You are on page 1of 55
g [Ny Ofu_Y YNANjas NOD UDIGOGas YosuOqueduaWW Up UOYLUNLUNBUALL BL ‘pfupy uodiyn6uad|“o uad ‘uoxypipuad uDBuAUaday Hm “gd| 100m Bub/ uoéuquadey uDaGnseU yopA UodANBuEd “q jp>uaW OduD} 1 sy BAUD YN aquins upenqasualu UDP UDx|LA {yojosoU nyoNs UOND{U NEYO HAH UOSNUEd ‘uoJodD] UDUNsNALEd “YOILAI| AUDY UD SuDpun-BuEpUN 16UuNpUIIIG DIdID YH Gobog ueweved imasu) aul mn edo 18H G) Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g BAB VI VERIFIKAS! DAN VALIDASI MODEL PORTOFOLIO RISIKO KORPORASI AGROINDUSTRI KELAPA SAWIT Pada bab ini diuraikan hasil verifikasi Mode! Portofolio Risiko Korporasi Agroindusti Kelapa Sawit di PTPN Xill (Persero) yang berkantor pusat di Pontianak Kalimantan Barat, Metoda yang digunakan dalam peneliian ini adalah pendekatan anggaran (budget approach), dengan menggunakan Rencana Keria dan Anggaran Perusahaan (RKAP) sebagai dasar aktifitas identiikasi risiko. Jika dalam 12 bulan yang diamati terjadi kegagalan dalam mencapai target RKAP maka sejalan dengan definisi risiko, disimpulkan satu atau lebih risiko telah tegjadi. Dengan demikian wawancara dan penelitian akan diarahkan kepada periode dimaksud, dan mencari sebab-sebab tidak tercapainya target anggaran (tujuan). Lampiran 2 menyajikan selengkapnya daftar responden. Untuk target yang bersifat “pendapatan” dikatakan tidak tercapai apabila realisasinya lebih rendah dari anggaran, sedangkan untuk target yang bersifat “biaya” dikatakan tidak mencapai target apabila realisasinya melebihi anggaran. 6.1. Verifikasi pada BUMN di Wilayah Sumatera Bagian Selatan 6.1.1 Data Umum Singkat PTPN Vil PT. Perkebunan Nusantara VII Pemerintah Nomor. 12 Tahun 1996 tanggal 14 Pebruari 1996, merupakan penggabungan dari PT. Perkebunan X, PT. Perkebunan XXXI, Eks Proyek id Perkebunan XI di Lahat dan Eks Proyek PT. Perkebunan XXIII di Bengkulu. PT. ikan dengan maksud untuk turut serta dalam dibentuk berdasarkan Peraturan Perkebunan Nusantara VII di melaksanakan dan menunjang kebjjakan dan Program Pemerintah di bidang ekonomi dan Pembangunan Nasional pada umumnya sera Subsektor Perkebunan pada khususnya dengan tujuan memupuk keuntungan berdasarkan prinsip-prinsip perusahaan yang sehat berandaskan azas Ti Dharma Perkebunan yaitu: 4 Mempertahankan dan meningkatkan sumbangan dibidang perkebunan bagi Pendapatan Nasional melalui upaya produksi dan pemasaran dari berbagal jenis Komoditi Perkebunan untuk kepentingan konsumsi dalanm neger maupun eksport non migas (devisa). fled “YoU oAuDy UD o i t {yojosoU! nyONs UOND{U NEY HANH UOs|INUEd “uOJedD| UD Gobog ueweved imasu) aul mn edo 18H G) Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g a 2 Mempertuas tapangan kerja dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya serta meningkatkan taraf hidup petani dan karyawan pada khususnya. 3 Memelinara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan, air serta kesuburan tanah. Saat ini komoditi yang sedang dibudidayakan mencakup 4 jenis yaitu karet, kelapa sawit, tebu dan teh yang semuanya dikelola dengan teknologi modem, manajemen terpadu dan didukung sumber daya manusia yang profesional di bidangnya masing-masing. Wilayah kerja pengelolaan tersebut tersebar di Propinsi Lampung sebanyak 10 Unit Usaha (6 Unit Usaha di Distrik Sekampung dan 4 Unit Usaha di Distik Seputin), Sumatera Selatan sebanyak 14 Unit Usaha (7 Unit Usaha di Distrik Muara Enim dan 7 Unit Usaha di Distik Banyuasin), dan Bengkulu sebanyak 3 Unit Usaha dibawah naungan Distrk Bengkulu, dengan luas areal tanaman menghasilkan (TM) terdiri dari: areal inti 94 123 hektar, areal plasma 53 163 hektar dan areal kemitraan seluas 17 152 hektar. Kebun yang dikelola oleh perseroan terdiri dari kebun karet, kelapa sawit, teh dan tebu. Kecuali teh, kebun tersebut menggunakan skema intiplasma, dimana Perseroan memiliki kebun inti, sedangkan masyarakat ikut berpartisipasi memiliki dan mengolah kebun plasma. Hasil budidaya yang dikembangkan oleh Perseroan diolah lebih lanjut untuk menghasilkan produk olahan yang bemilai tinggi, yang akan dipasarkan di dalam negeri maupun pasar ekspor. Perseroan memiliki Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit, Inti Sawit, Karet, Tebu, dan Teh. Gambar 31 menunjukkan wilayah kerja PTPN Vil tersebar di 3 provinsi yang terdiri atas § distrik dan 27 unit usaha, yang dikapalai oleh Manajer Distik dan Manajer Unit Usaha, Secara struktural Direksi membawahi Manajer Distrik dan Manajer Unit Usaha. Organisasi di Kantor Pusat terdiri atas 13 bagian yang dikepalai oleh Manajer. 93 Q ‘pfupy uodiyn6uad|“o SuDpun-BuEpUN 16UuNpUIIIG DIdID YH g ‘dl 40(om Buds uDBuRuadoy uDeY6nuouu YOpA UodANBUDG "q jp>uaW OduD} 1 sy BAUD YN [Ny Ofu_Y YNANjas NOD UDIGOGas YosuOqueduaWW Up UOYLUNLUNBUALL BL Gobog ueweved imasu) aul mn edo 18H G) aquins upenqasualu UDP UDx|LA ‘Disuik Way Sekampung ‘Diswik Banyuasin 1. Kedaten 11. Musitandas 18. Beringin 2 Berge 12 Tetenan 19 Baroeaja 3 Way Beruto _ 1B Bewwng 20 Senabing 4, Way Lima 13, Betung Frawo 21 Sungai Lengi lai 3. Pematang Kiwah 15, Beoayan 22 Sungai Leagi Plasma 6 Reposari 16 Tatang Sait 23, Sungai Nico 17 Cinta Manis Pagar Alam 2. Totung Buyet Dismik Benekola 3 Bekri 25, Padang Peles 9. Padang Rat 26. Ketahun 10. Buagamayang 27 Tatopine Gambar 31 Peta lokasi PTPN VII (Company Profile PTPN VII 2008). Budidaya kelapa sawit merupakan komoditi unggulan PTPN VII. Dengan luas areal tanaman sendiri yang mencapai 38 039 Ha, areal plasma seluas 23 868 Ha dan areal kemitraan seluas 21 190 Ha, dengan total produksi hingga 817 918 ton TBS, sampai dengan Desember 2003 penjualan kelapa sawit PTPN VII_ telah mencapai Rp538.8 milyar, atau sekitar 42.5% dari total pendapatan perusahaan. Total produksi TBS perusahaan berasal dari kebun inti sebanyak {yojosoU nyoNs UOND{U NEYO HAH UOSNUEd ‘uoJodD] UDUNsNALEd “YOILAI| AUDY UD Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g ‘pfupy uodiyn6uad|“o uad ‘uoxypipuad uDBuAUaday Hm jp>uaW OduD} 1 sy BAUD YN aquins upenqasualu UDP UDx|LA {yojosoU nyoNs UOND{U NEYO HAH UOSNUEd ‘uoJodD] UDUNsNALEd “YOILAI| AUDY UD SuDpun-BuEpUN 16UuNpUIIIG DIdID YH Gobog ueweved imasu) aul mn edo 18H G) Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g 4 374 153 ton dan pembelian dari kebun plasma dan kemitraan sebesar 443 765 ton. PTPN VIl_mempunyai tujuh unit pabrik pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas olah 261 ton TBS per jam, yaitu : Betung, Pring Baru, Rejosari, Bek, Sungai Niru, Sungai Lengi Talang Sawit. Disamping itu puta, PTPN Vil memiliki 2 buah pabrik pengolahan inti kelapa sawit dengan kapasitas 150 tonfhari. Dalam rangka mengatasi kekurangan air di musim kemarau dan mengurangi kelebihan air di musim hujan, PTPN VII telah melaksanakan Water Management dengan pembuatan embung-embung dan sill pit di areal tanaman kelapa sawit. Untuk memperbaiki kualitas tanah baik fisik maupun kimia, telah dilaksanakan Land Application dan penggunaan mulsa dengan “tankos” (tandan kosong). 6.1.2 Identifikasi Risiko PTPN VII Proses identifikasi risiko dilakukan dengan menggunakan metode budget approach Dari data dan hasil wawancara, terdapat enam jenis risiko yang cukup berpengaruh di kebun dan empat risiko di pabrik pengolahan kelapa sawit, yaitu : a. Faktor risiko di kebun: Kemarau panjang Pemupukan Klaim warga atas lahan Pencurian Oran Transportasi 6 Penyakit Ganoderma b. Faktor risiko di pabrik: 4 Rendemen 2 Losses 3 Stagnasi 4 Asam Lemak Bebas 6.1.3 Pengukuran Risiko PTPN VII Sesuai pengembangan model yang telah dilakukan, pengukuran risiko dilakukan dengan metode kuantitatif menghasilkan besamya kerugian dalam nilai mata uang (rupiah) yang dikenal sebagai Value at Risk (VaR), Lampiran 3 menunjukkan selengkapnya nilai VaR. Q »pfupy uodanéued “0 g “gd| 100m Bub/ uoéuquadey uDaGnseU yopA UodANBuEd “q jp>uaW OduD} 1 sy BAUD YN IN] Ofu_Y YNANjas NOD UDIGOgas YoOsuDquedeW UDP UDYLUNLUNGUeLL BUD, aquins upenqasualu UDP UDx|LA {yojosoU nyoNs UOND{U NEYO HAH UOSNUEd ‘uoJodD] UDUNsNALEd “YOILAI| AUDY UD SuDpun-BuEpUN 16UuNpUIIIG DIdID YH Gobog ueweved imasu) aul mn edo 18H G) Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g oo: a. Risiko Kemarau Panjang Selama periode semester kedua tahun 2007 PTPN Vil realisasi produksi ‘TBS bulan Juli s/d Oktober tidak memenuhi target, hanya di bulan November dan Desember 2007 realisasi produksi berada di atas anggaran. Hal ini antara tain disebabkan oleh kemarau (bulan kering) tahun 2006 masih membawa dampak tethadap perkembangan/pertumbuhan Rala-rata Berat Tandan (RBT) tahun 2007, antara lain: 1 Kemarau tahun 2006 (sejak bulan Agustus hingga Oktober 2006) dan kemarau 2007 membawa dampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan RBT. Besaran water deficit tahun 2006 yang terjadi pada masing-masing wilayah sebagai berikut: a. Wilayah Lampung =: 344 mm b. Wilaya Sumsel 2 281 mm c. Wilayah Bengkulu =: 20mm Sedangkan besaran water deficit tahun 2007: a. Wilayah Lampung. : 387mm b. Wilayah Sumsel 2 89mm c. Wilayah Bengkulu =: 187 mm 2. Terjadi penurunan RBT tahun 2007 sebesar 1.2 kg (7.5%). Khusus di wilayah Lampung akibat pengaruh kekeringan terjadi aborsi bakal buah (Tanaman Menghasilkan/TM muda) dimana terjadi proses pemaksaan pematangan buah pada fraksi degan, sehingga buah matang tidak sempuma (wama brondolan hitam) dan cenderung menjadi busuk (losses). Kondisi ini diperkirakan akan berpengaruh kepada produktivitas kebun hingga dua tahun kedepan, yaitu hingga tahun 2009. Beberapa hal yang berkaitan dengan tidak tercapainya anggaran produksi kebun-kebun tersebut diuraikan sebagai berikut: _ 1 Bekri, Rejosari, Kedaton dan Padang Ratu pada tahun 2006 mengatami water deficit hingga mencapai 344 mm dan pada tahun 2007 mencapai 387 mm. 2 Betung Bentayan mengalami water deficit pada tahun 2006 sebesar 281 mm dan 89 mm pada tahun 2007. 3. Talopino mengalami water deficit sebesar 200 mm pada tahun 2006 dan sebesar 187 mm pada tahun 2007. a Wa z ‘gq| 400m Bunk uDéuRUadex uDYIGnseWL YopA UOdANBuEd “q uad ‘uoeypipuad uD6uAUadey YUN BAUDY UDdi|NBUad ‘O {yojosU! nyONs UOND{UR NEY 4ALLH UOsNUEd ‘uOJodD] UDUNSNALEd “YOILUI| PAUDy UDs|INUAd “UOH g 3 S 3 3 : 5 z t 5 z = 2 3 5 g Zz § Zz ¢ z 3 © = 2 = 5 3 5 o > & gs 2 3 a 3 8 3 Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g 96 Khusus Talopino sampai dengan bulan Juli 2008 produksi hanya mencapai 71% dari anggaran. Disamping faktor risiko kemarau panjang, hal ini disebabkan faktor historis penanaman kelapa sawit yang tidak memenuhi standar kultur teknis, seperti topografivkemiringan yang melampaui norma, sehingga menyulitkan pemeliharaan dan panen, akibatnya produktivitas rendah. Gambar 32 menunjukkan pencapaian target produksi TBS di kebun Bekri | i | Pete eee eee | | @ 28 6 2 8 Sg 2 « s | \ Periode (bin) i Gambar 32 Pencapaian target produksi TBS kebun Bekri. Gambar 33 menunjukkan proses perhitungan nilai Value at Risk (VaR) pada kebun Bekri, dengan menggunakan teknik perhitungan EVT, yang merupakan data kerugian (biaya) akibat kemarau a 1o\| uodignBUEg ‘> day uDy|6nuoLs Yop; UodAINBUD, fled “YoU oAuDy UD 9 UDeRN=AUOLY UDP UDEU {yojosoU! nyONs UOND{U NEY HANH UOs|INUEd “uOJedD| UD eq Gobog ueweved imasu) aul mn edo 18H G) Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g 97 Gambar 33 Data kerugian kemarau kebun Bekri PTPN VII. Setelah menentukan nilai threshold, data yang muncul akan mengikuti fungsi distibusi pareto, yang ditunjukkan oleh rumus: Fy=Pr(X—psy| X>p)O Inpit Gambar 34 dan Gambar 35 menunjukkan proses perhitungan parameter- ‘ocrez7i6n.00n00 parameter penentu dalam menghitung nilai VaR. [Tea] Seoemsnes | ase] rt 2 3 4 5 le z Cmacina van [OBMCRTETE Thee ‘Tehep 1 | Teheo 2] Cape © Hak cipta milik IPB (Institut Pertanian Bogor) Bogor Agricultural University Hak Cipta Dilindung! Undang-Undang rub arya tulis ini tanpa mencar 1B mkan dan menyebutkan sumber: can karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kriti atau tinjauan suatu masalah, «. Pengutipan hanya b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB, 2.Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tul ‘pfupy uodiyn6uad|“o uad ‘uoxypipuad uDBuAUaday Hm jp>uaW OduD} 1 sy BAUD YN equins upeanqasuau UDp uDyL {yojosoU! NyONs UOND{UR NEY 4ALLH UDsYNUAd ‘uOJodD] UDUNsNAEd “YOILA}| AUDy UD SuDpun-BuEpUN 16UuNpUIIIG DIdID YH Gobog ueweved imasu) aul mn edo 18H G) Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g Setelah nilai dari masing-masing parameter ditentukan, maka langkah terakhir dilakukan perhitungan nilai VaR (Value af Risk), dengan menggunakan rumus: VaR = w+ [20-)| Keterangan: 1 = location w= scale €= shape n= jumiah data awal M = jumlah data di atas threshold p= tingkat keyakinan (%) Perhitungan nilai VaR menggunakan teknik EVT untuk data kerugian kemarau di kebun Bekri pada PTPN VII, dapat dilihat pada contoh di bawah ini: VaR = 924 384 920.693 + - 1869033 512325 RG 4.126 7 = Rp 2302941058 Dari 12 bulan periode penelitian didapat hasil perhitungan Value at Risk (VaR) untuk risiko kemarau panjang adalah Bekri dengan potensi kerugian sebesar Rp2.3 milyar lebih. Disusul oleh Rejosari Rp2.2 milyar, Padang Ratu Rp1.7 milyar, Kedaton Rp976 juta dan Talopino Rp423 juta. Secara keseluruhan risiko kemarau panjang ini menempati urutan ketiga. b. Risiko Pemupukan Betung Krawo adalah kebun yang paling rawan terhadap risiko pemupukan. Dari hasil perhitungan VaR didapat hasil potensi kerugian sekitar Rp7.6 milyar apabila risiko ini terjadi di kebun ini. Urut-urutan selanjutnya adalah Rejosari (Rp6.2 milyar), Betung Bentayan (Rp4.6 milyar), Bekri (Rp2.9 milyar), Padang Ratu (Rp1 073 719 508), Kedaton (Rp595 juta), Talopino (Rp335 juta), Senabing (Rp238 juta) dan Betung (Rp186 juta). Niai VaR untuk pemupukan adalah yang tertinggi di PTPN VII (Persero), hal ini cukup beralasan karena biaya pemupukan Q [Ny Ofu_Y YNANjas NOD UDIGOGas YosuOqueduaWW Up UOYLUNLUNBUALL BL ‘pfupy uodiyn6uad|“o g “gd| 100m Bub/ uoéuquadey uDaGnseU yopA UodANBuEd “q jp>uaW OduD} 1 sy BAUD YN aquins upenqasualu UDP UDx|LA {yojosoU nyoNs UOND{U NEYO HAH UOSNUEd ‘uoJodD] UDUNsNALEd “YOILAI| AUDY UD SuDpun-BuEpUN 16UuNpUIIIG DIdID YH Gobog ueweved imasu) aul mn edo 18H G) Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g memiliki kontribusi antara 60% hingga 70% biaya operasional kebun. Kelangkaan pupuk pada umumnya memicu kenaikan harganya. Pada semester | tahun 2006 pelaksanaan pemupukan mengalami pergeseran waktu, yang seharusnya dilakukan pada bulan Pebruari-Maret 2006, namun baru dapat direalisasikan pada bulan Mei—Juni 2006. Hal ini disebabkan terjadinya kelangkaan pupuk di pasar (kebijakan pemerintah saat itu lebih mengutamakan pupuk tanaman pangan), adanya pergeseran waktu pemupukan berdampak pada: + Terganggunya ketersediaan hara sewaktu dibutuhkan oleh tanaman © Jika curah hujan cukup (100-200 mm per bulan), keterlambatan pemupukan ini dalam jangka pendek 4-6 bulan (Juli-September 2006) akan berdampak terhadap tandan, selanjutnya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap jumlah tandan dan produksi. * Bila curah hujan kurang, keterlambatan pemupukan tersebut akan berdampak pada berat tandan, selanjutnya dalam jangka waktu 24-42 bulan akan berdampak terhadap jumlah tandan dan produksi. c. Risiko Klaim warga atas lahan Risiko klaim atas lahan adalah ‘isiko yang beberapa kali terjadi dalam periode setelah era reformasi. Dalam penelitian ini ditemukan klaim atas lahan di kebun Rejosari yang dapat menimbulkan kerugian (potensi) VaR sebesar Rp57.3. Rejosari adalah kebun milyar. Proporsional dengan total nilai VaR yang dimi yang paling berisiko dengan total nilai VaR sebesar Rp65.7 milyar. Pada umumnya klaim yang dilakukan warga dilakukan setelah kebun kelapa sawit mulai menghasilkan atau berstatus TM. Pada saat masih TBM jarang sekali terjadi klaim, ini menunjukkan adanya unsur kesengajaan menunggu waktu yang tepat untuk melaksanakan klaim. Risiko ini lebih besar kemungkinannya untuk terjadi apabila lahan yang digunakan tidak dimiliki oleh korporasi, namun hanya disewa atau berbagi hasil dengan pihak pemilik lahan. d. Risiko Transportasi Pemindahan TBS. Risiko ini terdeteksi di kebun Betung Bentayan, dengan nilai VaR sebesar Rp6.8 milyar. Terjadinya risiko ini mengakibatkan TBS menginap (restan). Ada dua penyebab utamanya: a 1o\| uodignBUEg ‘> Z a 3 fled “YoU oAuDy UD 9 UDeRN=AUOLY UDP UDEU {yojosoU! nyONs UOND{U NEY HANH UOs|INUEd “uOJedD| UD eq Gobog ueweved imasu) aul mn edo 18H G) Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g 101 + Belum tercukupinya sarana jalan, baik panjangnya jalan maupun lebar jalan yang memadai untuk dilewati oleh truk pengangkut TBS. «Pada kondisi musim hujan TBS bisa menginap antara 2 hari hingga S hari, Hal ini mengakibatkan susut berat (losses) TBS mencapai 3% hingga 8%, disamping kualitasnya yang sudah menurun karena pembusukan dan naiknya kadar asam lemak bebas (Free Fatty Acids/FFA). e. Risiko Pencurian. Risiko pencurian menempati urutan ke lima dengan nilai VaR sebesar Rp926 juta, Dua kebun yang terdeteksi mengalami risiko ini adalah Betung Bentayan dengan VaR sebesar Rp909 juta dan Rejosari dengan VaR mendekati Rp17 juta. Ada beberapa hal yang menjadi sebab utama Yang menimbulkan peluang terjadinya risiko pencurian TBS di PTPN VII ini, yaitu: + Terjadinya kesenjangan tingkat kesejahteraan antara__ karyawan korporasi dengan masyarakat sekitamya (lingkungan). + Terjadinya keterlambatan dalam memindahkan TBS ke truk pengangkut, dan atau ketertambatan pengangkutan dari kebun ke PKS, sehingga TBS bermatam (restan). « Kurangnya integritas segelintir karyawan yang bertugas di area pemanenan. + Proses supervisi, monitoring dan audit yang tidak berjalan baik. = Program community development atau corporate social responsibility (CSR) tidak berjalan efektit. «Reward and punishment system tidak diterapkan dengan baik. « Koordinasi dengan aparat penegak hukum kurang efektif * Pertumbuhan tenaga kerja yang terus meningkat setiap tahunnya, sedangkan lapangan kerja yang tersedia tidak sebanding dengan meningkatnya jumlah pengangguran tersebut. f. Risiko Penyakit Ganoderma Risiko ini hanya terjadi di kebun Bekri. Dibuka oleh Belanda pada tahun 1916, menempatkan Bekri sebagai kebun tertua di PTPN Vil yang dilengkapi dengan PKS dengan kapasitas terpasang 40 ton TBS/jam yang mulai berfungsi Q [Ny Ofu_Y YNANjas NOD UDIGOGas YosuOqueduaWW Up UOYLUNLUNBUALL BL ‘pfupy uodiyn6uad|“o g “gd| 100m Bub/ uoéuquadey uDaGnseU yopA UodANBuEd “q jp>uaW OduD} 1 sy BAUD YN aquins upenqasualu UDP UDx|LA {yojosoU nyoNs UOND{U NEYO HAH UOSNUEd ‘uoJodD] UDUNsNALEd “YOILAI| AUDY UD SuDpun-BuEpUN 16UuNpUIIIG DIdID YH Gobog ueweved imasu) aul mn edo 18H G) Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g 102 tahun 1978, Tanaman kélapa sawit yang ada di Bekn adalah generasi ketiga yang terbukti sangat rawan terhadap serangan Ganoderma, Risiko penyakit menempati urutan ke enam dengan kerugian mencapai Rp 108 juta lebih. Q. Risiko Rendahnya Rendemen Hasil pengukuran risiko dengan cara kuantitatif menunjukkan bahwa risiko rendemen berpotensi menimbulkan kerugian terbesar bagi PTPN VII. Value at Risk yang ini.dihasilkan dari perhitungan menunjukkan angka Rp114.6 milyar KebunTalang Sawit memiliki nilai VaR tertinggi yaitu Rp83.2 milyar, diikuti oleh Sungai Niru sebesar Rp16.6 milyar dan Rejosari sebesar Rp14.7 milyar. Kebun-kebun yang dikembangkan oleh PTPN VII berawal dari Bekri, yang sebagaimana telah diutarakan, berumur 93 tahun. PKS yang dimiliki didirikan tahun 1976, telah mengalami peremajaan dan penambahan kapasitas. Dapat dikatakan bahwa khususnya Bekri telah memiliki pengalaman yang relatif panjang dalam bidang perkebunan dan pengolahan kelapa sawit ini. h. Risiko Tingginya Losses Risiko Kehilangan (losses) menempati urutan kedua dalam subsistem PKS. Seluruh PKS di PTPN Vil tercatat memiliki losses di atas norma, akibatnya potensi kerugian yang tercermin dalam VaR adalah sebagai berikut’ Sungai Lengi sebesar Rp22.2 milyar, Pring Baru sebesar Rp9.5 milyar, Rejosari sebesar Rp5.2 milyar, Sungai Niru sebesar Rp4.9 milyar, Beksi sebesar Rp2.1 milyar, Talang Sawit sebesar Rp3.3 milyar dan Betung sebesar Rp1.6 milyar. Melihat tingginya angka VaR losses ini sudah selayaknya pihak manajemen mengambil suatu kebijakan yang diikuti oleh langkah nyata untuk menyelamatkan kandungan minyak dalam TBS sehingga memaksimalkan hasil CPO. i. Risiko Stagnasi PKS Total potensi kerugian akibat terjadinya risiko stagnasi pabrik yang tercermin dalam nilai VaRnya adalah Rp14.2 milyar. Menempati urutan ketiga dalam risiko di subsistem PKS. Rejosari adalah PKS yang memiliki risiko tertinggi dengan VaR sebesar Rp8.8 milyar, disusul berturut-turut: Sungai Lengi sebesar Rp1.2 milyar, Bekri sebesar Rp1 milyar, Betung sebesar Rp931 jula, Pring Baru Q [Ny Ofu_Y YNANjas NOD UDIGOGas YosuOqueduaWW Up UOYLUNLUNBUALL BL ‘pfupy uodiyn6uad|“o g “gd| 100m Bub/ uoéuquadey uDaGnseU yopA UodANBuEd “q jp>uaW OduD} 1 sy BAUD YN aquins upenqasualu UDP UDx|LA {yojosoU nyoNs UOND{U NEYO HAH UOSNUEd ‘uoJodD] UDUNsNALEd “YOILAI| AUDY UD SuDpun-BuEpUN 16UuNpUIIIG DIdID YH Gobog ueweved imasu) aul mn edo 18H G) Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g 103 sebesar Rp809 juta, Sungai Niru sebesar Rp740 juta dan Talang Sawit sebesar Rp673 juta. j. Risiko Tingginya Asam Lemak Bebas (ALB) Prosentase kandungan Asam Lemak Bebas dalam CPO yang dihasilkan oleh PKS yang ada PTPN VII cukup terkendali, Hal ini terlinat dari potensi kerugian yang relatif kecil dibandingkan risiko lain di subsistem PKS. Talang ‘Sawit adalah PKS dengan VaR tertinggi sebesar Rp2 milyar lebih, disusul Sungai Niru sebesar Rp100 juta lebih, Sungai Lengi sebesar Rp697 ribu, dan Rejosari sebesar Rp236 ribu. Rendahnya prosentase ALB merupakan hasil strategi yang diterapkan oleh pihak manajemen yang disebut sebagai “Manajemen Tanki", yaitu dengan mencampur CPO dengan kadar ALB tinggi dengan yang berkadar rendah, hingga di dapat prosentase kandungan ALB sesuai norma. 6.1.4 Alternatif Kebijakan PTPN VII Setelah VaR untuk masing-masing risiko diperoleh, selanjutnya disusun altematif-altematif kebijakan guna merespon fisiko inheren yang ada. Untuk PTPN Vil pada subsistem kebun terdapat enam risiko inheren yang memerlukan altematif kebijakan untuk meresponnya, sedangkan pada subsistem PKS terdapat empat risiko inheren yang juga memerlukan respon berupa altematif kebijakan. Berikut ini diuraikan altematit kebijakan untuk merespon setiap risiko yang teridentifikasi: 1 Altematif kebijakan untuk merespon risiko meningkatnya biaya pemupukan adalah dengan melakukan kontrak pengadaan pupuk berjangka pendek hingga menengah dengan para pemasok pupuk, sehingga diharapkan ketersediaan pupuk lebih terjamin. Altematif kebijakan untuk merespon fisiko Klaim atas fahan adalah dengan upaya melengkapi dan memperkuat bukti-bukti perolehan lahan, pendekatan N persuasif serta mengambil langkah hukum jika dipertukan. Altematif kebijakan untuk merespon risiko kemarau panjang adalah dengan mengurangi dampak kekeringan yang ditimbulkannya, yaitu dengan membuat silt pit atau embung-embung, yang berfungsi sebagai sumur resapan. Diharapkan dengan adanya silt pit ini pohon kelapa sawit akan dapat menyerap air dari silf pit terdekat. o Q ‘pfupy uodiynBuag‘O g “gd| 100m Bubé uoéunuadey uDa!Gns8W yopA UodANBuEd “q jp>uaW OduD} 1 sy BAUD YN [Ny Ofu_Y YNANjas NOD UDIGOGas YosuOqueduaWW Up UOYLUNLUNBUALL BL aquins upenqasualu UDP UDx|LA {yojosoU nyoNs UOND{U NEYO HAH UOSNUEd ‘uoJodD] UDUNsNALEd “YOILAI| AUDY UD SuDpun-BuEpUN 16UuNpUIIIG DIdID YH Gobog ueweved imasu) aul mn edo 18H G) Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g 4 Altematif kebijakan untuk merespon risiko transportasi adalah dengan secepatnya melakukan perbaikan jalan, melaksanakan pemeliharaan jalan secara teratur, melakukan perluasan yang dipertukan, serta optimatisasi fungsi alat-alat yang dimiliki untuk pemeliharaan jalan 5 Altematif kebijakan untuk merespon fisiko pencurian adalah dengan metakukan tiga hal: Melakukan Community Development yang merupakan Corporate Social Resposibility (CSR) yang lebih bersifal persuasif Berkoordinasi dengan aparat keamanan setempat (POLRI) baik untuk pencegahan (patroli) maupun tindakan penangkapan jika diperlukan. Melaksanakan sistem monitoring ketat terhadap hasil panen, termasuk melaksanakan sistem Panen, Angkut dan Olah secara konsisten. 6 Altematif kebijakan untuk merespon risiko penyakit Ganoderma adalah dengan menerapkan metode Big Hole (lubang tanam besar) yang dinilai lebih efisien untuk mengurangi tingkat infeksi. Menurut Peneliti Hama dan Tanaman Institut Pertanian Bogor, Meity S. Sinaga (Info Sawit 2008), mengungkapkan bahwa teknik menggunakan bahan kimia seperti fungisida kurang berhasil menahan serangan ganoderma. Memanfaatkan agen hayati seperti frichoderma temyata lebih efektif 7 Altematif kebijakan untuk merespon risiko rendahnya Rendemen adalah dengan melakukan kontrak kerja dengan para pemasok TBS yang berasa dari luar subsistem kebun (kebun PTPN Vil sendiri), yang utamanya mengatur tentang mutu TBS yang dapat diterima PKS. 8 Allematif kebijakan untuk merespon isiko Stagnasi adalah dengan melakukan tiga hal: * mempersiapkan persediaan suku cadang khususnya fast moving parts di PKS. * meningkatkan pelatihan bagi karyawan PKS untuk meningkatkan pengetahuan + melaksanakan dengan konsisten rencana pemeliharaan mesin. 9 Altematif kebijakan untuk merespon risiko tingginya Losses di PTPN VII adalah dengan melaksanakan dua hal: Meningkatkan pelatihan karyawan Bagian Tenik dan Pengolahan + Mengoperasikan instalasi pabrik sesuai SOP az a 3 2 5 2 2 5 a 3 Ad] wiz} oduny day uDy|6nuoLs Yop; UodAINBUD, form BuDK Uobt a 1o\| uodignBUEg ‘> fled “YoU oAuDy UD 9 UDeRN=AUOLY UDP UDEU {yojosoU! NyONs UOND{U MEY yALLH UOsNUEd “uOJodD| UD eq Gobog ueweved imasu) aul mn edo 18H G) Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g 105, 10 Altematif kebijakan untuk merespon risiko tingginya kandungan Asam Lemak Bebas dilakukan dengan merencanakan dengan baik serta melaksanakan secara konsisten sistem PAO (Panen, Angkut dan Olah). Penerapan altematif kebijakan ini diharapkan akan mengurangi jumlah buah menginap (restan) di kebun, sehingga TBS yang diolah PKS sesuai kapasitas dan berkualitas baik 6.1.5 Pemeringkatan Alternatif Kebijakan ‘Alternatif kebijakan untuk PTPN VII baik untuk risiko yang ada di subsistem kebun maupun yang ada di subsistem PKS kemudian digabungkan, untuk selanjutnya dilakukan pemeringkatan menggunakan Fuzzy AHP (Gambar 36). ‘Adapun hasil proses pemeringkatan selengkapnya akan diuraikan pada bagian 6.3.5. ES [Act idiom | b-Pegemam [Rie tan J > PE] cnetoicrmctemmaren a capeieg 0 AMSHING — 162 LA BTOD Limam REM 2s LUTE damoome aSMARNIS oN LTEOSESHS amo) ANEMIA KOO) LEAMETIO smn sw OOF sense EHEC! snomm —rsweossSe wazs1mmD maTEE Gambar 36 Peringkat kebijakan PTPN VII berdasarkan Fuzzy AHP. 6.1.6 Pengukuran Ulang Selanjutnya dilakukan pengukuran ulang secara kuantitatif yang bertujuan untuk melihat apakah nilai VaR yang baru (VaR Simulasi) memiliki nilai yang lebih rendah dari VaR pertama (VaR-1). Gambar 37 berikut ini menunjukkan selisih kedua VaR dimaksud. az a 3 2 5 2 2 5 a 3 Ad] wiz} oduny day uDy|6nuoLs Yop; UodAINBUD, form BuDK Uobt a 1o\| uodignBUEg ‘> fled “YoU oAuDy UD 9 UDeRN=AUOLY UDP UDEU {yojosoU! nyONs UOND{U NEY HANH UOs|INUEd “uOJedD| UD eq Gobog ueweved imasu) aul mn edo 18H G) Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g 106 Gambar 37 Selisih VaR PTPN VII setelah perhitungan ulang. Dari hasil perhitungan di atas tampak bahwa besamya penurunan yang terjadi memiliki besaran yang cukup berarti, Langkah selanjutnya adalah membandingkan selisih masing-masing VaR dengan biaya yang akan dianggarkan untuk implementasi masing-masing kebijakan. Gambar 38 menuniukkan hasil keseluruhan verifikasi Model Portofolio Risika untide PTPN VAL 107 Pengukuran Riko ‘VAR Marat VAR Korbun & Pabak uBy 1060g Gambar 38 Hasil verifikasi model portofolio risiko PTPN Vil AIsIeNiUA jesnyn »pfupy uodanéued “0 uad ‘uoxypipuad uDBuAUaday Hm jp>uaW OduD} 1 sy BAUD YN aquins upenqasualu UDP UDx|LA {yojosoU nyoNs UOND{U NEYO HAH UOSNUEd ‘uoJodD] UDUNsNALEd “YOILAI| AUDY UD SuDpun-BuEpUN 16UuNpUIIIG DIdID YH Gobog ueweved imasu) aul mn edo 18H G) Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g 108 6.2. Verifikasi pada BUMN di Wilayah Kalimantan 6.2.1 Data Umum PTPN XII adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang usaha agroindustri. Merupakan penggabungan dari Proyek Pengembangan 8 PTP, yaitu PTP VI, Vil, Xil, Xill, XVIII, XXIV-XXV, XXVI dan XXIX yang semuanya berlokasi di Kalimantan. Lini bisnisnya adalah dalam bidang agroindustri kelapa sawit yang diolah menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan Kemel (Inti Sawit), serta agroindustri karet yang diolah menjadi Rubber Smoke ‘Sheet (RSS) dan Standard Indonesian Rubber (SIR). CPO dan minyak inti sawit sepenuhnya dipasarkan di dalam negeri untuk konsumsi industri minyak nabati di Indonesia. PTPN XIII berkantor pusat di Pontianak memiliki 22 unit kerja yang tersebar di 4 (empat) provinsi di seluruh Kalimantan: 1) 11 unit kerja di Kalimantan Barat 2) 6 unit kerja di Kalimatan Timur 3) 4. unit kerja di Kalimantan Selatan 4) 1 unit kerja di Kalimantan Tengah PTPN XIll_memiliki 7 (tujuh) sarana unit Pengolahan Kelapa Sawit dengan kapasitas 310 ton TBS/Jam dan 3 (tiga) pabrik karet dengan kapasitas 70 ton KK/jam. Saat dilakukan penelitian. Gambar 39 menunjukkan peta lokasi PTPN. xi 6.2.2 Identifikasi Risiko Proses identifikasi risiko dilakukan dengan menggunakan Metode Budget Approach Dari data dan hasil wawancara, terdapat enam jenis risiko yang cukup berpengaruh di kebun dan empat risiko di pabrik pengolahan kelapa sawit, yaitu : Faktor risiko pada subsistem kebun: a. Kemarau panjang Kebun-kebun yang terkena kekeringan akibat kemarau panjang di PTPN XIII (Persero) dalam beberapa tahun terakhir adalah kebun kelapa sawit Longkali di Kalimantan Timur dan kebun karet Pamukan di Kalimantan Selatan. Kebun Sawit Excl. Pabrik Kebun Sawit incl Pabrik Biru Kebun Karet Exc. Pabrik iru Muda Kebun Karet inc. Pabrk i huts \ Heese ll Gambar 39 Peta lokasi PTPN XIII (Company Profile PTPN XIII 2008). © Hak cipta milik IPB (Institut Pertanian Bogor) Bogor Agricultural University Hak Cipta Dilindung! Undang-Undang kan dan menyebs arya ilmiah, per 1n laporan, penulisan kritik atau ngan yang wajar IPB. mkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulls ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB. 10 b. Risiko Meningkatnya Biaya Pemupukan ore 2s ‘Ada 4T yang harus dijadikan pedoman dalam pemupukan yakni Tepat Dosis, ge Tepat Waktu, Tepat Cara dan Tepat Lokasi. Dalam hal tepat waktu initah 88 muncul risiko adanya keterlambatan pada pengadaannya, antara lain karena kelangkaan pupuk ataupun kenaikan harganya akibat perubahan kebijakan pemerintah, misainya kenaikan harga BBM. Dari data yang ada terlihat adanya peristiwa terlambatnya pemupukan antara lain di kebun Parindu. ¢. Risiko Pemagaran Perilaku sosial masyarakat sekitar kebun merupakan salah satu faktor risiko yang penting. Di daerah Kalimantan, pemagaran atau okupasi adalah kegiatan melarang aktifitas perusahaan di areal perkebunan oleh masyarakat dengan membuat pagar pada pintu jalan masuk ke lokasi. Risiko pemagaran yang sangat mungkin terjadi. Apabila Suku Dayak setempat merasa ada hal- hal yang perlu diselesaikan secara adat, maka Kepala Sukunya akan meletakkan kayu secara bersilang yang dilengkapi dengan bendera merah di jalan utama masuk ke kebun. Selama pemagaran tersebut dan perundingan dengan Kepala Suku belum menghasilkan kesepakatan, maka pihak PTPN day uDy|6nuoLs Yop; UodAINBUD, form BuDK Uobt a 3 2 5 2 2 5 a 3 XIll dilarang melakukan aktivitas panen. Jika penyelesaiannya bertarutarut, kemungkinan terjadinya kerugian adalah besar. Terutama membusuknya buah di pohon, dan berkurangnya produksi CPO karena kekurangan bahan baku. |. Risiko Langsiran Langsiran adalah kegiatan memindahkan hasil produksi kebun (TBS) dari tempat yang sulit dijangkau kendaraan angkut ke lokasifalan yang dapat dijangkau kendaraan. Langsiran umumnya timbul karena adanya kerusakan jalan akibat hujan ataupun karena kualitas dan pemeliharaan yang kurang baik. Dapat juga terjadi jalan produksi terlalu kecil sehingga harus dibantu Gobog ueweved imnsu) aul anu edo 18H O) fled “YoU oAuDy UD 9 UDeRN=AUOLY UDP UDEU eq a Ad] wiz} oduny oleh kendaraan yang lebih kecil. e. Risiko Pencurian Pencurian umumnya dilakukan oleh pihak dari luar perusahaan dengan ataupun tanpa bantuan oknum petugas atau karyawan di lapangan (kebun). {yojosoU! nyONs UOND{U NEY HANH UOs|INUEd “uOJedD| UD Pencurian banyak terjadi di daerah yang relatif jauh dari jangkauan pengawasan satuan pengamanan perusahaan ataupun aparat keamanan lainnya (antara lain POLRI). Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g Q ‘pfupy uodiyn6uad|“o g “gd| 100m Bub/ uoéuquadey uDaGnseU yopA UodANBuEd “q jp>uaW OduD} 1 sy BAUD YN [Ny Ofu_Y YNANjas NOD UDIGOGas YosuOqueduaWW Up UOYLUNLUNBUALL BL aquins upenqasualu UDP UDx|LA {yojosoU nyoNs UOND{U NEYO HAH UOSNUEd ‘uoJodD] UDUNsNALEd “YOILAI| AUDY UD SuDpun-BuEpUN 16UuNpUIIIG DIdID YH Gobog ueweved imasu) aul mn edo 18H G) Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g Wd Faktor risiko di subsistem PKS: a. Risiko Stagnasi Pabrik Stagnasi adalah kondisi dimana PKS berhenti beroperasi karena beberapa sebab antara lain: kerusakan pada mesin-mesin dan alat-alat produksi, dan atau ketiadaan bahan baku TBS yang akan diolah. Lamanya stagnasi pabrik terutama sangat dipengaruhi oleh ketersediaan suku cadang mesin dan TBS yang akan diolah. b._ Risiko Kandungan Asam Lemak Bebas tinggi Kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) atau Free Fatty Acid (FFA) berkaitan erat dengan kualitas minyak kelapa sawit. Semakin tinggi kandungan ALB, maka semakin rendah kualitas minyak kelapa sawitnya. Sebagai pedoman, standar kandungan ALB yang berlaku bagi kualitas minyak kelapa sawit olahan dan siap untuk dijual adalah 3%. Pembeli dapat memberikan toleransi sampai dengan 5%, tetapi kandungan 3% akan memberikan harga premium. Dalam kondisi utuh, buah kelapa sawit yang tepat matang hanya mengandung ALB 0.1% (Mangoensoekarjo, 2005). Peluang terjadinya peningkatan ALB adalah keterlambatan membawa TBS ke pabrik pengolahan, terjadinya pelukaan dan akibat mikroorganisme. ¢. Risiko Rendahnya Rendemen atau Oil Extraction Rate (OER) Rendemen adalah ratio antara berat minyak yang dihasilkan dengan berat TBS. Rendemen minyak terstama ditentukan oleh jenis tanaman dan umumya. Kemudian ditentukan oleh kesempumaan__ penyerbukan, kematangan tandan dan kehilangan di lapangan (brondolan tidak terkutip) serta kehilangan (losses) dalam pengolahan di pabrik. Risiko Tingginya Losses Losses atau kehilangan adalah bagian dari minyak sawit yang terkandung dalam TBS yang tidak dapat diambil, dengan demikian Losses berbanding terbalik dengan Rendemen. Secara teoritis jumlah Losses dan Rendemen adalah jumiah total kandungan minyak yang terkandung dalam TBS. a 6.2.3 Pengukuran Risiko Sesuai pengembangan model yang telah dilakukan pada bab terdahulu, pengukuran risiko dilakukan dengan metode kuantitatit. menghasilkan besamya kerugian dalam nilai mata uang (rupiah) yang dikenal sebagai Value at Risk (VaR). Lampiran 4 menyajikan selengkapnya Nilai VaR PTPN Xill V2 a. Risiko Kemarau Panjang Dari 12 bulan periode penelitian didapat hasil perhitungan Value at Risk (VaR) untuk risiko kemarau panjang yang hanya terjadi di kebun Longkali dengan potensi kerugian sebesar Rp204 juta lebih, Q »pfupy uodanéued “0 b. Risiko Pemupukan Risiko pemupukan ditemukan di kebun Rimba Belian, hasil perhitungan VaR menunjukkan adanya potensi kerugian sekitar Rp77 juta apabila risiko ini terjadi. c. Risiko Pemagaran atau Okupasi Risiko pemagaran atau okupasi atas lahan adalah risiko yang dua kali terjadi dalam periode penelitian. Dalam penelitian ini ditemukan terjadinya risiko ini yang dapat menimbulkan kerugian (potensi) VaR sebesar Rp838.8 juta Kebun Parindu dan Ngabang masing-masing berkontribusi sebesar Rp610.6 SuDpun-BuEpUN 16UuNpUIIIG DIdID YH g “gd| 100m Bub/ uoéuquadey uDaGnseU yopA UodANBuEd “q jp>uaW OduD} 1 sy BAUD YN IN] Ofu_Y YNANjas NOD UDIGOgas YoOsuDquedeW UDP UDYLUNLUNGUeLL BUD, Gobog ueweved imasu) aul mn edo 18H G) Ft z juta dan Rp228.2 juta. z 3 4. Risiko Langsiran 33 Risiko ini terdeteksi di seluruh kebun PTPN XIII kecuali Rimba Belian dan ae Pelainari, dengan total nilai VaR mendekali sebesar Rp1.1 milyar. Rincian a : masing-masing VaR berturut-turut: Kembayan dengan VaR sebesar Rp319.5 ge juta, Longkali. dengan VaR sebesar Rp.171 juta, Parindu dengan VaR 2 sebesar Rp168.9 juta, Ngabang dengan VaR sebesar Rp97.8 juta, Gunung 2 Emas dengan VaR sebesar Rp84.7 juta, Sungai Dekan dengan VaR sebesar a Rp61.9 juta, Tabara dengan VaR sebesar Rp55.8 juta, Gunung Meliau z dengan VaR sebesar Rp52.6 juta, Tajati dengan VaR sebesar Rp27.3 juta & dan Batu Licin dengan VaR sebesar Rp18.8 juta. Terjadinya risiko ini z mengakibatkan timbulnya biaya baru untuk mengangkut TBS ke truk yang 5 menunggu di jalan yang berkondisi layak. Penyebab utamanya adalah a kondisi jalan terutama musim hujan tidak dapat dilalui oleh truk pengangkut, & e. Risiko Pencurian Risiko pencurian menempati urutan ke lima dengan nilai VaR sebesar Rp.3 juta yang dilaporkan di kebun Parindu, Penyebab utama terjadinya risiko pencurian TBS di PTPN Xill adalah ketertambatan dalam memindahkan TBS Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g Q [Ny Ofu_Y YNANjas NOD UDIGOGas YosuOqueduaWW Up UOYLUNLUNBUALL BL ‘pfupy uodiyn6uad|“o g “gd| 100m Bub/ uoéuquadey uDaGnseU yopA UodANBuEd “q jp>uaW OduD} 1 sy BAUD YN aquins upenqasualu UDP UDx|LA {yojosoU nyoNs UOND{U NEYO HAH UOSNUEd ‘uoJodD] UDUNsNALEd “YOILAI| AUDY UD SuDpun-BuEpUN 16UuNpUIIIG DIdID YH Gobog ueweved imasu) aul mn edo 18H G) Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g z V3 ke truk pengangkut, dan atau keterlambatan pengangkutan dari kebun ke PKS. Risiko Rendahnya Rendemen Hasil pengukuran risiko menunjukkan bahwa risiko rendemen berpotensi menimbulkan kerugian terbesar bagi PTPN Xill, Value at Risk yang inidihasilkan dari perhitungan menunjukkan angka Rp46.3 milyar. PKS Samuntai memiliki nilai VaR tertinggi yaitu Rp11.4 milyar, diikuti oleh PKS Parindu sebesar Rp10.9 milyar, PKS Longkali sebesar Rp9 milyar, PKS Longpinang sebesar Rp7.3 milyar, PKS Ngabang sebesar Rp4 milyar dan PKS Rimba Belian sebesar Rp3.5 milyar. Untuk PKS yang dimiliki PTPN XIll_terjadinya rendemen yang rendah antara lain disebabkan oleh tidak sempumanya proses bantingan (proses setelah rebusan) sehingga buah tidak seluruhnya terlepas dari tandannya dan tersisa di tandan kosong (tankos"). Sebab kedua adalah proses pembersihan mesin-mesin produksi yang tidak tuntas dan masih menyisakan material sisa, sehingga mengganggu berlangsungnya proses produksi pada jadwal kerja berikutnya. Dari sisi pasokan, rendahnya rendemen juga dapat disebabkan oleh "kenakalan* para petani dari kelompok KKPA dengan kebun relatif muda, sehingga TBSnya memiliki kandungan minyak yang lebih rendah dibandingkan TBS yang berasal dari kebun kelompok PIR, dimana TBS milik KKPA dititipkan ke dalam truk pengangkut TBS milik PIR sebelum diserahkan ke PKS milik PTPN XIII, Dalam kasus ini, PTPN XiIIl_mungkin sekali mengalami dua kerugian, yaitu kerugian finansial karena membeli TBS tidak seuai kualitas yang seharusnya dan kerugian rendahnya rendemen. Risiko Losses Risiko Kehilangan (losses) menempati urutan kedua dalam ‘subsistem PKS. Seluruh PKS di PTPN Xill tercatat memiliki losses di atas norma kecuali PKS Longpinang, potensi kerugian yang tercermin dalam VaR adalah sebagai berikut’ PKS Longkali sebesar Rp21 milyar, Samuntai sebesar Rp11 milyar, Rimba Belian sebesar Rp4.4 milyar, Gunung Meliau sebesar Rp2.7 milyar, Parindu sebesar Rp1.3 milyar dan Ngabang sebesar Rp.266 juta, Melihat tingginya angka VaR fosses ini sudan selayaknya pihak manajemen ‘gq| 400m Bunk uDéuRUadex uDYIGnseWL YopA UOdANBuEd “q uad ‘uoeypipuad uD6uAUadey YUN BAUDY UDdi|NBUad ‘O {yojosU! nyONs UOND{UR NEY 4ALLH UOsNUEd ‘uOJodD] UDUNSNALEd “YOILUI| PAUDy UDs|INUAd “UOH g 3 3 3 2 5 i t z = 2 3 5 g Zz § Zz ¢ z 3 Gobog ueweved imasu) aul mn edo 18H G) Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g 14 mengambi! suatu kebijakan yang diikuti oleh langkah nyata untuk menyelamatkan kandungan minyak dalam TBS sehingga memaksimalkan hasil CPO. Risiko Stagnasi PKS Gambar 40 menunjukkan data stagnasi pabrik Parindu selama periode Agustus 2007 hingga Juli 2008. 100.00 90.00 70.00 60.00 Ee eal 50,00 40,00 3000 2000 10,00 my Stognasi am) LPP, LPP POOP EE Periode (bin) Gambar 40 Data stagnasi pabrik Parindu. Dapat disimpulkan bahwa dalam periode dimaksud, PKS Parindu tidak pemah mencapai target anggaran, karena stagnasi yang terjadi selalu lebih lama dibandingkan norma atau target. Berikut ini diuraikan pengujian jenis data frekuensi dan severitas dilakukan pada data kerugian stagnasi pada PTPN Xill di pabrik Parindu. Data frekuensi diambil dari jumiah jam stagnasi per bulan, dan data severitas menggunakan data kerugian yang timbul pada bulan yang sama dengan data jam stagnasi. Gambar 41 menunjukkan contoh data inout awai irekuensi dan severitas Gi oabrik Parindu. Q IN] Ofu_Y YNANjas NOD UDIGOgas YoOsuDquedeW UDP UDYLUNLUNGUeLL BUD, »pfupy uodanéued “0 g “gd| 100m Bub/ uoéuquadey uDaGnseU yopA UodANBuEd “q jp>uaW OduD} 1 sy BAUD YN aquins upenqasualu UDP UDx|LA {yojosoU nyoNs UOND{U NEYO HAH UOSNUEd ‘uoJodD] UDUNsNALEd “YOILAI| AUDY UD SuDpun-BuEpUN 16UuNpUIIIG DIdID YH Gobog ueweved imasu) aul mn edo 18H G) Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g Ws 3] ul) Fito Pook | toen | Stopes Temagin - a ——$— eo = (i Se ia 7 ce ames = tn co a Goma 5 : lS wonae a = ees = = aan = so es coe eS eer fe es ees i aoe oe a ees ee ee Gambar 41 Data kerugian akibat risiko stagnasi pabrik Parindu PTPN Xill. Pengujian data kerugian dan data frekuensi akan memiliki atau mengikuti distribusi tertentu seperti yang telah disebutkan di atas, dapat dilakukan dengan tes distribusi. Salah satu contoh perhitungan tes distribusi frekuensi dan severitas dengan menggunakan teknik perhitungan ChiSquare untuk sebaran Poisson (untuk data frekuensi) dan teknik perhitungan Anderson-Darfing untuk sebaran normal (untuk data severitas), sebagaimana disajikan pada Tabel 9 dan Tabel 10. é Tabel 9 Contoh perhitungen frekuensi data menggunakan tes distribusi Poisson dengan metoda Chi-Square wu eiio youu O) Ausseqtun jeuminouby 1060g ‘No Event tx) xi ‘Obs frq (0) €1( ptx) A) Ol- Et (O1- EN2 (Ol- ENE 2 b © J E t a h 15 0,184091412 18 1 7.164068475 70.164060475 | _0,026018464 (0,023124488 14 0,393847543 “4 1 2,363085287 383085257 | 1.858001417 0,786260848 7 0.073786482 v7 1 0,442716893, 0587281107 | 0.310562233 0,701488547 8 0.060196537 8 1 0.361178522 0.638820478 | 0.408091603 1.129885774 19 0.218577681 19 1 4,311488083 -0.311466083 | 0.097011121 0.073971506 4 0.105884878 14 s] 0.635309270 0.384890730 | 0,132098928 0,209345801 " 0.081336138 " 1 0.488016831 0.811983169 | 0.262128765 0.537128485 10 0.167763341 10 ‘ 1.008760048 -0.008760048 | 4,56963E-05 4.638146-05 2 0.151085528 2 1 0.906513168 0.093488832 | 0,008730788 0.009641104 2 .096021830 12 1 0.576130881 0.423889019 | 0,179664945 0.311847394 18 0,398596204 18 1 2,991217224 -1,391217224 | 1.095485365 0.809614279 16 0.376395304 16 4 2,258371623, =1,258371823 | _1.563409645 0.701168704 2.317472028 2 $.2033203 nilal critical value = 21.66 nilfal chi square = §.2933203 Karena niloi chi square leblh kecil dar! nilal critical valuo maka sebaran data frokucns! mongikutl sebaran pol on 116 é ouBy 1060g AIsIeniup jean} Tabel 10 Contoh perhitungan data severitas menggunakan tes distribusi normal dengan metoda Kolmogorov Smirnov No. Perlode | _Dete Kerugien / bulan Sorted ‘Count F(Z) 1-F(Z) Sorted s i Jul07 | Rp 20 234075 Rp 5737981 - 0,005125869 0.094874731 | 0.134368246 | -7.280626397 2 ‘Aug-07 | Rp 19 270 908 Rp 19270908 He 0,.262103209 0,737896701 | 0.14047645 -9,905196014 3 Sep-07 | Rp 22971 120 Rp 20234075 3 0.308717905 0.691282095 | 0.207059365 | -13.75038544 4 Oct-07 | Rp 5.737 981 Rp 21866747 4 0.394887719 0.605112281 0.279036583 | -15.43896336 5 Nov-07 | Rp 23.774 364 Rp 22971120 5 0.456571989 0,543428011 0,300234676 | -17.88479776 6 Dec-07 | Rp 27 641 057 Rp 23479890 6 0.485440906 0,514559094 | 0.49780408 +15.62271051 EF Jan-08 | Ro 21 866 747 Rp 23774 384 7 0,50219592 0,49780408 0.514559094 | -17,59172778 8 Feb-08 | Ro 23 479 890 Rp 27 407 438 8 0,699765324 0.300234676 | 0.543428011 | -14.5030243 9 Mar-08 | Ro 31 204 516 Rp 27841957 9 0.720963417 0.278036583 | 0.605112281 | -14.10163824 10 Apr-08 | Ro 27 407 438 Rp 29461 139 10 0.792940635 0.207069365 | 0.691282095 | -11.42307015 a May-08 | Ro 29461 130 Rp 31204516 a 0.85952355, 0.14047645, 0.737896701 | -9.561898204 42 Jun-08 | Ro 31.489 384 Rp __31 489 381 42 0.865631754 0.134368246 | _0.994874131 436998986 Ss }§0.5010372 Mean 23.736 794,55 Sigme 7 010 622.337 sumiah dete 12 AD test statistic 0.641783103 Critical Value 0.697607246 Karena nilai critical value lebih besar dari nilal AD statistik maka data tersebar normal ‘gq| 400m Bunk uDéuRUadex uDYIGnseWL YopA UOdANBuEd “q z = 2 3 5 g Zz § Zz ¢ z 3 uad ‘uoeypipuad uD6uAUadey YUN BAUDY UDdi|NBUad ‘O 3 ; H ; i : + {yojosU! nyONs UOND{UR NEY 4ALLH UOsNUEd ‘uOJodD] UDUNSNALEd “YOILUI| PAUDy UDs|INUAd “UOH (1060g ueuened imnsu) aa mt edi xe ©) Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g Pada tahap selanjutnya setelah dilakukan tes jenis distribusi terhadap data kerugian dan data frekuensi, maka akan didapatkan jenis distribusi yang mewakili dari setiap data yang ada. Agregasi data kerugian dan data frekuensi merupakan langkah selanjutnya yang akan dilakukan. Agregasi_dilakukan dengan memperhatikan jenis distribusi yang telah ditentukan baik pada data kerugian maupun data frekuensi dengan langkah simulasi. Kerugian Frekuensi Prob Prob besar kerugian Jumiah kerugian |! ~ Gambar 42 Model Agregasi kerugian dan frekuensi (Cruz 2003). Pada tahap akhir setelah dilakukan simulasi agregasi antara data kerugian dan data frekuensi berdasarkan jenis distribusinya masing-masing, maka akan didapat data baru yang menunjukan hubungan antara data kerugian dan frekuensi. Penentuan nilai VaR akan dilakukan berdasarkan data baru tersebut. Nilai VaR didapat dari nilai percentile yang disesuaikan dengan tingkat kepercayaan yang ada, setelah sebelumnya data tersebut di rangking dari yang paling besar hingga terkecil X(n+1) VoR = -—__~W*") ____y #2 oN Tingkat_kepercayaan (persen) ng Kine] GPLINID ROD AONE OMNIA ORNS Lp UO NTELION ONDE 19 = Eesti Alsseqtun jesminouby 10609 ITERASI | Frokuons! Severitas Ordered RUN, Poisson _|_Normat 4 Normal, 2 Normal vouneve ee 1 4 o.gia2 Rp 30105076 | 0.7624 | Rp 28741299 | 0.6785 Rp 30 105 976 Rp 281 762 760 2 6 0.4988 | Rp 23714074 | 0.5038 | Rp 25386200 | 0.5214 Rp 124435 109 Rp 268 935 620 3 3 0.9499 Rp 35263821 | 0.4480 | Rp 22783349 | 0.0070 Rp 104690 785 Rp 251 727 226 4 7 0.1918 Rp 17628574 | 0.6745 | Rp 26907011 | 0.9034 canes | Rp 268 935 620 Rp 251 026 356 8 3 o.gse8 | Rp 35912737 | 0.6610 | Rp 26647154 | 0.0909 Rp 76.934 189 Rp 230 311 685 6 2 0.8435 Rp 30809173 | 0.0986 | Rp 14694089 | 0.9705 Ro 219675 128 Rp 235 788 645 7 4 0.1421 Rp 16228685 | 0.8537 | Rp 31112911 | 0.2013 san | Rp 148 698 130 Rp 233 985 878 8 3 0.2800 | Rp 21222707 | 0.1073 | Rp 18036778 | 0.5220 Rp 106 627 217 Rp 228 942 698 9 7 0.948a"| Rp 35189392 | 0.1231 | Rp 15608427 | 0.5348 Rp 50764819 Rp 226 491 640 10 9 0.2070 Rp 19009167 | 0.2449 ) Rp 18894316 | 0.0280 Rp 36 903 483 Rp 222 397 080 100 2 ossaa | Rp 36577038 | 0.1920 |_ Rp 17633275 | 0.1729 Rp 199691815 _| Rp Var = de) x Vid = Rp790832922 % 120 Total potensi kerugian akibat terjadinya risiko stagnasi pabrik yang tercermin dalam nilai VaRnya adalah Rp3.3 milyar. Menempati urutan ketiga dalam risiko di subsistem PKS. Gunung Meliau adalah PKS yang memiliki risiko tertinggi dengan VaR sebesar Rp964 juta, disusul berturut- turut’ Parindu sebesar Rp769 juta, Samuntai sebesar RpS63 juta, Longpinang sebesar Rp395 juta, Ngabang sebesar Rp218 juta, Longkali sebesar Rp190 juta dan Rimba Belian Rp166 juta. Norma yang digunakan PTPN Xill_untuk stagnasi PKS adalah maksimum 5% dari total jam kerja tersedia. Khusus untuk PKS Parindu, beberapa kerusakan yang menyebabkan terlampauinya norma stagnasi antara lain terjadi pada mesin diesel, ketel, turbin dan Cake Breaker Conveyor (CBC) yang beriangsung di tuar jadwal pemeliharaan rutin. Q ‘pfupy uodiyn6uad|“o SuDpun-BuEpUN 16UuNpUIIIG DIdID YH i “gd| 100m Bub/ uoéuquadey uDaGnseU yopA UodANBuEd “q j. _ Risiko Tingginya Asam Lemak Bebas (ALB) Prosentase kandungan Asam Lemak Bebas dalam CPO yang dihasilkan oleh PKS yang ada PTPN Xill menjadi perhatian penting para manager. Potensi kerugian yang mungkin terjadi relatif kecil dibandingkan kerugian akibat risiko lain di subsistem PKS. Rimba Belian adalah PKS dengan VaR tertinggi sebesar Rp3.3 milyar lebih, disusul Parindu sebesar RP846 juta, Gunung Meliau sebesar Rp530 juta, Ngabang sebesar Rp205 juta, Samuntai sebesar Rp188 juta, Longkali Rp144 juta dan Longpinang sebesar Rp90 juta. Hasil wawancara menunjukkan bahwa tingginya ALB di PTPN XIlt terutama disebabkan oleh terlambatnya TBS sampai di PKS (ada kemungkinan TBS bermalanvrestan di jalan atau di kebun). Sebab yang kedua adalah PKS mengalami stagnasi karena kerusakan mesin. jp>uaW OduD} 1 sy BAUD YN [Ny Ofu_Y YNANjas NOD UDIGOGas YosuOqueduaWW Up UOYLUNLUNBUALL BL Gobog ueweved imasu) aul mn edo 18H G) aquins upenqasualu UDP UDx|LA 6.2.4 Alternatif Kebijakan Dengan diperolehnya VaR untuk masing-masing risiko, selanjutnya disusun altemati-altematif kebijakan guna merespon ‘isiko inheren yang ada. Untuk PTPN XiIll_ pada subsistem kebun terdapat lima risiko inheren yang memerlukan {yojosoU nyoNs UOND{U NEYO HAH UOSNUEd ‘uoJodD] UDUNsNALEd “YOILAI| AUDY UD altematif kebijakan untuk meresponnya, sedangkan pada subsistem PKS terdapat empat risiko inheren yang juga memerlukan respon berupa altematif kebijakan. Berikut ini diuraikan altematif kebijakan untuk merespon setiap risiko yang teridentifikasi: Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g 121 1 Altematif kebijakan untuk merespon risiko kemarau panjang adalah dengan mengurangi dampak kekeringan yang ditimbulkannya, yaitu dengan membuat silt pit atau embung-embung, yang berfungsi sebagai sumur resapan. 2 Altematif kebijakan untuk merespon fisiko pencurian adalah dengan melakukan tiga hal: a. Melakukan Community Development yang merupakan Corporate Social Resposibility (CSR) yang lebih bersifat persuasit b. Berkoordinasi dengan aparat keamanan setempat (POLRI) baik untuk pencegahan (patroli) maupun tindakan penangkapan jika dipertukan. ¢. Melaksanakan sistem monitoring ketat terhadap hasil panen. 3. Allematif kebijakan untuk merespon risiko peningkatan biaya pemindahan tbs (Langsiran} adalah dengan melakukan perbaikan jalan sedini mungkin ~ sebelum terjadi kerusakan yang lebih parah, serta optimalisasi fungsi alat-alat yang dimiliki untuk pemeliharaan jalan. 4. Altematif kebijakan untuk merespon risiko meningkatnya biaya pemupukan adalah dengan metakukan kontrak pengadaan pupuk berjangka pendek hingga menengah dengan para pemasok pupuk, sehingga diharapkan ketersediaan pupuk lebih terjamin. Altematif kebijakan untuk merespon risiko pemagaran atau okupasi adalah dengan melaksanakan pendekatan yang bersifat persuasif kepada pemuka masyarakat setempal, antara lain : ketua adat setempat dan pemuka agama, yang kedua melakukan Community Development yang merupakan kewajiban o eel eens Gobog ueweved imasu) aul mn edo 18H G) o i t sosial perusahaan. 6 Altematif kebijakan untuk merespon risiko rendahnya rendemen adalah dengan melakukan kontrak kerja dengan para pemasok TBS yang berasa dari luar subsistem kebun (kebun PTPN XIII sendiri), yang utamanya mengatur tentang mutu TBS yang dapat diterima PKS. 7 Altematif kebijakan untuk merespon isiko Stagnasi adalah dengan {yojosoU! nyONs UOND{U NEY HANH UOs|INUEd “uOJedD| UD metakukan tiga hal: a. mempersiapkan persediaan suku cadang khususnya fast moving parts di PKS b. meningkatkan pelatihan bagi karyawan PKS untuk meningkatkan pengetahuan c. menerapkan dengan baik rencana pemeliharaan mesin Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g 3 2 5 2 2 5 a 3 "Gd Wiz} odupy form BuDK Uobt de fled “YoU oAuDy UD 9 UDeRN=AUOLY UDP UDEU {yojosoU! nyONs UOND{U NEY HANH UOs|INUEd “uOJedD| UD eq Gobog ueweved imasu) aul mn edo 18H G) Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g 122 8 Altematif kebijakan untuk merespon risiko tingginya Losses di PTPN Xill adalah dengan melaksanakan dua hal: a. Meningkatkan pelatinan karyawan Bagian Tenik dan Pengolahan b. Mengoperasikan instalasi pabrik sesuai SOP 9 Altematif kebijakan untuk merespon risiko tingginya Asam Lemak Bebas dilakukan dengan merencanakan dengan baik serta melaksanakan secara konsisten sistem PAO (Panen, Angkut dan Olah). 6.2.5 Pemeringkatan Alternatif Kebijakan Altematif kebijakan untuk PTPN XIII baik untuk risiko yang ada di subsistem kebun maupun yang ada di subsistem PKS kemudian digabungkan, untuk selanjutnya dilakukan pemeringkatan menggunakan Fuzzy AHP (Gambar 43). Adapun hasil proses pemeringkalan selengkapnya akan diuraikan pada bagian 6.3.5. Pern ea [Eites tain | S-Pdeman [moa teaver CNIS — MAST — 6) TRAIT igaxomnm = aESUNI ON IRDA LO Ase Ls arMTsKO URsMO BMWS ws ISROIINID NGO ARI om MIEN on AMANO MN ISK RENO ASSAM IDEN bn Sob DS i ma AISI LoD. FOE DET Ve RIE IRN GS ODD a) SOTA. aS Gambar 43 Peringkat kebijakan PTPN XiIll (Persero) berdasarkan Fuzzy AHP. 6.2.6 Pengukuran Ulang Pengukuran ulang dilakukan dengan tujuan untuk melihat apakah nilai VaR yang baru (VaR Simulasi) memiliki nitai yang lebih rendah dari VaR pertama (VaR-1). Secara kuantitatif, efektivitas penerapan altematif kebijakan untuk merespon risiko PTPN XiIll_ ditunjukkan oleh VaR Simulasi, yang dihitung dengan 123 menggunakan prosentase penurunan signifikasi risiko. Gambar 44 menunjukkan hasil perhitungan VaR Simulasi serta selisihnya dengan VaR-1 Perbandingan Biaya Kebijakan dengan Penurunan (penghematan) Nilai VaR PTPN XiIll berikut menggambarkan besamya selisih antara penurunan nilai VaR dengan besamya biaya yang harus dianggarkan untuk menghasilkan penurunan dimaksud. a oes in een i EE Uno” Epa - 3 = = ————s san CBE form BUDK UDB de [iene Tare | aares|eaas |a| SMSO GST 6D STS HOI GD AVANT MST Ao SRAM SOLA IRON STA 1m Leamon se Ree LUA 2S 00 Gasman amano ima oNS RES me Imaskinwy Samraen ISR LRA 3a ISveAZMNe SSESRUE LVavASNS LIENS 3 2 5 2 2 5 a 3 Gambar 44 Penghematan VaR setelah perhitungan ulang. Gobog ueweved imasu) aul mn edo 18H G) fled “YoU oAuDy UD 9 UDeRN=AUOLY UDP UDEU Sebagaimana aturan yang berlaku, setiap BUMN diwajibkan untuk menyisinkan sebagian dari Laba untuk melakukan Community Development, eq yang diwujudkan dalam bentuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Program PKBL jelas bukan aktivitas yang bersifat “profit motive", namun lebih ke arah manfaat bagi masyarakat yang berada sekitar korporasi Dengan demikian, PKBL adalah sesuatu yang wajib dilakukan, sebaliknya jika tidak dilakukan sangat besar kemungkinan timbul gangguan atau risiko sosial "Gd Wiz} odupy terhadap kelancaran usaha bahkan dapat mengancam kelangsungan hidup korporasi. Dengan kata lain, jika Community Development tidak dilakukan kerugian yang terjadi akan lebih besar. Secara keseluruhan benefit atau manfaat yang dihasilkan apabila attematif kebijakan diterapkan adalah lebih besar dari {yojosoU! nyONs UOND{U NEY HANH UOs|INUEd “uOJedD| UD biaya penerapan kebijakan. Oleh sebab itu altematif kebijakan yang disusun dapat diterima. Gambar 45 menunjukkan hasil verifikasi keseluruhan model portofolio risiko untuk PTPN Xitl. Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g uBy 1060g = S 3 A 124 Gambar 45 Hasil verifikas! model portofolio risiko PTPN Xill Q IN] Ofu_Y YNANjas NOD UDIGOgas YoOsuDquedeW UDP UDYLUNLUNGUeLL BUD, »pfupy uodanéued “0 g “gd| 100m Bub/ uoéuquadey uDaGnseU yopA UodANBuEd “q jp>uaW OduD} 1 sy BAUD YN aquins upenqasualu UDP UDx|LA {yojosoU nyoNs UOND{U NEYO HAH UOSNUEd ‘uoJodD] UDUNsNALEd “YOILAI| AUDY UD SuDpun-BuEpUN 16UuNpUIIIG DIdID YH Gobog ueweved imasu) aul mn edo 18H G) Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g 125 6.3. Verifikasi pada Korporasi Swasta di Wilayah Kalimantan dan Sumatera 6.3.1 Data Umum PT. X PT. X adalah sebuah korporasi berkantor pusat di Jakarta, bergerak dalam bidang agroindustri yang mencakup komoditi kelapa sawit, cengkeh, petemakan dan kayu. Khusus untuk kelapa sawit dinamai Palm Business Group (PBG) yang bertokasi di: * PBG1: daerah Jambi dan Lampung (luas 26 026 hektar) + PBG2 : Sumatera Selatan (luas 16 459 hektar) + PBG3 : Kalimantan Tengah (luas 39 235 hektar) + PBGS : Kalimantan Tengah (luas 20 131 hektar) © PBG6 : Kalimantan Timur (luas 6 256 hektar) + PBG7 : Kalimantan Selatan (luas 8 440 hektar) * PBG8 : Kalimantan Tengah (belum beroperasi) * PBG9 : Kalimantan Barat (luas 225 hektar) Total luas kebun kelapa sawit yang dimiliki adalah 116 773 hektar. Luas areal tanaman menghasilkan (TM) 50 761 hektar, luas areal tanaman belum menghasilkan (TBM) 56 257 hektar dan Tanaman Baru (TB) seluas 6 155 hektar. Group usaha ini memiliki dua (2) PKS yaitu PKS Kabuau di PBG3 dengan kapasitas 45 ton/jam dan PKS Butong di PBGS dengan kapasitas 40 ton/jam. 6.3.2 Identifikasi Risiko di PT. X Proses identifikasi risiko dilakukan dengan menggunakan metode budget approach Dari data dan hasil wawancara, terdapat dua jenis risiko yang cukup berpengaruh di kebun dan empat risiko di pabrik pengolahan kelapa sawil, yaitu : Faktor risiko di subsistem kebun: a. Risiko Kemarau Kebun-kebun yang terkena kemarau panjang di PT. X dalam beberapa tahun terakhir adalah kebun kelapa sawit PBG1 di Jambi dan Lampung, PBG3 dan PBGS di Kalimantan Tengah dan PBG7 di Kalimantan Selatan. Risiko Pemupukan Demikian pula dengan risiko pemupukan, keempat PBG mengalami risiko akibat kenaikan harga pupuk. s Q ‘pfupy uodiyn6uad|“o g “gd| 100m Bub/ uoéuquadey uDaGnseU yopA UodANBuEd “q jp>uaW OduD} 1 sy BAUD YN [Ny Ofu_Y YNANjas NOD UDIGOGas YosuOqueduaWW Up UOYLUNLUNBUALL BL aquins upenqasualu UDP UDx|LA {yojosoU nyoNs UOND{U NEYO HAH UOSNUEd ‘uoJodD] UDUNsNALEd “YOILAI| AUDY UD SuDpun-BuEpUN 16UuNpUIIIG DIdID YH Gobog ueweved imasu) aul mn edo 18H G) Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g 126 Faktor risiko di subsistem PKS: a. Risiko Stagnasi Pabrik Stagnasi adalah kondisi dimana pabrik pengolahan kelapa sawit berhenti beroperasi karena beberapa sebab antara lain: kerusakan pada mesin-mesin dan alat-alat produksi, dan atau ketiadaan bahan baku TBS yang akan diolah. b. Risiko Kandungan Asam Lemak Bebas tinggi Kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) atau Free Fatty Acid (FFA) berkaitan erat dengan kualitas minyak kelapa sawit. Semakin tinggi kandungan ALB, maka semakin rendah kualitas minyak kelapa sawitnya. Sebagai pedoman, standar kandungan ALB yang berlaku bagi kualitas minyak kelapa sawit olahan dan siap untuk dijual adalah 3%. Pembeli dapat memberikan toleransi sampai dengan 5%, tetapi kandungan 3% akan memberikan harga premium. Peluang terjadinya peningkatan ALB adalah keterlambatan membawa TBS ke pabrik pengolahan, terjadinya pelukaan dan akibat mikroorganisme c. Risiko Rendahnya Rendemen atau Oil Extraction Rate (OER) Rendemen adalah ratio antara berat minyak yang dihasilkan dengan berat TBS. Rendemen minyak terutama ditentukan oleh jenis tanaman dan umumya. Kemudian ditentukan olen kesempumaan _penyerbukan, kematangan tandan dan kehilangan di fapangan (brondolan tidak terkutip) serta kehilangan dalam pengolahan di pabrik, ey Risiko Tingginya Losses Losses atau kehilangan adalah bagian dari minyak sawit yang terkandung dalam TBS yang tidak dapat diambil, dengan demikian Losses berbanding terbalik dengan Rendemen. Secara teoritis jumlah Losses dan Rendemen adalah jumiah total kandungan minyak yang terkandung dalam TBS. 6.3.3 Pengukuran Risiko di PT. X = Pengukuran fisiko dilakukan dengan metode kuantitatif menghasilkan besamya kerugian dalam nilai mata uang (rupiah) yang dikenal sebagai Value at Risk (VaR), Lampiran 5 menyajikan selengkapnya nilai VaR PT. X. a. Risiko Kemarau Panjang Pengolahan data penelitian menunjukkan hasil perhitungan VaR tertinggi untuk risiko kemarau panjang terjadi di kebun PBG3 dengan potensi kerugian sebesar Rp3.3 milyar lebih. Kemudian dikkuti berturut-turut oleh PBGS »pfupy uodanéued “0 uad ‘uoxypipuad uDBuAUaday Hm jp>uaW OduD} 1 sy BAUD YN aquins upenqasualu UDP UDx|LA {yojosoU nyoNs UOND{U NEYO HAH UOSNUEd ‘uoJodD] UDUNsNALEd “YOILAI| AUDY UD SuDpun-BuEpUN 16UuNpUIIIG DIdID YH Gobog ueweved imasu) aul mn edo 18H G) Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g 127 dengan VaR sebesar Rp2.7 milyar, PBG1 dengan nilai VaR Rpt milyar dan PBG7 dengan VaR sebesar Rp412 juta. b._Risiko Pemupukan Risiko pemupukan dengan VaR tertinggi ditemukan di kebun PBGS5 dengan potensi kerugian sekitar Rp2.4 milyar apabila risiko ini benar terjadi Kemudian berturut-turut diikuti oleh PBG3 dengan VaR sebesar Rp2.1 milyar, PBG1 dengan VaR sebesar Rp? milyar dan PBG7 dengan nilai VaR sebesar Rpt milyar tebih. c. Risiko Rendahnya Rendemen Hasil pengukuran risiko dengan cara kuantitatif menunjukkan bahwa risiko rendemen berpotensi menimbulkan kerugian terbesar bagi PT. X. Value at Risk yang ini dihasitkan dari perhitungan menunjukkan angka Rp28.7 mityar yang terjadi di PKS PBG3. 4d. Risiko Losses Risiko Kehilangan (losses) menempati urutan ketiga dalam subsistem PKS di PT. X. Kedua PKS yang dimiliki tercatat memiliki losses di atas norma, PKS. PBGS memiliki potensi kerugian dengan VaR sebesar Rp15.6 milyar. Sedangkan PKS PBG3 memiliki VaR sebesar Rp2.1 milyar. 2 Risiko Stagnasi PKS Risiko Stagnasi menempati urutan keempat dalam subsistem PKS dengan total nilai VaR Rp18.5 milyar, dengan rincian masing-masing VaR sebesar Rp1.4 milyar untuk PBG3 dan Rp1.1 milyar untuk PBGS. Risiko Tingginya Asam Lemak Bebas (ALB) Potensi kerugian yang mungkin terjadi relatif kecil dibandingkan kerugian akibat risiko lain di subsistem PKS. PBG3 adalah PKS dengan VaR tertinggi sebesar Rp7.6 milyar lebih, disusul PBGS dengan VaR sebesar Rp1.3 milyar. 6.3.4 Alternatif Kebijakan di PT. X VaR untuk masing-masing risiko di PT. X telah diperoleh, dengan demikian dapat disusun altematif-altematif kebijakan guna merespon sisiko yang ada. fled “YoU oAuDy UD o i t {yojosoU! nyONs UOND{U NEY HANH UOs|INUEd “uOJedD| UD Gobog ueweved imasu) aul mn edo 18H G) Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g 128 Lampiran 5 menyajikan rangkuman altematif kebijakan untuk merespon masing- masing fisiko untuk PT. X. Untuk subsistem kebun terdapat lima risiko inheren yang memerlukan altematif kebijakan untuk meresponnya, berikut ini diuraikan altematif kebijakan dimaksud: 1 Altematif kebijakan untuk merespon risiko kemarau panjang adalah dengan mengurangi dampak kekeringan yang ditimbulkannya, yaitu dengan membuat silt pit atau embung-embung, yang berfungsi sebagai sumur resapan. Diharapkan dengan adanya sift pit ini pohon kelapa sawit akan dapat menyerap air dari silt pit terdekat. Altemalif kebijakan untuk meresporr risiko meningkatnya biaya pemupukan adalah dengan melakukan kontrak pengadaan pupuk berjangka pendek hingga menengah dengan para pemasok pupuk, sehingga diharapkan ketersediaan pupuk lebih terjamin. Altematif kebijakan untuk mrerespon isiko Stagnasi adalah dengan N o melakukan tiga ha a. Mempersiapkan persediaan suku cadang khususnya fast moving parts di PKS. b. Meningkatkan pelatinan bagi karyawan PKS untuk meningkatkan pengetahuan. cc. Menerapkan dengan baik rencana pemeliharaan mesin. Altematif kebijakan untuk merespon risiko rendahnya Rendemen adalah dengan melakukan kontrak kerja dengan para pemasok TBS yang berasa dari luar subsistem kebun (kebun PT. X sendiri), yang utamanya mengatur tentang mutu TBS yang dapat diterima PKS. Altematif kebijakan untuk merespon risiko tingginya Losses di PT. X adalah 2 wo dengan melaksanakan dua hal: a. Meningkatkan pelatihan karyawan Bagian Tenik dan Pengolahan b. Mengoperasikan instalasi pabrik sesuai SOP. 6 Altematif kebijakan untuk merespon fisiko tingginya Asam Lemak Bebas dilakukan dengan merencanakan dengan baik serta melaksanakan secara konsisten sistem PAO (Panen, Angkut dan Olah). Penerapan altematif kebijakan ini diharapkan akan mengurangi jumlah buah menginap (restand) di kebun, sehingga TBS yang diolah PKS sesuai kapasitas dan berkualitas baik. dl | | | Atternatif kebijakan untuk PT. X baik untuk risiko yang ada di subsistem kebun maupun yang ada di subsistem PKS kemudian digabungkan, untuk ses easel Bentuk permasalahan yang akan dihadapi, diuraikan menjadi unsur- struktur hirarki, Pada perusahaan PT. X terdapat 6 ktiteria dan 5 attematf kebjjakan PT. X ada Gambar 47 dan Gambar 48 menunjukkan jumiah selanjutnya dilakukan pemeringkatan menggunakan Fuzzy AHP sebagai berikut: 4 Penyusunan hirarki © Hak cipta m Hak Cipta Dilindung! Undang-Undang 1gan pendidifzan, penelitian, pe b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB, 2Di 1g mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya rruh karya tulis ini tanpa mencant NisiVar RTS 3 ‘V7eS254804.1078 BROTH. ‘TS20S71378. 86492 TAQ0G ZEEE TTES 2456802330, 7816 Responden Kiteria Resko | aterait] Hest | trfornasi] Krteca IPB (Institut Pertanian Bogor) kan dan menyebutkan sumber: in karya ilmiah, peny i dalam bentuk apapun tanpa izin IPB. Gambar 47 Altematif kebijakan PT. X. [rina Reas Ars [ned | tae] 2 Makan nt ka dorm pecch TRS Gan eign patent [ Mearorhan on endian Sa dong brn a Peabelon pp nn darren psck A. Mergedakentecpatecpet penecpergan at ents 5 expecagan ado : Bogor Agricultural University inan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masala. ee Gambar 48 Jumiah responden PT. X. Respond Pesponden2 halaman selanjuinya. a a 1 Recpardn [Kece Acta] Atsratl| Hed | tes] © Hak cipta m ,\ Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang sg 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh krya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: IPB (Institut Pertanian Bogor) b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB, 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya i dalam bentuk apapun tanpa izin IPB. Bogor Agricultural University «. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendiditean, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masala. Tujuan Akhir Level 1 (kriteria) + Level 2 (altematif) 131 1, Merencanakan dan melaksanakan sistem PAO dengan konsisten, Rendemen A 2. Melakukan kontrak kerja dengan pemasok TBS dan meningkatkan pelatihan karyawan Losses : My 3. Pembelian pupuk harus didukung kontrak dengan pemasok ALB Pinay ‘4, Menyediakan tempat-tempat penampungan air (embung) 5. Mempersiapkan suku cadang Ausseqtun jeuminouby 1060g Pemupukan Kemarau EA Stagnasi Gambar 49 Struktur hirarki prioritas kebijakan PT. X. 132 2 Penilaian kriteria dan alternatif gre Kriteria dan altematif dinilai melalui metoda perbandingan berpasangan, 3 mengunakan skala nilai pada tabel. Penilaian dilakukan setelah data g kuesioner diisi oleh responden. Berikut ini dtampilkan contoh hasil isian kuesioner (Gambar 50 dan Gambar 51): day uDy|6nuoLs Yop; UodAINBUD, form BuDK Uobt a 3 2 5 2 2 5 a 3 Gobog ueweved imasu) aul mn edo 18H G) fled “YoU oAuDy UD 9 UDeRN=AUOLY UDP UDEU Gambar 50 Isian kuesioner oleh responden 1 dengan kriteria rendemen pada PT. X. eq Ad] wiz} oduny {yojosoU! nyONs UOND{U NEY HANH UOs|INUEd “uOJedD| UD Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g "Gd Wiz} odupy ued “uosodo] ut Gobog ueweved imasu) aul mn edo 18H G) Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g 133 Gambar 51 Isian kuesioner oleh responden 2 dengan kriteria kemarau pada PT. X. Penilaian kriteria Penilaian kriteria tidak dilakukan dengan cara wawancara dengan narasumber. Penilaiannya dilakukan berdasarkan hasil perhitungan VaR sebelumnya yang dirangkum berdasarkan pada jenis risiko yang ada pada perusahaan yang bersangkutan. Penilaian attematif Penilaian aitematif dilakukan dengan cara wawancara dengan narasumber untuk pengisian kuesioner. Pada perusahaan PT. X wawancara untuk pengisian kuesioner dilakukan terhadap 2 orang narasumber. Gambar 52 menyajikan pengisian kuesioner dilakukan dengan menginputkan tambang- lambang tertentu yang memiliki arti tertentu. nilai VaR kriteria nilai VaR total eigenkriteria Gambar §2 Keterangan lambang4ambang. seturuh altematif. Bagi lviteria kualitatif dan kuantitatif dapat dibandingkan sesuai dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot atau persamaan matematika. menginputkan nilai VaR dari hasil perhitungan sebelumnya kemudian menentiskan bobotnya dengan membandingkan nilai VaR setap kriteria dengan nilai VaR total. ~ Penentuan prioritas ° Bogor Agricultural University kan dan menyebutkan sumber: gan pendidizan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masala. ngan yang wajar IPB. i dalam bentuk apapun tanpa izin IPB. 0.122574189470514 azasgss1 S050233 (0. 103395578539145 O.60SSES641 S221 at Gambar 54 Output kriteria dan nilai eigen PT. X. Gambar 53 Input kriteria dan nilai VaR PT. X. Pembentukan rilai eigen pada altematif kebijakan pada PT. X diawali dengan mengubah hasil kuesioner yang diinput berdasarkan lambang menjadi angka- angka tertentu. Kuesioner dibuat dalam bentuk matrik dengan jumlah kolom dan baris Pembentukan nilai eigen pada altematif Bogor Agricultural University kan dan menyebutkan sumber: in karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kriti atau tinjauan suatu masalah, b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB, 2.Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya: i dalam bentuk apapun tanpa izin IPB. 130 1. Dilarang mens 2Dil § Respanden| Katia Reso ‘Ate | Head | tréoassi| Lanes | ALB Penaty) | Pempxkan | Kenrau | Stores | Proses] Cunt | 1. Mesencanakian dan meakeanakan sisters PAD dengan konaisten 5 j a 2 Meehan kork hrs dengan perasck TRS dan meringkatian peach kasyoman 2 Pecekan pupuk hens dcdkung krtak dengan pemasck J. Meryean text tecpet penapungen a fecng) Penden 5. Mempersiankan suku cadang | Respanden Responden 2 | 1 1 x x x x © Hak cipta miik IPB (Institut Pertanian Bogor) Hak Cipta Dilindung! Undang-Undang sebagian at «. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendiditean, pene b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB, 1g mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tul ruh arya tul ini tanpa mencat 1B mkan dan menyebutkan sumber: Ksiteria rendemen oleh responden 1. Bogor Agricultural University can karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kriti atau tinjauan suatu masalah, for dengan rumus: ksiteria rendemen oleh responden 2 Se Gambar 56 Input penilaian attematif kebijakan berdasarkan 2. Malakar kortiek kerja dengan pemasck TBS den eringkathon pelathan karyewan 1, Merencanakan dan melaksanaken sistem PAD dengan konsisten 2 Penbeton pupuk haus dkny kortsak dengan pemssak 4 Mergecistuan tepattempet penatpungan at fembung) pengubahan lambingJambang menjadi angka-angka sesuai dengan tabel di atas. Penggabungan penilaian dari 2 narasumber dengan menggunakan Fuzzy AHP dilakukan dengan menghitung nilai K-crisp, dimana matriks tersebut akan terus dikuadratkan hingga memiliki nilai eigen hasil iterasi yang satu dengan yang sebelumnya memiliki perbedaan nilai kurang dari 0.0001 (empat angka di belakang koma). Gambar 57 dan ry, Hasil penggabungan nilai tersebut akan diubah ke dalam bentuk matrk, Gambar 58 menyajikan proses perhitungan eigen altematif, yang dimutai dari Responden| KotoiaResko Alsat [Hast | triomesi] K-crisp = vy, xy, x ¥; X-- Bogor Agricultural University kan dan menyebutkan sumber: gan pendidizan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masala. ngan yang wajar IPB. 1g mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya b. Pengutipan tidak merugikan kepe! 2Di i dalam bentuk apapun tanpa izin IPB. 38 Gambar 57 Pembentukan Nilai Geomean dan Matrix serta iterasi pada criteria rendemen PT. X (oBog ueUeyed ynyNSUI) dl 41NIW eIdIo ¥eH (O) ioeNqesUOL UDP UDxLUN|UDIUaLL eq "@d] wiz] oduny undodo yn omer 2 Meant Las dein cea veers DPestehongsh he Siam herd 2ovessmi0s | Merged antenpstenos pens Opera NEKS 5 Menge adc ose Gambar 58 Nilai eigen berdasarkan kriteria rendemen PT. X. Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g pee Perhitungan skala prioritas kebijakan Pada tahap akhir dilakukan perkalian matriks antara nilai eigen kriteria dan nilai eigen atternatif. Hasiinya akan menunjukkan rangking prioritas dari kebijakan yang ada. Disamping itu untuk melihat konsistensi responden dibuktikan oleh Consistency Ratio (besamya lebih kecil dari 0.1), sekaligus menunjukkan hasil akhir dari perhitungan AHP untuk PT. X (Gambar 59). Bed Tit Gaegh Gaeqie 1 Pesta pgck bars dterg rth dengan pene oD Oe OES edd nterdters oprgna fob one CK Ocanest Uitkininakeicmes Sinceigsledtolepe ER UR OD 3 epee ciety mR oR OES. UW escardndnaddsrdan teat degniocen cons (Ne Gobog ueweved imasu) aul mn edo 18H G) Gambar 59 Hasil perhitungan AHP PT. X. Gambar 60 menunjukkan skema hirarki kebijakan di PT. X sesuai hasil pemeringkatannya "Gd Wiz} odupy Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g é juan akhir xs 4044 ©) ria Resiko \ernatif jakan Ausseqtun jesminouby 1066g 140 Kemarav (0.10201) Losses (0.283199) Pemupukan (0.103395) Rendemen (0.3980395) (0.03377) Stagnasi Merencanakan: Melakukan kontrak Pembelian pupuk Menyediakan ddan melaksanakan kerja dengan harus didukung tempat-tempat sistem PAO pemasok TBS dan kontmk dengan penampungan air dengan kensisten mmeningkatkan peinaisok (embung) (0,073389) pelatihan karyawan (0.376903) (0.219254) (0,209322) Gambar 60 Bobot akhir hasil analisis dengan pendekatan Fuzzy AHP pemeringkatan kebijakan di PT. X. Mempersiagkan suku cadang (0.121132) 3 2 5 2 2 5 a 3 "Gd Wiz} odupy form BUDK UDB de fled “YoU oAuDy UD 9 UDeRN=AUOLY UDP UDEU {yojosoU NyONs UOND{U NEY HALH UOs|INUEd “uOiodD| UD eq Gobog ueweved imasu) aul mn edo 18H G) Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g 41 6.3.6 Pengukuran Ulang Langkah berikuinya adalah pengukuran ulang secara kuantitatif yang bertujuan untuk melihat apakah nilai VaR yang baru (VaR Simulasi) memiliki nilai yang lebih rendah dari VaR pertama (VaR-1). Gambar 61 menunjukkan selisih kedua VaR dimaksud. Gambar 61 Penghematan VaR setelah perhitungan ulang PT. X. Dari hasil perhitungan di atas tampak bahwa besamya penurunan yang terjadi memiliki besaran yang cukup berarti. Langkah selanjutnya adalah membandingkan selisih masing-masing VaR (penghematan yang diharapkan) dengan biaya yang akan dianggarkan untuk masing-masing kebijakan. Gambar 62 menyajikan hasil verifikasi keseluruhan terhadap Model Portofolio Risiko untuk PT. X. Secara keseluruhan benefit atau manfaat yang dihasilkan apabila altematif kebijakan diterapkan adalah lebih besar dari biaya penerapan kebijakan. Oleh sebab itu atternatif kebijakan yang disusun dapat diterima. 6.4 Validasi Model Sebagai kelanjutan dari proses verifikasi model yang telah selesai dilaksanakan, maka langkah berikutnya dilakukan proses validasi terhadap ‘gq| 400m Bunk uDéuRUadex uDYIGnseWL YopA UOdANBuEd “q uad ‘uoeypipuad uD6uAUadey YUN BAUDY UDdi|NBUad ‘O {yojosU! nyONs UOND{UR NEY 4ALLH UOsNUEd ‘uOJodD] UDUNSNALEd “YOILUI| PAUDy UDs|INUAd “UOH 8 3 3 3 2 5 i t z = 2 3 5 g Zz § Zz ¢ z 3 Gobog ueweved smasu) aut imu eats 18H G) Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g 142 model dimaksud. Menurut Sargent (2005), proses validasi dapat dilakukan antara lain dengan Face Validaty. yaitu menanyakan pendapat pakar (expert judgement) tentang sistem dimaksud, apakah model dan/atau prilakunya bisa diterima. Teknik ini bisa digunakan dalam menentukan apakah logika mode! konseptual sudah benar dan apakah hubungan input-output model bisa diterima. Validasi pertama dilakukan melalui Focus Group Discussion (FGD) di kantor redaksi Majalah infoSAWIT di Komplek Bukit Permai Cibubur Jakarta Timur pada tanggal 16 Maret 2009. FGD melibatkan Pimpinan Umum/Redaksi Majalah infoSAWIT Ir. Ignatius Ery Kumiawan beserta staff. Hasil FGD adalah sebagai berikut: 1 Secara umum Model Portofolio Risiko Korporasi Agroindustri Kelapa ‘Sawit yang mencakup peta aliran proses perhitungan risiko korporasi agroindustri kelapa sawit bisa digunakan. 2. Nilai Value at Risk akan sangat tergantung dari kondisi dan lokasi perkebunan. 3 Di industri ketapa sawit risiko tahunan harus diperhitungkan, sebab industsi ini memiliki siklus yang berulang setiap tahunnya. © 4 Kendati penelitian ini tidak melibatkan petani plasma, namun keberadaannya akan sangat berpengaruh pada suplai TBS ke PKS, terkait perbedaaan rendemen. uBy 1060g AIsIeNiUA jesnyn 143 Gambar 62 Hasil verifikas! model portofollo risiko PT. X. Validasi yang kedua dilakukan dengan melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) di PT. X pada tanggal 17 Maret 2009 bertempat di Kantor Pusat PT. X, Jalan KH. Wahid Jakarta. FGD melibatkan Deputy Managing Director PT. X, Ir. H. Artas Soewar, dan beberapa orang staffnya. Hasil FGD adalah sebagai berikut: 1 Secara umum Model Portofolio Risiko Korporasi Agroindustri Kelapa awit yang telah dikembangkan dapat digunakan oleh pengelola Q ‘pfupy uodiyn6uad|“o korporasi untuk pengambilan keputusan dalam mengelola risiko, 2 Dalam melakukan analisis dampak msiko, agar diperhatikan hathal sebagai berikut: a. Perbandingan VaR antar kebun atau antar PKS dilakukan dengan SuDpun-BuEpUN 16UuNpUIIIG DIdID YH lebih inci menggunakan parameter-parameter yang relevan. Contoh: biaya dalam rupiah per kg , rupiah per hektar dan tain-tain. b. Dalam hal risiko pemupukan agar diperhatikan: tahun tanam, kelas g “gd| 100m Bub/ uoéuquadey uDaGnseU yopA UodANBuEd “q jp>uaW OduD} 1 sy BAUD YN lahan, produktivitas, dan lain-lain. c. Untuk fisiko rendemen (Oi! Extraction Rate/OER), peru diperhatikan/ diperbandingkan antara standar (ideal) secara teoritis, [Ny Ofu_Y YNANjas NOD UDIGOGas YosuOqueduaWW Up UOYLUNLUNBUALL BL budget (anggaran) sesuai dengan kondisi nyata kebun yang ada serta pencapaian real nya. Selain itu peru juga diperhatikan tipe PKS yang dimilikifdigunakan yaitu: type Sterilizer Vertical, type Sterilizer Horizontal, dan type Sterilizer Continuous yang menentukan OER, efisiensi serta losses yang terjadi 4. Untuk risiko ganoderma, untuk kebun existing yang dapat dilakukan adalah membongkar pohon kelapa sawit yang terkena penyakitterinfeksi, serta menyinari kepada lubang bekas pohon dengan sinar matahari langsung. Untuk kebun replanting atau new plant ditanam bibivmaterial yang toleran tehadap ganoderma. 3 FGD memberikan saran untuk penelitian selanjutnya dapat dikembangkan kea rah penelitian’ statistik dan ekonometrik untuk VaR1 dan VaR2 (VaR Simulasi) untuk kualitas kebijakan. Validasi ketiga dilakukan pada tanggal 17 Maret 2009 di Sekolah Tinggi Manajemen PPM di Jalan Menteng Raya Jakarta, dengan berdiskusi bersama Ronny Kountur, Ph.D. yang menjabat Kepala Riset dan Dosen Tetap PPM dengan spesialisasi Manajemen Risiko Operasional. Diskusi tersebut membahas secara umum model yang dikembangkan, namun fokus diskusi lebih banyak Gobog ueweved imasu) aul mn edo 18H G) aquins upenqasualu UDP UDx|LA {yojosoU nyoNs UOND{U NEYO HAH UOSNUEd ‘uoJodD] UDUNsNALEd “YOILAI| AUDY UD Ayisuaaiuc jesnynowby 1060g Labs Berdasarkan aktivitas validasi yang melibatkan beberapa pakar yang memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun dalam bidangnya : praktisi agroindusti kelapa sawit, pengamat dan jumalis dalam bidang kelapa sawit dan ilmuwan yang mempelajari, menekuni dan menerbitkan buku tentang manajemen risiko, mengarah pada penggunaan VaR untuk mengukur besamya kerugian akibat dapat dikatakan bahwa model yang telah dikembangkan adalah valid. fisiko yang terjadi pada agroindustri kelapa sawit. © Hak cipta mit IPB (Institut Pertanian Bogor) i i i c gor) Bogor Agricultural University Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini anpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: «a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidizan, penelitian, i idan, ian, penulisan karya ilmiah, penyusu ulisan Fite atau ti i Pepoioan bee ened eta pease rare a penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masala, 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tul dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

You might also like