Professional Documents
Culture Documents
Jawaban DK Modul KV 2018
Jawaban DK Modul KV 2018
Gray, H.H. 2002. Lecture Notes Kardiologi; Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Maximin. 1997. Heart Therapy . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Soeharto, I. 2001. Kolesterol dan Lemak Jahat Kolesterol dan Lemak Baik; Proses Terjadinya Serangan
Jantung dan Stroke. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Mekanisme nyeri dada yang akan dibahas hanyalah mekanisme untuk nyeri karena penyakit
kardiovaskuler karena kemungkinan besar nyeri dada yang dialami pasien tersebut disebabkan oleh
penyakit kardiovaskuler.
Apabila terjadi aterosklerosis pada pembuluh darah, semakin banyak akan menyebabkan ruptur pada
plak akibatnya terbentuk trombus. Apabila trombus ini berkumpul semakin banyak, maka dapat
menyebabkan obstruksi pada arteri koroner. Apabila terjadi obstruksi, maka darah kekurangan suplai
oksigen yang akan menyebabkan iskemik. Iskemik inilah yang akan menimbulkan rasa nyeri pada daerah
dada.
Apabila terjadi gangguan hemodinamik pada jantung, akan menimbulkan vasokonstriksi pada pembuluh
darah yang lama kelamaan menyebabkan trombus. Trombus yang terbentuk dan bertambah besar, akan
menyebabkan obstruksi pada arteri koroner sehingga dapat terjadi penyempitan. Akibatnya, suplai
oksigen untuk jaringan dan arteri koroner khususnya akan berkurang. Hal ini mengakibatkan mekanisme
anaerob meningkat sebagai mekanisme kompensasi dari tubuh. Namun, akibatnya akan terbentuk asam
laktat yang sangat banyak sehingga menekan ujung-ujung saraf atau reseptor nyeri pada daerah dada
yang akan menimbulkan respon nyeri.
Nyeri sebenarnya adalah mekanisme protektif yang dimaksudkan untuk menimbulkan kesadaran bahwa
telah atau akan terjadi kerusakan jaringan. Terdapat tiga kategori reseptor nyeri yaitu nosiseptor
mekanis, yang berespon terhadap kerusakan mekanis misalnya tusukan, benturan, atau cubitan;
nosiseptor termal yang berespon terhadap suhu yang berlebihan terutama panas; dan nosiseptor
polimodal yang berespon setara terhadap semua jenis rangsangan yang merusak, termasuk iritasi zat
kimia yang dikeluarkan dari jaringan yang cedera. Ketiga nosiseptor ini adalah ujung saraf telanjang
yang tidak beradaptasi terhadap rangsangan yang menetap atau repetitive.
Sinyal-sinyal yang berasal dari nosiseptor mekanis dan termal disalurkan melalui serat A-delta yang
berukuran besar dan bermielin dengan kecepatan sampai 30 meter/detik (jalur nyeri cepat). Impuls dari
nosiseptor polimodal diangkut oleh serat C yang kecil dan tidak bermielin dengan kecepatan yang jauh
lebih lambat sekitar 12 meter/detik (jalur nyeri lambat).
Salah satu neurotransmitter yang dikeluarkan dari ujung-ujung aferen nyeri ini adalah subtansi P yang
diperkirakan khas untuk serat-serat nyeri. Jalur nyeri asenden memiliki tujuan di korteks
somatosensorik, thalamus dan formasio retikularis.
Jadi penyebab nyeri yaitu tersensitisasinya nosiseptor-nosi septor yang ada pada tubuh juga bias
disebabkan oleh kerusakan di dalam jalur-jalur nyeri walaupun tidak terdapat cedera perifer atau
rangsang nyeri. Sebagai contoh, stroke yang merusak jalur-jalur asendens dapat menimbulkan sensasi
nyeri yang abnormal dan menetap.