuatu yang diukur
melalui skala atau indikator tertentu
Rating kuantitatif merupakan suatu ukuran data kepermirsaan televisi yang diukur
secara kuantitatif
Data tersebut diperoleh melalui survey kepermirsaan televisi. Saat ini survey
kepermirsaan televisi di Indonesia di lakukan oleh lembaga AGB Nielsen. AGB
Nielsen merupakan salah satu lembaga pemeringkat rating terbesar di dunia, oleh
karena itu para perusahaan stasiun televisi dan media lainya mempercayakan dan
menganut sistem rating AGB Nielsen
Angka rating dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, misalnya saja durasi
suatu acara tv, acara tv tandingan, kualitas gambar, penonton yang ada, waktu-waktu
insidentil, jadwal tayang, juga pola kebiasaan penonton di daerah-daerah tertentu.
Rating acara televisi tidak selalu berbanding lurus dengan kualitas acara televisi
tersebut
Seperti yang kita tau, rating merupakan suatu acuan bagi para pengiklan terhadap
suatu acara televisi, begitu juga dengan keberlangsungan acara televisi tersebut. Para
praktisi layar kaca terus menerus berinovasi dan berlomba lomba untuk mendapatkan
rating setinggi tinggi nya agar acara yang mereka buat mendapatkan ketertarikan dari
pengiklan dan bisa mempertahankan usia acara tersebut.
Para praktisi acara televisi juga semakin yakin terhadap rating kuantitas ketika
mereka berupaya untuk menyuguhkan program berkualitas dan bernilai positif yang di
harapkan oleh sebagian masyarakat, akan tetapi kebanyakan acara tersebut tidak
menarik minat penonton. Mereka seolah olah terperangkap untuk membuat program
bermutu sebagai pemenuhan keinginan masyarakat tersebut. Pada kenyataannya data
yang di ambil oleh AGB Nielsen sangatlah berbeda, hasilnya sangat bertolak belakang
dari tuntutan masyarakat untuk melihat acara yang berkualitas dan bernilai positif.
Namun, Pengiklan tidak hanya tertarik kepada rating, seperti yang di jelaskan
oleh AGB Nielsen (juli, 2008) bahwa pertimbangan iklan tidak hanya didasarkan
kepada rating saja, tetapi menyangkut pula segmentasi khalayak pemirsa, citra
produk dalam arti program televisi sejalan dengan citra sebuah produk yang
ditawarkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Sistem Rating kuantitatif merupakan salah satu hal yang paling pokok dalam
keberlangsungan dan acuan dari perusahaan stasiun televisi. Pengiklan juga
membutuhkan rating dan lembaga pemeringkat untuk menentukan efektivitas dari
iklan tersebut. Boleh saja para praktika layar kaca saling berlomba untuk mendapatkan
rating setinggi tingginya, tetapi jangan lupakan peran dan fungsi media televisi untuk
mendukung kesejahteraan bangsa. Sebagai masyarakat yang media hiburannya adalah
televisi, seharusnya lebih selektif dalam menyaksikan dan mengambil pesan dari acara
televisi.
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam
penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas.Karena kami
hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan Dan kami juga sangat
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Susanto, Eko Harry. 2009. Rating TV dan Masyarakat Desa. Jurnal Komunikasi
Universitas Tarumanegara.
Friciylia, Pamella. 2014. Perbedaan Rating dan Share.
https://pamelpams.blogspot.co.id/2014/07/perbedaan-rating-dan-share.html (di akses
pada tangggal 15 Mei 2018 pukul 23.30)