You are on page 1of 4

KASUS LIVER dr.

HERU

• Laki2 45 tahun, obese. BB 124 cm TB 170 cm.

• Keluhan nyeri perut kanan atas dan mual muntah. Tidak ada panas tinggi

• DM(+) menggunakan kombinasi glibenclamid 5 mg-0-0 dan metformin 3x500 mg dc

• Tidur harus ½ duduk

• Penderita konsumsi Lasix 1-1-0

• Minum dibatasi 1000 cc per 24 jam

• Kontak verbal menurun

• Tensi 90/60 nadi 106 rr 28 t 36.8

• Hepar teraba 2 jari bawah arcus costae

• Ikterus (-) anemis (-)

• Edema kaki

• Lingkar perut 129 cm

• Sgot 496 sgpt 919 bilirubin D/T dbn

• IgM anti HAV (+)

• GDA 105

• HbA1c 13,8

• TG 304 Kolesterol LDL 216

• Usg hepatomegaly tanpa asites

• Echocardiografi kesan EF menurun dengan diastolic disfunction

DIAGNOSIS

• DM

• DC

• Fatty liver

• Hepatitis A

• Metabolik syndrome

• Cek gd2jpp e1e2e3e4e5e6

• Cek sgpt dan kalium serum tiap 3 hari


• GDP : 94

• GD 2J PP: 214

• D10 4 tetes permenit cabang pz 4 tetes permenit

TERAPI

• D10 4 tetes per menit cabang pz 4 tetes permenit

• Pasang ngt diet mixer 6x75 cc

• Simvastatin 0-0-20 mg

• Insulin bolus novorapid 3x4 pada enteral 1,3 dan 5 disesuaikan hasil gd2jpp

• Dopamin mulai 3 µ

• Batasan cairan 1000 cc per 24 jam

PENYELESAIAN KASUS

A. DATA SUBYEKTIF
Laki-laki 45 tahun. Obese, BB 124 kg, tb 170 cm
Keluhan nyeri perut kanan atas dan mual muntah, tidak ada panas tinggi
Riwayat pengobatan :
 glibenclamid 5 mg-0-0
 metformin 3x500 mg
 Lasix 1-1-0
 Simvastatin 0-0-20 mg
 Insulin bolus novorapid 3x4 pada enteral 1,3 dan 5 disesuaikan hasil GD2jpp
 Dopamine mulai 3 µ
 Minum dibatasi 1000 cc per 24 jam
B. DATA OBYEKTIF
 Kontak verbal menurun
 Tensi : 90/60 mmHg
 RR : 28
 T(suhu) : 36.8
 Hepar teraba 2 jari bawah arcus costae
 Ikterus(-)
 Anemia (-)
 Edema kaki
 Lingkar perut 129 cm
 SGOT : 496
 SGPT : 919
 Bilirubin D/T dbn
 IgM anti HAV (+)
 GDA 105
 HbAic 13,8
 TG 304 kolesterol LDL 216
 Usg Hepatomegali tanpa asites
 Echocardiografi kesan EF menurun dengan diastolic disfunction
 BMI: 42,9

 GDP : 94

 GD 2J PP: 214

C. ASSESMENT
Pasien didiagnosa mengalami penyakit diabetes yang diterapi menggunakan kombinasi anata
glibenclamide dan metformin dan Insulin bolus novorapid 3x4 unit , serta mengalami
hiperlipidemia yang diterapi menggunakan simvastatin. Selain di didiagnosa mengalami penyakit
DM pasien juga mengalami fatty liver yang mana terjadi peningkatan SGOT dan SGPT yang
tinggi. Menurut British National Formulary penggunaan obat golongan Sulfonilurea kontra
indikasi pada pasien gangguan fungsi hati1, sedangkan menurut Drug Information Handbook
reaksi obat yang dapat terjadi pada penggunaan glibenclamide pada pasien dengan gangguan
fungsi hati dapat meningkatkan ikterus kolestatik, hepatitis dan peningkatan SGOT / SGPT2.
Penggunaan simvastatin juga di kontaindikasikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati aktif
dan dapat meningkatkan transaminase (SGOT/SGPT) sebesar > 3 x ULN: 1%, hal ini dikarenakan
simvastatin dimetabolisme pertama kali di hati. Pada kondisi pasien DM obes dengan fatty liver
yang dikelola terlebih dahulu adalah menurunkan kadar TG dan menurunkan berat badan
pasien. Penderita mengkonsumsi lasik 1-1-0 dikatakan efek obat tidak optimal karena pasien
masih mengalami edema kaki meskipun minum pasien dibatasi 1000 cc per 24 jam. Pemberian
insulin
D. PLAN TERAPI
1. Penggantian kombinasi terapi metformin dan glibenclamide dengan kombinasi metformin
dengan pioglitazone hal ini dikarenakan menurut jurnal Which treatment for type 2
,diabetes associated with non-alcoholic fatty liver disease menyebutkan pemberian
kombinasi kedua obat tersebut aman untuk pasien dengan fatty liver, sedangkan
penggunaan insulin dan sulfonylurea dikaitkan dengan perkembangan penyakit Non
Alcoholic Fatty Liver disease dengan hasil yang merugikan. Dan obat=obat yang bekerja
pada inkreatin dan ko-transfort Na-glukosa pada tingkat tubular ginjal dapat digunakan
untuk pengobatan dalam mengurangi beban akumulasi trigliserida di hati dan
perkembangan penyakit hatim selain itu menurut jurnal long term pioglitazone treatment
for patients with non alcoholic steatohepatitis ang prediabetes or type 2 diabeter militus :
A randomize trial yang menggunakan sampel sebanyak 101 pasien pradiabetes atau tipe 2
diabetes dan non alcoholicsteatohepatitis yang di doble blind uji coba terkontrol placebo di
dapatkan hasil penggunaan pioglitazone jangka panjang aman dan efektif pada kondisi
tersebut. Dan obat pioglitazone ada dalam formularium bpjs.
2. Penggantian simvastatin ke fenofibrat, hal ini dilakukan karena penggunaan simvastatin
dapat meningkatkan transaminase (SGOT/SGPT),selain itu fenofibrat dapat diberikan pada
pasein dengan kadar trigliserida > 250 mg/dL sedangkan kadar trigliserida pasien saat ini 304
mg/dL. Penggunaan fenofibrat ini juga masuk dalam formularium bpjs dimana terapi yang
diberikan adalah 0-0-100 mg.
3. Furosemide merupakan golongan loop diuretik yang dapat digunakan untuk pasien
heart failure. Furosemide merupakan terapi awal pada kasus edema kaki dan pada
kongesti pulmonal. Namun penggunaan furosemide jangka panjang memiliki efek
samping yang tinggi terhadap kejadian hipokalemia.
E. MONITORING
1. SGOT dan SGPT pasien
2. Monitoring GDP dan GD 2 jam PP
3. Monitoring TG dan LDL
4. Monitoring fungsi renal
5.

You might also like