Professional Documents
Culture Documents
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
negative pada bidang medis, AIDS juga berdampak pada bidang lainnya seperti
Indonesia begitu cepat.Ternyata dasar penularan awal epidemi ini disebabkan oleh
jarum suntik. Diperkirakan saat ini terdapatlebih dari 1,3 juta penderita HIV/AIDS
akibat jarum suntik. Jika terus berlanjut makan diperkirakan tahun 2020 jumlah itu
akan meningkat menjadi 2,3 juta orang. Dan sebagai mahasiswa keperawatan perlu
Banyak isu legal yang terjadi dalam perawatan pasien. perawatan pasien
dengan HIV/AIDS menimbulkan banyak masalah sulit tentang tes HIV, stigma, dan
diskriminasi, masalah di tempat kerja, dan masih banyak masalah yang lain.
mengevaluasi diri untuk memastikan tindakan telah sesuai dengan prinsip etik dan
hukum. Hukum merupakan proses yang dinamis sehingga tenaga kesehatan juga
harus selalu memperbaharui pengetahuan mereka tentang hukum yang berlaku saat
itu. Prinsipnya, bersikap jujur pada pasien dan meminta informed consent atas semua
B. Tujuan
HIV/AIDS.
e. Agar mengetahui Konsep Etik dan Hukum dalam Asuhan Keperawatan Pasien
HIV/AIDS
C. Ruang Lingkup
Adapun pembahasan makalah ini yaitu, pengertian, etiologi, faktor penyebab, proses
dan penularan dari HIV, pencegahan dan penatalaksanaan, dan Konsep Etik dan
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
yang dapat menyebabkan penyakit AIDS. Virus ini menyerang manusia dan
menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam
adalah singkatan dari Acquired imune deficiency syndrome yaitu menurunnya daya
tahan tubuh terhadap berbagai penyakit karena adanya infeksi virus HIV (human
Immunodeficiency virus). Antibodi HIV positif tidak diidentik dengan AIDS, karena
AIDS harus menunjukan adanya satu atau lebih gejala penyakit skibat defisiensi
atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh
B. Etiologi
sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi
retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang
HIV. Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada
gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari,
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system
tubuh, dan manifestasi neurologist. AIDS dapat menyerang semua golongan umur,
termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
1. Penggunaan Jarum Suntik yang tidak Steril. Penggunaan jarum suntik yang
tidak steril sangat mampu mendorong seseorang terkena penyakit AIDS, para
pengguna Narkoba yang terkadang saling bertukar jarum suntik sangat rentan
tertular penyakit ini, karena penularan HIV AIDS sangat besar presentasenya terjadi
karena cairan pada tubuh penderita yang terkena HIV AIDS berpindah ke tubuh
normal (sehat).
2. Seks Bebas serta seks yang kurang sehat dan aman. Berhubungan intim yang
tidak sehat dan tidak menggunakan pengaman adalah peringkat pertama terbesar
penyebab menularnya virus HIV AIDS, transmisi atau penularan HIV (Human
karena pada saat terjadi kontak antara sekresi pada cairan vagina pada alat kelamin.
Hubungan seksual kurang aman dan tanpa dilengkapi pelindung (Kondom) akan
pelindung (Kondom) dan risiko hubungan seks anal lebih besar dibanding hubungan
seks biasa dan oral seks, meskipun tidak berarti bahwa kedua jenis seks tersebut
tidak beresiko.
3. Penyakit Menurun. Seseorang ibu yang terkena AIDS akan dapat menurunkan
penyakitnya pada janin yang dikandungnya, transmisi atau penularan HIV melalui
rahim pada masa parinatal terjadi pada saat minggu terakhir pada kehamilan dan
pada saat kehamilan, tingkat penularan virus ini pada saat kehamilan dan persalinan
yaitu sebesar 25%. Penyakit ini tergolong penyakit yang dapat dirutunkan oleh sang
ibu terhadap anaknya, menyusui juga dapat meningkatkan resiku penulaan HIV
4. Tranfusi darah yang tidak steril Cairan didalam tubuh penderita AIDS sangat
rentan menular sehingga dibutuhkan pemeriksaan yang teliti dalam hal transfusi
darah pemilihan dan penyeleksian donor merupakan tahap awal untuk mencegah
keamanan dalam tranfusi darah lebih terjamin karena proses seleksi yang lebih ketat.
Syarat utama yang harus dipenuhi dalam penularan HIV untuk bisa masuk kedalam
tubuh melalui aliran darah bisa berbentuk luka, pembuluh darah maupun lewat
membrane mukosa (selaput lender).Virus HIV bisa terdapat pada semua cairan tubuh
manusia, tetapi yang bisa menjadi media penularan hanya ada pada :
a. Darah.
Melalui transfusi darah / produk darah yg sudah tercemar HIV lewat pemakaian
jarum suntik yang sudah tercemar HIV, yang dipakai bergantian tanpa disterilkan,
peyuntikan obat, imunisasi, pemakaian alat tusuk yang menembus kulit, misalnya
dengan cairan vagina (untuk hubungan seks lewat vagina) ; atau tercampurnya cairan
sperma dengan darah, yang mungkin terjadi dalam hubungan seks lewat anus.
Dari tiga cairan tersebut HIV akan menular kepada orang lain jika ada salah satu
jenis cairan orang yang terinfeksi HIV masuk kedalam aliran darah orang yang tidak
b. Penggunaan jarum suntik, tindik, tattoo yang dapat menimbulkan luka dan
d. Ibu hamil yang terinfeksi HIV pada anak yang dikandungnya pada saat :
· Antenatal yaitu saat bayi masih berada dalam rahim, melalui plasenta
· Intranatal yaitu saat prosses persalinan, bayi terpapar darah ibu atau
cairan vagina
· Kenyataanya 25-35% dari semua bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
sudah terinfeksi dinegara berkembang tertular HIV, dan 90% bayi dan anak
a. Hubungan kontak sosial biasa dari satu orang ke orang lain dirumah, tempat
b. Makanan.
d. Gigitan serangga/nyamuk.
sehat di masyarakat. Mereka masih dapat melakukan aktivitas, badan terlihat sehat
dengan darah cairan tubuh, dan sekresi. penerapan standar kewaspadaan yang arif
dapat mencegah penularan HIV takterencana, hepatitis B, dan penyakit infeksius lain
c. Beri tahu pasien untuk tidak mendonorkan darah, produk darah, organ,
d. Bila pasien penyalahgunaan obat suntik, beri tahu pasien untuk tidak saling
e. Beri tahu pasien bahwa perilaku seksual yang berisiko tinggi tertular HIV bila
terjadi praktik seksual yang melibatkan pertukaran cairan tubuh, seperti hubungan
bersama, dan hubungan seks yang aman. tidak berhubungan seks adalah cara paling
bahwa bayi dapat terinfeksi sebelum lahir, selama pelahiran, atau selama menyusui.
F. Penatalaksanaan HIV/AIDS
edukasi.
a. Pengobatan.
· Virus HIV
· Infeksi oportunistik
· Kanker sekunder
· Zidovudine (AZT)
· Pemberian profiklaktik untuk PCP dimulai bila CD4 , 250 mm/mm3. Dengan
intolerans INH.
sebelumnya.
· Belum direkomendasikan untuk profilaksis kandidiasis, karena cepat timbul
Pada dasarnya sama dengan penanganan pada pasien non HIV. Untuk Sakorma
Obat-obat ini diharapkan dapat memperbaiki fungsi sel limfosit, menambah jumlah
memakai:
- Interleukin 2 -Levamisol
Mengganti sel limfosit dengan cara: transfusi limfosit, transplantasi timus dan
Obat-obatan simtomatis dan terapi suportif sring harus diberikan pada seseorang
yang telah menderita ADIS, antara lain yang sering yaitu: analgetik, tranquiller
b. Rehabilitasi
Rehabilitas ditujukan pada pengidap atau pasien AIDS dan keluarga atau orang
c. Edukasi
Edukasi pada masalah HIV/AIDS bertujuan untuk mendidik pasien dan keluarganya
masyarakat lain. Pendidikan juga diberikan tentang hidup sehat, mengatur diet,
Etik berasal dari Bahasa yunani “ethos” yang berarti adat kebiasaan yang baik atau
yang seharusnya dilakukan. Dalam organisasi profesi kesehatan pedoman baik atau
buruk dalam melakukan tugas profesi telah dirumuskan dalam bentuk kode etik yang
penyusunanya mengacu pada sistem etik dan asas etik yang ada. meskipun terdapat
perbedaan aliran dan pandangan hidup, serta adanya perubahan dalam tata nilai
“Kesehatan klien senantiasa akan saya utamakan” tetap merupakan asas yang tidak
pernah berubah. Asas dasar tersebut dijabarkan menjadi enam asas etik, yaitu :
1. Asas menghormati Otonomi Klien
2. Asas Kejujuran
Tenaga kesehatan hendaknya mengatakan yang sebenarnya tentang apa yang terjadi,
4. Asas Manfaat
Semua tindakan yang dilakukan terhadap klien harus bermanfaat bagi klien untuk
5. Asas Kerahasiaan
6. Asas Keadilan
Prinsip etik yang harus dipegang oleh seseorang, masyarakat, nasional, dan
1. Empati
Ikut merasakan penderitaan sesame termasuk ODHA dengan penuh simpati, kasih
3. Tanggung jawab
dipisahkan dari aspek hukum dan hak Asasi manusia (HAM). Permasalahan pokok
yang menyangkut hukum berkaitan dengan maraknya kasus HIV/ AIDS adalah
dan kepentingan individu pengidap HIV dan penderita AIDS (Indar, 2010).
Aspek hukum dan HAM merupakan dua komponen yang sangat penting dan
dilaksanakan. Telah diketahui bahwa salah satu sifat utama dari fenomena HIV &
AIDS terletak pada keunikan dalam penularan dan pencegahannya. Berbeda dengan
oleh alam sekitar, pada HIV & AIDS penularan dan pencegahannya berhubungan
Terdapat dua hak asasi fundamental yang berkaitan dengan epidemi HIV/
AIDS yaitu : hak terhadap kesehatan dan hak untuk bebas dari diskriminasi.
Dibandingkan dengan hak terhadap kesehatan, jalan keluar dari masalah diskriminasi
bahwa mereka memang mengidap HIV dan mungkin akan meninggal dengan dan
karena AIDS. Akan tetapi penderitaan yang lebih parah justru dialami karena adanya
stereotype yang dikenakan kepada mereka. Orang terinfeksi acap kali dihubungkan
dengan orang terkutuk (amoral) karena perilakunya yang menyimpang dan memang
bahkan juga penganiayaan dan penyiksaan. Berbagai pelanggaran HAM dan hukum
sebagai yang tergambar di atas pada akhirnya merupakan fakta sosial yang menjadi
berhak atas kesehatan. Permasalahan HIV dan AIDS sangat terkait dengan hak atas
kesehatan. Hak atas kesehatan adalah aset utama keberadaan umat manusia karena
terkait dengan kepastian akan adanya pemenuhan atas hak yang lain, seperti
Kesehatan dinyatakan bahwa terdapat kesamaan hak tiap orang dalam mendapatkan
akses atas sumber daya kesehatan, memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu dan terjangkau.Tugas pemerintah dalam hal ini untuk menyediakan tenaga
medis, paramedik dan tenaga kesehatan lainnya yang cukup dalam memberikan
pelayanan kesehatan bagi penderita HIV/AIDS dan menjamin ketersediaan segala
Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan serta jaminan ketersediaan obat dan alat
kesehatan diatur dalam UU Kesehatan dan berlaku juga bagi penderita HIV/AIDS.
mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan serta informasi tentang data
kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan atas dirinya pada pasal 8.
informasi mengenaiHIV/AIDS.
Hak atas kerahasiaan dalam UU Kesehatan diatur dalam Pasal 57 dimana setiap
orang berhak atas rahasia kondisi kesehatannya. Selain itu UUPK No. 29/2004 juga
mengatur mengenai rahasia medis dan rekam medis ini pada paragraph 3 dan 4
tentang rekam medis dan rahasia kedokteran. Rahasia Medis itu bersifat pribadi,
hubungannya hanya antara dokter - pasien. Ini berarti seorang dokter tidak boleh
orang lain, tanpa seizin si pasien. Masalah HIV / AIDS banyak sangkut pautnya
dengan Rahasia Medis sehingga kita harus berhati hati dalam menanganinya. Dalam
kepentingan mana yang dirasakan lebih berat. Dalam sistim Demokrasi, hak asasi
seseorang harus diindahkan, namun hak asasi ini tidaklah berarti bersifat mutlak.
Pembatasan dari hak asasi seseorang adalah hak asasi orang lain didalam masyarakat
itu. Jika ada pertentangan kepentingan, maka hak perorangan harus mengalah
informed consent. Masalah AIDS juga ada erat kaitannya dengan Informed Consent.
tentang penyakit-penyakit yang diderita pasien dan tindakan apa yang hendak
Semua tes HIV harus mendapatkan informed consent dari pasien setelah
pasien diberikan informasi yang cukup tentang tes, tujuan tes,implikasi hasil tes
dan tujuan yang jelas memberikan waktu, perhatian dan keahliannya untuk
testing (VCT) atau konseling dan tes sukarela merupakan kegiatan konseling yang
bersifat sukarela dan rahasia, yang dilakukan sebelum dan sesudah tes darah di
laboratorium. Tes HIV dilakukan setelah klien terlebih dahulu memahami dan
penjelasan yang lengkap dan benar. Pelayanan VCT harus dilakukan oleh petugas
yang sangat terlatihh dan memiliki keterampilan konseling dan pemahaman akan
HIV/AIDS. Konseling dilakukan oleh konselor terlatih dengan modul VCT. Mereka
dapat berprofesi perawat, pekerja sosial, dokter, psikolog, psikiater, atau profesi lain.
Tes HIV adalah tes darah yang digunakan untuk memastikan apakah
seseorang sudah positif terinfeksi HIV atau tidak, yaitu dengan cara mendeteksi
adanya antibody HIV di dalam sampel darahnya. Hal ini perlu dilakukan setidaknya
agar seseorang bisa mengetahui secara pasti status kessehatan dirinya, terutama
menyangkut risiko dari perilakunya selama ini. Tes HIV harus bersifat :
berdasarkan atas kesadarannya sendiri, bukan atas paksaan/tekanan orang lain ini
juga berarti bahwa dirinya setuju untuk dites setelah mengetahui hal-hal apa saja
yang tercakup dalam tes itu, apa keuntungan dan kerugian dari tes HIV, serta apa
b. Rahasia : apapun hasil tes ini (baik positif maupun negative) hasilnya hanya
siapapun.
Semua tes HIV harus mendapat informed consent dari klien setelah klien
diberikan informasi yang cukup tentang tes, tujuan tes, implikasi hasil tes positif atau
negative yang berupa konseling prates. Dalam menjalankan fungsi perawat sebagai
advokat bagi klien, sedangkan tugas perawat dalam informed consent adalah
memastikan bahwa informed consent telah meliputi tiga aspek penting, yaitu ;
c. Persetujuan pada tes HIV harus bersifat jelas dan khusus, maksudnya,
perawatan lain. persetujuan juga sebaiknya dalam bentuk tertulis, karena persetujuan
Informed consent adalah persetujuan yang diberikan pasien atau keluarga atas
dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien
memadai pasien bebas dan berhak memutuskan apa yang akan dilakukan
terhadapnya.
persetujuan.
medis tertentu hanya bisa dilakukan dengan persetujuan yang bersangkutan atas
keluarga.
Pasien HIV berhak atas kerahasiaan, ini sesuai dengan prinsip etik asas kerahasiaan
yaitu kerahasiaan klien harus dihorma! meskipun klien meninggal. Untuk itu tenaga
kesehatan mempunyai kewajiban untuk melindungi hak klien tersebut dengan tetap
merahasiakan apapun yang berhubungan dengan klien. Hak klien atas kerahasiaan
ini juga dilindungi oleh hukum sehingga apabila kita melanggarnya kita bisa terkena
sanksi hukum. Terdapat perkecualian di mana pasien HIV/AIDS bisa dibuka yaitu
bilamana:
konseling dan informasi diberikan dengan tujuan untuk merawat, mengobati, atau
gejala AIDS wajib melaporan kepada sarana pelayanan kesehatan yang di teruskan.
berisiko terinfeksi oleh klien karena klien tidak mau menginformasikan pada
keluarga/pasangan seksnya dan melakukan hubungan seksual yang aman. Hal ini
berkaitan dengan tugas tenaga kesehatan untuk melindungi masyarakat. keluarga dan
orang terdekat klien dari bahaya tertular HIV. dalam hai ini, Petugas kesehatan boleh
seks klien berisiko tinggi tertular, pasien menolak memberi tahu pasangannya atau
melakukan hubungan seks yang aman, pasien telah diberi konseling tentang
melindungi orang lain dari bahaya penularan HIV/AIDS tapi klien tetap menolak
terlarang, dan penurunan kondisi fisik dan kematian, AIDS menimbulkan stigma
sosial, menurut pernyataan sikap ANA, kewajiban moral untuk merawat klien yang
tanggung jawab. “bukan hanya asuhan keperawatan yang harus diberikan, tetapi
perawat harus diberi tahu juga mengenai resiko dan tanggung jawab yang mereka
hadapi dalam memberikan asuhan keperawatan menerima resiko pribadi yang
melebihi batasan tugas bukan kewajiban moral, melainkan pilihan moral” (ANA,
Isu etik lainnya berpusat pada pemeriksaan untuk mengetahui status HIV dan
apakah semua penyedia pelayanan kesehatan dan pasien wajib atau secara sukarela
menjalani pemeriksaan ini dan apakah hasil pemeriksaan tersebut harus diberikan
kepada perusahaan asuransi, pasangan seksual, atau pemberi asuhan. sama halnya
PENUTUP
Kesimpulan
menurunnya daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit karena adanya infeksi virus
HIV (human Immunodeficiency virus). Antibodi HIV positif tidak diidentik dengan
AIDS, karena AIDS harus menunjukan adanya satu atau lebih gejala penyakit skibat
defisiensi sistem imun selular.HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada
kelompok rawan mempunyai risiko besar tertular HIV penyebab AIDS, yaitu :
3. Ibu penderita HIV Positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat melahirkan
HIV tidak ditularkan melalui hubungan sosial yang biasa seperti jabatan tangan,
gigitan nyamuk, kolam renang, penggunaan kamar mandi atau WC/Jamban yang sama
atau tinggal serumah bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Tanda dan gejala
5. Dimensia/HIV ensefalopati
yaitu ;
edukasi.Kepercayaan merupakan standar legal dan etis dari kerahasiaan dimana profesi
selalu dijaga kerahasiaannya, pasien mungkin akan menahan informasi pribadi yang
dapat mempersulit dokter dalam usahanya memberikan intervensi efektif atau dalam
mencapai tujuan kesehatan publiktertentu. Ada banyak kesulitan yang timbul didalam
menjaga kerahasiaan informasi pasien yang sensitif HIV AIDS terutama pada
sosialiasi dan penanganan yang baik petugas kesehatan dan medis diharapkan dapat
2. Nursalam dkk. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV dan
5. Sudoyo, Aru W. 2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing.