You are on page 1of 14

Salamun

Instrusi Air Laut Sungai Gangsa

TEKNIK
KEAIRAN

INSTRUSI AIR LAUT SUNGAI GANGSA

)
Salamun*

Diterima 27 Pebruari 2008

ABSTRACK

Estuary Phenomenon was construced by Tidal Range, Discharge and Sea Wave.
Instrution was an impact of Fresh water and Sea Water or Salinity. Length of Instrution
in Gangsa river can be forecasted by a model numerical which Saint Venant equation
especially on continuity and momentum equation which was shown water surface and
discharge. One of stop instrution on river is to build.
Keywords : Gangsa River, Estuary Phenomenon

ABSTRAK

Fenomena Estuary terbentuk dari Pasang, Debit dan Gelombang Laut. Instruary
adalah dampakdari menysupnya air laut/salinitas kerah air tawar/sungai. Panjang
instrusi Sungai Gangsa dapat diramalkam dengan Numerik dengan persamaan Saint
Venant khususnya pada Continuitas dan momentum yang ditunjukkan oleh elevasi
muka air dan debit. Peramalan ini adalah salah satu cara penentuan bangaunan
penanggulangan instrusi air laut.
Kata kunci : Debit Sungai, Pasang Surut dan Salinitas.

PENDAHULUAN Permasalahan timbul pada daerah


pesisir pantai yaitu pengaruh intrusi air
Latar Belakang laut. Hal ini diakibatkan karena
pengaruh perambatan air laut akibat
Air permukaan atau air sungai
pasang surut. Pengaruh–pengaruh ini
merupakan sumberdaya vital dan menyebabkan kondisi air sungai tidak
strategis untuk kehidupan masyarakat. layak lagi untuk kebutuhan sehari – hari,
Air terutama air tawar sangat penting
seperti mandi, minum, mencuci dan lain-
dalam kehidupan.
lain karena airnya payau.

*)
Jurusan Teknik Sipil FT. UNDIP
Jl. Prof. Soedarto SH, Tembalang Semarang

21
Berkala Ilimiah Teknik Keairan
Vol. 14, No.1– Juli 2008, ISSN 0854-4549 Akreditasi No. 23a/DIKTI/KEP/2004

Banyak alternatif yang dapat dikerjakan Pasang Surut


demi pengamanan dari pengaruh intrusi
air laut ke daratan. Salah satunya Pasang surut adalah fluktuasi muka air
dengan membuat bangunan laut karena adanya gaya tarik benda-
penanggulangan pengaruh intrusi pada benda langit, terutama matahari dan
sungai sesuai dengan karakteristik bulan terhadap massa air di bumi.
masing – masing sungai. Sifat dan Aliran air laut ke estuari di sertai
morfologi sungai sangat menentukan transpor massa garam. Masuknya air asin
perlakuan yang akan direncanakan ke estuari disebut intrusi air asin. Jarak
pada sungai tersebut. intrusi air asin ke estuari tergantung
pada karakteristik estuari, pasang surut
Tujuan Dan Manfaat dan debit sungai. Semakin besar tinggi
1. Memberikan gambaran perilaku air pasang surut dan semakin kecil debit
permukaan di Sungai khususnya S. sungai, semakin jauh intrusi air asin.
Gangsa Sebaliknya semakin kecil tinggi pasang
2. Memberikan gambaran perilaku air surut dan semakin besar debit sungai,
tawar dan air asin pada muara semakin pendek jarak intrusi air asin.
Sungai Gangsa. Transpor garam di estuari terjadi secara
3. Penanggulangan pengaruh intrusi konveksi dan difusi. Secara konveksi air
air laut di Sungai Gangsa Kota garam terbawa (terangkut) bersama
Tegal dengan aliran air, karena pengaruh
4. Memberikan rekomendasi terhadap kecepatan aliran. Tranpor secara difusi
kondisi sungai pada saat ini yang terjadi karena turbelensi dan perbedaan
dimaksudkan untuk menjaga kadar garam di suatu titik dengan titik-
keseimbangan ketersediaan air. titik di sekitarnya, sehingga kadar garam
akan menyebar ke titik dengan
Lokasi Daerah Penelitian konsentrasi lebih rendah.

Lokasi penelitian di Sungai Gangsa Kota Debit Sungai


Tegal yang berbatasan dengan
Kabupaten Brebes. Debit sungai dan perubahan musimnya
adalah salah satu dari parameter
penting dalam sirkulasi di estuari. Debit
LANDASAN TEORI sungai tergantung pada karakteristik
hidrologi dan daerah aliran sungai.
Pola Sirkulasi Aliran di Muara Sungai
Daerah aliran sungai yang baik (hutan
(Estuari)
masih terjaga) memberikan debit aliran
Pola sirkulasi aliran di estuari yang relatif konstan sepanjang tahun.
dipengaruhi sifat morfologi sungai, Sedang jika kondisinya jelek variasi
pasang surut dan debit sungai. Sirkulasi debit antara musim basah dan kering
aliran meliputi penjalaran gelombang sangat besar. Hidrograf di hulu estuari
pasang surut, pencampuran air tawar merupakan fungsi waktu dengan arah
dan air asin, gerak sediment, polutan aliran selalu ke hilir (menuju laut). Pada
(biologis dan fisis) dsb. musim hujan debit aliran besar
sementara pada musim kemarau kecil.
Pada waktu banjr debit sungai
mendorong polutan (garam, sedimen

22
Salamun
Instrusi Air Laut Sungai Gangsa

dan sebagainya) ke laut, sehingga Turbelensi ini menyebabkan


intrusi air asin dan kekeruhan terdorong pencampuran air asin atau air tawar
lebih ke hilir, sedangkan pada debit kecil pada kolam air yang lebih efektif
polutan bergerak lebih ke hulu. dibandingkan dengan akibat
gelombang yang terjadi pada
Pencampuran (mixing) di Muara pertemuan air asin atau air tawar. Air
tawar mengalir ke arah laut
Di muara sungai terjadi pertemuan
bercampur dengan air asin dengan
antara air asin dari laut dan air tawar proporsi yang lebih tinggi sehingga
dari sungai. Letak titik temu dan tingkat kompensasi aliran air asin kearah
pencampuran antara air asin dan air
darat lebih kuat dibandingkan pada
tawar sangat bervariasi tergantung
estuari sudut asin dan apabila
kekuatan pasang surut dan debit sungai.
pasang surut besar, pencampuran
Berdasarkan kekuatan relatif antara lebih baik terjadi antara air asin dan
pasang surut dan debit sungai, sirkulasi air tawar.
estuari dapat di kelompokkan ke dalam Tingkat pencampuran tergantung
3 golongan utama yaitu :
pada energi yang di timbulkan oleh
a. Estuari Sudut Asin (salt wegde) pasang surut. Ke arah hulu estuari,
netto gerakan air asin makin kecil
Estuari jenis bila pasang surut dan netto gerakan air tawar di
rendah dan debit sungai besar. Air permukaan ke arah hilir meningkat.
tawar/sungai mengalir diatas air laut, Kedalaman dimana tidak ada
antar air tawar dan air asin terjadi gerakan air netto ke hulu maupun ke
Sudut Asin (salt wegde). Salinitas di hilir (transisi antara arus ke hulu dan
lapisan bawah sama dengan ke hilir, V = 0), makin ke hulu makin
salinitas air laut, sedang lapisan atas meningkat sampai pada suatu titik
merupakan air tawar. Posisi sudut berimpit dengan dasar estuari. Pada
asin dapat berubah, bisa bergerak ke titik ini tidak ada gerakan air ke arah
hulu pada saat pasang dan ke hilir hulu dan titik ini disebut titik nol
pada waktu surut. estuari. Letak titik nol selalu bergeser
b. Estuari Tercampur Sebagian (partial ke hulu atau ke hilir sesuai dengan
mixed) besar kecilnya pasang surut dan
debit sungai. Pada debit besar
Estuari tercampur sebagian bergerak ke hilir dan sebaliknya
berkembang pada pasang surut pada debit kecil bergerak ke hulu.
yang moderat. Arus pasang surut Salinitas bervariasi dalam arah
cukup berpengaruh dan massa air memanjang dan vertikal. Dalam arah
bergerak naik turun mengikuti naik memanjang salinitas berkurang dari
turunnya air pasang surut. Akibatnya mulut sungai ke arah hulu sedang
geseran arus pada pertemuan air dalam arah vertikal berkurang dari
asin atau air tawar, geseran pada dasar ke permukaan.
dasar estuari menimbulkan tegangan
geser dan menimbulkan turbelensi.

23
Berkala Ilimiah Teknik Keairan
Vol. 14, No.1– Juli 2008, ISSN 0854-4549 Akreditasi No. 23a/DIKTI/KEP/2004

Gambar 1. Estuari dengan sudut asin (salt wedge)

Gambar 2. Estuari tercampur sebagian

Gambar 3. Estuari tercampur sempurna

24
Salamun
Instrusi Air Laut Sungai Gangsa

c. Estuari tercampur sempurna (Well U 3B


Mixed) Se  .........................................(1)
gQt
Pada estuari yang lebar dan
dangkal, dimana pasang surutnya dimana :
tinggi dan arus pasang surut lebih 2.Tr. As ............................ ......(2)
kuat dibandingkan dengan aliran U 
B.H .T
sungai, kolam air menjadi tercampur
secara keseluruhan, estuari U = kecepatan pasang surut rata-rata
3
tercampur sempurna dan apabila Qt = debit air tawar, m /dtk
2
pasang surut besar dan debit sungai g = gaya gravitasi bumi, m/dtk
kecil, akan terjadi pencampuran Tr = simpangan pasang surut, m
2
yang lebih baik. Tidak lagi terjadi As = luas permukaan estuari, m
bidang batas antara air asin dan air B = lebar rata-rata estuari, m
tawar. Variasi salinitas hanya terjadi H = kedalaman estuari rata – rata, m
T
3
sepanjang estuari, tanpa stratifikasi = volume pasang surut, m
vertikal dan lateral. A = penampang melintang rata-rata,
2
m
Mixing di estuari disebabkan oleh
T = periode pasang surut, detik
difusi turbelensi dan variasi medan
kecepatan. Mixing terjadi karena Berdasarkan harga Se yang diperoleh,
turbelensi yang merupakan gerakan maka estuari di kelompokkan menjadi :
dalam skala kecil dari partikel air
yang menyimpang dari kecepatan Se < 0,03 : estuari sudut asin
rata-rata yang disebabkan oleh 0,03 ≤ Se ≤ 0,3 : estuari transisi atau
pasang surut, debit sungai dan rapat tercampur sebagian
massa air. Pasang surut Se > 0,3 : estuari tercampur
menyebabkan pencampuran air asin sebagian
dan air tawar dengan dua cara Derajat pencampuran dengan nisbah
sebagai berikut : debit (K) (Degree of mixing by a flow
1. Gerakan arus pasang surut ratio)
pada dasar saluran/sungai
menimbulkan turbelensi dan T
K .............................................(3)
mengakibatkan percampuran a
turbelen secara vertikal.
2. Gelombang pasang surut yang T  Qa * T .................................. ....(4)
menjalar di estuari dimana :
menyebabkan arus cukup kuat
dapat menimbulkan mixing T = volume air tawar selama satu
3
secara konveksi.Pola Sirkulasi periode pasang surut, m
Estuari a = volume air asin pada saat
3
pasang, m
Bilangan Estuari (Se)
Berdasarkan harga K yang diperoleh,
Pickard (1975) mengemukakan pola maka estuari dikelompokkan menjadi :
sirkulasi estuari dapat dirumuskan sbb; K < 0,1 : estuari tercampur
sebagian

25
Berkala Ilimiah Teknik Keairan
Vol. 14, No.1– Juli 2008, ISSN 0854-4549 Akreditasi No. 23a/DIKTI/KEP/2004

0,7 > Se > 0,3 : estuari transisi atau adalah data-data dari instansi maupun
tercampur sebagian dinas terkait.
Se  0,7 : estuari sudut asin
Kondisi Hidrooceonagrafi
Bangunan Penanggulangan Intrusi
Fluktuasi Muka Air Laut
Perencanaan penanggulangan intrusi
air laut ke darat melalui sungai dapat Fluktuasi muka air laut dipengaruhi
dilakukan terutama penanggulangan gelombang terutama gelombang pasang
dengan membuat bangunan penahan surut.
intrusi. Dalam penelitian ini direnca-
- Pasang surut
nakan penanggulangan pengaruh intrusi
air laut dengan membangun bendung Data pasang surut dari Perum
penahan air pasang. Pelabuhan Cabang III Tegal, untuk
periode Januari1999 s/d Maret 2002.
ANALISA DATA Hasil analisis menunjukkan bahwa tipe
pasang surut di perairan Tegal adalah
Data-data yang digunakan dalam pasang surut campuran dengan
perhitungan terdiri dari: data primer dan dominasi semi diurnal. Berarti selama
data sekunder. Data primer merupakan kurang lebih 24 jam terjadi 2 kali pasang
data pengukuran lapangan Sungai dan 2 kali surut, lihat Gambar 4.
Gangsa. Sedangkan data sekunder

Gambar 4. Grafik pasang surut di pelabuhan Tegal.

26
Salamun
Instrusi Air Laut Sungai Gangsa

140
HHWL
MHWL
120
MSL

100 MLWL
LLWL
Elevasi, cm

80

60

40

20

0
Jan-98

Feb-98

Mar-98

Apr-98

Mei-98

Jun-98

Jul-98

Sep-98

Okt-98

Des-98

Jan-99

Feb-99

Mar-99
Agust-98

Nop-98
Gambar 5. Berbagai elevasi muka air laut bulanan di perairan Tegal

Dari data dan gambar diperoleh Tabel 1. Klasifikasi air berdasarkan


simpangan maksimum adalah 0,80 jumlah garam terlarut
meter, dengan rata-rata 0,46 meter.
Jumlah garam
Berbagai tinggi muka air yang lain Macam Air
terlarut (mg/l)
adalah sbb.:
- HHWL : High Highest Wateer Level < 1000 Tawar (fresh)
: 1,30 m 1000 – 10.000 Payau (Brackish)
- MSL : Mean Sea Level 10.000 – 100.000 Saity
: 0,96 m > 100.000 Briny
- LLWL : Low Lowest Water Level :
: 0,43 m. Jumlah garam terlarut dapat didekati
Air Permukaan dengan harga daya hantar listrik (DHL =
EC). Daya hantar listrik air yang banyak
Pengujian kualitas air Sungai Gangsa
mengandung garam mempunyai harga
dimaksudkan untuk mengetahui batas
daya hantar listrik yang tinggi.
penyusupan air laut di sungai. Dua
Pengukuran dengan alat electric
parameter yang digunakan sebagai
conductivity (EC) meter, satuan yang
dasar penentuan batas penyusupan air
digunakan adalah mikrosiemen ( µS/cm)
laut di sungai adalah harga daya hantar
atau mikromhos (µ hos) dimana 1 µ
listrik (DHL) dan salinitas.
mhos = 1 µS/cm.
Jumlah garam terlarut atau total
Daya hantar listrik yang di ukur pada
dissolved solids adalah jumlah 0
suhu standar yaitu 25 C. Hasil
konsentrasi garam yang terkandung
Pengukuran dapat dilihat Tabel 2.
dalam air. Klasifikasi air berdasarkan
jumlah garam terlarut menurut Davis &
De Weist (Todd, 1980), seperti Tabel 1.

27
Berkala Ilimiah Teknik Keairan
Vol. 14, No.1– Juli 2008, ISSN 0854-4549 Akreditasi No. 23a/DIKTI/KEP/2004

Tabel 2. Hasil Pengukuran Salinitas Dan Daya Hantar Listrik di Sungai Gangsa

Jarak dari Waktu Pengetesan Daya Hantar Salinitas


No Muara pH Listrik Ketrangan
0
(m) Jam Tanggal (µS/cm) /00 mg/l
1 0 13.15 29/09/2002 8 42000 24 24,700 Asin
2 200 13.10 29/09/2002 8 39000 23 23,143 Asin
3 700 12.50 29/09/2002 8 41500 24 24,184 Asin
4 1200 12.30 29/09/2002 8 42000 24 24,255 Asin
5 1700 12.10 29/09/2002 8 41500 24 24,632 Asin
6 2200 11.50 29/09/2002 8 40000 23 24,190 Asin
7 2700 11.30 29/09/2002 8 43000 25 25,522 Asin
8 3200 11.10 29/09/2002 8 42500 25 25,226 Asin
9 3700 10.50 29/09/2002 8 41500 24.5 24,623 Asin
10 4200 10.30 29/09/2002 8 42000 27 24,929 Asin
11 4700 10.10 29/09/2002 8 40500 25.5 24,038 Asin
12 5200 9.50 29/09/2002 8 39000 24.5 23,148 Asin
13 5700 9.30 29/09/2002 8 33000 19.5 19,956 Asin
14 6200 13.55 28/09/2002 8 41000 24 24,335 Asin
15 6700 14.15 28/09/2002 7 40000 23 24,190 Asin
16 7200 14.35 28/09/2002 7 39500 22.5 23,887 Asin
17 7700 14.55 28/09/2002 7 40500 23.5 24,492 Asin
18 8200 15.15 28/09/2002 7 39000 22 23,585 Asin
19 8700 15.35 28/09/2002 7 39000 22.5 23,148 Asin
20 9200 15.55 28/09/2002 7 39000 21 22,980 Asin
21 9700 16.15 28/09/2002 8 5000 4 2,914 Asin

1. PENDUGAAN DEBIT DAN SALINITAS dilakukan dengan perhitungan model


matematik satu dimensi Saint Venant.
Pendugaan terhadap kemungkinan
pengaruh intrusi air laut ke sungai Debit Musim Kemarau
Gangsa dapat dilakukan melalui dua
Debit Musim Kemarau/debit kecil adalah
cara. Cara pertama adalah dengan
debit minimum sungai. Perhitungan
melakukan uji sampel di sungai Gangsa,
debit kecil bertujuan untuk menentukan
yaitu dengan melakukan pengukuran
area yang dapat dialiri. Perhitungan ini
kadar NaCl yang terdapat pada air
menggunakan cara analisis water
sungai. Pengukuran kadar garam
balance dari Dr. F. J. Mock Hasilmya
dilakukan dengan mengunakan alat
seprti pada Tabel 3.
penduga kadar NaCl yaitu Salinitas
Meter. Cara yang kedua dapat pula

28
Salamun
Instrusi Air Laut Sungai Gangsa

Hidrograf Banjir

300 400

250 350
300
200
Debit (m3/dtk)

Debit (m3/dtk)
250
150 200
150
100
100
50 50
0 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Waktu (jam) Waktu (jam)

(a) (b)

400 600

350 500
300
400
Debit (m3/dtk)

Debit (m3/dtk)

250
200 300
150
200
100
50 100
0 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Waktu (jam) Waktu (jam)

(c) (d)

600 700
500 600
Debit (m3/dtk)

500
Debit (m3/dtk)

400
400
300
300
200 200
100 100
0 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Waktu (jam) Waktu (jam)

(e) (f)

Gambar 6. Grafik. Hubungan Debit Puncak dan waktu (a). Periode 2 tahun, (b).
Periode 5 tahun, (c). Periode 10 tahun, (d). Periode 25 tahun, (e). Periode 50 tahun,
(f). Periode 100 tahun

29
Berkala Ilimiah Teknik Keairan
Vol. 14, No.1– Juli 2008, ISSN 0854-4549 Akreditasi No. 23a/DIKTI/KEP/2004

Tabel 3. Hasil Perhitungan Debit Kecil sebesar 9,7 Km. Hubungan antara daya
3 hantar listrik dan besarnya salinitas di
No. Bulan Debit (m /dt)
sajikan pada grafik Gambar 7.
1. Januari 0,810
2. Februari 0,671
3. Maret 0,565 Pendugaan Instrusi
4. April 0,364
Debit rencana
5. Mei 0,237
6. Juni 0,133 Analisa yang dilakukan dengan model
7. Juli 0,079
Numerik dengan menggunakan Formula
8. Agustus 0,062
9. September 0,042 Saint Venant pada saat debit rencana
3
10. Oktober 0,189 sebesar 300,893 m /dtk. Lebar muka air
11. Nopember 0,386 28 meter, panjang sungai 10 Km
12. Desember 0,502 dengan kemiringan dasar saluran
0,0009. Hasil perhitungan salinitas
Pengukuran Salinitas menunjukkan titik peralihan antara air
asin dan air tawar terletak pada jarak
Dari hasil pengukuran salinitas di 10km untuk kondisi pasang dengan
lapangan maka dapat dianalisa kondisi besarnya kandungan garam yang
salinitas di sungai Gangsa. Adapun terdapat pada titik ini adalah sebesar
analisa yang telah dilakukan seperti 1,0756 ppm dan kandungan garam
pada tabel berikut ini : pada kondisi surut terletak pada jarak
Dari analisa diatas maka kita dapat 8,00 Km dengan kandungan garam
mengetahui jarak intrusi yang terjadi di sebesar 2,536 ppm.
sungai Gangsa dari muara. Besarnya
jarak intrusi air laut di sungai Gangsa Hasil perhitungan keseluruhan untuk
yang diukur dari muara sungai adalah setiap kondisi dapat dilihat Gambar 8.

30,000 50000

45000

25,000
Salinitas Daya Hantar Listrik 40000

35000
20,000
Daya Hantar Listrik (mS/cm)

30000
Salinitas (mg/l)

15,000 25000

20000

10,000
15000

10000
5,000

5000

- 0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 11000

Jarak dari Muara (m)

Gambar 7. Hubungan antara besarnya salinitas dan daya hantar listrik.

30
Salamun
Instrusi Air Laut Sungai Gangsa

30

25

20
Salinitas (ppm)

15

10

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jarak (meter) Thousands

Jam 13.00 Jam 20.00

Gambar 8. Grafik Besar jangkauan salinitas saat debit besar (rencana)

Debit Kecil (Musim Kemarau) kondisi pasang dengan besarnya


kandungan garam yang terdapat pada
Analisa dilakukan saat debit titik ini adalah sebesar 5,4921 ppm dan
adalan/Debit kecil mengunakan debit , kandungan garam pada kondisi surut
3
sebesar 0,81 m /dtk. Lebar muka air 28 terletak pada jarak 10 Km dari muara
meter, panjang sungai 12,5 Km dengan dengan kandungan garam sebesar
kemiringan dasar saluran 0,0009. Hasil 0,0025.
perhitungan salinitas menunjukkan titik
peralihan antara air asin dan air tawar Hasil perhitungan keseluruhan untuk
terletak pada jarak 12,5 Km untuk setiap kondisi dapat dilihat Gambar 9.

30

25
Salinitas ( ppm )

20

15

10

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Thousands
Jarak ( meter )
Jam 13.00 Jam 20.00

Gambar 9. Grafik Jangkauan Salinitas saat Debit kecil (kemarau)

31
Berkala Ilimiah Teknik Keairan
Vol. 14, No.1– Juli 2008, ISSN 0854-4549 Akreditasi No. 23a/DIKTI/KEP/2004

PERENCANAAN BANGUNAN hulu titik kontrol, y = 5,31 meter, kearah


PENANGGULANGAN INSTRUSI hulu. Hasil perhitungan lihat Gambar 10.

Sebagai penanggulangan instrusi dapat PENUTUP


berupa bangungan pelinpah sperti
Bendung baik bendung gerak maupun Simpulan
bendung permanen. Disini digunakan
bendung permanen sebab lokasi titik Permasalahan intrusi air laut merupakan
pencapai instrusi masih memungkinkan permasalahan yang tidak dapat
memakai bendung permanen. Adapun dipandang sebelah mata. Fenomena ini
data Rencana Pelimpah yang ada terjadi di kawasan pantai atau pesisir.
dilapangan sbb:
Mengingat Indonesia merupakan daerah
Elevasi dasar sungai di hulu = + 3,00 m kepulauan dan dua per tiga dari wilayah
Elevasi puncak mercu = + 6,00 m Idonesia adalah air maka fenomena
Elevasi muka air di hulu = +8,31 m intrusi air laut ke darat ini dipastikan
Debit rencana (Q25) = 300,893 akan selalu menjadi suatu
3
m /dtk permasalahan yang harus dipecahkan.
Lebar sungai (B) = 28,00 m Bahaya dari intrusi air laut ini dapat
Lokasi dari muara = 8,00 km menyebabkan keterbatasan keterse-
diaan air tawar di daerah pesisir pantai
Perhitungan Profil Muka Air yang sangat dibutuhkan manusia. Baik
kebutuhan air tawar sebagai air minum,
Perhitungan muka air dilakukan dengan mandi, mencuci dan lain sebagainya
metode tahapan langsung. Selanjutnya
atau kebutuhan irigasi tambak atau
kita menghitung profil muka air mulai
irigasi persawahan.
dari kedalaman yang sudah diketahui di

6.00

5.00

4.00
Elevasi Muka Air (m)

3.00

2.00

1.00

0.00
2500 2000 1500 1000 500 0
Jarak Ke Hulu Sungai (m)

Gambar 10. Grafik Profil muka air sungai dari bangunan pelimpah ke hulu

32
Salamun
Instrusi Air Laut Sungai Gangsa

Pendugaan Intrusi Air Laut di sungai menjadi naik. Tetapi disamping hal
Gangsa tersebut banyak hal yang dapat
diperoleh manfaatnya seperti
Dari analisa dengan berbagai kondisi
ketersediaan air tawar untuk kebutuhan
diperoleh jarak pengaruh intrusi air laut.
sehari-hari, mengurangi percepatan
Pada saat debit besar (Q 25) pengaruh
konsolidasi tanah di wilayah pesisir dan
intrusi berjarak 10,0 km dari muara
masih banyak manfaat yang dapat di
dengan besar salinitas 1,0756 ppm.
peroleh dari perencanaan ini.
Sedangkan untuk saat surut terjadi,
pengaruh intrusi berjarak 8,00 Km dari Perencanaan irigasi tambak juga
muara dengan besar salinitas 2,536 dimungkinkan karena muka air sungai
ppm. Jika terjadi debit kecil/musim menjadi terkendali, pengaruh intrusi
kemarau maka pengaruh intrusi berjarak tidak dapat bergerak semakin menjauh
12,5 Km dari muara untuk saat pasang kehulu sehingga daerah air asin dapat
dengan besar salinitas 5,4921 ppm. dikendalikan. Dan akhirnya
Sedangkan saat surut terjadi, pengaruh perencanaan ini diharapkan dapat
intrusi berjarak 10 Km dari muara mendukung berbagai kondisi dari
dengan kandungan garam sebesar berbagai aspek baik kebutuhan sehari-
0,0025 ppm. hari, sumber pendapatan ekonomi dan
objek wisata bagi masyarakat.
Bangunan penanggulangan intrusi yang
direncanakan adalah pelimpah dengan
mercu Tinggi pelimpah sebesari 3,0 m DAFTAR PUSTAKA
dengan lebar 28,0 m.
1. _____, (1986). “Buku Petunjuk
Saran Perencanaan Irigasi Bagian
Penunjang untuk Standar
Guna mengatasi pengaruh intrusi ini Perencanaan Irigasi”, Desember.
banyak hal yang masih harus menjadi
kajian penting. Perencanaan dan 2. _____, (1997). “Irigasi dan
pemilihan alternatif konstruksi yang Bangunan Air”, Gunadarma.
ditetapkan penulis hanya memandang 3. _____, (2002). “Penelitian Kajian
dari lingkup aspek yang cukup kecil Sumber Air Bawah Permukaan Kota
yang nantinya diharapkan akan mampu Tegal”, Lembaga Penelitian Pusat
untuk menjadi acuan/ patron dalam Studi Kebumian Undip.
perencanaan yang lebih komplit.
4. _____, (1983). “Pedoman
Dalam merencanakan suatu bangunan Pembuatan Bendungan Pengendali
khususnya sungai, kita mengharapkan Sedimen”, Depatemen Pekerjaan
agar manfaat yang dihasilkan dari Umum.
bangunan ini bagi masyarakat sekitar
lokasi kajian akan lebih berarti. Tetapi 5. _____, (1986). “Standart
biasanya ada efek positif dan efek Perencanaan Irigasi, Kriteria
negatif yang harus dihadapi akibat Perencanaan bagian Bangunan
perencanaan ini. Efek negatifnya seperti Utama KP-02”, Desember.
pembebasan lahan sepanjang bantaran 6. _____, (1986). “Standart
sungai yang nantinya akan menjadi Perencanaan Irigasi, Kriteria
genangan ketika muka air sungai

33
Berkala Ilimiah Teknik Keairan
Vol. 14, No.1– Juli 2008, ISSN 0854-4549 Akreditasi No. 23a/DIKTI/KEP/2004

perencanaan bagian Bangunan KP- Departement Of Civil Engineering


04”, Desember. Heriot-Watt University,
7. _____, (1986). “Standart 13. Imansubarkah, (1980). “Hidrologi
Perencanaan Irigasi, Kriteria untuk Perencanaan Bangunan Air”,
perencanaan Bangunan KP-06”, Idea Dharma Bandung.
Desember.
14. Lulu Makrup, (2001). “Dasar-dasar
8. Artur, T Ippen, Phd, (1966). “Estuary Analisis Aliran di Sungai dan
And Coastaline Hydrodinamic”, Muara”, Tim UII Press.
McGraw-Hill Book Company. Inc.
15. M Yusuf Goyo dkk, (1985).
9. Bambang Triadmodjo, (1999). “Perbaikan dan Pengaturan Sungai”,
“Teknik Pantai”, Beta Offset. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
10. CD. Soemarto, (1987). “Hidrologi 16. Salamun, “Diktat Hidraulika Pantai”,
Teknik”, Usaha Nasional, Surabaya. Universitas Diponegoro
11. Ersin Seyhan, (1977). “Dasar-dasar 17. Sri Sangkawati, “Diktat Kuliah
Hidrologi”, Gadjah Mada Univesity Bangunan Air I”, Universitas
Press. Diponegoro
12. G. H. Smith, (1986Probability And 18. Suripin, “Diktat Kuliah Bangunan Air
Statistics in Civil Engineering, I”, Universitas Diponegoro

34

You might also like