You are on page 1of 21

1

Gelombang Elektromagnetik
Tujuan Pembelajaran Umum:
Mengenalkan dan memahami penjalaran gelombang dalam medium tak berbatas

Tujuan Pembelajaran Khusus:


Menjelaskan persamaan gelombang elektromagnetik dalam dielektrik tak meredam
dan dielektrik meredam, pantulan gelombang pada perbatasan dua medium.

1.1 Pendahuluan
Sistem komunikasi dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis informasi yang
dikirimkan, atau berdasarkan media transmisi yang digunakan. Berdasarkan jenis
informasi, sistem komunikasi dapat dikategorikan sebagai sistem komunikasi analog
atau digital. Pada sistem komunikasi analog, bentuk sinyal informasi adalah analog,
yaitu waveformnya kontinyu dalam waktu dan kontiuny juga pada amplitudanya. Pada
sistem komunikasi digital waveform dari sinyal informasi dalam bentuk digital, yaitu
diskrit dalam waktu dan amplitudanya.
Berdasarkan media komunikasi dapat diaktegorikan sebagai komunikasi on wire
(kabel) dan wireless (nirkabel). Pada komunikasi jenis pertama, sinyal indormasi
ditransmisikan melalui media kabel sedangkan pada sistem yang kedua informasi
ditumpangkan ke sebuah sinyal pembawa sinusoidal, disebut modulasi, kemudian
dikirimkan oleh antena ke udara melalui gelombang radio. Pada kedua jenis sistem
komunikasi tersebut informasi ditransmisikan melalui gelombang elektromagnetik.
Penjalaran gelombang elektromagnetik dapat dibagi menjadi penjalaran terbimbing
dan penjalaran tak terbimbing. Gelombang yang penjalarannya terbimbing disebut
gelombang terbimbing (guidedwave), dan yang penjalarannya takterbimbing disebut
gelombang tak-terbimbing (unguidedwave) atau biasa disebut gelombang radio. Alat
yang dapat membimbing gelombang disebut pembimbing gelombang (waveguide).
Contoh pembimbing gelombang adalah: kabel 2-kawat, kabel sesumbu (coaxial),
bumbung gelombang (waveguide), saluran strip (stripline), saluran mikrostrip
(microstripline), dan kabel serat optik; hanya saja pada kabel serat optik (optical fiber)
gelombang yang dibimbing adalah gelombang cahaya tampak. Pada gelombang tak
terbimbing gelombang menjalar melalui radiasi (makanya disebut gelombang radio),
dan divais yang dapat mengubah gelombang terbimbing menjadi gelombang tak
terbimbing (atau sebaliknya) disebut antena.
Saluran transmisi asalnya adalah penamaan untuk kebel 2-kawat dan kabel
sesumbu, karena kedua kabel ini dapat menyalurkan energi gelombang dari satu titik ke
titik lain yang jauh. Tapi dengan berkembangnya teknologi bahan, maka sekarang
banyak rangkaian gelombang mikro yang dibentuk dari saluran strip atau saluran
mikrostrip. Jadi sebenarnya saluran strip maupun saluran mikrostrip termasuk saluran
transmisi.

Saluran Transmisi 1-1


Pada saluran transmisi, arus dan tegangan yang timbul adalah arus dan tegangan
sebenarnya, sehingga pendekatan teori rangkaian dapat digunakan. Berbeda dengan
saluran transmisi, pada bumbung gelombang dan serat optik, arus dan tegangan yang
timbul bukan arus dan tegangan sebenarnya, sehingga dalam pembahasannya tidak
dapat digunakan teori rangkaian, tapi harus digunakan teori medan elektromagnetik
dengan menurunkan medan-medan listrik dan magnetik dari persamaan Maxwell.
Walaupun demikian pada sebuah divais gelombang mikro sering dilakukan analisis
jaringan (network analysis) untuk memperoleh parameter-parameter divais, dan dalam
analisis jaringan biasanya digunakan besaran-besaran arus dan tegangan,. Gambar 1.1
memperlihatkan bentuk fisik dari beberapa jenis saluran transmisi, dan simbol pada
rangkaian elektronik diperlihatkan pada Gambar 1.2.

Gambar 1.1 Bentuk fisik beberapa saluran transmisi (a) saluran dua kawat
paralel; (b) kabel sesumbu (coaxial); (c) saluran mikrostrip (microstrip line)

Z0, 

Gambar 1.2 Simbol saluran transmisi pada rangkaian elektronik

1.2 Gelombang Elektromagnetik


Gelombang elektromagnetik dapat diselesaikan dengan menggunakan persamaan-
persamaan Maxwell pada daerah bebas sumber. Persamaan Maxwell untuk daerah
bebas sumber, dengan fungsi waktu sinusoidal, ditulis sebagai ejt , adalah

  E   jH (1.1a)
  H  jE (1.1b)
 D  0 (1.1c)
 B  0 (1.1d)

Saluran Transmisi 1-2


dengan 𝑗 = √−1, dan  = 2f adalah frekuensi anguler (rad/sec), f adalah frekuensi
(Hz). E adalah medan listrik (volt/m), H medan magnetik (A/m), D rapat fluks listrik
(C/m2), dan B rapat fluks magnetik (weber/m2).
Persamaan pertama, (1.1a), menunjukkan sirkulasi dari medan listrik yang berubah
terhadap waktu akan menghasilkan medan magnetik yang juga berubah terhadap waktu
dengan beda fasa 90o. Sedangkan pada persamaan (1.1b) sirkulasi medan magnetik
yang berubah terhadap waktu akan menghasilkan medan listrik yang berubah waktu
juga dengan beda fasa 90o. Jadi medan listrik yang bersirkulasi akan menghasilkan
medan magnetik yang bersirkulasi juga dan seterusnya sehingga muncullah gejala
gelombang, karena gelombang ini terbentuk dari medan listrik dan medan magnetik
yang masing-masing saling tegak lurus (beda fasa 90o), maka gelombang tersebut
disebut gelombang elektromagnetik.
Persamaan (1.1c) dan (1.1d) adalah divergensi. Nilai divergensi dari D berharga nol
karena pada daerah tersebut tidak ada sumber sehingga jika kita membuat permukaan
Gauss, maka fluks listrik yang keluar dari permukaan Gauss tersebut akan sama dengan
yang masuk. Jadi jumlah total garis gaya listriknya berjumlah nol. Untuk medan
magnetik, B, selalu membentuk loop tertutup sehingga fluks magnetik yang keluar akan
masuk kembali ke dalam permukaan Gauss tersebut (medan listrik keluar dari kutub
utara dan masuk ke kutub selatan). Dengan demikian kedua divergensi tersebut bernilai
nol. Antara rapat fluks listrik D dengan medan listrik E, dan rapat fluks magnetik B
dengan medan magnetik H, dihubungkan oleh konstanta yang menyatakan hubungan
konstitutif, yaitu:

D  E (1.2a)
B  H (1.2b)

dengan  dan  adalah parameter konstitutif, yaitu permitivitas dan permeabilitas


medium. Untuk mendapatkan persamaan gelombang, maka (1.1a) kita curl kan lagi
untuk memperoleh

    E   2 E  k 2 E

dengan k =   adalah bilangan gelombang untuk gelombang di ruang bebas


(unbounded space). Dari identitas matematik diketahui bahwa     E 
(  E )   2 E dan dengan bantuan (1.2a) diperoleh

 2 E  k 2 E . (1.3)

Dengan cara yang sama, operasi tersebut dapat dilakukan pada (1.1b) sehingga
diperoleh

 2 H  k 2 H (1.4)

Vektor E dan H pada (1.3) dan (1.4) adalah getaran-getaran medan listrik dan medan
magnetik. Jadi arah vektornya adalah arah getar. Sedangkan vektor  menunjukkan
turunan parsial terhadap ruang yang menunjukkan arah propagasi. Contoh, misalnya

Saluran Transmisi 1-3


dalam sistem koordinat rectangular (Cartesian), vektor medan listrik dapat dituliskan
sebagai

𝑬 = 𝐸𝑥 (𝑥, 𝑦, 𝑧)𝒂𝑥 + 𝐸𝑦 (𝑥, 𝑦, 𝑧)𝒂𝑦 + 𝐸𝑧 (𝑥, 𝑦, 𝑧)𝒂𝑧

Artinya, untuk komponen yang pertama, medan listrik tersebut bergetar ke arah sumbu
x, dan berpropagasi (menjalar) ke arah sumbu x, y, dan z. Begitu juga untuk komponen-
komponen medan yang lainnya. Vektor operator  adalah

𝜕 𝜕 𝜕
𝛁= 𝒂𝑥 + 𝒂𝑦 + 𝒂𝑧
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧

Komponen pertama dari persamaan di atas menunjukkan gelombang menjalar ke arah


sumbu x, komponen yang kedua dan ketiga menunjukkan arah penjalaran ke sumbu y
dan z. Dengan demikian 2 adalah

𝜕2 𝜕2 𝜕2
𝛁2 = 2
+ 2
+ 2
= 𝛾𝑥2 + 𝛾𝑦2 + 𝛾𝑧2
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧

dengan  adalah konstanta propagasi. Dengan demikian komponen medan listrik yang
bergetar ke arah sumbu x dapat berpropagasi ke arah sumbu x, y, maupun sumbu z.
Begitu juga untuk komponen yang lainnya. Cara yang sama dapat digunakan untuk
menurunkan medan magnetik.

1.3 Gelombang Mode TEM


Untuk menyederhanakan masalah, kita misalkan saja gelombang hanya menjalar ke
arah sumbu z positif, dan arah getar medan listrik adalah ke sumbu x. Dengan
demikian, maka E = Exax sedangkan 2 =2/z2. Dengan mensubstitusikan
penyederhanaan ini ke (1.3), maka diperoleh

𝑑 2 𝐸𝑥
𝛁 2 𝐸𝑥 = = −𝑘 2 𝐸𝑥 (1.5)
𝑑𝑧 2

Pada (1.5), persamaan diferensial parsial berubah menjadi persamaan diferensial biasa.
Untuk gelombang yang menjalar, maka solusi umum dari (1.5) adalah

𝐸𝑥 = 𝐸0𝑥 𝑒 −𝛾𝑧 (1.6)

Dalam hal ini,  = z. E0x menunjukkan amplituda medan listrik, dan tanda (–) pada
konstanta propagasi menunjukkan bahwa gelombang tersebut menjalar ke arah sumbu z
positif. Untuk mengetahui bahwa (1.6) merupakan solusi dari (1.5), kita dapat
menurunkan (1.6) dua kali terhadap z. Turunan kedua terhadap z dari (1.6) adalah

𝑑 2 (𝐸0𝑥 𝑒 −𝛾𝑧 )
2
= 𝛾 2 𝐸0𝑥 𝑒 −𝛾𝑧 = 𝛾 2 𝐸𝑥
𝑑𝑧

Persamaan di atas menjadi solusi dari (1.5) jika dan hanya jika
Saluran Transmisi 1-4
𝛾 2 = −𝑘 2 ⟹ 𝛾 = 𝑗𝑘 = 𝑗𝜔√𝜇𝜀 (1.7)

Medan magnetik dapat dicari dengan menggunakan (1.1a), yaitu:

𝒂𝑥 𝒂𝑦 𝒂𝑧
𝐻𝑥 𝒂𝑥
𝜕 𝜕
𝛁×𝑬= | −𝛾 | = −𝑗𝜔𝜇 [𝐻𝑦 𝒂𝑦 ]
𝜕𝑥 𝜕𝑦
𝐻𝑧 𝒂𝑧
𝐸𝑥 0 0

Dari persamaan di atas terlihat bahwa Hx dan Hz berharga nol. Jadi yang ada hanya
komponen Hy saja, dan diberikan oleh

𝛾𝐸𝑥 = 𝑗𝜇𝜔𝐻𝑦

atau

𝛾
𝐻𝑦 = 𝐸 (1.8)
𝑗𝜔𝜇 𝑥

Dengan mensubstitusikan (1.6) dan (1.7) ke (1.8), maka medan magnetik diperoleh

𝜀
𝐻𝑦 = √ 𝐸0𝑥 𝑒 −𝑗𝑘𝑧 (1.9)
𝜇

Dengan melihat (1.6) dan (1.9) kita dapatkan medan listrik dan medan magnetik
keduanya tegak lurus (transversal) terhadap arah jalar (sumbu z positif), karenanya
gelombang tersebut dinamakan gelombang dengan mode transverse electromagnetic,
TEM.
Untuk getaran sinusoidal, medan listrik dan medan magnetik dapat dituliskan dalam
bentuk

𝜀
𝐸𝑥 = 𝐸𝑥0 𝑒 𝑗(𝜔𝑡−𝑘𝑧) , 𝐻𝑦 = √ 𝐸𝑥0 𝑒 𝑗(𝜔𝑡−𝑘𝑧) (1.10)
𝜇

Tetapi, karena ej = cos + jsin, maka (1.10) biasa dituliskan dalam bentuk

𝐸𝑥 = Re[𝐸0𝑥 𝑒 𝑗(𝜔𝑡−𝑘𝑧) ] = 𝐸0𝑥 cos(𝜔𝑡 − 𝑘𝑧)


(1.11a)
𝜀 𝜀
𝐻𝑦 = Re [√ 𝐸0𝑥 𝑒 𝑗(𝜔𝑡−𝑘𝑧) ] = √ 𝐸0𝑥 cos(𝜔𝑡 − 𝑘𝑧) (1.11b)
𝜇 𝜇

Pada saat t = 0, gelombang elektromagnetik diperlihatkan pada Gambar 1.3 di bawah


ini.

Saluran Transmisi 1-5


x Ex = E0xcos(kz)

y Hy = H0ycos(kz)

Gambar 1.3 Gelombang mode TEM pada t = 0

1.3.1 Konstanta Propagasi


Persamaan konstanta propagasi diberikan oleh (1.7). Dengan mengingat bahwa
bilangan gelombang,

𝜔
𝑘=
𝑣

dimana v adalah kecepatan gelombang, maka didapatkan kecepatan gelombang


elektromagnetik adalah

1
𝑣=
√𝜇𝜀

dan jika mediumnya vakum, kecepatan gelombang elektromagnetik sama dengan


kecepatan cahaya, yaitu:

1
𝑣=𝑐= = 3 × 108 m/det (1.12)
√𝜇0 𝜀0

karena, 0 = 4107 (A/m) dan  = 109/36 (F/m). Dalam dielektrik, yang konstanta
dielektriknya r, kecepatan gelombang adalah

𝑐
𝑣= (1.13)
√𝜀𝑟

Konstanta propagasi dapat dituliskan dalam bentuk

𝛾 = 𝛼 + 𝑗𝛽

dengan  adalah konstanta redaman (neper/m) dan  adalah konstanta fasa (rad/m).
Pada medium vakum, gelombang menjalar tidak diredam, karena 𝑘 = 𝜔⁄𝑐 sehingga
Saluran Transmisi 1-6
𝛾 = 𝑗𝛽0 ⟹ 𝛽0 = 𝜔⁄𝑐 (1.14)

Kemudian, karena  = 2/, dengan  adalah panjang gelombang (m), maka

𝑐
𝜆0 = (1.15)
𝑓

Dalam dielektrik tak meredam,

𝜔√𝜀𝑟 𝑐 𝜆0
𝛽= = 𝛽0 √𝜀𝑟 , ⟹ 𝜆= = (1.16)
𝑐 𝑓√𝜀𝑟 √𝜀𝑟

1.3.2 Impedansi Intrinsik Medium


Impedansi intrinsik medium, secara umum, diberikan oleh (1.8), yaitu:

𝐸𝑥 𝑗𝜔𝜇 𝜇
𝜂= = =√ (1.17)
𝐻𝑦 𝛾 𝜀
Untuk vakum, impedansi intrinsik menjadi

𝜇0
𝜂0 = √ = 120𝜋 = 377Ω (1.18)
𝜀0
Sedangkan untuk dielektrik yang tidak meredam,

𝜂0
𝜂= (1.19)
√𝜀𝑟

Contoh 1.1: Suatu medium dielektrik tak merugi diketahui memiliki parameter berikut:
 = 0,  = 3,40. Sebuah vektor medan listrik diberikan oleh persamaan E =
10sin(3108t  z)ax (V/m). Hitunglah: (a) E0x; (b) f; (c) ; (d) v; (e) ; (f) H0x; (g) .

Solusi:
(a) E0x adalah amplituda dari getaran medan listrik. Dengan melihat persamaan
medan listrik di atas, maka diketahui E0x = 10 V/m.
(b) Frekuensi gelombang dapat dihitung dari frekuensi angularnya, yaitu:

𝜔 3𝜋 × 108
𝑓= = = 150 MHz
2𝜋 2𝜋

(c) Konstanta fasa diperoleh dari (1.16), yaitu:

𝜔√𝜀𝑟 2𝜋 × 150 × 106 √3,4


𝛽= = = 1,844𝜋 rad/m
𝑐 3 × 108

(d) Kecepatan gelombang dicari dengan menggunakan (1.13),


Saluran Transmisi 1-7
𝑐
𝑣= = 0,54𝑐 = 1,63 × 108 m/det
√3,4

(e) Impedansi intrinsik medium adalah (menggunakan (1.19))

𝜂0 377
𝜂= = = 204,5 Ω
√𝜀𝑟 √3,4

(f) Amplituda medan magnetik diperoleh

𝐸0𝑥 10
𝐻0𝑥 = = = 48,9 mA/m
𝜂 204,5

(g) Panjang gelombang didapat dengan menggunakan (1.16)

𝑐 3 × 108
𝜆= = = 108,5 cm
𝑓√𝜀𝑟 150 × 106 √3,4

1.3.3 Daya Gelombang Elektromagnetik


Gelombang dalam menjalar membawa daya. Untuk gelombang elektromagnetik,
daya gelombang diperoleh dari integral rapat daya gelombang elektromagnetik yang
disebut vektor Poynting. Vektor Poynting dituliskan sebagai berikut:

𝓟 = 𝑬 × 𝑯∗ (W/m2 ) (1.20)

dan daya gelombang elektromagnetik adalah

𝑃 = Re [∬(𝑬 × 𝑯∗ ) ∙ 𝑑𝑺] (𝑊) (1.21)

dengan Re[.] menunjukkan bagian riil, karena daya aktif harus bersifat riil. Integral
tersebut dilakukan pada luas tertentu dengan vektor elemen luas dS. Untuk kasus yang
sedang kita bahas, gelombang menjalar ke arah sumbu z positif, maka dS = dxdyaz, dan
vektor Poyntingnya diketahui
∗ |𝐸0𝑥 |2
−𝑗𝑘𝑧
𝐸0𝑥 𝑗𝑘𝑧
𝓟 = 𝐸0𝑥 𝑒 𝒂𝑥 × ∗ 𝑒 𝒂𝑦 = 𝒂𝑧
𝜂 𝜂∗

karena axay = az. Dengan demikian, maka daya gelombang elektromagnetiknya


menjadi

|𝐸0𝑥 |2 |𝐸0𝑥 |2
𝑃 = Re [∬ 𝒂𝑧 ∙ 𝑑𝑥𝑑𝑦𝒂𝑧 ] = ∬ 𝑑𝑥𝑑𝑦
𝜂∗ 𝜂

Saluran Transmisi 1-8


1.3.4 Penjalaran Gelombang Dalam Dielektrik Meredam
Dalam kenyataan, medium dielektrik dimana gelombang menjalar, selain vakum,
bersifat meredam. Hal ini karena dielektrik memiliki konduktivitas yang tidak
takterhingga. Parameter dari dielektrik yang kita bahas di sini adalah konduktivitas, ,
konstanta dielektrik kompleks, r = r jr, dan  = 0. Permitivitas kompleks dari
dielektrik dituliskan dalam persamaan berikut:

𝜎
𝜀 = 𝜀0 (𝜀𝑟′ − 𝑗𝜀𝑟′′ ) = 𝜀0 (𝜀𝑟′ − 𝑗 ) F/m (1.22)
𝜔𝜀0

Dengan demikian besaran-besaran yang berhubungan akan berubah. Konstanta


propagasi dalam medium yang meredam menjadi:

𝜎
𝛾 = 𝑗𝜔√𝜇0 𝜀0 (𝜀𝑟′ − 𝑗 ) (1.23)
𝜔𝜀0

Persamaan (1.23) dapat diuraikan menjadi

𝜔√𝜀𝑟′ 𝜎
𝛾=𝑗 √1 − 𝑗 ′ (1.24)
𝑐 𝜔𝜀

dengan  = r0. Jika / ≪ 1, maka

𝜎 𝜎
√1 − 𝑗 ≈ 1 − 𝑗
𝜔𝜀 ′ 2𝜔𝜀 ′

sehingga (1.24) menjadi

𝜎𝜂0 𝜔√𝜀𝑟′
𝛾= +𝑗 = 𝛼 + 𝑗𝛽 (1.25)
2√𝜀𝑟′ 𝑐

Dari (1.25) dapat ditentukan konstanta redaman dielektrik dan konstanta fasanya untuk
dielektrik dengan redaman kecil. Redaman dielektrik biasanya dinyatakan dengan
tangen rugi-rugi (loss tangent) yang didefinisikan sebagai

𝜀𝑟′′ 𝜎
tan𝛿 = ′ = (1.26)
𝜀𝑟 𝜔𝜀 ′

Dengan demikian redaman dielektrik dapat dituliskan dalam bentuk:

𝜔√𝜀𝑟′ (1.27)
𝛼𝑑 = tan𝛿
2𝑐

Saluran Transmisi 1-9


Contoh 1.2: Sebuah gelombang dengan frekuensi 2,45 GHz berpropagasi dalam
dilektrik yang memiliki parameter sebagai berikut: r = 4,  = 0,1 S/m,  = 0.
Hitunglah konstanta propagasi, konstanta redaman (dB/m), tangen rugi-rugi, dan
konstanta fasa gelombang.

Solusi:
Berdasarkan (1.25),

𝜎𝜂0 0,1 × 377


𝛼𝑑 = = = 9,425 Np/m
2√𝜀𝑟′ 2√4

𝜔√𝜀𝑟′ 2𝜋 × 2,45 × 109 √4


𝛽= = = 102,63 rad/m
𝑐 3 × 108

Jadi, konstanta propagasinya adalah

𝛾 = 9,425 + 𝑗102,63 /m

dengan konstanta redaman

𝛼𝑑 = 9,425 × 8,68 = 81,81 dB/m

Tangen rugi-rugi diperoleh dari (1.26):

𝜎 0,1
tan𝛿 = ′
= = 0,18
𝜔𝜀 2𝜋 × 2,45 × 109 × 4 × 10−9⁄36𝜋

Impedansi intrinsik medium dielekrik menjadi kompleks. Dengan menggunakan


(1.17) kita peroleh

𝜂0 ⁄√𝜀𝑟′
𝜂= (1.28)
𝜎
√1 − 𝑗
𝜔𝜀 ′

Contoh 1.3: Hitunglah impedansi intrinsik material (dielektrik) pada Contoh 1.2.

Solusi:
Dari (1.28) dapat kita hitung

𝜎 0,1

= = 0,1837
𝜔𝜀 2𝜋 × 2,45 × 109 × 4 × 10−9⁄36𝜋

Dengan demikian

𝜎
√1 − 𝑗 = √1 − 𝑗0,1837 = 1,0083∠ − 5,205
𝜔𝜀 ′

Saluran Transmisi 1-10


sehingga dengan menggunakan (1.28)
377⁄√4
𝜂= = 186,95∠5,205 = 186,2 + 𝑗16,96 Ω
1,0083∠ − 5,205

1.3.5 Penjalaran Gelombang Dalam Konduktor yang Baik


Konduktor yang baik adalah material dengan konduktivitas yang sangat besar,
maka berdasarkan (1.22) konduktor adalah material dengan rugi-rugi yang tinggi. Di
sini, konduktor didefinisikan sebagai material dengan / > 100. Dengan demikian
impedansi intrinsik material dan konstanta propagasi gelombang dalam konduktor yang
baik adalah

√𝜇 ⁄𝜀 ′ 𝜔𝜇
𝜂= =√ ∠45∘ Ω (1.29)
𝜎 𝜎
√−𝑗
𝜔𝜀 ′

𝛾 = √𝜔𝜇𝜎∠45∘ = √𝜋𝑓𝜇𝜎 + 𝑗√𝜋𝑓𝜇𝜎 (1.30)

Sekarang kita perhatikan: impedansi intrinsik untuk dielektrik sempurna bernilai


resistif murni, artinya sudut fasa dari impedansi tersebut adalah 0o, sedangkan untuk
konduktor yang baik, fasa dari impedansi intrinsiknya 45o. Dari sini kita ketahui bahwa
sudut impedansi untuk sembarang material berada antara 0o dan 45o. Keadaan ini
berbeda dengan rangkaian, dimana, sudut impedansi dapat berada antara – 90o hingga
90o. Juga, terlihat oleh gelombang, sudut impedansi ini bernilai positif. Hal ini berarti,
bagi gelombang datar, dalam material konduktor fasa dari medan magnetik H dapat
tertinggal oleh medan listrik E sebesar 45o.
Dari (1.30) terlihat konstanta redaman dan konstanta fasa dari gelombang
berbanding lurus dengan akar dari frekuensi dan nilai keduanya sama besar. Jadi makin
tinggi frekuensi redaman yang dialami gelombang makin besar, dan perubahan fasanya
juga makin besar. Medan listrik pada jarak l dapat dituliskan sebagai berikut:

𝐸𝑥 = 𝐸𝑥0 𝑒 −𝛾𝑙 = 𝐸0𝑥 𝑒 −𝛼𝑙 𝑒 −𝑗𝛽𝑙

Pada jarak l = 1/ = 1/,

𝐸𝑥 = 𝐸𝑥0 𝑒 −1 𝑒 −𝑗

Medan listrik E (juga medan magnetik H) diredam sebesar e–1 dari nilai semual dan
mengalami perubahan fasa 1 radian dari fasa semula. Jarak l = 1/ ini disebut
kedalaman kulit (skin depth). Jadi dalam konduktor yang baik,

1 1
𝑠𝑘𝑖𝑛 𝑑𝑒𝑝𝑡ℎ = 𝛿 = = (m) (1.31)
𝛼 √𝜋𝑓𝜇𝜎

Saluran Transmisi 1-11


Contoh 1.4: Tentukan fasa dan amplituda medan listrik E pada kedalaman 0,1 mm ke
dalam lembaran tembaga relatif terhadap ampituda pada permukaan lembaran tembaga
tersebut pada frekuensi 1 GHz. Gelombang berarah tegak lurus pada lembaran
tembaga.

Solusi:
Pertama kita hitung:

𝜎 5,7 × 107
= = 1,04 × 109
𝜔𝜀 ′ 2𝜋 × 109 (8,85 × 10−12 )

jauh lebih besar dari 100, jadi tembaga pada frekuensi tersebut merupakan konduktor
yang baik. Konstanta redaman dan fasa adalah

𝛼 = 𝛽 = √𝜋𝑓𝜇𝜎 = √𝜋 × 109 × 4𝜋 × 10−7 × 5,7 × 107 = 4,79 × 105 /m

Pada kedalaman 0,1 mm = 10–4 m,

𝑬𝑥 5 −4
= 𝑒 −4,79×10 ×10 = 1,58 × 10−21
𝑬𝑥0

dan

𝛽 = 4,79 × 105 × 10−4 = 47,9 rad

1.4 Pantulan dan Transmisi Gelombang Datar


Pantulan dan transmisi gelombang terjadi jika gelombang menemui perbatasan dua
medium yang berbeda. Gambar 1.3 memperlihatkan ilustrasi gelombang datar pada
perbatasan dua medium. Pada gambar tersebut, gelombang dating dengan sudut datang
sembarang, i, dari medium 1 dengan permitivitas 1, ke medium 2 dengan permitivitas
2. Sebagian gelombang datang tersebut akan dipantulkan dan sebagiannya lagi akan
ditransmisikan, seperti diperlihatkan pada gambar tersebut.

Gambar 1.4 Gelombang datar pada perbatasan dua medium

Saluran Transmisi 1-12


Misalkan konstanta fasa gelombang datang adalah i, maka konstanta fasa ini dapat
kita tuliskan sebagai

𝜷𝑖 = 𝛽1 (sin(𝜃𝑖 ) 𝒂𝑥 + cos(𝜃𝑖 ) 𝒂𝑧 ) (1.32)

dengan 𝛽1 = 𝜔√𝜀𝑟1⁄𝑐 , adalah konstanta fasa di medium 1, c adalah kecepatan cahaya


di vakum dan r1 adalah konstanta dielektrik medium 1. Medan elektromagnetik
gelombang datang dapat kita tuliskan sebagai berikut:

𝑬𝑖 = 𝑬0𝑖 𝑒 −𝑗𝜷𝑖 ∙𝒓 = 𝑬0𝑖 𝑒 −𝑗𝛽1 (𝑥sin(𝜃𝑖 ) +𝑧cos(𝜃𝑖 )) (1.33)


𝑯𝑖 = 𝜷𝑖 × 𝑬𝑖 ⁄(𝜔𝜇)

E0i adalah vektor getaran listrik yang arahnya tegak lurus pada i, dan secara umum
polarisasinya linier atau eliptis. Jika batas dua medium tersebut kita set pada z = 0,
maka gelombang datang dari z < 0 dan sebagian gelombang ditransmisikan pada z > 0.
Selain gelombang datang, pada z < 0 juga ada gelombang pantul. Dengan demikian
medan keseluruhan untuk z < 0 adalah superposisi dari gelombang datang dan
gelombang pantul tersebut.
Untuk gelombang pantul, medan elektromagnetik diberikn oleh:

𝑬𝑟 = 𝑬0𝑟 𝑒 −𝑗𝜷𝑟 ∙𝒓 = 𝑬0𝑟 𝑒 −𝑗𝛽1 (𝑥sin(𝜃𝑟 )−𝑧cos(𝜃𝑟 ))


(1.34)
𝑯𝑟 = 𝜷𝑟 × 𝑬𝑟 ⁄(𝜔𝜇)

dengan

𝜷𝑟 = 𝛽1 (sin(𝜃𝑖 ) 𝒂𝑥 − cos(𝜃𝑖 ) 𝒂𝑧 ) (1.35)

Sedangkan untuk gelombang yang ditransmisikan,

𝑬𝑡 = 𝑬0𝑡 𝑒 −𝑗𝜷𝑡 ∙𝒓 = 𝑬0𝑡 𝑒 −𝑗𝛽2 (𝑥sin(𝜃𝑡)+𝑧cos(𝜃𝑡)) (1.36)


𝑯𝑡 = 𝜷𝑡 × 𝑬𝑡 ⁄(𝜔𝜇)

𝜷𝑡 = 𝛽2 (sin(𝜃𝑡 ) 𝒂𝑥 + cos(𝜃𝑡 ) 𝒂𝑧 ), 𝛽2 = 𝜔√𝜀𝑟2⁄𝑐 (1.37)

1.4.1 Hukum Snelius dan Pantulan Total


Syarat batas ditentukan pada perbatasan kedua medium. Pada z = 0, gelombang
harus kontinyu. Berdasarkan ini, maka

𝛽𝑖𝑥 = 𝛽𝑟𝑥 = 𝛽𝑡𝑥 (1.38)

Dengan melihat (1.32), (1.35), dan (1.37) kita peroleh

𝜃𝑖 = 𝜃𝑟 (1.39a)
√𝜀𝑟1 sin(𝜃𝑖 ) = √𝜀𝑟2 sin(𝜃𝑡 ) (1.39b)

Persamaan (1.39) adalah hukum Snelius. Hukum yang pertama menyatakan sudut
datang dan sudut pantul besarnya sama. Perlu diingat, sudut datang, sudut pantul, dan
Saluran Transmisi 1-13
sudut bias (sudut transmisi) semuanya diukur terhadap garis normal. Hukum Snelius
yang kedua adalah perbandingan sinus dari sudut datang dan sudut pantul sama dengan
perbandingan indeks biasnya, yaitu:

sin(𝜃𝑖 ) 𝜀𝑟2 𝑛2
=√ = (1.40)
sin(𝜃𝑡 ) 𝜀𝑟1 𝑛1

dengan 𝑛𝑖 = √𝜀𝑟𝑖 adalah indeks bias dari medium ke i. Dari (1.40) diperoleh juga

𝜀𝑟1 2
cos(𝜃𝑡 ) = √1 − sin (𝜃𝑖 ) (1.41)
𝜀𝑟2

Jika 𝜀𝑟1 > 𝜀𝑟2 , yaitu, gelombang datang dari medium yang lebih rapat ke medium
yang kurang kerapatannya, maka gelombang yang ditransmisikan akan menjauhi garis
normal. Jika sudut datang terus diperbesar, suatu saat sudut bias akan tegak lurus
terhadap garis normal, 𝜃𝑡 = 𝜋⁄2. Pada keadaan ini, sudut datang tersebut disebut sudut
kritis, c. Jadi:

𝑛2 𝜀𝑟2
𝜃𝑐 = sin−1 ( ) = sin−1 (√ ) (1.42)
𝑛1 𝜀𝑟1

Kemudian, jika sudut datang lebih besar dari sudut kritis, maka (𝑛1 ⁄𝑛2 ) sin(𝜃𝑖 ) > 1,
karenanya tidak ada solusi untuk t. Artinya gelombang yang ditransmisikan tidak lagi
menjalar, tapi diredam dalam arah z dengan konstanta redaman t. Dengan demikian
konstanta propagasi di medium dua menjadi kompleks, yaitu: 𝜸𝑡 = 𝛼2 𝒂𝑧 + 𝑗𝛽2 𝒂𝑥 .
Substitusikan konstanta propagasi ini ke (1.37) dengan mengganti t menjadi t, maka
diperoleh

𝜸𝑡 = 𝜶𝑡 + 𝑗𝜷𝑡 = 𝑗𝛽2 (sin(𝜃𝑡 ) 𝒂𝑥 + cos(𝜃𝑡 ) 𝒂𝑧 ) (1.43)

Persamaan (1.41) dapat dituliskan kembali menjadi

𝜀𝑟1 2
cos(𝜃𝑡 ) = −𝑗√ sin (𝜃𝑖 ) − 1
𝜀𝑟2

Substitusikan persamaan ini ke (1.43) sehingga (1.43) menjadi

𝜀𝑟1 2
𝜸𝑡 = 𝜶𝑡 + 𝑗𝜷𝑡 = 𝑗𝛽2 (sin(𝜃𝑡 ) 𝒂𝑥 + −𝑗√ sin (𝜃𝑖 ) − 1 𝒂𝑧 )
𝜀𝑟2

Saluran Transmisi 1-14


atau, dengan menggunakan (1.40) untuk sin(t)
𝜀𝑟1 𝜀𝑟1
𝜸𝑡 = 𝜶𝑡 + 𝑗𝜷𝑡 = 𝛽2 √ sin2 (𝜃𝑖 ) − 1 𝒂𝑧 + 𝑗𝛽2 √ sin(𝜃𝑖 ) 𝒂𝑥 (1.44)
𝜀𝑟2 𝜀𝑟2

Vektor konstanta propagasi kompleks menunjukkan menunjukkan gelombang mode TE


atau TM yang berpropagasi dalam arah x dan diredam dalam arah z. Dari (1.44) terilha
jelas bahwa vektor konstantaa redaman dan vektor konstanta fasa untuk gelombang
yang ditransmisikan, masing-masing, adalah

𝜀𝑟1 𝜀𝑟2
𝜶𝑡 = 𝛽2 √ sin2(𝜃1 ) − 1𝒂𝑧 = 𝛽1 √sin2 (𝜃1 ) − 𝒂 (1.45)
𝜀𝑟2 𝜀𝑟1 𝑧

𝜀𝑟1
𝜷𝑡 = 𝛽2 √ sin(𝜃𝑖 ) 𝒂𝑥 = 𝛽1 sin(𝜃𝑖 ) 𝒂𝑥 (1.46)
𝜀𝑟2

Gelombang tersebut tidak membawa daya riil dalam arah z. Gelombang semacam ini
disebut gelombang permukaan (surface wave), karena gelombang menjalar sepanjang
perbatasan kedua medium, dan gelombang diredam dan berkurang secara eksponensial
dalam medium kedua. Daya riil yang dibawa gelombang diberikan ke gelombang
pantul. Dengan alasan ini, maka pada keadaan sudut datang lebih besar dari sudut kritis
disebut sebagai pantulan total (total reflection). Catatan, walaupun daya gelombang
datang dialihkan ke gelombang pantul, daya pada medium dua tidaklah nol, tapi
berkurang secara eksponensial.

1.4.2 Koefisien Pantul dan Transmisi


Syarat pada (1.38) dan hukum Snelius pada (1.39) adalah perlu tapi tidak cukup
untuk menjamin kontinyuitas medan listrik dan magnetik arah tangensial pada batas
kedua medium, z = 0.
Sekarang kita asumsikan gelombang elektromagnetik terpolarisasi linier.
Kemudian kita bermaksud menentukan koefisien pantul dan koefisien transmisi pada
perbatasan dua medium. Medan listrik dan medan magnetik yang paralel terhadap
bidang z = 0, akan kita beri subscript “”. Jadi kita tuliskan

𝐸0𝑖𝜏 , 𝐸0𝑟𝜏 , 𝐸0𝑡𝜏


𝐻0𝑖𝜏 , 𝐻0𝑟𝜏 , 𝐻0𝑡𝜏

untuk komponen medan E dan medan H dari gelombang datang, gelombang pantul, dan
gelombang transmisi yang arahnya tangensial pada bidang z = 0. Kontinyuitas medan
pada perbatasan kedua medium mensyaratkan:

𝐸0𝑖𝜏 + 𝐸0𝑟𝜏 = 𝐸0𝑡𝜏


(1.47)
𝐻0𝑖𝜏 + 𝐻0𝑟𝜏 = 𝐻0𝑡𝜏

Saluran Transmisi 1-15


Sekarang kita definisikan sebuah konsep impedansi tangensial 𝜂𝜏 sebagai perbandingan
antara medan listrik dan medan magnetik, yaitu:

𝐸0𝑖𝜏 𝐸0𝑟𝜏
𝜂𝜏1 = =−
𝐻0𝑖𝜏 𝐻0𝑟𝜏
𝐸0𝑡𝜏 (1.48)
𝜂𝜏2 =
𝐻0𝑡𝜏

Akn terlihat nanti, impedansi-impedansi ini akan bergantung pada polarisasi dan sudut
datang gelombang.
Koefisien pantul dan koefisien transmisi didefinisikan sebagai

𝐸0𝑟𝜏
Γ=
𝐸0𝑖𝜏
𝐸0𝑡𝜏 (1.49)
Τ=
𝐸0𝑖𝜏

Dengan menggunakan (1.48) dan (1.49) ke (1.47), maka diperoleh

1+Γ=Τ
1 1 (1.50)
(1 − Γ) = Τ
𝜂𝜏1 𝜂𝜏2

Dari kedua persamaan di atas, dengan mudah kita dapatkan

𝜂𝜏2 − 𝜂𝜏1
Γ=
𝜂𝜏2 + 𝜂𝜏1
2𝜂𝜏2 (1.51)
Τ=
𝜂𝜏2 + 𝜂𝜏1

Untuk menentukan nilai impedansi tangensial, harus dibedakan untuk dua kasus,
yaitu: apakah medan listrik tegak lurus atau paralel terhadap bidang datang, yaitu
bidang (xz) yang pada bidang itu ada vektor konstanta fasa 1 dan arah normal (z)
terhadap perbatasan (lihat Gambar 1.4).

Polarisasi Tegak Lurus


Gambar 1.5 memperlihatkan kasus ini. Vektor medan-medan listrik untuk
gelombang datang, gelombang pantul, dan gelombang transmisi dapat dituliskan
sebagai:

𝑬0𝑖 = 𝐸0𝑖 𝒂𝑦
𝑬0𝑟 = 𝐸0𝑟 𝒂𝑦 (1.52)
𝑬0𝑡 = 𝐸0𝑡 𝒂𝑦

Vektor medan magnetik yang berhubungan dengan medan listrik tersebut adalah

Saluran Transmisi 1-16


Gambar 1.5 Pantulan gelombang untuk polarisasi tegak lurus

𝐸0𝑖
𝑯0𝑖 = (− cos(𝜃𝑖 ) 𝒂𝑥 + sin(𝜃𝑖 ) 𝒂𝑧 )
𝜂1
𝐸0𝑟
𝑯0𝑟 = (cos(𝜃𝑖 ) 𝒂𝑥 + sin(𝜃𝑖 ) 𝒂𝑧 ) (1.53)
𝜂1
𝐸0𝑡
𝑯0𝑡 = (− cos(𝜃𝑡 ) 𝒂𝑥 + sin(𝜃𝑡 ) 𝒂𝑧 )
𝜂2

Sudut refleksi sama dengan sudut datang, karenanya, pada (1.53) untuk gelombang
pantul tetap kita gunakan sudut datang i. Dengan demikian, impedansi tangensial
adalah

𝐸0𝑖𝑥 𝐸0𝑟𝑥 𝜂1
𝜂𝜏1 = =− =
𝐻0𝑖𝑥 𝐻0𝑟𝑥 cos(𝜃𝑖 )
(1.54)
𝐸0𝑡𝑥 𝜂2
𝜂𝜏2 = =
𝐻0𝑡𝑥 cos(𝜃𝑡 )

Substitusikan (1.54) ke (1.51) untuk memperoleh

𝜂2 cos(𝜃𝑖 ) − 𝜂1 cos(𝜃𝑡 )
Γ⊥ =
𝜂2 cos(𝜃𝑖 ) + 𝜂1 cos(𝜃𝑡 )
(1.55)
2𝜂2 cos(𝜃𝑖 )
Τ⊥ =
𝜂2 cos(𝜃𝑖 ) + 𝜂1 cos(𝜃𝑡 )

Dengan menggunakan (1.41) untuk mengganti cos(𝜃𝑡 ) dan kenyataan bahwa


𝜂1 ⁄𝜂2 = √𝜀𝑟2⁄𝜀𝑟1 , maka (1.55) dapat dituliskan kembali menjadi

Saluran Transmisi 1-17


𝜀
cos(𝜃𝑖 ) − √𝜀𝑟2 − sin2 (𝜃𝑖 )
𝑟1
Γ⊥ =
𝜀
cos(𝜃𝑖 ) + √𝜀𝑟2 − sin2 (𝜃𝑖 )
𝑟1
(1.56)
2 cos(𝜃𝑖 )
Τ⊥ =
𝜀
cos(𝜃𝑖 ) + √𝜀𝑟2 − sin2 (𝜃𝑖 )
𝑟1

Gambar 1.6 memperlihatkan harga mutlak koefisien pantul terhadap sudut datang untuk
polarisasi tegak lurus. Terlihat bahwa nilai koefisien pantul naik secara monoton
dengan membesarnya sudut datang.

Gambar 1.6 Koefisien pantul terhadap sudut datang

Polarisasi Paralel
Kasus lain yang merupakan dual dari kasus polarisasi tegak lurus adalah polarisasi
horizontal. Kasus ini diperlihatkan pada Gambar 1.7 di bawah ini. Dari gambar tersebut
terlihat bahwa medan magnetik berarah ke sumbu y sedangkan medan listrik berada
pada bidang datang (bidang xz). Medan listrik pada medium satu dan medium dua
dapat dituliskan sebagai berikut:

𝐸0𝑖
𝑬𝑖 = 𝐸0𝑖 (cos(𝜃𝑖 ) 𝒂𝑥 − sin(𝜃𝑖 ) 𝒂𝑧 ) 𝑯0𝑖 = 𝒂 (1.57a)
𝜂1 𝑦
𝐸0𝑟
𝑬𝑟 = 𝐸0𝑟 (− cos(𝜃𝑖 ) 𝒂𝑥 − sin(𝜃𝑖 ) 𝒂𝑧 ) 𝑯0𝑟 = 𝒂 (1.57b)
𝜂1 𝑦

Saluran Transmisi 1-18


𝐸0𝑡
𝑬𝑡 = 𝐸0𝑡 (cos(𝜃𝑡 ) 𝒂𝑥 − sin(𝜃𝑡 ) 𝒂𝑧 ) 𝑯0𝑡 = 𝒂 (1.57c)
𝜂2 𝑦

Gambar 1.7 Polarisasi paralel

Impedansi tangensial adalah

𝐸0𝑖𝑥 𝐸0𝑟𝑥
𝜂𝜏1 = =− = 𝜂1 cos(𝜃𝑖 )
𝐻0𝑖 𝐻0𝑟
(1.58)
𝐸0𝑡𝑥
𝜂𝜏2 = = 𝜂2 cos(𝜃𝑡 )
𝐻0𝑡

Substitusikan (1.58) ke (1.51) sehingga diperoleh

𝜂2 cos(𝜃𝑡 ) − 𝜂1 cos(𝜃𝑖 )
Γ∥ = (1.59)
𝜂2 cos(𝜃𝑡 ) + 𝜂1 cos(𝜃𝑖 )

dan dengan menggunakan (1.41) kemudian mensubstitusikan perbandingan impedansi


intrinsik pada medium dua dan medium satu, kita dapat menuliskan kembali koefisien
pantul untuk polarisasi paralel sebagai

𝜀 𝜀
√1 − 𝜀𝑟1 sin2 (𝜃𝑖 ) − √𝜀𝑟2 cos(𝜃𝑖 )
𝑟2 𝑟1
Γ∥ =
𝜀 𝜀
√1 − 𝜀𝑟1 sin2 (𝜃𝑖 ) + √𝜀𝑟2 cos(𝜃𝑖 )
𝑟2 𝑟1

Jika persamaan di atas kita kalikan lagi dengan √𝜀𝑟2⁄𝜀𝑟1 , maka akan kita dapatkan

Saluran Transmisi 1-19


𝜀 𝜀
√𝜀𝑟2 − sin2 (𝜃𝑖 ) − 𝜀𝑟2 cos(𝜃𝑖 )
𝑟1 𝑟1
Γ∥ = (1.60)
𝜀 𝜀
√𝜀𝑟2 − sin2 (𝜃𝑖 ) + 𝜀𝑟2 cos(𝜃𝑖 )
𝑟1 𝑟1

Untuk koefisien transmisi, tidak boleh hanya digunakan medan listrik tangensial
saja tapi harus medan listrik total. Jadi

𝐸0𝑡 𝐸0𝑡𝑥 ⁄cos(𝜃𝑡 ) 2𝜂2 cos(𝜃𝑖 )


Τ∥ = = =
𝐸0𝑖 𝐸0𝑖𝑥 ⁄cos(𝜃𝑖 ) 𝜂2 cos(𝜃𝑡 ) + 𝜂1 cos(𝜃𝑖 )

Kemudian, dengan cara yang sama seperti pada koefisien pantul, akhirnya diperoleh
koefisien transmisi untuk polarisasi paralel adalah

2cos(𝜃𝑖 )
Τ∥ =
𝜀 𝜀 (1.61)
√𝜀𝑟2 − sin2 (𝜃𝑖 ) + 𝜀𝑟2 cos(𝜃𝑖 )
𝑟1 𝑟1

Plot dari koefisien pantul sebagai fungsi dari sudut datang untuk gelombang dengan
polarisasi paralel diperlihatkan pada Gambar 1.6. Dari gambar tersebut terlihat bahwa
pada sudut datang tertentu koefisien pantul bernilai nol. Sudut datang yang
menghasilkan koefisien pantul bernilai nol disebut sebagai sudut Brewster, B, dan
besarnya adalah

𝜀𝑟2
𝜃𝐵 = tan−1 (√ ) (1.62)
𝜀𝑟1

Pada keadaan ini sudut transmisi adalah

𝜃𝑡 = 𝜋⁄2 − 𝜃𝑖 (1.63)

Sudut Brewster disebut juga sudut polarisasi. Jadi, misalkan ada gelombang datang ke
permukaan batas dua medium dengan polarisasi eliptis, maka koefisien pantul
merupakan superposisi dari polarisasi tegak lurus dan polarisasi paralel. Kemudian,
yang polarisasi tegak lurus akan dipantulkan, sedangkan polarisasi paralel akan
ditransmisikan seluruhnya. Dengan demikian gelombang pantul akan berpolarisasi
linier.

Contoh 1.5: Sebuah gelombang dengan polarisasi paralel dikeluarkan oleh kapal selam
dalam air menuju udara. Anggap air merupakan dielektrik tak meredam dengan
konstanta dielektrik 81. Diinginkan seluruh daya gelombang ditransmisikan ke udara.
Berapakah besarnya sudut datang terhadap normal yang diperlukan?

Solusi:

Saluran Transmisi 1-20


Menurut Persamaan (1.62), maka

𝜀𝑟2 1 1
𝜃𝐵𝑎𝑢 = tan−1 (√ ) = tan−1 (√ ) = tan−1 ( ) = 6,34°
𝜀𝑟1 81 9

Ternyata sudut datangnya harus mendekati garis normal.

Contoh 1.6: untuk soal pada contoh 1.5, tapi sekarang gelombang dikeluarkan oleh
pesawat terbang di udara, dan diinginkan gelombang ditransmisikan seluruhnya ke
dalam air.

Solusi:
Untuk kasus ini berarti 𝜀𝑟2 = 81 dan 𝜀𝑟1 = 1 sehingga

𝜀𝑟2
𝜃𝐵𝑢𝑎 = tan−1 (√ ) == tan−1 (9) = 83,66°
𝜀𝑟1

Hampir tegak lurus pada garis normal.

Perlu dicatat bahwa jumlah sudut Brewster dari air ke udara dan dari udara ke air
adalah 90o. Berdasarkan trigonometri, kasus ini selalu berlaku tidak bergantung pada
jenis dielektriknya.

1.5 Soal-soal

1.

Saluran Transmisi 1-21

You might also like