You are on page 1of 16

Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol.

4(2), 2017, pp 173-188

Analisis Tingkat Pengungkapan Akun Persediaan dalam Laporan


Keuangan Pemerintah Daerah di Jawa
Puji Suwarjuwonoa, Irwan Taufiq Ritongab
a
Inspektorat Pemkab Cilacap, bGadjah Mada University
*Corresponding author: puji.suwarjono@gmail.com
https://doi.org/10.24815/JDAB.V4I2.6338
ARTICLE INFORMATION ABSTRACT

Article history: According to regulation Act No. 15/2004, adequate disclosure is one of the main
Received date: 18 February 2017 criteria for the auditors in giving opinion for local government financial
Received in revised form: 24 March 2017 statements (LGFS). All accounts composing LGFS must be disclosed adequately.
Accepted: 28 July 2017
One of the most important accounts is inventory account in the balance sheet.
Available online:20 October 2017
This research aims to analyze whether the level of disclosure of inventory
account is in accordance with the requirements of Government Accounting
Standards Number 5 (GAS No. 5) on Inventory. This research uses descriptive
qualitative approach. Documentation technique was utilized to collect 113 local
Keywords: government financial statements of regencies/cities in Java for fiscal year 2014.
Disclosure, inventory, local government, To analyze the data, this study employs percentage descriptive techniques. It was
financial statement, government accounting found that disclosure level of inventories account on local government financial
standards statements in Java was still low and not in accordance with GAS No 5.
Furthermore, there was no difference in the level of inventory disclosure among
LGFS with unqualified opinion, qualified opinion, and disclaimer opinion. The
average disclosure level of inventories for LGFS in Java amounted to
40,35%, with the highest disclosure level was 80,00% belonged to only two
LGFS.

©2017 FEB USK. All rights reserved.

1. Pendahuluan disajikan dalam laporan keuangan yang


Pemerintah telah menerbitkan peraturan didasarkan pada kriteria kesesuaian dengan
tentang tingkat pengungkapan laporan keuangan, standar akuntansi pemerintahan, kecukupan
yaitu Undang-Undang (UU) Nomor 15 Tahun pengungkapan (adequate disclosures), kepatuhan
2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan terhadap peraturan perundang-undangan, dan
Tanggungjawab Keuangan Negara dan Peraturan efektivitas sistem pengendalian intern. Menurut
Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2010 tentang UU tersebut juga terdapat 4 jenis opini yang
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). dapat diberikan oleh pemeriksa, yakni opini
Berdasarkan UU Nomor 15 Tahun 2004 wajar tanpa pengecualian (unqualified
dalam penjelasan pasal 16 ayat (1), opini opinion), opini wajar dengan pengecualian
merupakan pernyataan profesional pemeriksa (qualified opinion), opini tidak wajar (adversed
mengenai kewajaran informasi keuangan yang opinion), dan pernyataan menolak memberikan

173
174
Puji Suwarjuwono dan Irwan Taufiq Ritonga/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 4(2), 2017, pp 173-188

opini (disclaimer of opinion). bahan pertimbangan khususnya bagi pemeriksa


PP Nomor 71 Tahun 2010 dalam kerangka (auditor BPK) sebagai salah satu syarat dalam
konseptual paragraf 53 menjelaskan bahwa pemberian opini. Melalui penelitian ini dapat
laporan keuangan menyajikan secara lengkap diketahui perbedaaan pengungkapan laporan
informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. keuangan antara pemda yang mendapatkan opini
Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) maupun opini
laporan keuangan dapat ditempatkan pada selain WTP.
lembar muka (on the face) laporan keuangan Berdasarkan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan
atau Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). (IHPS) I Badan Pemeriksa Keuangan
Lebih lanjut pada PP dalam kerangka konseptual Republik Indonesia (BPK RI) terdapat kenaikan
paragraf 83 menyatakan bahwa CaLK mencakup pemberian opini dalam Laporan Keuangan
informasi tentang kebijakan akuntansi yang Pemerintah Daerah (LKPD) di Jawa tahun
dipergunakan oleh entitas pelaporan dan 2014, sebanyak 56 LKPD mendapat opini Wajar
informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan Tanpa Pengecualian (WTP), 55 LKPD mendapat
untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) , dan
Pemerintahan (SAP) serta ungkapan-ungkapan 2 LKPD mendapatkan opini Tidak Memberikan
yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian Pendapat (TMP) atau meningkat 26,38% ke
laporan keuangan secara wajar. 44,59% untuk kabupaten dan meningkat 37,63%
UU Nomor 15 Tahun 2004 khususnya dalam ke 61,54% untuk kota. Merujuk pada hasil
penjelasan pasal 16 ayat (1) menyatakan bahwa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
syarat pemerintah daerah (Pemda) mendapatkan Lesmana (2010), Fitri (2011), Suhardjanto &
opini wajar tanpa pengecualian dari Badan Yulianingtyas (2011), dan Hilmi & Martani
Pemeriksa Keuangan adalah dengan memenuhi 4 (2012) bahwa tingkat pengungkapan LKPD di
(empat) kriteria yang ditentukan dan salah Indonesia masih rendah dan tidak terdapat
satunya adalah kecukupan pengungkapan. perbedaan pengungkapan antara LKPD yang
Kecukupan pengungkapan berarti semua mendapat opini WTP maupun selain WTP,
informasi atas penyajian laporan keuangan telah maka kenaikan pemberian opini WTP dalam
cukup jelas diuraikan oleh pemda selaku entitas LKPD di Jawa tahun 2014 belum menjamin
akuntansi sehingga pembaca laporan khususnya LKPD tersebut telah menyajikan pengungkapan
pemeriksa (Auditor BPK) merasa yakin atas yang memadai sesuai dengan SAP. Hal ini
kewajaran nilai akun yang disajikan dalam dikarenakan pengungkapan belum benar-benar
laporan keuangan. PP Nomor 71 Tahun 2010 di menjadi salah satu kriteria yang
kerangka konseptual paragraf 53 dan 83 dipertimbangkan oleh BPK RI dalam
memperjelas maksud penjelasan pasal 16 ayat memberikan opini atas kewajaran penyajian
(1) UU Nomor 15 Tahun 2004 dengan LKPD. Menurut Fuat (2013), pengungkapan
menguraikan bahwa kecukupan pengungkapan LKPD yang cukup adalah pengungkapan seluruh
berisi informasi lengkap mengenai informasi komponen dalam laporan keuangan yang telah
yang seharusnya dijelaskan dalam laporan tercantum dalam CaLK maupun bagian lain
keuangan dan letak informasi yang seharusnya dalam laporan keuangan tersebut, termasuk
disajikan (dalam lembar muka atau di CaLK) pengungkapan akun-akun yang terdapat di
karena pentingnya informasi yang lengkap bagi neraca. Hasil penelitian terdahulu yang
para pengguna laporan keuangan pemerintah menyimpulkan tidak adanya perbedaan
daerah. Pengungkapan laporan keuangan pemda pengungkapan LKPD yang mendapatkan opini
yang memadai diharapkan benar-benar menjadi WTP maupun selain WTP mengindikasikan
175
Puji Suwarjuwono dan Irwan Taufiq Ritonga/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 4(2), 2017, pp 173-188

bahwa pengungkapan belum menjadi faktor yang pengungkapan laporan keuangan pemerintah
signifikan dalam pemberian suatu opini oleh provinsi masih rendah. Faktor-faktor yang
pemeriksa, walaupun pengungkapan itu sendiri mempengaruhi tingkat pengungkapan yang
telah disyaratkan dalam Undang-Undang sebagai diteliti oleh Hilmi & Martani (2012) meliputi
salah satu syarat pemberian opini WTP. Semakin kekayaan daerah, jumlah penduduk, tingkat
banyaknya Pemerintah Daerah yang penyimpangan keuangan, tingkat
mendapatkan opini WTP tidak dapat dijadikan ketergantungan, total aset, jumlah SKPD, dan
acuan bahwa pengungkapan dalam laporan jumlah temuan pemeriksaan.
keuangannya telah sesuai dengan ketentuan Munawir (2008) menyatakan bahwa belum
perundang-undangan (SAP). ada pedoman atau standar dalam akuntansi
Penelitian tentang tingkat pengungkapan maupun audit untuk menentukan tingkat
laporan keuangan pada entitas pemerintah telah materialitas secara kualitatif maupun kuantitatif.
dilakukan oleh beberapa peneliti dan Sebuah akun dapat dikatakan material jika
memberikan kesimpulan yang sama. Ryan et al. informasi akuntansi atas akun tersebut
(2002) meneliti tentang tingkat pengungkapan dihilangkan atau salah disajikan akan
laporan keuangan pada pemerintah daerah di mempengaruhi keputusan pembaca laporan
Queensland dan menyimpulkan bahwa kualitas keuangan. Materialitas dapat dilakukan pada
pengungkapan laporan masih rendah. tingkatan saldo akun, karena auditor ingin
Kesimpulan yang sama juga didapatkan pada memperoleh kesimpulan tentang kewajaran
penelitian mengenai tingkat pengungkapan laporan keuangan (Munawir, 2008). Peneliti
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) memilih pengungkapan akun persediaan karena
di Indonesia. Lesmana (2010) meneliti tentang menurut Antoro (2015), keberadaan persediaan
pengaruh karakteristik pemerintah daerah selain penting untuk mendukung kegiatan atau
terhadap tingkat pengungkapan wajib di pelaksanaan tugas dan fungsi sebuah instansi,
Indonesia dan menyimpulkan bahwa juga memiliki nilai yang material dalam total
pengungkapan wajib LKPD berdasarkan SAP aset di neraca sehingga memiliki efek salah saji
masih rendah. Fitri (2011) meneliti tentang dan berpotensi mempengaruhi pemberian opini
tingkat pengungkapan LKPD di Sumatera Barat auditor. Persediaan Pemda sebagian besar
dan menyimpulkan bahwa tingkat pengungkapan diperoleh melalui belanja barang yang
masih rendah dan tidak ada perbedaan, baik diklasifikasikan sebagai belanja operasi, yaitu
LKPD yang mendapat opini WTP, Wajar pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari
Dengan Pengecualian (WDP), maupun pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat
disclaimer/Tidak Memberikan Pendapat jangka pendek (PP No.71/2010 PSAP No.2
(TMP). Paragraf 36). Berdasarkan hasil perhitungan,
Suhardjanto & Yulianingtyas (2011) meneliti rata-rata belanja barang pemda di Jawa tahun
tentang pengaruh karakteristik pemerintah 2014 sebesar 19,23% dari total seluruh belanja.
daerah terhadap pengungkapan wajib dalam Belanja barang merupakan belanja pemda
LKPD dan menyimpulkan bahwa tingkat terbesar kedua setelah belanja pegawai
pengungkapan wajib pemerintah daerah di (54,09%).
Indonesia masih rendah dan belum sesuai dengan Bagian latar belakang diatas telah
SAP. Hilmi & Martani (2012) meneliti tentang menunjukkan bahwa terdapat kenaikan
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pemberian opini atas LKPD di Jawa tahun 2014.
pengungkapan laporan keuangan pemerintah Salah satu kriteria pemberian opini adalah
provinsi dan menyimpulkan bahwa tingkat adanya kecukupan pengungkapan, namun
176
Puji Suwarjuwono dan Irwan Taufiq Ritonga/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 4(2), 2017, pp 173-188

berdasarkan penelitian terdahulu tingkat suatu entitas pelaporan, dan membantu


pengungkapan LKPD di Indonesia masih rendah menentukan ketaatannya terhadap peraturan
dan tidak terdapat perbedaan pengungkapan perundang-undangan (PP No.71/2010).
antara LKPD dengan opini WTP, WDP, dan
TMP. Kecukupan pengungkapan dalam LKPD Pengguna Laporan Keuangan
mencakup seluruh komponen dalam laporan Menurut Suwardjono (2014), dalam suatu
keuangan termasuk akun-akun dalam neraca, lingkungan negara, banyak pihak potensial yang
salah satunya adalah pengungkapan akun dituju atau berkepentingan dan kepentingan
persediaan. Oleh karena itu pertanyaan dalam mereka sangat beragam. Kepentingan pemakai
penelitian ini adalah bagaimana tingkat juga beragam dan tidak hanya antarkelompok
pengungkapan akun persediaan dalam LKPD di pemakai tetapi juga di dalam kelompok
Jawa? pemakai. Beragam kepentingan antara lain
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adalah pertanggungjawaban, kebermanfaatan
tingkat pengungkapan akun persediaan dalam keputusan, riset keuangan dan pasar, penentuan
LKPD di Jawa sesuai kriteria pengungkapan tarif, penentuan pajak, pengendalian sosial,
akun persediaan di PSAP Nomor 05. Penelitian pengendalian alokasi sumber daya ekonomik,
ini didasarkan pada motivasi peneliti untuk dan pengukuran kinerja entitas. Penentuan tujuan
memberikan sumbangsih pemikiran secara merupakan suatu proses yang kompleks.
ilmiah terkait dengan kecukupan tingkat Berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010
pengungkapan akun persediaan dalam LKPD di dalam kerangka konseptual paragraf 17
Jawa. dijelaskan bahwa terdapat beberapa kelompok
utama pengguna laporan keuangan, yaitu 1)
2. Kerangka Teoritis masyarakat, 2) wakil rakyat,lembaga pengawas,
Tujuan laporan keuangan dan lembaga pemeriksa, 3) pihak yang memberi
Tujuan pelaporan menentukan konsep- atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan
konsep dan prinsip-prinsip yang relevan yang 4) pemerintah.
akhirnya menentukan bentuk, isi, jenis, dan Paragraf 18 menjelaskan lebih lanjut
susunan laporan keuangan. Untuk tujuan bahwa informasi yang disajikan dalam
pelaporan keuangan, pihak yang dituju dan laporan keuangan bertujuan umum untuk
kepentingannya harus diidentifikasi dengan memenuhi kebutuhan informasi dari semua
jelas sehingga informasi yang dihasilkan kelompok pengguna. Dengan demikian laporan
pelaporan keuangan dapat memuaskan keuangan pemerintah tidak dirancang untuk
kebutuhan informasional pihak yang dituju memenuhi kebutuhan spesifik dari masing-
(Suwardjono, 2014). masing kelompok pengguna (PP No.71/2010).
Paragraf 24 menyebutkan bahwa laporan
keuangan disusun untuk menyediakan informasi Komponen Laporan Keuangan Pemerintah
yang relevan mengenai posisi keuangan dan Laporan keuangan yang telah menggunakan
seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu basis accrual sesuai dengan Lampiran I PP
entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Nomor 71 tahun 2010 dalam kerangka
Laporan keuangan terutama digunakan untuk konseptual paragraf 28 terdiri dari Laporan
mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Perubahan
dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan
operasional pemerintahan, menilai kondisi SAL), Neraca, Laporan Operasional (LO),
keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi Laporan Arus Kas (LAK), Laporan Perubahan
177
Puji Suwarjuwono dan Irwan Taufiq Ritonga/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 4(2), 2017, pp 173-188

Ekuitas (LPE), dan Catatan atas Laporan (bahan baku dan bahan pembantu) dalam
Keuangan (CaLK). rangka kegiatan usaha normal perusahaan
Laporan keuangan yang masih (Halim, 1997) dan aset lancar merupakan aset
menggunakan basis cash toward accrual sesuai yang memiliki masa manfaat satu tahun atau 12
dengan Lampiran II PP Nomor 71 tahun 2010 (dua belas) bulan (Sumini, 2014).
dalam kerangka konseptual paragraf 25 terdiri
dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Pengungkapan Laporan Keuangan
Laporan Arus Kas (LAK), dan Catatan atas Pemerintah Daerah
Laporan Keuangan (CaLK). Menurut Chariri & Ghozali (2003)
pengungkapan (disclosure) dapat
Persediaan dikelompokkan menjadi 2 macam:
Menurut PP Nomor 71 tahun 2010 pada a) Pengungkapan wajib (mandatory
PSAP Nomor 05 paragraf 4, persediaan adalah disclosure), yaitu pengungkapan tentang
aset lancar dalam bentuk barang atau informasi yang diharuskan oleh peraturan
perlengkapan yang dimaksudkan untuk yang ditetapkan oleh badan otoritas. Untuk
mendukung kegiatan operasional pemerintah, pemerintahan di Indonesia, pengungkapan
dan barang-barang yang dimaksudkan untuk informasi dalam laporan keuangan diatur
dijual dan/atau diserahkan dalam rangka dalam PP Nomor 71 Tahun 2010.
pelayanan kepada masyarakat. b) Pengungkapan sukarela (voluntary
Kieso et al. (2011:408) mendefinisikan disclosure), yaitu informasi yang tidak
persediaan sebagai berikut: “Inventories are diwajibkan oleh suatu peraturan yang
asset items that a company holds for sale in berlaku, tetapi diungkapkan oleh entitas
the ordinary course of business, or goods that it karena dianggap relevan dengan kebutuhan
will use or consume in the production of goods to pemakai.
be sold”. Halim & Kusufi (2013) menyatakan bahwa
Definisi persediaan menurut Kieso kesalahpahaman dalam membaca laporan
mengandung makna bahwa seluruh aset milik keuangan dapat saja terjadi. Hal ini dikarenakan
perusahaan yang disimpan untuk dijual kembali perbedaan persepsi pembaca dengan isi
maupun dipergunakan dalam proses produksi kandungan informasi laporan keuangan. Untuk
sehingga menghasilkan barang yang akan dijual itu, diperlukan pembahasan umum dan referensi
kembali merupakan barang persediaan. ke pos-pos laporan keuangan menjadi penting
Persediaan merupakan seluruh aset yang bagi pembaca laporan keuangan. Untuk
disimpan dalam waktu yang tidak terlalu lama menghindari kesalahpahaman, laporan keuangan
dan akan segera dikeluarkan dari gudang harus disertai dengan CaLK yang berisi
sehingga sifatnya merupakan barang yang tidak informasi yang dapat memudahkan pengguna
dapat bertahan lama. dalam memahami laporan keuangan.
Persediaan merupakan salah satu aktiva Sesuai dengan PSAP Nomor 04 paragraf 12
lancar yang biasanya jumlahnya relatif besar. bahwa CaLK harus disajikan secara sistematis.
Persediaan merupakan barang berwujud yang Setiap pos dalam Laporan Realisasi Anggaran,
tersedia untuk dijual (barang dagangan/barang Neraca, Laporan Operasional dan Laporan Arus
jadi), masih dalam proses produksi untuk Kas dapat mempunyai referensi silang dengan
diselesaikan kemudian dijual (barang dalam informasi terkait dalam CaLK. PSAP Nomor 04
proses/pengolahan), dan akan digunakan untuk Paragraf 14 huruf (d), huruf (e), huruf (f),
produksi barang-barang jadi yang akan dijual dan huruf (g) menyebutkan bahwa dalam
178
Puji Suwarjuwono dan Irwan Taufiq Ritonga/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 4(2), 2017, pp 173-188

rangka pengungkapan yang memadai, CaLK atau diserahkan kepada masyarakat, dan
mengungkapkan hal-hal sebagai berikut: barang yang masih dalam proses produksi
a) Informasi tentang dasar penyajian laporan yang dimaksudkan untuk dijual atau
keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi diserahkan kepada masyarakat; dan
yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi- c) Jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam
transaksi dan kejadian-kejadian penting kondisi rusak atau usang.
lainnya. Pengungkapan persediaan untuk LKPD yang
b) Rincian dan penjelasan masing-masing pos menggunakan basis cash toward accrual sesuai
yang disajikan pada lembar muka laporan dengan Lampiran II PP Nomor 71 Tahun 2010
keuangan. pada PSAP Nomor 05 di paragraf 25 yang
c) Informasi yang diharuskan oleh PSAP yang menyebutkan laporan keuangan
belum disajikan dalam lembar muka laporan mengungkapkan:
keuangan a) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam
d) Informasi lainnya yang diperlukan untuk pengukuran persediaan;
penyajian yang wajar, yang tidak disajikan b) Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti
dalam lembar muka laporan keuangan. barang atau perlengkapan yang digunakan
PSAP Nomor 04 paragraf 58 menyatakan dalam pelayanan masyarakat, barang atau
bahwa CaLK harus menyajikan informasi yang perlengkapan yang digunakan dalam proses
diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan produksi, barang yang disimpan untuk dijual
Standar Akuntansi Pemerintahan lainnya serta atau diserahkan kepada masyarakat, dan
pengungkapan-pengungkapan lain yang barang yang masih dalam proses produksi
diperlukan untuk penyajian wajar atas laporan yang dimaksudkan untuk dijual atau
keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan diserahkan kepada masyarakat; dan
komitmen-komitmen lain. Pengungkapan c) Kondisi persediaan.
informasi dalam CaLK harus dapat memberikan
informasi lain yang belum disajikan dalam Penelitian Terdahulu
bagian lain laporan keuangan. PSAP Nomor 04 Ryan et al. (2002) meneliti tentang tingkat
paragraf 61 menyebutkan CaLK juga harus akuntabilitas pengungkapan oleh pemerintah
mengungkapkan informasi yang bila tidak daerah di Negara Bagian Queensland, Australia.
diungkapkan akan menyesatkan bagi pembaca Data yang digunakan adalah laporan tahunan 36
laporan. pemerintah daerah tahun 1997-1999. Metoda
Pengungkapan persediaan untuk LKPD yang digunakan untuk mengukur tingkat
yang telah menggunakan basis accrual sesuai pengungkapan menggunakan content analysis
dengan Lampiran I PP Nomor 71 Tahun 2010 dan indeks pengungkapan. Content analysis
pada PSAP Nomor 05 di paragraf 26 yang yaitu, suatu teknik yang digunakan dengan
menyebutkan laporan keuangan mengkoding isi atau bagian teks yang tertulis ke
mengungkapkan: dalam kriteria yang telah dipilih, sedangkan
a) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam indeks pengungkapan yaitu menghitung skor
pengukuran persediaan; indeks luasnya pengungkapan bagian tertentu
b) Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti dari laporan yang telah dipilih sebelumnya (Ryan
barang atau perlengkapan yang digunakan et al., 2002). Hasil penelitian tersebut
dalam pelayanan masyarakat, barang atau menyimpulkan bahwa tingkat pengungkapan
perlengkapan yang digunakan dalam proses pemerintah daerah di Queensland dalam kurun
produksi, barang yang disimpan untuk dijual waktu tahun 1997-1999 mengalami kenaikan,
179
Puji Suwarjuwono dan Irwan Taufiq Ritonga/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 4(2), 2017, pp 173-188

namun secara keseluruhan tingkat pengungkapan selama 4 tahun (2006-2009) sehingga total
masih rendah dan belum memenuhi kriteria yang terdapat 116 laporan keuangan. Pendekatan
ditetapkan. penelitian yang digunakan adalah statistik
Lesmana (2010) meneliti tentang pengaruh deskriptif dengan alat analisis uji regresi. Hasil
karakteristik pemerintah daerah terhadap tingkat penelitian menyimpulkan tingkat pengungkapan
pengungkapan wajib di Indonesia. Data yang laporan keuangan pemerintah provinsi masih
digunakan adalah 79 LKPD kabupaten/kota rendah dengan rata-rata sebesar
tahun 2007 di Indonesia dengan opini WTP dan 44,56%.
WDP. Alat analisis yang digunakan adalah Keterbatasan penelitian sebelumnya, seperti
regresi berganda dengan pendekatan penelitian Lesmana (2010), Suhardjanto & Yulianingtyas
kuantitatif. Hasil penelitian menyimpulkan (2011), Fitri (2011), dan Hilmi & Martani (2012)
bahwa tingkat pengungkapan wajib LKPD di adalah data LKPD yang digunakan sudah cukup
Indonesia masih rendah, dengan nilai rata-rata lama sehingga belum menggambarkan kondisi
pengungkapan sebesar 22%. terkini praktik pengungkapan LKPD di
Fitri (2011) melakukan penelitian tentang Indonesia. Penelitian ini menggunakan data
tingkat pengungkapan LKPD di Sumatra Barat. LKPD kabupaten/kota di Jawa terbaru, yaitu
Data yang digunakan adalah LKPD yang LKPD tahun 2014. Perbedaan penelitian ini
mendapat opini WTP, WDP, dan TMP dengan penelitian Lesmana (2010), Suhardjanto
masing-masing 2 LKPD. Alat analisis yang & Yulianingtyas (2011), serta Hilmi & Martani
digunakan adalah quantitative content analysis (2012) yaitu dalam penelitian ini, peneliti akan
yaitu menggunakan teknik symbol coding menganalisis satu variabel, yaitu tingkat
dengan mencatat pesan dan lambang secara pengungkapan dengan membandingkan tingkat
sistematis dan kemudian diberi interpretasi, pengungkapan pada akun dalam neraca, yaitu
pendekatan penelitian yang digunakan adalah akun persediaan dengan kriteria sesuai SAP.
studi eksploratif. Hasil penelitian menyimpulkan Perbedaan dengan penelitian Fitri (2011), pada
bahwa tidak terdapat perbedaan pengungkapan penelitian ini menggunakan teknik deskriptif
antara LKPD yang mendapat opini WTP, WDP, persentase untuk menghitung tingkat
maupun TMP. pengungkapan akun persediaan serta perbedaan
Suhardjanto & Yulianingtyas (2011) tingkat pengungkapan LKPD yang mendapat
melakukan penelitian tentang pengaruh opini WTP dan selain WTP.
karakteristik pemerintah daerah terhadap
pengungkapan wajib dalam LKPD. Data yang 3. Metode Penelitian
digunakan adalah 51 LKPD kabupaten/kota Pemilihan dan Pengumpulan Data
tahun 2007 di Indonesia. Alat analisis yang Penelitian ini mengambil objek seluruh
digunakan adalah regresi berganda dengan LKPD kabupaten/kota di Jawa pada tahun 2014.
pendekatan penelitian kuantitatif. Hasil Masih rendahnya kemampuan SDM penyusun
penelitian menyimpulkan bahwa nilai rata-rata LKPD kabupaten/kota dibandingkan dengan
pengungkapan wajib dalam LKPD di Indonesia SDM penyusun LKPD provinsi menjadi
masih rendah dengan rata-rata sebesar 30,85%. pertimbangan dalam penentuan sampel
Hilmi & Martani (2012) meneliti tentang penelitian. Rentang kendali yang cukup jauh
faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi antara pemerintah pusat sebagai pembuat
tingkat pengungkapan laporan keuangan regulasi dengan kabupaten/kota dibandingkan
pemerintah provinsi. Data yang digunakan antara pemerintah pusat dengan pemerintah
adalah laporan keuangan 29 pemerintah provinsi provinsi juga menjadi salah satu pertimbangan
180
Puji Suwarjuwono dan Irwan Taufiq Ritonga/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 4(2), 2017, pp 173-188

penentuan sampel penelitian. Pemilihan objek Metode Analisis Data


penelitian menggunakan metoda purposive Analisis data menggunakan teknik deskriptif
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel persentase. Ritonga (2010) menyatakan bahwa
sumber data dengan pertimbangan tertentu teknik deskriptif persentase merupakan teknik
(Sugiyono, 2009). Pertimbangan pengambilan untuk menghitung tingkat kesesuaian dengan
sampel berdasarkan kriteria: membuat persentase dari data yang ada,
a) Kemudahan mendapatakan akses data; kemudian dideskripsikan. Penghitungan
b) Jumlah kabupaten/kota relatif banyak dilakukan dengan membagi total nilai yang
dan karakteristik kabupaten/kota relatif diperoleh dengan total kriteria dikali 100%.
sama sehingga dapat diperbandingkan Tingkat kesesuaian = (Total nilai yang
(Lesmana, 2010); diperoleh/Total kriteria) x 100%
c) Berdasarkan IHPS I Tahun 2015 BPK RI Langkah-langkah dalam melakukan teknik
LKPD Kabupaten/kota tahun 2014 deksriptif persentase untuk menentukan
memiliki persentase opini WTP lebih rendah tingkat kesesuaian pengungkapan persediaan
daripada LKPD Provinsi; adalah:
d) Beberapa kabupaten/kota di Jawa mendapat a) Menentukan aspek pengungkapan akun
pengecualian dalam LKPD tahun 2014 persediaan yang akan dianalisis sesuai
pada akun persediaan menurut IHPS I Tahun dengan amanat dalam PSAP Nomor 05.
2015 BPK RI; dan Aspek pengungkapan akun persediaan yang
e) Seluruh LKPD di Jawa tahun 2014 telah ditetapkan merupakan aspek pengungkapan
selesai diaudit dan mendapat opini dari BPK akun persediaan di lingkup Pemda.
RI. Penelitian ini menetapkan 5 aspek
Pengumpulan data dalam penelitian ini kecukupan tingkat pengungkapan akun
menggunakan teknik dokumentasi. Menurut persediaan untuk LKPD yang menggunakan
Creswell (2014), selama proses penelitian, basis cash toward accrual maupun LKPD
peneliti dapat mengumpulkan dokumen- dengan basis accrual menurut Ritonga &
dokumen kualitatif berupa dokumen publik Suhartono (2012), yaitu:
(seperti koran, makalah, laporan kantor) ataupun  Pengungkapan metoda penilaian
dokumen privat (seperti buku harian, surat, e- persediaan (FIFO, rata-rata tertimbang,
mail). Data penelitian ini berasal dari data harga pembelian terakhir).
sekunder, yaitu Laporan Hasil Pemeriksaan  Pengungkapan sistem pencatatan
(LHP) BPK RI atas LKPD di Jawa pada tahun persediaan (perpetual atau periodik).
2014 sejumlah 113 LKPD kabupaten/kota.  Pengungkapan maksud penggunaan
Bagian LKPD yang akan diteliti dan dianalisis persediaan.
meliputi akun persediaan di neraca dan  Pengungkapan rincian jumlah persediaan
penjelasan atau pengungkapan atas jumlah per SKPD.
akun persediaan di CaLK, lingkup  Pengungkapan rincian jenis, jumlah dan
pengungkapan akun persediaan yang dianalisis nilai persediaan (kondisi rusak atau
merupakan pengungkapan di tingkat Pemda. usang).
Data sekunder kedua adalah peraturan terkait b) Menentukan kriteria pengungkapan akun
yang digunakan sebagai pembanding, yaitu persediaan sesuai ketentuan dalam PSAP
PSAP Nomor 05 tentang kriteria kecukupan atas masing-masing aspek yang telah
pengungkapan persediaan. ditetapkan, yaitu:
 Lampiran I PP No.71/2010 pada PSAP
181
Puji Suwarjuwono dan Irwan Taufiq Ritonga/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 4(2), 2017, pp 173-188

Nomor 05 paragraf 26 huruf a


menyebutkan bahwa laporan keuangan f) Menghitung median persentase tingkat
mengungkapkan kebijakan akuntansi pengungkapan persediaan dengan
yang digunakan dalam pengukuran menghitung nilai tengah antara
persediaan. pengungkapan persediaan terendah dengan
 Lampiran I PP No.71/2010 pada PSAP pengungkapan persediaan tertinggi.
Nomor 05 paragraf 26 huruf b g) Menghitung rata-rata persentase
menyebutkan bahwa laporan keuangan tingkat pengungkapan persediaan
mengungkapkan penjelasan lebih lanjut dengan membandingkan total skor yang
persediaan seperti barang atau diperoleh dengan total skor maksimal
perlengkapan yang digunakan dalam dikalikan 100%.
pelayanan masyarakat, barang atau h) Menghitung distribusi skor yang diperoleh
perlengkapan yang digunakan dalam dalam kertas kerja rekapitulasi
proses produksi, barang yang disimpan pengungkapan persediaan.
untuk dijual atau diserahkan kepada i) Memberikan deskripsi dan interpretasi
masyarakat, dan barang yang masih dari skor persentase tingkat
dalam proses produksi yang pengungkapan persediaan yang diperoleh.
dimaksudkan untuk dijual atau j) Menggunakan uji statistik untuk
diserahkan kepada masyarakat. mendeskripsikan perbedaan tingkat
 Lampiran I PP No.71/2010 pada PSAP pengungkapan persediaan antara LKPD
Nomor 05 paragraf 26 huruf c dengan opini WTP dan selain WTP.
menyebutkan bahwa laporan keuangan
mengungkapkan jenis, jumlah, dan nilai 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
persediaan dalam kondisi rusak atau Pengungkapan Akun Persediaan dalam LKPD
usang. di Jawa
c) Mencari fakta pengungkapan akun Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan
persediaan dalam LKPD untuk masing- teknik deskriptif persentase, tidak ada LKPD
masing aspek yang dianalisis dengan kabupaten/kota di Jawa tahun 2014 yang
melakukan reviu CaLK. memiliki tingkat pengungkapan persediaan
d) Memberikan nilai/skor kesesuaian antara sebesar 100%, namun hanya sebesar 40,35%.
aspek dan kriteria dengan fakta yang Distribusi data tingkat pengungkapan
ditemukan, skor 1 diberikan apabila aspek persediaan dalam LKPD di Jawa adalah tidak
atau kriteria ditemukan dalam fakta dan skor normal dengan Z sebesar 2,321 (sig<0,05).
0 diberikan apabila aspek atau kriteria tidak Presentase tingkat pengungkapan tersebut
dijumpai dalam fakta. meningkat apabila dibandingkan dengan
e) Menjumlahkan total skor yang diperoleh penelitian Lesmana (2010) yang memperoleh
masing-masing LKPD dan memindahkan rata-rata pengungkapan sebesar 22% maupun
ke dalam kertas kerja rekapitulasi penelitian Suhardjanto & Yulianingtyas (2011)
pengungkapan persediaan. yang memperoleh rata-rata pengungkapan sebesar
30,85%.
182
Puji Suwarjuwono dan Irwan Taufiq Ritonga/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 4(2), 2017, pp 173-188

Tabel 1
Tingkat Pengungkapan Akun Persediaan LKPD di Jawa Tahun 2014
No Tingkat Pengungkapan Akun Persediaan Jumlah LKPD
1. 80,00% 2
2. 60,00% 39
3. 40,00% 42
4. 20,00% 21
5. 0,00% 9
TOTAL 113

Tingkat pengungkapan akun persediaan pengungkapan akun persediaan di CaLK telah


tertinggi sebesar 80,00% diperoleh oleh Kota memenuhi 4 kriteria dari 5 kriteria yang telah
Semarang di Provinsi Jawa Tengah dan ditentukan. Kriteria pengungkapan akun
Kabupaten Jember di Provinsi Jawa Timur. persediaan yang belum disajikan di CaLK
Tahun 2014 LKPD Kota Semarang telah Kabupaten Jember adalah pengungkapan maksud
menerapkan basis accrual dan mendapatkan penggunaan persediaan.
opini WDP dari BPK RI. Kota Semarang dalam Tingkat pengungkapan akun persediaan
menyajikan pengungkapan akun persediaan di terendah diperoleh oleh 9 LKPD, dengan tingkat
CaLK telah memenuhi 4 kriteria dari 5 kriteria pengungkapan sebesar 0,00% yang berarti
yang telah ditentukan untuk LKPD. Kriteria LKPD tersebut belum memenuhi keseluruhan
pengungkapan akun persediaan yang belum kriteria yang telah ditetapkan oleh PSAP Nomor
terpenuhi oleh Kota Semarang adalah 05 dalam pengungkapan persediaan. Rincian
pengungkapan maksud penggunaan persediaan. LKPD dengan tingkat pengungkapan akun
Tahun 2014 LKPD Kabupaten Jember persediaan terendah akan ditampilkan dalam
mendapatkan opini WDP dari BPK RI. tabel 2 dibawah ini.
Kabupaten Jember dalam penyajian

Tabel 2
LKPD Dengan Tingkat Pengungkapan Akun Persediaan Terendah
No Pemerintah Daerah Opini LKPD Pengungkapan Akun Persediaan (%)
1 Kabupaten Banjarnegara WTP 0,00
2 Kabupaten Demak WDP 0,00
3 Kabupaten Purbalingga WDP 0,00
4 Kabupaten Sukoharjo WDP 0,00
5 Kabupaten Tegal WDP 0,00
6 Kabupaten Wonogiri WDP 0,00
7 Kabupaten Bangkalan WDP 0,00
8 Kabupaten Kediri WDP 0,00
9 Kabupaten Madiun WTP 0,00

Aspek pengungkapan sistem pencatatan Aspek maksud penggunaan persediaan yang


persediaan sesuai PSAP Nomor 05 paragraf 26 sesuai dengan PSAP Nomor 05 paragraf 26 huruf
huruf a hampir selalu ada dan diungkapkan b merupakan aspek yang paling jarang
dalam LKPD di Jawa. Terdapat 81 LKPD yang diungkapkan dalam LKPD di Jawa. Berdasarkan
mengungkapkan sistem pencatatan persediaan di data yang dikumpulkan hanya 2 LKPD yang
CaLK. mengungkapkan maksud penggunaan persediaan
dalam CaLK.
183
Puji Suwarjuwono dan Irwan Taufiq Ritonga/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 4(2), 2017, pp 173-188

Perbedaan Pengungkapan Akun Persediaan Terdapat LKPD dengan opini WTP maupun
dalam LKPD di Jawa yang Mendapat Opini selain WTP dengan tingkat pengungkapan akun
WTP,WDP dan TMP. persediaan yang sama. Rincian tingkat
Pengungkapan akun persediaan tertinggi
pengungkapan akun persediaan berdasarkan
diperoleh oleh LKPD dengan opini WDP dan
opini yang diperoleh LKPD akan ditampilkan
terdapat LKPD dengan pengungkapan akun
dalam tabel 3 berikut ini.
persediaan terendah memperoleh opini WTP.

Tabel 3
Tingkat Pengungkapan Akun Persediaan Berdasarkan Opini
No Tingkat Pengungkapan Opini LKPD Jumlah
Akun Persediaan WTP WDP TMP
1. 80,00% - 2 - 2
2. 60,00% 20 18 1 39
3. 40,00% 23 18 1 42
4. 20,00% 11 10 - 21
5. 0,00% 2 7 - 9
TOTAL 56 55 2 113

Secara keseluruhan tidak terdapat & Suhartono (2012), seluruh aspek pengukuran
perbedaan pengungkapan akun persediaan kecukupan pengungkapan akun persediaan
dalam LKPD di Jawa yang mendapat opini tersebut mengacu kepada kriteria yang
WTP, WDP, maupun TMP. Berdasarkan uji terdapat di dalam lampiran I PP No.71 tahun
Mann Whitney yang dilakukan, untuk LKPD 2010 pada PSAP Nomor 05 paragraf 26.
dengan opini WTP dan WDP memiliki Z
sebesar -0,716 (sig = 0,474), karena sig > 0,05 Pengungkapan Metode Penilaian Persediaan
maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat (FIFO, Rata-Rata Tertimbang, Harga
Pembelian Terakhir)
perbedaan tingkat pengungkapan persediaan
Pengungkapan aspek metode penilaian
antara LKPD dengan opini WTP dan WDP.
persediaan mengacu pada kriteria
LKPD dengan opini WTP dan TMP memiliki Z
pengungkapan kebijakan akuntansi yang terdapat
sebesar -0,661 (sig = 0,509), karena sig > 0,05
dalam PSAP Nomor 05 paragraf 26 huruf a.
maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat
Tingkat pengungkapan penilaian persediaan
perbedaan tingkat pengungkapan persediaan
dalam LKPD di Jawa tahun 2014 sebesar
antara LKPD dengan opini WTP dan TMP.
64,60% atau dari 113 LKPD yang seharusnya
LKPD dengan opini WDP dan TMP memiliki Z
mengungkapkan kebijakan akuntansi mengenai
sebesar -0,745 (sig = 0,456), karena sig >
metode penilaian persediaan, hanya 73 LKPD
0,05, maka dapat dikatakan bahwa tidak
yang telah mengungkapkan dalam CaLK.
terdapat perbedaan tingkat pengungkapan
Empat puluh LKPD belum mencantumkan
persediaan antara LKPD dengan opini WDP dan
kebijakan akuntansi mengenai metode penilaian
TMP.
persediaan dalam CaLK. Dua puluh LKPD yang
tidak mengungkapkan kebijakan akuntansi
Pengungkapan Akun Persediaan Untuk
mengenai metode penilaian persediaan mendapat
Setiap Aspek
Penelitian ini menetapkan 5 aspek dalam opini WTP dan 20 LKPD mendapat opini WDP.
kecukupan tingkat pengungkapan akun Kondisi ini seharusnya tidak terjadi karena salah
persediaan untuk LKPD dengan basis accrual satu kriteria pemberian opini WTP adalah
maupun cash toward accrual, menurut Ritonga adanya kecukupan pengungkapan dalam CaLK
184
Puji Suwarjuwono dan Irwan Taufiq Ritonga/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 4(2), 2017, pp 173-188

LKPD. Tidak adanya pengungkapan mengenai kebijakan akuntansi yang tertuang dalam
metode penilaian persediaan yang digunakan Peraturan Kepala Daerah. Kebijakan akuntansi
menjadi salah satu pengecualian yang seharusnya Pemda biasanya menyadur dari peraturan
dipertimbangkan dalam pemberian opini oleh perundangan di atasnya termasuk SAP, sehingga
pemeriksa. Setiap Pemda memiliki kebijakan dalam kebijakan akuntansi Pemda tentunya
akuntansi yang tertuang dalam Peraturan Kepala memuat pengungkapan sistem pencatatan
Daerah. Kebijakan akuntansi Pemda biasanya persediaan. CaLK Pemda mengutip sebagian isi
menyadur dari peraturan perundangan di atasnya dari kebijakan akuntansi masing-masing
termasuk SAP, sehingga dalam kebijakan sehingga dimungkinkan adanya bagian-bagian
akuntansi Pemda tentunya memuat penting dalam kebijakan akuntansi yang
pengungkapan metode penilaian persediaan. seharusnya masuk dalam CaLK tidak
CaLK Pemda mengutip sebagian isi dari dicantumkan begitu pula sebaliknya.
kebijakan akuntansi masing-masing sehingga
dimungkinkan adanya bagian-bagian penting Pengungkapan Maksud Penggunaan
dalam kebijakan akuntansi yang seharusnya Persediaan
Pengungkapan aspek maksud penggunaan
masuk dalam CaLK tidak dicantumkan begitu
persediaan mengacu pada kriteria pengungkapan
pula sebaliknya.
penjelasan lebih lanjut persediaan yang terdapat
dalam PSAP Nomor 05 paragraf 26 huruf b.
Pengungkapan Sistem Pencatatan Persediaan
(Perpetual atau Periodik) Tingkat pengungkapan maksud penggunaan
Pengungkapan aspek sistem pencatatan persediaan dalam LKPD di Jawa tahun 2014
persediaan mengacu pada kriteria pengungkapan sebesar 1,77% atau dari 113 LKPD yang
kebijakan akuntansi yang terdapat dalam PSAP seharusnya mengungkapkan mengenai maksud
Nomor 05 paragraf 26 huruf a. Tingkat penggunaan, hanya 2 LKPD yang telah
pengungkapan sistem pencatatan persediaan mengungkapkan dalam CaLK, yaitu LKPD
dalam LKPD di Jawa tahun 2014 sebesar Kabupaten Bondowoso yang mendapat opini
71,68% atau dari 113 LKPD yang seharusnya WTP dan LKPD Kabupaten Gresik yang
mengungkapkan mengenai sistem pencatatan mendapat opini WDP dari BPK RI. Seratus
persediaan, terdapat 81 LKPD yang telah sebelas LKPD belum mencantumkan penjelasan
mengungkapkan dalam CaLK. Tiga puluh dua lebih lanjut mengenai maksud penggunaan
LKPD belum mencantumkan kebijakan persediaan dalam CaLK. Lima puluh lima LKPD
akuntansi mengenai sistem pencatatan yang tidak mengungkapkan penjelasan lebih
persediaan dalam CaLK. Tiga belas LKPD lanjut mengenai peruntukan persediaan
yang tidak mengungkapkan kebijakan akuntansi mendapat opini WTP, 54 LKPD mendapat opini
mengenai sistem pencatatan persediaan WDP dan 2 LKPD mendapat TMP.
mendapat opini WTP dan 19 LKPD mendapat Setiap Pemda memiliki kebijakan akuntansi
opini WDP. Kondisi ini seharusnya tidak terjadi yang tertuang dalam Peraturan Kepala Daerah.
karena salah satu kriteria pemberian opini WTP Kebijakan akuntansi Pemda biasanya menyadur
adalah adanya kecukupan pengungkapan dalam dari peraturan perundangan di atasnya termasuk
CaLK LKPD. Tidak adanya pengungkapan SAP, sehingga dalam kebijakan akuntansi Pemda
mengenai sistem pencatatan persediaan yang tentunya memuat pengungkapan maksud
digunakan menjadi salah satu pengecualian yang penggunaan persediaan. Rendahnya Pemda yang
seharusnya dipertimbangkan dalam pemberian mengungkapkan maksud penggunaan persediaan
opini oleh pemeriksa. Setiap Pemda memiliki dalam CaLK juga mengindikasikan kebijakan
185
Puji Suwarjuwono dan Irwan Taufiq Ritonga/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 4(2), 2017, pp 173-188

akuntansinya belum mengatur pengungkapan LKPD yang seharusnya mengungkapkan


maksud penggunaan persediaan. Kondisi ini mengenai rincian jenis, jumlah, dan nilai
seharusnya menjadi perhatian oleh pemeriksa persediaan (kondisi rusak atau usang), hanya 6
sebagai salah satu pengecualian dalam LKPD yang telah mengungkapkan dalam CaLK,
pertimbangan pemberian opini. yaitu LKPD Kota Semarang yang mendapat
opini WDP, LKPD Kabupaten Bondowoso
Pengungkapan Rincian Jumlah Persediaan yang mendapat opini WDP, LKPD Kabupaten
per SKPD Jember yang mendapat opini WDP, LKPD
Pengungkapan aspek rincian jumlah Kabupaten Pasuruan yang mendapat opini WTP,
persediaan per SKPD mengacu pada kriteria LKPD Kabupaten Ponorogo yang mendapat opini
pengungkapan penjelasan lebih lanjut persediaan WTP, dan LKPD Kota Madiun yang mendapat
yang terdapat dalam PSAP Nomor 05 paragraf opini WTP. Seratus tujuh LKPD belum
26 huruf b. Tingkat pengungkapan jumlah mencantumkan mengenai rincian jenis, jumlah,
persediaan per SKPD dalam LKPD di Jawa dan nilai persediaan (kondisi rusak atau usang)
tahun 2014 sebesar 57,52% atau dari 113 LKPD dalam CaLK. Lima puluh dua LKPD yang
yang seharusnya mengungkapkan mengenai tidak mengungkapkan rincian jenis, jumlah, dan
rincian jumlah persediaan per SKPD, nilai persediaan (kondisi rusak atau usang)
terdapat 65 LKPD yang telah mendapat opini WTP, 53 LKPD mendapat opini
mengungkapkan dalam CaLK. Empat puluh WDP dan 2 LKPD mendapat TMP. Setiap Pemda
delapan LKPD belum mencantumkan penjelasan memiliki kebijakan akuntansi yang tertuang
lebih lanjut mengenai rincian jumlah persediaan dalam Peraturan Kepala Daerah. Kebijakan
per SKPD dalam CaLK. Dua puluh tiga LKPD akuntansi Pemda biasanya menyadur dari
yang tidak mengungkapkan penjelasan lebih peraturan perundangan di atasnya termasuk SAP,
lanjut mengenai pengungkapan rincian jumlah sehingga dalam kebijakan akuntansi Pemda
persediaan per SKPD mendapat opini WTP, 24 tentunya memuat pengungkapan rincian jenis,
LKPD mendapat opini WDP dan 1 LKPD jumlah, dan nilai persediaan (kondisi rusak atau
mendapat TMP. Kondisi ini menunjukkan bahwa usang). Rendahnya Pemda yang mengungkapkan
pemeriksa memang belum benar-benar rincian jenis, jumlah, dan nilai persediaan
mempertimbangkan kecukupan pengungkapan (kondisi rusak atau usang) dalam CaLK juga
sebagai salah satu syarat pemberian opini WTP, mengindikasikan kebijakan akuntansinya belum
selain itu penyusun CaLK masing-masing Pemda mengatur pengungkapan rincian jenis, jumlah,
belum memahami ketentuan dalam SAP dan dan nilai persediaan (kondisi rusak atau usang).
dimungkinkan belum diatur dalam kebijakan Kondisi ini seharusnya menjadi perhatian oleh
akuntansi masing-masing. pemeriksa sebagai salah satu pengecualian dalam
pertimbangan pemberian opini.
Pengungkapan Rincian Jenis, Jumlah, dan
Nilai Persediaan (Kondisi Rusak atau Usang)
Pengungkapan rincian jenis, jumlah, dan 5. Kesimpulan, Keterbatasan dan Saran
nilai persediaan (kondisi rusak atau usang) Berdasarkan pembahasan yang telah
mengacu pada kriteria pengungkapan kondisi diuraikan pada bagian sebelumnya, maka dapat
persediaan yang terdapat dalam PSAP Nomor 05 disimpulkan bahwa tingkat pengungkapan akun
paragraf 26 huruf c. Tingkat pengungkapan persediaan dalam LKPD di Jawa masih rendah
rincian jenis, jumlah, dan nilai persediaan dan belum sesuai dengan PSAP Nomor 05
(kondisi rusak atau usang) dalam LKPD di paragraf 26, karena tidak ada LKPD dengan
Jawa tahun 2014 sebesar 5,31% atau dari 113 tingkat pengungkapan persediaan yang
186
Puji Suwarjuwono dan Irwan Taufiq Ritonga/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 4(2), 2017, pp 173-188

memenuhi seluruh kriteria yang telah ditetapkan tertimbang, atau harga perolehan terakhir.
sesuai ketentuan. Tingkat pengungkapan Sistem pencatatan persediaan yang
persediaan LKPD di Jawa sebesar 40,35%. digunakan oleh Pemda dapat berupa
Tingkat pengungkapan persediaan tertinggi perpetual atau periodik.
sebesar 80,00% diperoleh oleh 2 LKPD dengan b) Mengungkapkan maksud penggunaan
opini WDP serta pengungkapan persediaan persediaan dalam CaLK dengan
terendah sebesar 0,00% yang diperoleh oleh 9 mencantumkan penjelasan lebih lanjut
LKPD, terdiri dari 2 LKPD dengan opini WTP persediaan, seperti persediaan yang akan
dan 7 LKPD dengan opini WDP. digunakan dalam pelayanan kepada
Tidak ada perbedaan tingkat pengungkapan masyarakat, persediaan yang akan
akun persediaan dalam LKPD di Jawa, baik digunakan dalam proses produksi,
LKPD yang mendapat opini WTP, opini WDP, persediaan yang disimpan untuk dijual
maupun disclaimer/TMP. Kecukupan atau diserahkan kepada masyarakat,
pengungkapan terkait dengan persediaan belum atau persediaan dalam proses produksi untuk
menjadi pertimbangan oleh pemeriksa (Auditor dijual atau diserahkan kepada masyarakat.
BPK) dalam pemberian opini WTP, serta adanya c) Mengungkapan rincian jumlah persediaan
indikasi penyusun CaLK belum memahami per SKPD dalam CaLK dengan
ketentuan pengungkapan persediaan sesuai mencantumkan penjelasan lebih lanjut
dengan SAP dan kebijakan akuntansi beberapa tentang rincian SKPD yang memiliki saldo
Pemda belum secara rinci mengatur tentang persediaan.
pengungkapan persediaan sesuai SAP. d) Mengungkapan rincian jenis, jumlah dan
Tingkat pengungkapan akun persediaan nilai persediaan dalam kondisi rusak atau
dalam LKPD di Jawa yang belum sesuai dengan usang dalam CaLK dengan mencantumkan
PSAP Nomor 05 membawa implikasi perlu kondisi persediaan yang rusak maupun
dilakukannya perbaikan terhadap penyajian usang dilengkapi dengan jenis maupun
pengungkapan akun persediaan dalam LKPD di jumlah serta nilai persediaan.
Jawa sesuai dengan PSAP Nomor 05. Perbaikan e) Contoh ilustrasi pengungkapan
penyajian pengungkapan akun persediaan dapat persediaan sesuai dengan PSAP Nomor
dilakukan dengan: 05 akan ditampilkan dalam gambar 1
a) Mengungkapkan kriteria kebijakan dibawah ini.
akuntansi dalam CaLK dengan
mencantumkan kebijakan metode penilaian
persediaan dan sistem pencatatan yang
digunakan oleh Pemda. Metoda penilaian
persediaan yang digunakan oleh Pemda
dapat berupa metoda FIFO, rata- rata
187
Puji Suwarjuwono dan Irwan Taufiq Ritonga/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 4(2), 2017, pp 173-188

PERSEDIAAN
1. Seluruh persediaan pemda “ABC” dinilai menggunakan metoda FIFO dengan sistem pencatatan
perpetual.

2. Berdasarkan penilaian dan pencatatan yang telah dilakukan, maka persediaan pemda “ABC” per
31 Desember 20XX sejumlah Rp900.000.000,00 (sembilan ratus juta rupiah) yang terdapat pada
beberapa SKPD, yaitu:
No SKPD Jumlah

1). Dinas Pendidikan Rp100.000.000,00

2). Dinas Kesehatan Rp250.000.000,00

3). ............................ ..........................

3. Persediaan pemda “ABC” per 31 Desember 20XX akan digunakan dalam pelayanan kepada
masyarakat, digunakan dalam proses produksi, serta disimpan untuk diserahkan kepada masyarakat.
4. Persediaan pemda “ABC” sejumlah Rp890.000.000,00 (delapan ratus sembilan puluh juta
rupiah) dalam kondisi baik, sedangkan persediaan sejumlah Rp10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah) dalam kondisi rusak atau usang dan belum dilakukan penghapusan, tersebar pada beberapa
SKPD, yaitu:
No SKPD Jenis Jumlah Keterangan
1) Dinas Pasar Karcis retribusi Rp500.000,00 rusak
2) Dinas Kependudukan Blangko KTP Rp750.000,00 usang
3) ............................. ...................... ...................... ..............

Gambar 1
Ilustrasi Pengungkapan Persediaan Tingkat Pemda Sesuai PSAP Nomor 05

Terdapat keterbatasan dalam penelitan ini untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih
yaitu penelitian ini berfokus pada kecukupan mendalam. Data sekunder lain juga perlu
tingkat pengungkapan akun persediaan dalam ditambahkan berupa kebijakan akuntansi masing-
LKPD di Jawa, oleh karena itu hasil penelitian ini masing pemda untuk memperkuat hasil penelitian
tidak dapat digeneralisasi pada seluruh LKPD di selanjutnya.
Indonesia. Peneliti selanjutnya dapat
menambahkan objek penelitian pada seluruh Daftar Pustaka
LKPD di Indonesia atau melakukan penelitian Antoro, S.D. ( 2015). Akuntansi
kecukupan tingkat pengungkapan untuk akun- persediaan dalam SAIBA. Artikel
akun yang lain di dalam neraca Pemda. Penelitian BPPK Diakses 19 Oktober
2015.<http://www.bppk.kemenkeu.go.id/pub
ini menggunakan satu teknik pengumpulan data,
likasi/artikel/147-artikel-anggaran- dan-
yaitu analisis data sekunder. Peneliti selanjutnya perbendaharaan/21155-akuntansi-
dapat menambahkan teknik pengumpulan data persediaan-dalam saiba>.
yang lain berupa wawancara maupun observasi Chariri, A. & Ghozali, I. (2003). Teori akuntansi.
188
Puji Suwarjuwono dan Irwan Taufiq Ritonga/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 4(2), 2017, pp 177-192

Semarang: BP Undip. pemerintah nomor 71 tentang standar


Creswell, J.W. (2014). Research design: akuntansi pemerintahan. Jakarta.
Qualitative, quantitative, and mixed Sekretariat Negara.
methods approaches. 4th Edition. Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.
California: Sage Publications. (2015). Ikhtisar hasil pemeriksaan
Fitri, S.A. ( 2011). Analisis tingkat semester I BPK RI tahun 2015. Buku
pengungkapan laporan keuangan IHPS, 69-73.
pemerintah daerah. Hal 1-22. Padang: Ritonga, I.T. ( 2010). Reviu laporan keuangan
Jurnal Pasca Sarjana Universitas Andalas 3. pemerintah daerah. Yogyakarta:
Fuat, M. ( 2013). Upaya pemerintah daerah Lembaga Kajian Manajemen Pemerintahan
memperoleh opini wajar tanpa Daerah.
pengecualian dari BPK RI. Artikel Ritonga, I.T. & Suhartono, E. (2012).
Pusdiklatwas BPKP. Diakses 30 Januari Akuntansi keuangan daerah. Edisi I.
2016.<http://pusdiklatwas.bpkp.go.id/asset/ Yogyakarta: Lembaga Kajian Manajemen
files/post/1070_a/upaya pemda-muh Pemerintahan Daerah.
fuat.pdf>. Ryan, C., Stanley. T. & Nelson, M. (2002).
Halim, A. ( 1997). Akuntansi keuangan Accountability disclosures by queensland
menengah (intermediate accounting). local government councils: 1997-1999,
Edisi Ketiga, Cetakan Pertama. 261-289. Melbourne: Journal Financial
Yogyakarta: BPFE. Accountability & Management Blackwell
Halim, A., Kusufi, S. (2013). Akuntansi sektor Publishers 18 (3).
publik: Dari anggaran hingga laporan Sugiri, S. & Riyono, B.A. ( 2012). Akuntansi
keuangan dari pemerintah hingga tempat pengantar I. Edisi Kedelapan Cetakan
ibadah. Jakarta: Salemba Empat. Pertama. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Hananto. (2007). Akuntansi keuangan menengah. Suhardjanto, D. & Yulianingtyas, R.R. (2011).
Edisi Kedua Buku Satu. Yogyakarta: Pengaruh karakteristik pemerintah daerah
BPFE. terhadap kepatuhan pengungkapan wajib
Hilmi, A. Z & Martani, D. ( 2012). Analisis dalam laporan keuangan pemerintah
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat daerah. Hal 1-94. Surakarta: Jurnal
pengungkapan laporan keuangan Akuntansi dan Auditing Universitas
pemerintah provinsi. Hal 1-26. Sebelas Maret 8 (1).
Banjarmasin: Jurnal Seminar Akuntansi Sugiyono. (2009). Metode penelitian kuantitatif
15. kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Kieso, D.E., Weygandt, J.J & Warfield, T.D. Sumini. ( 2014). Kebijakan Akuntansi
(2011). Intermediate accounting volume 1, Berbasis Akrual (KABA) untuk persediaan.
IFRS edition. New Jersey: Wiley. Artikel BPPK. Diakses 8 Mei
Lesmana, S.I. (2010). Pengaruh karakteristik 2017.<http://www.bppk.kemenkeu.go.id/pub
pemerintah daerah terhadap tingkat likasi/artikel/149-artikel-kekayaan-negara-
pengungkapan wajib di indonesia. Tesis dan-perimbangan-keuangan/19960-
Program Studi Magister Akuntansi kebijakan-akuntansi-berbasis-akrual-kaba-
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas untuk-persediaan>.
Maret. Surakarta. Suwardjono. (2014). Teori akuntansi:
Munawir, H.S. (2008). Auditing modern Buku I. Perekayasaan pelaporan keuangan. Edisi
Edisi Kedua Cetakan Pertama. Yogyakarta: Ketiga. Yogyakarta: BPFE.
BPFE.
Republik Indonesia. (2004). Undang-undang
nomor 15 tentang pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara. Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. (2010). Peraturan

You might also like