You are on page 1of 6

Jurnal METHODIKA, Vol. 2 No.

1 Maret 2016 ISSN : 2442-7861

KONSEP DAN TANTANGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI


E-MONEY SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN
ALTERNATIF DI INDONESIA
Lalu Delsi Samsumar
Program Studi Teknik Komputer
Akademi Manajemen Informatika dan Komputer (AMIKOM) Mataram

lalu.ellsyam@gmail.com

Abstract

The use of electronic money (e-money) in the next few years in Indonesia will grow significantly. With e-money, will
facilitate public transactions without the need to use cash. E-money is a non-cash payment instruments, these products save
some money value stored in the electronic equipment. Nominal money stored electronically done by exchanging a sum of
money or by debiting a bank account which is then stored in electronic equipment. Implementation of e-money in Indonesia,
including late if compared to countries such as Hong Kong and Singapore. E-money introduced since 2007, while in Hong
Kong in 1997 and Singapore in 2000. With the condition of the infrastructure in Indonesia, it takes a long time to people
accustomed to using e-money. Cultural society accustomed to transact in cash will be a challenge. To increase public
confidence, Bank Indonesia has issued a regulation with e-money transactions. The use of e-money will also facilitate the
public, because no longer need to carry cash. Transact using e-money is safe, because it uses technology that attention to
standardization such as the use of chips.

Keywords: e-money, e-money application in Indonesia

1. Pendahuluan menjanjikan digunakan adalah menyimpan nilai


Perkembangan teknologi dan informasi telah moneter di kartu dan lebih aman dengan microchip,
memberi dampak ke berbagai bidang, tak terkecuali di yang dikenal sebagai smart card. Smart card hanya
bidang sistem pembayaran, khususnya sistem menempatkan, persegi panjang plastik berisi chip
pembayaran ritel dengan munculnya instrumen elektronik, dan memegang sejumlah data yang akan
pembayaran yang dikenal sebagai electronic money dibaca.
(e-money). Penggunaan e-money sebagai alternatif alat
pembayaran non-tunai di beberapa negara 2. Pengertian Dan Manfaat E-Money
menunjukkan adanya potensi yang cukup besar untuk A. Pengertian e-money
mengurangi tingkat pertumbuhan penggunaan uang Dalam paper ini, pengertian e-money mengacu
tunai, khususnya untuk pembayaran-pembayaran yang pada definisi yang dikeluarkan oleh Bank for
bersifat mikro sampai dengan ritel. International Settlement (BIS) dalam salah satu
Saat ini lembaga keuangan, khususnya Bank publikasinya pada bulan Oktober 1961. Dalam
menghadapi tantangan baru dalam pembayaran publikasi tersebut e-money didefinisikan sebagai
elektronik. Dalam hal ini Bank perlu memanfaatkan “stored-value or prepaid products in which a record
teknologi informasi yang akan selaras dengan strategi of the funds or value available to a consumer is stored
bisnis. Perkembangan teknologi yang telah mampu on an electronic device in the consumer’s possession”
memunculkan credit card dan debit card, saat ini (produk stored-value atau prepaid dimana sejumlah
berupaya memunculkan e-money ke hadapan nilai uang disimpan dalam suatu media elektronis
masyarakat. Pada dasarnya e-money telah lama yang dimiliki seseorang).
berkembang di dunia perbankan, tetapi Lebih lanjut dijelaskan bahwa nilai uang dalam
penggunaannya belum merata. Hanya beberapa pihak e-money akan berkurang pada saat konsumen
yang menggunakan e-money sebagai alat pembayaran. menggunakannya untuk pembayaran. Disamping itu e-
Kemunculan e-money ditengah-tengah money yang dimaksudkan disini berbeda dengan
masyarakat bertujuan untuk mengurangi tingkat “single-purpose prepaid card” lainnya seperti kartu
pertumbuhan penggunaan uang tunai. Dikhususkan telepon, sebab e-money yang dimaksudkan di sini
untuk pembayaran-pembayaran yang bersifat mikro dapat digunakan untuk berbagai macam jenis
dan ritel. E-money bukan hanya sebagai pengganti pembayaran (multi- purposed).
uang tunai fisik dalam bentuk koin dan uang kertas E-money yang dimaksudkan disini juga berbeda
dengan uang elektronik yang setara, namun juga dengan alat pembayaran elektronis berbasis kartu
sebagai sebuah sistem yang memungkinkan seseorang lainnya seperti kartu kredit dan kartu debet. Kartu
untuk membayar barang atau jasa dengan kredit dan kartu debet bukan merupakan “prepaid
mengirimkan nomor dari satu komputer ke komputer products” melainkan “access products”. Secara umum
lain. Seperti nomor seri pada uang yang nyata, jumlah perbedaan karakteristik antara “prepaid product” dan
uang digital yang unik. Masing-masing diterbitkan “access product” adalah sebagai berikut:
oleh Bank dan mewakili sejumlah uang riil tertentu. 1. Prepaid product (e-money)
Sistem e-money yang paling layak dan  Nilai uang telah tercatat dalam instrumen e-
102
Jurnal METHODIKA, Vol. 2 No. 1 Maret 2016 ISSN : 2442-7861

money, atau sering disebut dengan stored value.  Keuntungan bagi issuer, sistem e-money jauh
 Dana yang tercatat dalam e-money sepenuhnya lebih murah untuk beroperasi dari model
berada dalam 
penguasaan konsumen. pembayaran lainnya, yang merupakan
 Pada saat transaksi, perpindahan dana dalam keuntungan besar. Kewajiban untuk penerbit
bentuk electronic value 
dari kartu e-money juga minim, yang mengurangi biaya dan
milik konsumen kepada terminal merchant dapat meningkatkan keuntungan.
dilakukan secara off-line. Dalam hal ini verifikasi Kekurangan penggunaan e-money:
cukup dilakukan pada level merchant (point of Banyaknya sistem kartu yang muncul dimana-
sale), tanpa harus on-line ke komputer issuer. mana, mejadikan konsumen bingung dalam
2. Accessp roduct (kartu debet dan kartu kredit) penggunaan kartu-kartu tersebut. Bahkan mungkin
 Tidak ada pencatatan dana pada instrumen kartu. tidak dapat menggunakan kartu di mana-mana. Jika
pengguna saja bingung dalam penggunaannya, fungsi
 Dana sepenuhnya berada dalam pengelolaan
e-money sebagai pengganti uang fisik akan hilang. Hal
bank, sepanjang 
belum ada otorisasi dari
ini akan berdampak pada keuntungan issuer yang akan
nasabah untuk melakukan pembayaran.
menurun bahkan null. Di samping kebingungan yang
 Pada saat transaksi, instrumen kartu digunakan ada di masyarakat, peraturan yang belum pasti
untuk melakukan akses secara on-line ke peraturan untuk uang elektronik masih belum jelas,
komputer issuer untuk mendapatkan otorisasi sehingga pihak issuer belum bisa menyediakan terlalu
melakukan pembayaran atas beban rekening banyak e-money di pasaran [2].
nasabah, baik berupa rekening simpanan (kartu C. Fitur dan Transaksi dalam e-money
debet) maupun rekening pinjaman (kartu kredit). a. Fitur e-money
Setelah di-otorisasi oleh issuer, rekening nasabah 1. transferability, fitur yang memberikan
kemudian akan langsung didebet. Dengan batasan transaksi e-money. Dalam hal ini
demikian pembayaran dengan menggunakan adalah transfer yang dilakukan secara offline
kartu kredit dan kartu debet mensyaratkan oleh nasabah dari satu ke kartu yang lain.
adanya komunikasi on-line ke komputer issuer. 2. otorisasi on-line, otorisasi yang dilakukan
B. Manfaat e-money adalah dimana card issuer melakukan proses
Beberapa manfaat atau kelebihan dari validasi atas transaksi yang dilakukan oleh
penggunaan e-money dibanding dengan uang tunai nasbah. Hanya saja dengan adanya fitur ini,
maupun alat pembayaran non-tunai lainnya, antara tedapat biaya tambahan biaya komunikasi
lain: dan penambahan waktu dalam pemyelesaian
 Lebih cepat dan nyaman dibandingkan dengan uang suat transaksi. Fitur ini diterapkan dalam
tunai, 
khususnya untuk transaksi yang bernilai pengisisan ulang.
kecil (micro payment), disebabkan nasabah tidak 3. information collection, penyelenggara
perlu menyediakan sejumlah uang pas untuk suatu melakukan collect data terhadap nasabah
transaksi atau harus menyimpan uang kembalian. yang digunakan dalam pelacakan jika terjadi
Selain itu, kesalahan dalam menghitung uang fraud.
kembalian dari suatu transaksi tidak terjadi apabila 4. pengisian ulang, uang yang ada pada smart
menggunakan e-money. card (e-money) hanya dapat digunakan
 Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu sekali, jika dana telah habis maka tidak dapat
transaksi dengan e-money dapat dilakukan jauh digunakan lagi. Untuk mengatasi hal ini,
lebih singkat dibandingkan transaksi dengan kartu nasabah dapat melakukan pengisian ulang
kredit atau kartu debit, karena tidak harus dengan cara transfer dari rekening,
memerlukan proses otorisasi on-line, tanda tangan pembayaran rekening atau dengan kartu
maupun PIN. Selain itu, dengan transaksi off-line, kredit.
maka biaya komunikasi dapat dikurangi. 5. single atau multiple currencies, e-money di
 Electronic value dapat diisi ulang kedalam kartu e- desain hanya menggunakan mata uang yang
money melalui berbagai sarana yang disediakan beredar di negara penerbit e-money.
oleh issuer [1]. 6. single atau multiple aplications, Smart card
Keuntungan penggunaan e-money: yang bertindak sebagai uang elektronik dapat
 Kenyamanan konsumen, dengan fasilitas canggih ditambahkan aplikasi yang lain. Jadi smart
yang dimiliki e-money, konsumen tidak perlu card yang tadinya hanya difungsikan sebagai
membawa uang tunai untuk transaksi bernilai uang elektronik, juga dapat digunakan
kecil. sebagai kartu kredit dan kartu debet. Selain
 Meningkatkan kepercayaan konsumen, dengan itu juga dapat ditambahkan produk yang non-
adanya kode yang digunakan untuk mengunci pembayaran/ non-payment [3].
sistem dalam kartu, memungkinkan pengguna b. Transaksi dalam e-money
untuk melakukan penguncian terhadap uang Transaksi yang terjadi pada e-money hanyalah
yang ada di smart card, jadi jika kartu hilang antara kartu konsumen dengan terminal merchant.
atau dicuri, orang lain tidak akan dapat Namun secara luas, transaksi yang terjadi dalam e-
menggunakan uang itu. money adalah :

103
Jurnal METHODIKA, Vol. 2 No. 1 Maret 2016 ISSN : 2442-7861

1. Penerbitan (issuance) dan pengisian nilai uang adalah:


(top-up atau loading).  Adanya kebutuhan masyarakat.
Smart card yang diterbitkan oleh issuer dapat  Tersedianya instrumen yang mudah, aman, cepat
dilakukan pengisisan ulang melalui ATM dan dan efisien.
terminal-terminal yang ditentukan oleh issuer.  Banyaknya outlet/pelaku pasar yang menerima alat
Pengisian ulang dilakukan secara on-line, namun pembayaran non-tunai tersebut. 

juga dapat dilakukan secara offline. Selain itu, pemilihan segmen pembayaran yang
2. Transaksi pembayaran tepat juga mempengaruhi keberhasilan penggunaan
Prosedur yang dilakukan dalam pembayaran alat pembayaran non-tunai oleh masyarakat luas.
menggunakan e-money adalah: Khusus untuk e-money, berdasarkan karakteristik e-
 Nasabah meng-insert/mengarahkan kartu ke money serta pengalaman pengembangan e-money di
terminal merchant berbagai negara, dapat dikatakan bahwa
 Terminal merchant memeriksa kecukupan pengembangan awal e-money umumnya ditujukan
saldo e-money terhadap nominal yang harus untuk segmen pembayaran yang memiliki kriteria
dibayar antara lain sebagai berikut [4]:
 Jika saldo pada kartu e-money lebih besar dari  Transaksi bernilai kecil (micro payment s/d retail
nominal transaksi, terminal memerintahkan payment);
kartu untuk mengurangi saldo pada kartu  Frekuensi penggunaannya relatif sering;
sejumlah nominal transaksi  Bersifat massal.
 Kartu milik konsumen kemudian Contoh transaksi yang memenuhi kriteria tersebut
memerintahkan terminal untuk menambah antara lain, pembayaran tol, tiket bus/kereta, parkir
saldo pada terminal sebesar nominal transaksi dan lain-lain. Saat ini salah satu negara yang dianggap
3. Deposit, Collection cukup sukses dan sering dijadikan acuan dalam
 Deposit/Refund, pada beberapa produk, nasabah pengembangan e-money adalah Hongkong dengan
pemegang e-money dapat melakukan refund atau produk Octopus Card-nya. Octopus Card, pada
penyetoran kembali dana pada e-money yang awalnya dikembangkan hanya untuk segmen
tidak terpakai/masih tersisa untuk didepositkan transportasi massal, yang kemudian berkembang ke
ke dalam rekeningnya. segmen ritel. Berdasarkan pengalaman Hongkong,
 Collection, proses collection biasanya dilakukan maka faktor-faktor yang menjadi key success
oleh merchant yaitu penyetoran electronic value pengembangan e-money di sana meliputi:
yang diterima oleh merchant dari konsumen  Kolaborasi antar pelaku pasar dengan
kepada issuer untuk untung rekening merchant. memfokuskan diri pada core 
business dan
mengesampingkan “cash collection”, agar scheme
3. Tinjauan Pengembangan E-Money Untuk yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
Indonesia konsumen dan biayanya dapat ditekan.
Di Indonesia belum terdapat instrumen e-money  Simplicity dan lowest cost.
sebagaimana karakteristik e-money yang dimaksudkan  Mengutamakan kepuasan dan kenyamanan
oleh BIS yaitu instrumen yang bersifat stored value konsumen dengan misi 
“making everyday life
dan multi-purpose. Namun demikian, keberadaan e- easier for our customers”.
money di Indonesia telah diantisipasi oleh Bank
 Menggunakan teknologi baru yang bersifat
Indonesia dengan dikeluarkannya Peraturan Bank
Indonesia (PBI) pada tahun 2005 yang mengatur sederhana, konsisten, 
cepat dan handal.
mengenai penyelenggaraan kegiatan alat pembayaran  Mudah digunakan (ease of use).
dengan menggunakan kartu (APMK) yang di  Mendorong masyarakat untuk menggunakan
dalamnya juga mengatur mengenai kartu pra-bayar instrumen non tunai dengan memberikan informasi
yang secara karakteristik dapat dikategorikan sebagai tentang kelebihan/keuntungannya dan tidak
e-money. membicarakan kompleksitasnya.
Di sisi lain, berdasarkan pendapat beberapa  Menetapkan merchant level yang dapat menerima
pelaku pasar, terlihat adanya minat yang cukup besar pembayaran.
dari para pelaku pasar untuk mengembangkan  Mengubah perilaku konsumen ke arah penggunaan
instrument pembayaran stored value (pra-bayar) non tunai melalui 
proses yang berkesinambungan
dalam rangka meningkatkan efisiensi pengelolaan (multi years action).
bisnis mereka, seperti penyelenggara tol, Diantara berbagai key success tersebut satu yang
penyelenggara parkir, transportasi, telekomunikasi dan selalu digarisbawahi adalah pentingnya kolaborasi
Pertamina. Bahkan baru-baru ini Pertamina telah pasar untuk mengetahui kebutuhan mekanisme
mengeluarkan produk stored value-single purpose pembayaran yang paling tepat. Untuk dapat
Pertamina Gaz Card yang telah diuji coba secara berkembang seperti saat ini, Octopus Cards Ltd. telah
terbatas di beberapa SPBU di wilayah Jakarta. melalui proses yang panjang dan bertahap. Dalam
A. Faktor Suskses Penyelenggaraan proses tersebut, hal yang sangat penting adalah
e-money membangun “trust” masyarakat terhadap alat
Secara garis besar, faktor-faktor yang berpengaruh pembayaran, antara lain dengan menerapkan 100%
terhadap penggunaan alat pembayaran non-tunai money back guarantee.
104
Jurnal METHODIKA, Vol. 2 No. 1 Maret 2016 ISSN : 2442-7861

Selain itu, dalam mengembangkan e-money atau berbagai pelaku pasar yang memiliki potensi untuk
stored value card di Indonesia perlu diperhatikan mengembangkan e-money dalam bisnis mereka.
kondisi sosial, perilaku dan preferensi konsumen, serta Mengingat dalam model seperti ini hanya ada satu
budaya masyarakat Indonesia. Hal ini didasarkan pada lembaga yang menjadi issuer atau penerbit, maka
fakta bahwa perbedaan budaya di masing-masing keberadaan lembaga penerbit tersebut memegang
negara mempengaruhi tingkat penerimaan masyarakat peranan kunci karena harus dapat diterima oleh semua
masing-masing negara tersebut terhadap penggunaan pelaku pasar yang ada.
stored value card yang dikembangkan.
2. Model Multi Issuer- Single Operator
B. Model Bisnis e-money di Indonesia
Secara konseptual model penyelenggaraan e-
money yang ideal adalah model dengan sistem dimana
satu kartu yang dimiliki oleh konsumen dapat
digunakan secara luas. Dengan kata lain satu kartu
dapat digunakan oleh masyarakat untuk berbagai
macam pembayaran pada berbagai merchant yang
berbeda. Untuk memiliki model pengembangan e-
money yang ideal seperti itu, maka secara konsep
pengembangan e-money di Indonesia dapat
dikembangkan melalui 3 (tiga) model sebagai berikut:
1. Model Single Issuer

Gambar 2. Model Multi Issuer – Single Operator

Dalam model ini secara nasional bisa terdapat


lebih dari satu issuer yang menerbitkan e-money,
namun hanya ada satu system operator yang
menyediakan infrastruktur penyelenggaraan e-money.
Karena semua issuer menggunakan system operator
yang sama maka tidak ada issue interoperability
dalam model ini. Contoh sistem multi issuer yang
menggunakan satu operator yang sama adalah Cash
Card di Singapore dan MEPS Cash di Malaysia.
Namun secara nasional di kedua negara tersebut masih
Gambar 1. Model Single Issuer terdapat produk-produk lain yang diterbitkan oleh
issuer yang berbeda dengan system operator yang
Dalam model ini, secara nasional hanya ada satu berbeda pula, dimana diantara kedua produk yang
issuer yang menerbitkan e-money, dimana system diselenggarakan oleh system operator yang berbeda
operator dapat dilakukan oleh issuer itu sendiri atau tersebut tidak interoperable satu sama lain.
oleh pihak lain. Dalam model ini issuer harus Sebagaimana halnya dengan model pertama,
memiliki kemampuan untuk membangun jaringan pengembangan model seperti ini juga bisa terbentuk
sistem yang luas ke berbagai merchant. Dengan melalui policy driven atau market driven selain itu
tingkat penerimaan e-money sebagai alat pembayaran juga perlu ada kesepakatan dari berbagai pelaku pasar
yang cukup luas, maka e-money tersebut dapat untuk menggunakan system operator yang sama.
menarik minat masyarakat luas untuk 3.Model Multi Issuer - Multi Operator
menggunakannya. Keberadaan single issuer bisa
terbentuk melalui policy driven atau market driven.
Contoh e-money dengan model single issuer
adalah penyelenggaraan Octopus Card di Hongkong,
yang dalam hal ini keberadaannya sebagai single
issuer terbentuk melalui market driven. Pada awalnya
Octopus Card bukan satu-satunya e-money di
Hongkong, namun dalam perkembangannya produk e-
money lainnya yang ada di Hongkong tidak lagi
beroperasi karena secara bisnis kalah bersaing dengan
Octopus Card yang jaringan penerimaannya lebih
luas. Berdasarkan pengalaman pengembangan
Octopus card di Hongkong, kunci sukses
penyelenggaraan Octopus Card adalah kolaborasi dari Gambar 3. Model Multi Issuer – Multi Operator
berbagai perusahaan jasa transportasi di Hongkong.
Untuk kasus di Indonesia, pengembangan model Model yang ketiga pada prinsipnya hampir sama
seperti ini juga mensyaratkan adanya kolaborasi dari dengan model yang kedua dimana secara nasional bisa
105
Jurnal METHODIKA, Vol. 2 No. 1 Maret 2016 ISSN : 2442-7861

terdapat lebih dari satu issuer yang menerbitkan e- transaksi yang ada menggunakan e-money ini. Dengan
money, namun masing-masing issuer dapat adanya hal tersebut, maka dibutuhkan satu kartu saja
menggunakan system operator berbeda. Karena untuk melakukan transkasi kesemua merchant yang
masing-masing issuer menggunakan system operator ada [5].
yang berbeda, agar setiap e-money yang diterbitkan Dengan adanya prinsipal dan integrasi antara
oleh masing-masing issuer itu dapat diterima secara regulator dan pelaku usaha, maka akan tercipata suatu
luas, maka perlu ada interoperability dan konvergensi mekanisme alat pembayaran, yaitu e-money, yang bisa
antar sistem e- money yang dikembangkan serta berkembang di Indonesia. Karena e-money bersifat
standarisasi dalam penyelenggaraan e-money oleh fleksibel dan mudah digunakan.
berbagai issuer dan system operator tersebut.
Sejauh ini berdasarkan literatur dan discussion 5. Strategi Adopsi Teknologi E-Money
meeting yang telah dilakukan, tidak banyak contoh
model multi issuer-multi operator yang interoperable Dari penjelasan yang telah dipaparkan, dilihat
satu sama lain. Di Singapore terdapat beberapa produk dari segi manfaat dan prosedur yang ada harusnya e-
e-money, dua terbesar diantaranya adalah CashCard money dapat diterapkan di Indonesia. Prosedurnya
dan EZ-link yang diterbitkan oleh issuer dengan tidak rumit karena diselaraskan dengan perkembangan
system operator yang berbeda namun kedua sistem TI yang ada. Masyarakat Indonesia juga bukan lagi
tersebut tidak interoperable satu sama lain. Satu- masyarakat awam yang gagap teknologi. Kalaupun
satunya contoh yang diketahui adalah produk Suica ada, hanya perlu diadakan demo beberapa kali dan
yang diterbitkan oleh JR East dan Icoca yang masyarakat pun akan cepat memahaminya [6].
diterbitkan oleh JR West di Jepang. JR East dan JR Saat ini, ada beberapa perusahaan di Indonesia
West adalah dua perusahaan kereta api terbesar di yang telah menggunakan uang elektronik untuk
Jepang dengan wilayah operasi yang berbeda masing- transaksinya. adapun perusahaan tersebut adalah [7]:
masing di bagian Timur dan Barat Jepang. Namun 1. Alfamidi yang memberikan kesempatan kepada
demikian kedua produk ini juga belum interoperable konsumennya untuk memegang kartu Alfamidi
dengan produk pra-bayar lainnya yang ada di Jepang sebagai pengganti uang fisik.
seperti Edy dan Docomo. 2. Telkomsel, sebagai perusahaan komunikasi pun
Secara kelembagaan, pengembangan e-money tidak ketinggalan, mengeluarkan produk T-Cash
dengan model multi issuer-multi operator, yang banyak digunakan oleh pelanggannya di
mensyaratkan adanya satu institusi sentral yang Indonesia. Telkomsel adalah pelopor kehadiran
bersifat netral yang bertanggung jawab untuk layanan mobile wallet di Indonesia yang bernama
mengelola security system (key sharing management) T-Cash sejak 27 November 2007.
agar semuanya dapat interoperable satu sama lain. 3. Bank Mandiri. Dalam penerapannya, e-money
Terbentuknya model seperti ini tentunya sangat yang dikeluarkan oleh bank mandiri dapat
tergantung pada policy regulator serta kerjasama para digunakan di berbagai tempat umum dan saldo
pelaku pasar yang ingin terjun ke bisnis e-money. maksimal yang dapat diisikan pada smart card
adalah Rp 1 juta dan tidak ada nilai minimum
4. Tantangan Implementasi E-Money dalam transaksinya.
Bank Indonesia (BI) menilai, belum
berkembangnya model pembayaran e-money di 6. Resiko Keamanan (Security Risk)
Indonesia salah satunya dikarenakan belum adanya Motivasi utama seseorang untuk melakukan
model bisnis yang menyatukan regulator dan pelaku kejahatan terhadap e-money adalah untuk memperoleh
usaha dalam mengintegrasikan sistem pembayaran, keuntungan finansial. Hal ini dapat dilakukan dengan
sehingga masih tidak interoperable. Bisnis model berbagai cara seperti menciptakan produk palsu,
uang elektronik di Indonesia masih belum mencuri kartu atau data e- money milik orang lain.
interoperable (belum terintegrasi), sehingga masih Jika e-money yang dipalsukan atau dicuri itu
kecil transaksi yang ada menggunakan e-money. kemudian dapat ditukarkan ke dalam bentuk uang
Belum berkembangnya e-money di Indonesia, tunai atau aset lain maka hal ini tentunya dapat
disebabkan karena masyarakat masih memandang alat menyebabkan kerugian bagi pihak-pihak yang terkait
pembayaran menggunakan e-money cukup rumit dan seperti penerbit maupun konsumen pengguna e-
tidak menjangkau semua lapisan. E-money yang ada money.
belum bisa digunakan untuk semua merchant yang Dalam penyelenggaraan e-money, faktor utama
ada. Ada batasan-batasan. Jadi bagi masyarakat belum yang mempengaruhi tingkat security penggunaannya
fleksibel. Belum berkembangnya e-money ini juga antara lain adalah instrumen/peralatan (hardware)
terlihat dari kebijakan yang dimiliki pemerintah, yaitu yang digunakan, baik oleh konsumen maupun oleh
belum adanya sinergi antar lembaga pemerintah dalam merchant, aplikasi (software) serta proses pertukaran
membuat strategi pengembangan uang data elektronik pada saat terjadi transaksi.
elektronik untuk kepentinga nasional dalam skala luas. Berikut ini akan diuraikan mengenai potential
Bisa dikatakan Bank Indonesia belum secara security risk serta security measures yang dapat
komprehensif mengatur tentang standar keamanan diterapkan untuk mengantisipasi risiko-risiko dalam
seperti halnya instrumen pembayaran lainnya. Karena penyelenggaraan e-money.
itu, dibutuhkan prinsipal agar mengatur semua A. Potential Security Risk

106
Jurnal METHODIKA, Vol. 2 No. 1 Maret 2016 ISSN : 2442-7861

Secara umum, potential security risk yang terdapat terjadinya kerugian akibat adanya pemalsuan dan
dalam penyelenggaraan e-money adalah sebagai penyangkalan (repudiation) transaksi.
berikut: Berdasarkan tujuannya, security measures ini
1. Duplication of devices 
 dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Risiko kejahatan ini merupakan upaya untuk 1. Preventive measures, bertujuan untuk memastikan
membuat duplikasi dari kartu yang asli, sehingga bahwa ancaman kejahatan terhadap komponen-
komponen dalam sistem dapat dihalangi/dicegah
dapat digunakan untuk melakukan transaksi
semaksimal mungkin sebelum terjadi.
pembayaran sebagaimana kartu yang asli. 2. Detection measures, bertujuan untuk memberikan
2. Alteration or duplication of data/software 
 peringatan (alert) kepada issuer atau operator akan
Risiko ini merupakan risiko kejahatan melalui terjadinya fraud serta untuk mengidentifikasi
upaya perubahan atau modifikasi data atau aplikasi lokasi terjadinya fraud tersebut.
yang ada pada kartu yang asli sedemikian rupa 3. Containment measures, bertujuan untuk
sehingga pelaku memperoleh keuntungan membatasi/mengurangi dampak kerugian akibat
dari suatu kejahatan yang sudah terjadi.
finansial. Misalnya dengan menambah data
outstanding dana pada e-money atau merubah 7. Referensi
sistem internal aplikasi akunting pada kartu chip
sehingga prosedur perhitungan akuntingnya tidak [1] Siti Hidayati, Ida Nuryanti, Agus Firmansyah Aulia
Fadly, Isnu Yuwana Darmawan, 2006. Kajian
bekerja sebagaimana mestinya. Opersional E-Money. Bank Indonesia.
3. Alteration of message 
 [2] Gaspar, Julian. 2006. Intrduction to Bussiness.
Risiko ini merupakan risiko kejahatan melalui Houghton Mifflin Company: Boston
upaya untuk melakukan perubahan/intervensi [3] Julianti, Eka 2013. e-money: Bisakah Diterapkan di
Indonesia? http://blog.pasca.gunadarma.ac.id.
ketika data elektronis/message dikirim pada saat [4] Pribadi, Wikan. 2010. 12 Peluang Usaha. Bukune :
seseorang melakukan transaksi. Risiko ini akan Jakarta
lebih mungkin terjadi ketika produk e-money [5] Annisa.2011. Uang Elektronik Asli Indonesia.
http://www.matainfo.com/ 2011/11/uang-elektronik-
digunakan untuk pembayaran melalui jaringan asli-indonesia.html
internet. [6] Oxford Business Group. 2010. The Report Indonesia
4. Pencurian 
 2010. The Indonesian Institute: Jakarta
Bentuk kejahatan e-money yang paling sederhana [7] Ahniar, Nur Farida dan Nina Rahay. 2012. Tantangan
Penggunaan e-money di Indonesia.
adalah dengan mencuri kartu e-money milik orang
lain untuk kemudian menggunakan dana yang
masih tersisa. Pencurian juga dapat dilakukan oleh
orang-orang dalam yang terlibat dalam
penyelenggaraan e-money, misalnya dengan
melakukan pengisian dana secara tidak legal ke
dalam kartu. Pencurian juga bisa dilakukan oleh
oknum yang memproduksi smart card atau issuer
sebelum instrumen tersebut dijual atau diterbitkan
ke konsumen atau bahkan mencuri kunci
cryptographic tanpa sepengetahuan perusahaan.
5. Penyangkalan transaksi (repudiation) Bentuk
penyalahgunaan lainnya dalam penyelenggaraan e-
money adalah penyangkalan bahwa seseorang telah
melakukan transaksi pembayaran dengan
menggunakan e-money. Dengan penyangkalan ini,
merchant maupun issuer dapat dirugikan.
6. Malfunction 

Risiko malfunction dapat berupa data corrupt atau
hilang, tidak berfungsinya aplikasi atau kegagalan
dalam pengiriman message [7].

B. Security Measures

Sebagai mana pada instrumen pembayaran
elektronis lainnya, pengembangan security features
pada e-money juga bertujuan untuk melindungi atau
menjaga integrity, authenticity dan confidentiality baik
data maupun proses transaksi serta melindungi dari
107

You might also like