Professional Documents
Culture Documents
Gelombang Elektromagnetik
Tujuan Pembelajaran Umum:
Mengenalkan dan memahami penjalaran gelombang dalam medium tak berbatas
1.1 Pendahuluan
Sistem komunikasi dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis informasi yang
dikirimkan, atau berdasarkan media transmisi yang digunakan. Berdasarkan jenis
informasi, sistem komunikasi dapat dikategorikan sebagai sistem komunikasi analog
atau digital. Pada sistem komunikasi analog, bentuk sinyal informasi adalah analog,
yaitu waveformnya kontinyu dalam waktu dan kontiuny juga pada amplitudanya. Pada
sistem komunikasi digital waveform dari sinyal informasi dalam bentuk digital, yaitu
diskrit dalam waktu dan amplitudanya.
Berdasarkan media komunikasi dapat diaktegorikan sebagai komunikasi on wire
(kabel) dan wireless (nirkabel). Pada komunikasi jenis pertama, sinyal indormasi
ditransmisikan melalui media kabel sedangkan pada sistem yang kedua informasi
ditumpangkan ke sebuah sinyal pembawa sinusoidal, disebut modulasi, kemudian
dikirimkan oleh antena ke udara melalui gelombang radio. Pada kedua jenis sistem
komunikasi tersebut informasi ditransmisikan melalui gelombang elektromagnetik.
Penjalaran gelombang elektromagnetik dapat dibagi menjadi penjalaran terbimbing
dan penjalaran tak terbimbing. Gelombang yang penjalarannya terbimbing disebut
gelombang terbimbing (guidedwave), dan yang penjalarannya takterbimbing disebut
gelombang tak-terbimbing (unguidedwave) atau biasa disebut gelombang radio. Alat
yang dapat membimbing gelombang disebut pembimbing gelombang (waveguide).
Contoh pembimbing gelombang adalah: kabel 2-kawat, kabel sesumbu (coaxial),
bumbung gelombang (waveguide), saluran strip (stripline), saluran mikrostrip
(microstripline), dan kabel serat optik; hanya saja pada kabel serat optik (optical fiber)
gelombang yang dibimbing adalah gelombang cahaya tampak. Pada gelombang tak
terbimbing gelombang menjalar melalui radiasi (makanya disebut gelombang radio),
dan divais yang dapat mengubah gelombang terbimbing menjadi gelombang tak
terbimbing (atau sebaliknya) disebut antena.
Saluran transmisi asalnya adalah penamaan untuk kebel 2-kawat dan kabel
sesumbu, karena kedua kabel ini dapat menyalurkan energi gelombang dari satu titik ke
titik lain yang jauh. Tapi dengan berkembangnya teknologi bahan, maka sekarang
banyak rangkaian gelombang mikro yang dibentuk dari saluran strip atau saluran
mikrostrip. Jadi sebenarnya saluran strip maupun saluran mikrostrip termasuk saluran
transmisi.
Gambar 1.1 Bentuk fisik beberapa saluran transmisi (a) saluran dua kawat
paralel; (b) kabel sesumbu (coaxial); (c) saluran mikrostrip (microstrip line)
Z0,
E jH (1.1a)
H jE (1.1b)
D 0 (1.1c)
B 0 (1.1d)
D E (1.2a)
B H (1.2b)
E 2 E k 2 E
2 E k 2 E . (1.3)
Dengan cara yang sama, operasi tersebut dapat dilakukan pada (1.1b) sehingga
diperoleh
2 H k 2 H (1.4)
Vektor E dan H pada (1.3) dan (1.4) adalah getaran-getaran medan listrik dan medan
magnetik. Jadi arah vektornya adalah arah getar. Sedangkan vektor menunjukkan
turunan parsial terhadap ruang yang menunjukkan arah propagasi. Contoh, misalnya
Artinya, untuk komponen yang pertama, medan listrik tersebut bergetar ke arah sumbu
x, dan berpropagasi (menjalar) ke arah sumbu x, y, dan z. Begitu juga untuk komponen-
komponen medan yang lainnya. Vektor operator adalah
𝜕 𝜕 𝜕
𝛁= 𝒂𝑥 + 𝒂𝑦 + 𝒂𝑧
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
𝜕2 𝜕2 𝜕2
𝛁2 = 2
+ 2
+ 2
= 𝛾𝑥2 + 𝛾𝑦2 + 𝛾𝑧2
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
dengan adalah konstanta propagasi. Dengan demikian komponen medan listrik yang
bergetar ke arah sumbu x dapat berpropagasi ke arah sumbu x, y, maupun sumbu z.
Begitu juga untuk komponen yang lainnya. Cara yang sama dapat digunakan untuk
menurunkan medan magnetik.
𝑑 2 𝐸𝑥
𝛁 2 𝐸𝑥 = = −𝑘 2 𝐸𝑥 (1.5)
𝑑𝑧 2
Pada (1.5), persamaan diferensial parsial berubah menjadi persamaan diferensial biasa.
Untuk gelombang yang menjalar, maka solusi umum dari (1.5) adalah
Dalam hal ini, = z. E0x menunjukkan amplituda medan listrik, dan tanda (–) pada
konstanta propagasi menunjukkan bahwa gelombang tersebut menjalar ke arah sumbu z
positif. Untuk mengetahui bahwa (1.6) merupakan solusi dari (1.5), kita dapat
menurunkan (1.6) dua kali terhadap z. Turunan kedua terhadap z dari (1.6) adalah
𝑑 2 (𝐸0𝑥 𝑒 −𝛾𝑧 )
2
= 𝛾 2 𝐸0𝑥 𝑒 −𝛾𝑧 = 𝛾 2 𝐸𝑥
𝑑𝑧
Persamaan di atas menjadi solusi dari (1.5) jika dan hanya jika
Saluran Transmisi 1-4
𝛾 2 = −𝑘 2 ⟹ 𝛾 = 𝑗𝑘 = 𝑗𝜔√𝜇𝜀 (1.7)
𝒂𝑥 𝒂𝑦 𝒂𝑧
𝐻𝑥 𝒂𝑥
𝜕 𝜕
𝛁×𝑬= | −𝛾 | = −𝑗𝜔𝜇 [𝐻𝑦 𝒂𝑦 ]
𝜕𝑥 𝜕𝑦
𝐻𝑧 𝒂𝑧
𝐸𝑥 0 0
Dari persamaan di atas terlihat bahwa Hx dan Hz berharga nol. Jadi yang ada hanya
komponen Hy saja, dan diberikan oleh
𝛾𝐸𝑥 = 𝑗𝜇𝜔𝐻𝑦
atau
𝛾
𝐻𝑦 = 𝐸 (1.8)
𝑗𝜔𝜇 𝑥
Dengan mensubstitusikan (1.6) dan (1.7) ke (1.8), maka medan magnetik diperoleh
𝜀
𝐻𝑦 = √ 𝐸0𝑥 𝑒 −𝑗𝑘𝑧 (1.9)
𝜇
Dengan melihat (1.6) dan (1.9) kita dapatkan medan listrik dan medan magnetik
keduanya tegak lurus (transversal) terhadap arah jalar (sumbu z positif), karenanya
gelombang tersebut dinamakan gelombang dengan mode transverse electromagnetic,
TEM.
Untuk getaran sinusoidal, medan listrik dan medan magnetik dapat dituliskan dalam
bentuk
𝜀
𝐸𝑥 = 𝐸𝑥0 𝑒 𝑗(𝜔𝑡−𝑘𝑧) , 𝐻𝑦 = √ 𝐸𝑥0 𝑒 𝑗(𝜔𝑡−𝑘𝑧) (1.10)
𝜇
Tetapi, karena ej = cos + jsin, maka (1.10) biasa dituliskan dalam bentuk
y Hy = H0ycos(kz)
𝜔
𝑘=
𝑣
1
𝑣=
√𝜇𝜀
1
𝑣=𝑐= = 3 × 108 m/det (1.12)
√𝜇0 𝜀0
karena, 0 = 4107 (A/m) dan = 109/36 (F/m). Dalam dielektrik, yang konstanta
dielektriknya r, kecepatan gelombang adalah
𝑐
𝑣= (1.13)
√𝜀𝑟
𝛾 = 𝛼 + 𝑗𝛽
dengan adalah konstanta redaman (neper/m) dan adalah konstanta fasa (rad/m).
Pada medium vakum, gelombang menjalar tidak diredam, karena 𝑘 = 𝜔⁄𝑐 sehingga
Saluran Transmisi 1-6
𝛾 = 𝑗𝛽0 ⟹ 𝛽0 = 𝜔⁄𝑐 (1.14)
𝑐
𝜆0 = (1.15)
𝑓
𝜔√𝜀𝑟 𝑐 𝜆0
𝛽= = 𝛽0 √𝜀𝑟 , ⟹ 𝜆= = (1.16)
𝑐 𝑓√𝜀𝑟 √𝜀𝑟
𝐸𝑥 𝑗𝜔𝜇 𝜇
𝜂= = =√ (1.17)
𝐻𝑦 𝛾 𝜀
Untuk vakum, impedansi intrinsik menjadi
𝜇0
𝜂0 = √ = 120𝜋 = 377Ω (1.18)
𝜀0
Sedangkan untuk dielektrik yang tidak meredam,
𝜂0
𝜂= (1.19)
√𝜀𝑟
Contoh 1.1: Suatu medium dielektrik tak merugi diketahui memiliki parameter berikut:
= 0, = 3,40. Sebuah vektor medan listrik diberikan oleh persamaan E =
10sin(3108t z)ax (V/m). Hitunglah: (a) E0x; (b) f; (c) ; (d) v; (e) ; (f) H0x; (g) .
Solusi:
(a) E0x adalah amplituda dari getaran medan listrik. Dengan melihat persamaan
medan listrik di atas, maka diketahui E0x = 10 V/m.
(b) Frekuensi gelombang dapat dihitung dari frekuensi angularnya, yaitu:
𝜔 3𝜋 × 108
𝑓= = = 150 MHz
2𝜋 2𝜋
𝜂0 377
𝜂= = = 204,5 Ω
√𝜀𝑟 √3,4
𝐸0𝑥 10
𝐻0𝑥 = = = 48,9 mA/m
𝜂 204,5
𝑐 3 × 108
𝜆= = = 108,5 cm
𝑓√𝜀𝑟 150 × 106 √3,4
𝓟 = 𝑬 × 𝑯∗ (W/m2 ) (1.20)
dengan Re[.] menunjukkan bagian riil, karena daya aktif harus bersifat riil. Integral
tersebut dilakukan pada luas tertentu dengan vektor elemen luas dS. Untuk kasus yang
sedang kita bahas, gelombang menjalar ke arah sumbu z positif, maka dS = dxdyaz, dan
vektor Poyntingnya diketahui
∗ |𝐸0𝑥 |2
−𝑗𝑘𝑧
𝐸0𝑥 𝑗𝑘𝑧
𝓟 = 𝐸0𝑥 𝑒 𝒂𝑥 × ∗ 𝑒 𝒂𝑦 = 𝒂𝑧
𝜂 𝜂∗
|𝐸0𝑥 |2 |𝐸0𝑥 |2
𝑃 = Re [∬ 𝒂𝑧 ∙ 𝑑𝑥𝑑𝑦𝒂𝑧 ] = ∬ 𝑑𝑥𝑑𝑦
𝜂∗ 𝜂
𝜎
𝜀 = 𝜀0 (𝜀𝑟′ − 𝑗𝜀𝑟′′ ) = 𝜀0 (𝜀𝑟′ − 𝑗 ) F/m (1.22)
𝜔𝜀0
𝜎
𝛾 = 𝑗𝜔√𝜇0 𝜀0 (𝜀𝑟′ − 𝑗 ) (1.23)
𝜔𝜀0
𝜔√𝜀𝑟′ 𝜎
𝛾=𝑗 √1 − 𝑗 ′ (1.24)
𝑐 𝜔𝜀
𝜎 𝜎
√1 − 𝑗 ≈ 1 − 𝑗
𝜔𝜀 ′ 2𝜔𝜀 ′
𝜎𝜂0 𝜔√𝜀𝑟′
𝛾= +𝑗 = 𝛼 + 𝑗𝛽 (1.25)
2√𝜀𝑟′ 𝑐
Dari (1.25) dapat ditentukan konstanta redaman dielektrik dan konstanta fasanya untuk
dielektrik dengan redaman kecil. Redaman dielektrik biasanya dinyatakan dengan
tangen rugi-rugi (loss tangent) yang didefinisikan sebagai
𝜀𝑟′′ 𝜎
tan𝛿 = ′ = (1.26)
𝜀𝑟 𝜔𝜀 ′
𝜔√𝜀𝑟′ (1.27)
𝛼𝑑 = tan𝛿
2𝑐
Solusi:
Berdasarkan (1.25),
𝛾 = 9,425 + 𝑗102,63 /m
𝜎 0,1
tan𝛿 = ′
= = 0,18
𝜔𝜀 2𝜋 × 2,45 × 109 × 4 × 10−9⁄36𝜋
𝜂0 ⁄√𝜀𝑟′
𝜂= (1.28)
𝜎
√1 − 𝑗
𝜔𝜀 ′
Contoh 1.3: Hitunglah impedansi intrinsik material (dielektrik) pada Contoh 1.2.
Solusi:
Dari (1.28) dapat kita hitung
𝜎 0,1
′
= = 0,1837
𝜔𝜀 2𝜋 × 2,45 × 109 × 4 × 10−9⁄36𝜋
Dengan demikian
𝜎
√1 − 𝑗 = √1 − 𝑗0,1837 = 1,0083∠ − 5,205
𝜔𝜀 ′
√𝜇 ⁄𝜀 ′ 𝜔𝜇
𝜂= =√ ∠45∘ Ω (1.29)
𝜎 𝜎
√−𝑗
𝜔𝜀 ′
𝐸𝑥 = 𝐸𝑥0 𝑒 −1 𝑒 −𝑗
Medan listrik E (juga medan magnetik H) diredam sebesar e–1 dari nilai semual dan
mengalami perubahan fasa 1 radian dari fasa semula. Jarak l = 1/ ini disebut
kedalaman kulit (skin depth). Jadi dalam konduktor yang baik,
1 1
𝑠𝑘𝑖𝑛 𝑑𝑒𝑝𝑡ℎ = 𝛿 = = (m) (1.31)
𝛼 √𝜋𝑓𝜇𝜎
Solusi:
Pertama kita hitung:
𝜎 5,7 × 107
= = 1,04 × 109
𝜔𝜀 ′ 2𝜋 × 109 (8,85 × 10−12 )
jauh lebih besar dari 100, jadi tembaga pada frekuensi tersebut merupakan konduktor
yang baik. Konstanta redaman dan fasa adalah
𝑬𝑥 5 −4
= 𝑒 −4,79×10 ×10 = 1,58 × 10−21
𝑬𝑥0
dan
E0i adalah vektor getaran listrik yang arahnya tegak lurus pada i, dan secara umum
polarisasinya linier atau eliptis. Jika batas dua medium tersebut kita set pada z = 0,
maka gelombang datang dari z < 0 dan sebagian gelombang ditransmisikan pada z > 0.
Selain gelombang datang, pada z < 0 juga ada gelombang pantul. Dengan demikian
medan keseluruhan untuk z < 0 adalah superposisi dari gelombang datang dan
gelombang pantul tersebut.
Untuk gelombang pantul, medan elektromagnetik diberikn oleh:
dengan
𝜃𝑖 = 𝜃𝑟 (1.39a)
√𝜀𝑟1 sin(𝜃𝑖 ) = √𝜀𝑟2 sin(𝜃𝑡 ) (1.39b)
Persamaan (1.39) adalah hukum Snelius. Hukum yang pertama menyatakan sudut
datang dan sudut pantul besarnya sama. Perlu diingat, sudut datang, sudut pantul, dan
Saluran Transmisi 1-13
sudut bias (sudut transmisi) semuanya diukur terhadap garis normal. Hukum Snelius
yang kedua adalah perbandingan sinus dari sudut datang dan sudut pantul sama dengan
perbandingan indeks biasnya, yaitu:
sin(𝜃𝑖 ) 𝜀𝑟2 𝑛2
=√ = (1.40)
sin(𝜃𝑡 ) 𝜀𝑟1 𝑛1
dengan 𝑛𝑖 = √𝜀𝑟𝑖 adalah indeks bias dari medium ke i. Dari (1.40) diperoleh juga
𝜀𝑟1 2
cos(𝜃𝑡 ) = √1 − sin (𝜃𝑖 ) (1.41)
𝜀𝑟2
Jika 𝜀𝑟1 > 𝜀𝑟2 , yaitu, gelombang datang dari medium yang lebih rapat ke medium
yang kurang kerapatannya, maka gelombang yang ditransmisikan akan menjauhi garis
normal. Jika sudut datang terus diperbesar, suatu saat sudut bias akan tegak lurus
terhadap garis normal, 𝜃𝑡 = 𝜋⁄2. Pada keadaan ini, sudut datang tersebut disebut sudut
kritis, c. Jadi:
𝑛2 𝜀𝑟2
𝜃𝑐 = sin−1 ( ) = sin−1 (√ ) (1.42)
𝑛1 𝜀𝑟1
Kemudian, jika sudut datang lebih besar dari sudut kritis, maka (𝑛1 ⁄𝑛2 ) sin(𝜃𝑖 ) > 1,
karenanya tidak ada solusi untuk t. Artinya gelombang yang ditransmisikan tidak lagi
menjalar, tapi diredam dalam arah z dengan konstanta redaman t. Dengan demikian
konstanta propagasi di medium dua menjadi kompleks, yaitu: 𝜸𝑡 = 𝛼2 𝒂𝑧 + 𝑗𝛽2 𝒂𝑥 .
Substitusikan konstanta propagasi ini ke (1.37) dengan mengganti t menjadi t, maka
diperoleh
𝜀𝑟1 2
cos(𝜃𝑡 ) = −𝑗√ sin (𝜃𝑖 ) − 1
𝜀𝑟2
𝜀𝑟1 2
𝜸𝑡 = 𝜶𝑡 + 𝑗𝜷𝑡 = 𝑗𝛽2 (sin(𝜃𝑡 ) 𝒂𝑥 + −𝑗√ sin (𝜃𝑖 ) − 1 𝒂𝑧 )
𝜀𝑟2
𝜀𝑟1 𝜀𝑟2
𝜶𝑡 = 𝛽2 √ sin2(𝜃1 ) − 1𝒂𝑧 = 𝛽1 √sin2 (𝜃1 ) − 𝒂 (1.45)
𝜀𝑟2 𝜀𝑟1 𝑧
𝜀𝑟1
𝜷𝑡 = 𝛽2 √ sin(𝜃𝑖 ) 𝒂𝑥 = 𝛽1 sin(𝜃𝑖 ) 𝒂𝑥 (1.46)
𝜀𝑟2
Gelombang tersebut tidak membawa daya riil dalam arah z. Gelombang semacam ini
disebut gelombang permukaan (surface wave), karena gelombang menjalar sepanjang
perbatasan kedua medium, dan gelombang diredam dan berkurang secara eksponensial
dalam medium kedua. Daya riil yang dibawa gelombang diberikan ke gelombang
pantul. Dengan alasan ini, maka pada keadaan sudut datang lebih besar dari sudut kritis
disebut sebagai pantulan total (total reflection). Catatan, walaupun daya gelombang
datang dialihkan ke gelombang pantul, daya pada medium dua tidaklah nol, tapi
berkurang secara eksponensial.
untuk komponen medan E dan medan H dari gelombang datang, gelombang pantul, dan
gelombang transmisi yang arahnya tangensial pada bidang z = 0. Kontinyuitas medan
pada perbatasan kedua medium mensyaratkan:
𝐸0𝑖𝜏 𝐸0𝑟𝜏
𝜂𝜏1 = =−
𝐻0𝑖𝜏 𝐻0𝑟𝜏
𝐸0𝑡𝜏 (1.48)
𝜂𝜏2 =
𝐻0𝑡𝜏
Akn terlihat nanti, impedansi-impedansi ini akan bergantung pada polarisasi dan sudut
datang gelombang.
Koefisien pantul dan koefisien transmisi didefinisikan sebagai
𝐸0𝑟𝜏
Γ=
𝐸0𝑖𝜏
𝐸0𝑡𝜏 (1.49)
Τ=
𝐸0𝑖𝜏
1+Γ=Τ
1 1 (1.50)
(1 − Γ) = Τ
𝜂𝜏1 𝜂𝜏2
𝜂𝜏2 − 𝜂𝜏1
Γ=
𝜂𝜏2 + 𝜂𝜏1
2𝜂𝜏2 (1.51)
Τ=
𝜂𝜏2 + 𝜂𝜏1
Untuk menentukan nilai impedansi tangensial, harus dibedakan untuk dua kasus,
yaitu: apakah medan listrik tegak lurus atau paralel terhadap bidang datang, yaitu
bidang (xz) yang pada bidang itu ada vektor konstanta fasa 1 dan arah normal (z)
terhadap perbatasan (lihat Gambar 1.4).
𝑬0𝑖 = 𝐸0𝑖 𝒂𝑦
𝑬0𝑟 = 𝐸0𝑟 𝒂𝑦 (1.52)
𝑬0𝑡 = 𝐸0𝑡 𝒂𝑦
Vektor medan magnetik yang berhubungan dengan medan listrik tersebut adalah
𝐸0𝑖
𝑯0𝑖 = (− cos(𝜃𝑖 ) 𝒂𝑥 + sin(𝜃𝑖 ) 𝒂𝑧 )
𝜂1
𝐸0𝑟
𝑯0𝑟 = (cos(𝜃𝑖 ) 𝒂𝑥 + sin(𝜃𝑖 ) 𝒂𝑧 ) (1.53)
𝜂1
𝐸0𝑡
𝑯0𝑡 = (− cos(𝜃𝑡 ) 𝒂𝑥 + sin(𝜃𝑡 ) 𝒂𝑧 )
𝜂2
Sudut refleksi sama dengan sudut datang, karenanya, pada (1.53) untuk gelombang
pantul tetap kita gunakan sudut datang i. Dengan demikian, impedansi tangensial
adalah
𝐸0𝑖𝑥 𝐸0𝑟𝑥 𝜂1
𝜂𝜏1 = =− =
𝐻0𝑖𝑥 𝐻0𝑟𝑥 cos(𝜃𝑖 )
(1.54)
𝐸0𝑡𝑥 𝜂2
𝜂𝜏2 = =
𝐻0𝑡𝑥 cos(𝜃𝑡 )
𝜂2 cos(𝜃𝑖 ) − 𝜂1 cos(𝜃𝑡 )
Γ⊥ =
𝜂2 cos(𝜃𝑖 ) + 𝜂1 cos(𝜃𝑡 )
(1.55)
2𝜂2 cos(𝜃𝑖 )
Τ⊥ =
𝜂2 cos(𝜃𝑖 ) + 𝜂1 cos(𝜃𝑡 )
Gambar 1.6 memperlihatkan harga mutlak koefisien pantul terhadap sudut datang untuk
polarisasi tegak lurus. Terlihat bahwa nilai koefisien pantul naik secara monoton
dengan membesarnya sudut datang.
Polarisasi Paralel
Kasus lain yang merupakan dual dari kasus polarisasi tegak lurus adalah polarisasi
horizontal. Kasus ini diperlihatkan pada Gambar 1.7 di bawah ini. Dari gambar tersebut
terlihat bahwa medan magnetik berarah ke sumbu y sedangkan medan listrik berada
pada bidang datang (bidang xz). Medan listrik pada medium satu dan medium dua
dapat dituliskan sebagai berikut:
𝐸0𝑖
𝑬𝑖 = 𝐸0𝑖 (cos(𝜃𝑖 ) 𝒂𝑥 − sin(𝜃𝑖 ) 𝒂𝑧 ) 𝑯0𝑖 = 𝒂 (1.57a)
𝜂1 𝑦
𝐸0𝑟
𝑬𝑟 = 𝐸0𝑟 (− cos(𝜃𝑖 ) 𝒂𝑥 − sin(𝜃𝑖 ) 𝒂𝑧 ) 𝑯0𝑟 = 𝒂 (1.57b)
𝜂1 𝑦
𝐸0𝑖𝑥 𝐸0𝑟𝑥
𝜂𝜏1 = =− = 𝜂1 cos(𝜃𝑖 )
𝐻0𝑖 𝐻0𝑟
(1.58)
𝐸0𝑡𝑥
𝜂𝜏2 = = 𝜂2 cos(𝜃𝑡 )
𝐻0𝑡
𝜂2 cos(𝜃𝑡 ) − 𝜂1 cos(𝜃𝑖 )
Γ∥ = (1.59)
𝜂2 cos(𝜃𝑡 ) + 𝜂1 cos(𝜃𝑖 )
𝜀 𝜀
√1 − 𝜀𝑟1 sin2 (𝜃𝑖 ) − √𝜀𝑟2 cos(𝜃𝑖 )
𝑟2 𝑟1
Γ∥ =
𝜀 𝜀
√1 − 𝜀𝑟1 sin2 (𝜃𝑖 ) + √𝜀𝑟2 cos(𝜃𝑖 )
𝑟2 𝑟1
Jika persamaan di atas kita kalikan lagi dengan √𝜀𝑟2⁄𝜀𝑟1 , maka akan kita dapatkan
Untuk koefisien transmisi, tidak boleh hanya digunakan medan listrik tangensial
saja tapi harus medan listrik total. Jadi
Kemudian, dengan cara yang sama seperti pada koefisien pantul, akhirnya diperoleh
koefisien transmisi untuk polarisasi paralel adalah
2cos(𝜃𝑖 )
Τ∥ =
𝜀 𝜀 (1.61)
√𝜀𝑟2 − sin2 (𝜃𝑖 ) + 𝜀𝑟2 cos(𝜃𝑖 )
𝑟1 𝑟1
Plot dari koefisien pantul sebagai fungsi dari sudut datang untuk gelombang dengan
polarisasi paralel diperlihatkan pada Gambar 1.6. Dari gambar tersebut terlihat bahwa
pada sudut datang tertentu koefisien pantul bernilai nol. Sudut datang yang
menghasilkan koefisien pantul bernilai nol disebut sebagai sudut Brewster, B, dan
besarnya adalah
𝜀𝑟2
𝜃𝐵 = tan−1 (√ ) (1.62)
𝜀𝑟1
𝜃𝑡 = 𝜋⁄2 − 𝜃𝑖 (1.63)
Sudut Brewster disebut juga sudut polarisasi. Jadi, misalkan ada gelombang datang ke
permukaan batas dua medium dengan polarisasi eliptis, maka koefisien pantul
merupakan superposisi dari polarisasi tegak lurus dan polarisasi paralel. Kemudian,
yang polarisasi tegak lurus akan dipantulkan, sedangkan polarisasi paralel akan
ditransmisikan seluruhnya. Dengan demikian gelombang pantul akan berpolarisasi
linier.
Contoh 1.5: Sebuah gelombang dengan polarisasi paralel dikeluarkan oleh kapal selam
dalam air menuju udara. Anggap air merupakan dielektrik tak meredam dengan
konstanta dielektrik 81. Diinginkan seluruh daya gelombang ditransmisikan ke udara.
Berapakah besarnya sudut datang terhadap normal yang diperlukan?
Solusi:
𝜀𝑟2 1 1
𝜃𝐵𝑎𝑢 = tan−1 (√ ) = tan−1 (√ ) = tan−1 ( ) = 6,34°
𝜀𝑟1 81 9
Contoh 1.6: untuk soal pada contoh 1.5, tapi sekarang gelombang dikeluarkan oleh
pesawat terbang di udara, dan diinginkan gelombang ditransmisikan seluruhnya ke
dalam air.
Solusi:
Untuk kasus ini berarti 𝜀𝑟2 = 81 dan 𝜀𝑟1 = 1 sehingga
𝜀𝑟2
𝜃𝐵𝑢𝑎 = tan−1 (√ ) == tan−1 (9) = 83,66°
𝜀𝑟1
Perlu dicatat bahwa jumlah sudut Brewster dari air ke udara dan dari udara ke air
adalah 90o. Berdasarkan trigonometri, kasus ini selalu berlaku tidak bergantung pada
jenis dielektriknya.
1.5 Soal-soal
1.