Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Tressy Aprilin Padahana*, Josephine Claudia Sirait*, Citra Tanti*, Angela Mitchelle
Nyangan Anak Prie*, Ain Nur Abu Bakar*, Suzanna Ndraha**
Abstrak: Sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ketiga pada penderita yang berusia 45 hingga 46
tahun setelah penyakit kardiovaskular dan kanker. Di daerah Asia Tenggara, penyebab utama sirosis hati adalah
hepatitis B (HBV) dan C (HCV). Lebih dari 40% pasien sirosis asimtomatis dan seringkali tidak dicurigai sampai
adanya komplikasi penyakit hati. Banyak penderita ini sering tidak terdiagnosis sebagai sirosis hepatis
1-5
sebelumnya dan sering ditemukan pada waktu autopsi. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian
observasional deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Target populasi yang memenuhi syarat inklusi, di
ambil dari bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Koja selama Augustus – November 2017. Hasil penelitian
didapatkan sebanyak 25 orang responden terdiri dari laki-laki dan perempuan, dari usia 20 saampai 70 tahun, dan
hasil yang paling banyak didapatkan pasien dengan komplikasi asites dan anemia. Semua responden mempunyai
penyakit sirosis hepatis dengan komorbid dan stigmata sirosis yang berbeda. Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan, pasien sirosis hati di RSUD Koja semuanya datang dengan keluhan berbeda dan semua pasien hasil
penelitian mengalami komplikasi penyakit sirosis hati.
Abstract: Liver Cirrhosis is the third largest cause of death in patients aged 45 to 46 years after cardiovascular
disease and cancer. In Southeast Asia, the main causes of liver cirrhosis are hepatitis B (HBV) and C (HCV).
More than 40% of patients with cirrhosis are asymptomatic and are often not suspected until complications of
liver disease are present. Many of these patients are often not diagnosed as cirrhosis of the previous liver cirrhosis
1-5
and are often found during autopsy. This research is using the descriptive observational design with cross-
sectional approach. Target population eligible inclusion, taken from the Internal Medicine Section Koja Hospital
from August- November 2017. The results obtained as many as 25 respondents consisted of men and women, from
the age of 20 to 70 years, and the results obtained most patients with ascites complications and anemia. All
respondents had liver cirrhosis disease with different comorbid and different cirrhosis stigmata. From the results
of research that has been done, patients with liver cirrhosis at Koja Hospital all come with different complaints
and all patients of the study experience complications of liver cirrhosis
Hati adalah organ intestinal terbesar dengan berat antara 1,2 hingga 1,8 kg atau lebih kurang
25% berat badan orang dewasa yang menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen
dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi yang sangat kompleks. Hati sangat
berperan penting dalam mengatur metabolisme tubuh, yaitu pada proses anabolisme atau
sintesis bahan – bahan yang penting seperti sintesis protein, pembentukan glukosa serta proses
katabolisme yaitu dengan melakukan detoksikasi bahan – bahan seperti amonia, berbagai jenis
hormon, obat – obatan, dan sebagainya. Selain itu hati juga berperan sebagai penyimpan bahan
– bahan seperti glikogen dan vitamin serta memelihara keseimbangan aliran darah splanknikus.
Adanya kerusakan hati akan mengganggu fungsi – fungsi hati akan menimbulkan sirosis
hati, yaitu penyakit hati tingkat akhir yang terjadi ketika jaringan parut atau fibrosis
menggantikan jaringan hati yang sehat. Sirosis ditimbulkan dari berbagai mekanisme
kerusakan pada hati yang menyebabkan terjadinya reaksi nekro inflamasi dan mekanisme
perbaikan luka. Secara histologi, sirosis hati dikarakteristikkan sebagai regenerasi difus
nodular yang dikelilingi oleh septa fibrotik padat dengan menghilangnya beberapa parenkim
dan kolapsnya struktur hati, bersama – sama membentuk distorsi dari vaskularisasi hepatik. 1,3,4
Sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ketiga pada penderita yang berusia 45
hingga 46 tahun setelah penyakit kardiovaskular dan kanker. Di daerah Asia Tenggara,
penyebab utama sirosis hati adalah hepatitis B (HBV) dan C (HCV). Angka kejadian sirosis
hati di Indonesia akibat hepatitis B berkisar antara 21,2% hingga 46,9% dan hepatitis C berkisar
38,7% hingga 73,9%. Rata – rata prevalensi sirosis hati adalah 3,5% dari seluruh pasien yang
dirawat di bangsal Penyakit Dalam, atau rata – rata 47,4% dari seluruh pasien penyakit hati
yang dirawat. Perbandingan prevalensi sirosis pada pria : wanita adalah 2,1:1 dan usia rata –
rata 44 tahun. 1-4
Antara penyebab sirosis hati yang lain adalah seperti: 1) penyakit hati alkoholik, 2) hepatitis
B kronik dengan atau tanpa hepatitis D, 3) steatohepatitis non alkoholik (NASH), hepatitis tipe
ini dikaitkan dengan diabetes mellitus, malnutrisi protein, obesitas, penyakit arteri koroner,
pemakaian obat kortikosteroid, 4) sirosis bilier primer, 5) kolangitis sklerosing primer, 6)
hepatitis autoimun, 7) hemokromatosis herediter, 8) penyakit Wilson, 9) defisiensi Alpha – 1
– antitrypsin, 10) sirosis kardiak, 11) galaktosemia, 12) fibrosis kistik, 13) hepatotoksik akibat
atau toksin, dan 14) infeksi parasit tertentu. 3,5,7
Lebih dari 40% pasien sirosis asimtomatis dan seringkali tidak dicurigai sampai adanya
komplikasi penyakit hati. Banyak penderita ini sering tidak terdiagnosis sebagai sirosis hepatis
sebelumnya dan sering ditemukan pada waktu autopsi. Sebagian besar penderita yang datang
ke klinik biasanya sudah dalam stadium dekompensata, disertai adanya komplikasi seperti
perdarahan varises, peritonitis bakterial spontan, atau ensefalopati hepatis. Gambaran klinis
dari penderita sirosis hepatis adalah mudah lelah, anoreksia, berat badan menurun, atropi otot,
ikterus, spider angiomata, splenomegali, asites, caput medusae, palmar eritema, white nails,
ginekomasti, hilangnya rambut pubis dan ketiak pada wanita, asterixis (flapping tremor), foetor
hepaticus, dupuytren’s contracture (sirosis akibat alkohol). 3-5
Pada stadium kompensasi sempurna kadang – kadang sangat sulit untuk menegakkan
diagnosis sirosis hati. Pada proses lanjutan dari kompensasi sempurna mungkin bisa ditegakkan
diagnosis dengan bantuan pemeriksaan klinis yang cermat, laboratorium biokimia atau
serologi, dan pemeriksaan penunjang lainnya. Pada saat ini penegakan diagnosis sirosis hati
terdiri atas pemeriksaan fisik, laboratorium, dan USG. Pada kasus tertentu diperlukan
pemeriksaan biopsi hati atau peritoneoskopi karena sulit membedakan hepatitis kronik aktif
yang berat dengan sirosis hati dini. 3-5
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian
Tabel 1
karakteristik pasien Sirosis Hepatis Rawat Inap dan Rawat Jalan yang berobat di RSUD Koja
Karakteristik N* %
Jenis Kelamin Laki-laki 13 52
Perempuan 12 48
Usia <40 tahun 6 24
40 – 60 tahun 13 52
>60 tahun 6 24
Keluhan Utama Perut membesar 11 44
Mual 2 8
BAB hitam 8 32
Lemas 2 8
Sesak 2 8
Predisposisi Penyakit Hati 15 60
Kronis
Diabetes Mellitus 4 16
Alkohol 6 14
Stigmata Sklera Ikterik 4 16
Sirosis
Spider Nevi 1 4
Shifting Dullness 4 16
Edem 1 4
Sklera Ikterik & 7 28
Shifting Dullness
Sklera ikterik & 5 20
Edeme
Spider Nevi & 1 4
Edeme
Shiftig Dullness & 1 4
Edeme
Jenis Sirosis Dengan 25 100
Kommplikasi
Tanpa 0
Kommplikasi
Komplikasi Asites & Anemia 12 48
Asites 8 32
Asites, Varises 3 12
Esofagus & Anemia
Anemia 1 4
Varises esofagus & 1 4
anemia
Child Pugh Child Pugh A 6 24
Skor
Child Pugh B 8 32
Child Pugh C 11 44
N* = Jumlah orang
Pembahasan
Dari hasil penelitian ini didapatkan prevalensi pasien sirosis berdasarkan jenis kelamin,
dimana laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan yaitu laki-laki 52% dan perempuan
48%. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rym Ennaifer dkk
(2014) di Tunisia dimana sirosis hati lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan
perempuan, dengan prevalensi laki-laki 52,4% dan perempuan 47,6%.34 Selain itu pada
penelitian Goh dan Qua di Malaysia (2011) didapatkan juga prevalensi laki-laki lebih banyak
yang terkena sirosis hati dibandingkan perempuan, yaitu laki-laki sebanyak 68,9% dan
perempuan 31,1%.7 Jenis kelamin diperkirakan memiliki peranan pada terjadinya sirosis hati,
laki-laki mempunyai lingkungan sosial dan gaya hidup yang berbeda dari perempuan, secara
umum laki-laki memiliki peluang lebih besar untuk berkontak dengan virus hepatis dan
mengonsumsi alkohol.7
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan proporsi pasien sirosis hati
tertinggi adalah pasien berusia 40-60 tahun (52%), diikuti dengan proporsi pasien usia di bawah
40 tahun (24%), dan pasien berusia lebih dari 60 tahun (24%). Hasil ini sesuai dengan hasil
penelitian yang di lakukan Rym Ennaifer (2014) di Tunisia, jika usia rata-rata penderita sirosis
adalah 58 tahun (± 13 tahun).8 Selain itu didapatkan juga pada penelitian Goh dan Qua di
Malaysia (2011) rata-rata usia pasien yang menderita sirosis hati adalah 58,8 tahun. 9 Hal
tersebut disebabkan karena sirosis hati adalah penyakit hati yang bersifat kronis dan laten
sehingga sering dijumpai seiring bertambahnya usia dan perubahan patologis yang sering
terjadi berkembang lambat sampai akhirnya gejala yang timbul menandakan terjadinya sirosis
hati.9
Karakteristik kedua iaitu keluhan paling banyak adalah keluhan perut membesar
sebanyak 10 orang (40%), kemudian diikuti dengan keluhan BAB hitam sebanyak 8 orang
(32%). Pada penelitian yang dilakukan di Yunani, ditemukan bahwa keluhan yang paling
banyak adalah perut membesar atau asites sebanyak 73% dan hematemesis melena sebanyak
11%.7 Perut semakin membesar karena penimbunan cairan secara abnormal di rongga perut.
Ketika fungsi hati menurun maka lebih banyak garam dan air yang tertahan, cairan juga
mungkin berakumulasi dalam rongga perut antara dinding perut dan organ-organ perut. Hal ini
menyebabkan pembengkakkan perut, ketidaknyamanan perut, dan berat badan yang
meningkat.11
Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan tiga hal, yaitu pertama,
pasien sirosis hati yang mengalami komplikasi di RSUD Koja memiliki karakteristik berupa
perut membesar, BAB hitam, sesak, dan lemas, kedua proporsi dari komplikasi pasien sirosis
hati di RSUD Koja adalah sebagai berikut 48% dari 25 pasien yang diteliti memiliki komplikasi
anemia dan asites; 32% memiliki komplikasi asites saja; 12% diantaranya memiliki komplikasi
anemia, varises esophagus, dan asites; 4% memiliki komplikasi anemia saja; dan 8%
diantaranya memiliki komplikasi anemia dan varises esophagus, dan ketiga jenis komplikasi
yang ditimbulkan dari sirosis hati pada pasien rawat inap di RSUD Koja adalah anemia, asites,
dan varises esophagus.
Saran
Dalam penelitian ini, peneliti tidak menguji hipotesis namun hanya mendeskripsikan
pengamatan di lapangan dengan menggunakan rumusan masalah deskriptif yang dijawab
menggunakan data kuantitatif.
Kekurangan dari penelitian ini adalah pengumpulan data dilakukan dalam waktu yang
singkat pada jumlah sampel yang tidak cukup banyak, sehingga untuk peneliti selanjutnya
disarankan untuk memulai pengumpulan data dengan lebih awal sehingga bisa mendapatkan
jumlah sampel yang lebih banyak dan waktu penelitian bisa lebih lama.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen berupa pertanyaan
langsung sehingga diperoleh jawaban yang mendalam dari responden. Peneliti menyarankan
agar peneliti selanjutnya dapat menggunakan instrumen yang sama dalam mengumpulkan data.
Daftar Pustaka
1. Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI). Artikel Umum – Sirosis Hati. Diunduh
dari : http://pphi-online.org/alpha/?p=570 pada 14 Oktober 2017.
2. Pusat Data dan Informasi. Situasi dan analisis hepatitis. Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI;2014.
3. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata MK, Setiyohadi B, Syam AF, editor. Buku
ajar ilmu penyakit dalam. Edisi VI. Jakarta : Interna Publishing; 2014:1927 – 34, 78 –
82, 84 – 90.
4. Tsochatzis EA, Bosch J, Burroughs AK. Liver cirrhosis. The Lancet 2014 January:1-4.
5. Longmore M, Wilkinson IB, Baldwin A, Wallin E. Oxford handbook of clinical
medicine. 9th edition. New York : Oxford University Press Inc.;2014: 260 – 5.
6. Drake RL, Vogl AW, Mitchell AWM. Gray’s anatomy for students. 2nd edition. New
York: Churchill Livingstone Publisher;2012:315 – 8.
7. Ennaifer R, Elleuch N, Romdhane H. Refractory ascites in cirrhosis: prevalnce and
predictive factrors. In: J Liver. 3th volume. Tunisia: Tunisia university of tunis el
manar:2014.p.162-166.
8. Lovena A, Miro S, Efrida. Karakteristik pasien sirosis hepatis di RSUP Dr. M. Djamil
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas 2017; 6(1): 5-12.
9. Qua CS, Goh KL. Liver cirrhosis in malaysia: peculiar epidemiology in a multiracial
asian country. In: Journal of Gastroenterology and Hepatology: 2011; (26): 1333-4
10. Schuppan D, Afdhal NH. Liver cirrhosis. In: National institutes of health. Boston:
Harvard medical school: 2009.p.1-22.
11. Stiphany, Hiswani, Jemadi. Karakteristik penderita sirosis hati rawat inap di RSUP Dr
Pirngadi Medan tahun 2010-2011. Diunduh dari
https://jurnal.usu.ac.id/index.php/gkre/article/view/375/263 (25 Oktober 2017)
12. Samonakis DN, Koulentaki M, Coucoutsi C. Clinical outcome of compensated and
decompensated cirrhosis: a long term study. In: World journal of hepatology. 6th
volume. USA: Baishideng Publishing Group: 2014.p.504-514.
13. Star P, Raines D. Cirrhosis : diagnosis, management, and prevention. In: American
family physician. 84th volume. Lousiana: Lousiana state univesity health
sciences:2011.p.1354-1359.
14. Karnath B. Stigmata of chronic liver disease. In: Hospital physician. Texas: University
of Texas medical branch: 2013.p.14-15.
15. Heidelbaugh JJ, Bruderly M. Diagnosis and Evaluation, Cirrhosis and chronic liver
failure: part I diagnosis and evaluation. In: American family physician. 74th volume.
Michigan: University of michigan medical school:2007.p.762-762.
16. Heidelbaugh JJ, Bruderly M. Diagnosis and Evaluation, Cirrhosis and chronic liver
failure: part II complication adnd treatment. In: American family physician. 74th
volume. Michigan: University of michigan medical school:2007.p.762-762.
17. Ndraha S, Simadibrata M. Child pugh C and male gender were related to nutritional
status of liver cirrhosis patients in Koja hospital Jakarta. 2009.