You are on page 1of 17

Tinjauan Kepustakaan

PENDEKATAN DIAGNOSIS KELUHAN NYERI


LUTUT DAN PERANAN ARTROSKOPI DALAM DIAGNOSIS NYERI LUTUT

Anak Agung Istri Sri Kumala Dewi, Gede Kambayana. Program Studi Pendidikan Dokter
Spesialis Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Unud/RSUP Sanglah Denpasar

Pendahuluan
Sendi lutut merupakan sendi terbesar dalam tubuh manusia, yang
kegunaannya dapat mengakibatkan pergerakan fleksi dan ekstensi serta sedikit rotasi
kearah internal maupun eksternal. Sendi lutut menggabungkan tungkai atas dan
bawah, terdiri dari dua artikulasi satu artikulasi antara femur dan tibia dan yang
lainnya antara femur dan patella. Dilapisi oleh suatu selaput yang disebut kantung
synovial yang menghasilkan cairan synovial sebagai suatu pelumas. Selain itu juga
terdapat jaringan lain yang meliputi tulang rawan, otot, tendon, bursa dan ligamen,
serta terdapat alat penahan goncangan yang disebut menisci (singularmeniskus) (1,2).
Nyeri lutut merupakan sepertiga masalah pada sistem musculoskeletal yang
paling sering dikeluhkan pada perawatan dirumah sakit. Nyeri lutut mengenai 1 dari
4 orang orang lebih dari 50 tahun dan dapat menyebakan disabilitas pada orang lanjut
usia (3).
Penyebab dari nyeri lutut itu sendiri dapat beragam. Nyeri dapat bersumber
dari tulang, otot maupun jaringan disekitarnya. Beberapa contohnya di antara lain
karena proses degeneratif seperti pada osteoarthritis, peradangan pada rheumatoid
artritis, trauma, penumpukan asam urat, proses osteoporosis atau kerusakan pada
ligamen sendi lutut. Penyebab yang bervariasi ini juga akan membutuhkan
penanganan yang bervariasi. Penanganan yang diberikan dapat meliputi pemberian
analgetik maupun terapi pembedahan untuk mengatasi nyeri (4).
Karena fungsinya yang besar untuk aktivitas sehari- hari dan strukturnya
yang rumit, penting dilakukan pendekatan penyakit-penyakit yang dapat
menyebabkan nyeri lutut serta sebagai dasar untuk melakukan tata laksana yang baik
dan benar diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang anatomi, anamnesis,

1
2

pemeriksaan fisik dan pemilihan obat dalam rangka untuk mengurangi komplikasi
yang dapat terjadi akibat nyeri lutut tersebut (5,6).

Anatomi lutut (1,2)


Sendi lutut merupakan persendian yang paling besar pada tubuh manusia.
Sendi ini terletak antara tungkai atas dan tungkai bawah. Pada dasarnya sendi lutut
ini terdiri dari dua articulatio condylaris diantara condylus femoris medialis dan
lateralis dan condylus tibiae yang terkait dan sebuah sendi pelana , diantara patella
dan fascies patellaris femoris.
Secara umum sendi lutut termasuk kedalam golongan sendi engsel, tetapi sebenarnya
terdiri dari tiga bagian sendi yang kompleks yaitu :
1. Condyloid articulatio diantara dua femoral condylus dan meniscus dan
berhubungan dengan condylus tibiae
2. Satu articulatio jenis partial arthrodial diantara permukaan dorsal dari patella dan
femur.

Gambar 1. Anatomi Sendi Lutut (9)

Pada bagian atas sendi lutut terdapat condylus femoris yang berbentuk bulat,
pada bagian bawah terdapat condylus tibiae dan cartilago semilunaris. Pada bagian
bawah terdapat articulatio antara ujung bawah femur dengan patella. Fascies
articularis femoris tibiae dan patella diliputi oleh cartilago hyaline. Persendian pada
sendi lutut termasuk dalam jenis sendi synovial (synovial joint), yaitu sendi yang
3

mempunyai cairan sinovial yang berfungsi untuk membantu pergerakan antara dua
buah tulang yang bersendi agar lebih leluasa. Secara anatomis persendian ini lebih
kompleks daripada jenis sendi fibrous dan sendi cartilaginosa.
Permukaan tulang yang bersendi pada synovial joint ini ditutupi oleh lapisan
hyaline cartilage yang tipis yang disebut articular cartilage, yang merupakan bantalan
pada persambungan tulang. Pada daerah ini terdapat rongga yang dikelilingi oleh
kapsul sendi. Dalam hal ini kapsul sendi merupakan pengikat kedua tulang yang
bersendi agar tulang tetap berada pada tempatnya pada waktu terjadi gerakan.
Kapsul sendi ini terdiri dari 2 lapisan :
1. Lapisan luar
Disebut juga fibrous capsul , terdiri dari jaringan connective yang kuat yang tidak
teratur Dan akan berlanjut menjadi lapisan fibrous dari periosteum yang
menutupi bagian tulang. Dan sebagian lagi akan menebal dan membentuk
ligamentum.
2. Lapisan dalam
Disebut juga synovial membran, bagian dalam membatasi cavum sendi dan
bagian luar merupakan bagian dari articular cartilage. Membran ini tipis dan
terdiri dari kumpulan jaringan ikat. Membran ini menghasilkan cairan synovial
yang terdiri dari serum darah dan cairan sekresi dari sel synovial. Cairan synovial
ini merupakan campuran yang kompleks dari polisakarida protein, lemak dan sel
sel lainnya. Polisakarida ini mengandung hyaluronic acid yang merupakan
penentu kualitas dari cairan synovial dan berfungsi sebagai pelumas dari
permukaan sendi sehingga sendi mudah digerakkan

Definisi Nyeri Lutut (1,2)


Nyeri merupakan pengalaman sensorik emosional yang tidak menyenangkan
berkaitan dengan adanya kerusakan jaringan. Nyeri lutut merupakan nyeri pada dan
atau sekitar lutut yang timbul akibat terjadinya suatu kerusakan pada jaringan atau
komponen pada lutut.
4

Anamnesis (5,6,7.8)
Dalam menegakkan diagnosis yang akurat, diperlukan anamnesis yang baik
dan benar. Awalnya diperlukan anamnesis yang berkaitan dengan sistem
muskuloskeletal. Salah satunya seperti nyeri, kekakuan, bengkak, kelemahan,
penguncian, instabilitas, deformitas dan gangguan sensoris dan kehilangan fungsi.
Jika dilihat dari pola sendi yang terkena juga nantinya dapat membedakan jenis
penyakit yang mengenai sendi tersebut (5).

Tabel 1. Pola sendi dan jenis penyakit (5)

Tipe Artropaty Simetris Jenis Penyakit Penampakan ekstra artikuler


Monoarthropaty arthritis Septik Panas, lemah, sumber infeksi
Gout seperti kulit, tenggorokan, usus.
topus dan tanda gagal ginjal
Osteoarthritis
Oligiarthropaty Asimetris Arthritis reaktif Uretritis, ulkus mulut atau
Spondilitis Ankilose genital, konjungtivitis,urethritis
Psoriasis arthritis Iritis
Osteoarthritis Psoriasis, nail pitting
Poliarthropaty Simetris Athritis Rhematoid Raynaud’s phenomenon, nodul
SLE rheumatoid subkutan, mata
kering
Osteoarthritis
Raynaud’s phenomenon, rash,
panas,alopesia

Dikatakan juga jika sendi kecil yang terkena seperti sendi tangan, kaki dan
pergelangan tangan kemungkinan adanya suatu imflamatory arthritis seperti
rheumatoid arthritis atau SLE. Sendi yang sedang dan besar seringkali merupakan
penyakit degeneratif atau arthritis seronegatif seperti spondylitis ankilose atau artriris
psoriasis (5).

1. Nyeri
Deskripsi pasien tentang nyeri lutut dapat membantu dalam menentukan
deferensial diagnosis penyakit yang menyebabkan nyeri lutut tersebut. Anamnesis
penting untuk mengetahui karakteristik dari nyeri lutut tersebut, termasuk onset
(cepat atau lambat), lokasi nyeri (lutut anterior, medial, lateral atau posterior), durasi,
keparahan dan kualitas dari nyeri (tumpul atau tajam) yang nantinya akan dapat
5

membedakan penyakit penyebab nyeri lutut (5,7). Nyeri lutut juga dapat dibedakan
dari etiologinya yaitu dari umur (tua atau muda), jenis kelamin, trauma, pekerjaan
dan aktivitas sosial, hormonal, penggunaan obat-obatan dan obesitas (6).

Tabel 2. Penyebab nyeri lutut berdasarkan umur (8)

Anak dan dewasa muda Dewasa Orang Tua


Patellar subluxation Patellofemoral pain Osteoarthritis
Tibial apophysitis syndrome Crystal-induced induced
(Osgood –schlatter (chondromalacia patellae) inflammatory arthropathy:
lesion) Medial plica syndrome gout, pseudogout
Jumper’s knee (patellar Pes anserine bursitis Popliteal cyst (Baker’s
tendonitis) Trauma: ligamentous cyst)
Referred pain; slipped sprains (anterior cruciate,
capital femoral epiphysis, medial collateral, lateral
others collateral), meniscal tear
Osteochondritis dissecans Inflammatory arthropathy:
rheumatoid arthritis,
Reiter’s syndrome
Septic arthritis

Tabel 3. Nyeri Lutut berdasarkan Onset (5)

Onset Nyeri
Akut
Lutut
Akut Cedera kartilage lutut Cedera medial atau meniscal
Cedera Ligamen lutut Ligamen kolateral medial, ligament
Dislokasi dan Patah kolateral lateral
Tungkai Patah atau dislokasi lutut, patah
Ruptur tendon patelar femoral distal, fraktur tibial proksimal
dan fibular
Kronis Monoarthritis Osteoartritis, rheumatoid artritis
Poliarthritis Gout, pseudogout
Kristal artropaty Osteomyelitis, septik artritis
Infeksi Tumor
Penyakit sekitar lutut
Nyeri alih
6

Tabel 4. Nyeri lutut berdasarkan Lokasi (7)


Location of Pain Differential Diagnosis
Anterior  Patellofemoral arthralgia (PFA)
 Patellar/ quadriceps tendinitis
 Osgood –Schlatter disease
 Sinding – Larsen – Johansson disease
 Degenerative joint disease (OA)
 OCD
Medial  MCL sprain
 Medical meniscus tear
 Pes anserine bursitis/tendinitis
 OA
Lateral  LCL sprain
 Lateral meniscus tear
 Lliotibial band syndrome
Posterior  Meniscal tears in the posterior horns
 PCL tear
 Baker’s cyst
 Popliteus tendinitis

2. Bengkak
Bengkak atau efusi pada lutut dapat disebabkan oleh karena trauma,
penggunaan yang berlebihan atau penyakit sistemik. Bengkak yang disebabkan oleh
trauma adalah kerusakan ligament, cedera pada meniscal atau osseos atau sindrom
penggunaan berlebihan, bengkak yang tidak disebabkan oleh trauma yaitu infeksi,
artritis, deposisi Kristal dan tumor. Efusi mengindikasikan adanya patologis pada
intraartikular atau dikarenakan oleh cairan synovial, darah, pus atau campuran dari
seluruh cairan tersebut. Normalnya volume dari cairan synovial 1-2 ml dan tidak
dapat didipegang. Perdarahan dalam lutut (hamarthrosis) merupakan salah satu
penyebab bengkak yang disebabkan oleh kondisi cederanya struktur vascular dalam
sendi seperti robeknya ligament atau fraktur intraartikular, selain itu pasien dengan
kelainan koagulasi seperti hemophilia atau orang dalam pengobatan antikoagulan
dapat juga menimbulkan hamarthrosis (5,7,8,9). Kecepatan onset bengkak
merupakan petunjuk diagnosis
1. Cepat (< 30 menit) bengkak yang parah : Hamarthrosis
2. Bengkak hingga atau lebih dari 24 jam : Efusi traumatik seperti robekan meniscal
3. Bengkak dalam beberapa jam disertai nyeri, merah, kesulitan untuk
menggerakkan sendi secara aktif maupun pasif : Artritis septik, gouty arthritis
7

Gambar 3. Skema pemeriksaan sendi lutut (8)


3. Locking
Locking merupakan adanya hambatan dalam ekstensi maksimal. Penguncian
dapat seterusnya atau hanya sementara. Dua penyebab utama Locking
osteoarthritis dan meniscal tears.

4. Instabilitas
Robekan atau longgarnya salah satu dari empat ligament pada lutut dapat
menyebabkan instabilitas. Robekan dapat disebabkan oleh adanya trauma atau
penyakit degenerative (5).
8

Pemeriksaan Fisik Lutut


Pemeriksaan fisik secara umum dan pemeriksaan fisik secara khusus pada Lutut
1. Look
Observasi pasien berjalan atau berdiri untuk menentukan gait
Pasien tidur terlentang, kedua tungkai bawah menghadap keatas, selalu bedakan
sendi yang sehat dan yang sakit
 Adanya skar, sinus, topus, kemerahan atau rash
 Postur atau deformitas yang sering terjadi genu valgum atau genu varum
 Muscle wasting :
 Perbedaan panjang tungkai
 Deformitas saat fleksi : Jika pasien terlentang dalam keadaan salah satu sendi
lutut fleksi, kemungkinan disebabkan oleh masalah pada lutut atau panggul
atau keduanya
 Bengkak : pembesaran prepatelar bursa ( housemaid’s knee). Bengkak yang
besar hingga diatas lutut dan melintasi margin lutut akan membentuk
horseshoe-shaped, kemungkinan disebabkan oleh infeksi, cedera yang besar
kadangkala tumor
 Baker’s cyst : pembesaran bursa pada fossa popliteal

2. Feel
 Hangat : rasakan kulitnya dan bandingkan kedua tungkai
 Efusi : Dengan Patelar tap : Lutut diekstensikan, kosongkan suprapatelar
dengan cara menggeser tangan kiri pemeriksa kearah bawah hingga mencapai
puncak atas patella. Dengan ujung jari tangan kanan, tekan kebawah secara
cepat diatas patella. Pada efusi yang sedang akan dirasakan adanya cairan
pada tangan kiri saat dilakukan ketukan pada tangan kanan.
 Ripple test : Lutut diekstensikan dan otot quadrisep direlaksasikan,
kosongkan suprapatelar seperti ketukan pada patella. Jari pemeriksa dibuka,
usapkan medial patella ke arah lateral, kemudian usapkan kembali dari arah
lateral ke medial, kemudian lihat ‘bulging’ yang menandakan adanya
akumulasi cairan pada daerah tersebut.
9

3. Move
 Fleksi aktif dan ekstensi : Pasien dalam posisi supine arahkan pasien agar
menekuk lutut hingga mendekati kearah dada kemudian kembalikan tungkai
kearah semula (0-140). Rasakan krepitasi yang terjadi antara patella dan
condylar femoral ini menandakan adanya osteoporosis atau patella
kondromalasia (khusus pada penderita perempuan dewasa muda).
 Tungaki tetap diluruskan, jika lutut tidak dapat sepenuhnya dalam keadaan
ekstensi ini menandakan adanya kelemahan pada quadrisep.
 Pasif fleksi dan ekstensi

Pemeriksaan Penunjang
Imaging
Penggunaan radiografi seringkali digunakan sebagai pemeriksaaan penunjang
untuk menegakkan sebuah diagnosis dari nyeri lutut itu sendiri. Foto polos
anteroposterior (AP), lateral dan axial digunakan untuk menilai adanya suatu fraktur,
dislokasi dan efusi. AP membantu dalam menilai adanya suatu penyempitan rongga
kompartemen yang berhubungan dengan adanya osteoarthritis maupun robekan
meniscal. Lateral view pada 15 sampai 30 derajat dari fleksi lutut sangat baik untuk
menggambarkan adanya suatu efusi lutut (10,12).

Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Pemeriksaan MRI menghasilkan citra jaringan tubuh internal yang
terkomputerisasi dengan resolusi tinggi. Prosedur ini menggunakan suatu magnet
yang kuat yang memancarkan tenaga melalui tubuh untuk menciptakan citra ini.
Prosedur ini digunakan jika pasien mengeluh nyeri dengan penemuan bukti rontgen
minimal, dan penemuan tersebut mengesankan kerusakan pada jaringan sendi
lainnya seperti ligamen, atau bantalan jaringan konektif pada lutut yang disebut
meniscus (12).

Diagnostic Testing
Artrosinsesis dapat digunakan sebagai alat diagnostik dan terapi. Artrosintesis
sendiri sebaiknya dilakukan pada pasien dengan efusi tanpa adanya riwayat trauma
dan dengan kecurigaan adanya infeksi. Prosedur artrosintesis dapat dilakukan dengan
10

cepat dan mudah, dan dengan sedikit nyeri. Cairan yang diperoleh dari artrosentesis
sebaiknya dikirim untuk dilakukan pemeriksaan analisi cairan (8,9,10).

Diagnosis
a. Pada Remaja dan Dewasa Muda
Pada Remaja dan Dewasa muda biasanya nyeri pada lutut yang terjadi seringkali
disebabkan oleh salah satu dari tiga kondisi yakni patellar subluxation, tibial
apophisitis, atau tendonitis patellar (11,12).
b. Infeksi
Infeksi yang terjadi pada sendi lutut dapat terjadi pada seluruh golongan umur
namun seringkali terjadi pada orang yang memiliki kelemahan sistem imun
seperti pada kanker, diabetes melitus, peminum alkohol, HIV, atau pengguna
kortikosteroid dalam jangka waktu lama. Pasien dengan arthritis septik biasanya
akan memiliki gejala nyeri yang hebat, nyeri tanpa remisi yang mengalami
eksaserbsi oleh karena bergerak dan menahan beban, adanya bengkak, demam,
menggigil dan biasanya ada infeksi ditempat lain. Nyeri dapat membaik sedikit
membaik dengan istirahat. Pemeriksaan Fisik biasanya ditemukan terbatasnya
ROM yang diikuti adanya eritema, perabaan hangat, nyeri tekan kemudian
bengkak dan efusi yang hampir selalu ada. Pemeriksaan yang harus dikerjakan
jika kecurigaan adanya suatu arthritis septik yakni analisa cairan sendi lutut. Pada
analisa cairan synovial sendi dilakukan untuk menggitung sel, pengecatan gram,
melihat polarisasi dengan menggunakan mikroskop light untuk menganalisa
adanya urat. Kultur sekaligus dikerjakan untuk mengetahui jenis bakteria,
mikrobakteria atau jamur penyebab. Pemeriksaan darah rutin ,LED, CRP dan
kultur darah yang sebaiknya dikerjakan untuk menegakkan diagnosis dan
memonitoring keberhasilan terapi yang telah dilakukan. Pemeriksaan radiografi
dalam menegakkan suatu arthriris septik memiliki peran yang minimal. Hanya
menunjukkan adnya osteoarthritis sebagai predisposisi dan menilai kemungkinan
adanya destruksi sendi atau osteomyelistis (13,15).
c. Anterior Knee pain
Merupakan suatu sindrom yaitu kumpulan dari gejala dan temuan yang
ditemukan terlokalisasi pada artekulasi patelofemoral dan berbagai struktur
11

disekitarnya. Patelofemoral artralgia, yang dikenal sebagai chondromalacia


patella, muncul mendadak tanpa penyebab/provokasi yang spesifik, biasanya
seringkali terjadi pada wanita. Gejala dan tandanya yakni Nyeri eksaserbasi jika
menaiki atau menuruni anak tangga. Gejala juga dicetuskan oleh jongkok,
kneeling, dan berdiri setelah duduk. Olahraga atau latihan seperti leg press,
ekstensi maksimal dari lutut, jongkok jogging sering menjadi pencetus.
Walaupun nyeri seringkali tercetuskan oleh aktivitas namun patelofemoral
artralgia kadangkala dikeluhkan saat duduk lama dan memerlukan kondisi lutut
fleksi seperti saat berkendara mobil atau nonton film yang seringkali disebut
disebut movie sign atau theatre sign. Pada pemeriksaan fisik saat palpasi akan
ditemukan nyeri tekan sepanjang permukaan artekulasi patela, seringkali terjadi
diatas facet medial lateral dan jaringan lunak disekitarnya. Biasanya tidak
ditemukan adanya bengkak, demam, eritema, instabilitas, hilangnya kemampuan
gerak, perubahan sensoris atau kelemahan otot. Tidak ada pemeriksaan
laboratorium yang spesifik untuk mendiagnosis adanya anterior knee pain.
Pemeriksaan secara radiologis juga tidak terlalu dibutuhkan jika gejala dan
pemeriksaan fisik jelas. Dapat diberikan percobaan terapi seperti modifikasi
aktivitas dengan menghindari aktivitas yang berat pada patella, dapat dilakukan
program olahraga ringan dirumah, pemberian analgetik dan NSAID. Pemeriksaan
radiologis yang dapat dikerjakan setelah 6 minggu yakni sunrise dan merchant
view, dari pemeriksaan radiologis ditemukan generatif artritis adanya patelar alta
dan patelar baja menunjukkan fibrosis dan kontraktur. Beberapa perbedaan yang
dapat ditemukan patelofemoral artralgia berbeda dengan tendinitis yaitu nyerinya
lebih jelas di area faset medial patela, namun tendinitis seringkali nyeri yang
dirasakan pada tendon bone insertion (14,15,16)
d. Trauma
Anterior Cruciae Ligamen sprain yakni cedera pada ligament anterior yang
terjadi akibat sesuatu kekuatan yang tidak mengenai lutut secara langsung
melainkan seperti saat berlari saat satu kaki menumpu tubuh kemudian secara
mendadak tajam berganti pada kaki lainnya akan menimbulkan stress pada vagus
lutut yang kemudian menyebabkan adanya pergeseran anterior tibia dan rupture
ligament. Gejalanya saat itu penderita biasanya mengeluhkan mendengar dan
12

merasakan suara ‘pop’ pada lututnya yang kemudian secara langsung


menghentikan aktivitas yang dilakukan sebelumnya. Pemeriksaan fisik yang jika
ditemukan bengkak yang ditemukan dalam 2 jam setelah terjadinya cedera yang
mengindikasikan adanya rupture ligament dan hamartrosis pada lutut. ROM akan
sangat terbatas tergantung efusi yang terjadi. Tes anterior drawer kadangkala bisa
positif namun bisa saja negatif jika ada hamarthrosis. Lachman test biasanya
akan positif. Radiologis diperlukan untuk menentukan adanya fraktur avulsi pada
tibial spine. MRI yang dilakukan untuk evalusai prabedah. Meniscal tear :
merupakan suatu robekan akut yang terjadi pada meniscus lutut yang disebabkan
oleh gerakan tiba-tiba memutar lutut, seringkali dialami oleh seorang pelari
namun juga mungkin terjadi pada proses degenerative. Penderita biasanya akan
mengeluhkan nyeri lutut yang berulang, lutut biasanya dapat terkunci saat
melakukan gerakan memutar lutut dan berjongkok. Pada pemeriksaan fisik lutut
akan ditemukan efusi yang minimal, nyeri tekan yang dirasakan pada garis
medial dan lateral sendi. Test Mc Murray yang dilakukan seringkali
menunjukkan hasil positif. Seringkali juga ditemukan atrophy pada otot
quadriceps. Pemeriksaan radiologis yang paling baik dalam memastikan adanya
meniscal tear yakni MRI (14,15,16).
e. Osteoarthritis
Merupakan masalah yang sering terjadi pada sendi lutut pada umur 60 tahun ke
atas. Pasien akan mengeluhkan nyeri pada sendi lutut yang diperberat dengan
aktivitas menggangkat beban atau yang menumpu berat badan dan berkurang
dengan istirahat. Pasien juga sering mengeluhkan kekakuan sendi yang terjadi
pada pagi hari. Pada pemeriksaan fisik biasanya akan menunjukkan adanya
keterbatasan ROM, krepitasi, efusi dan saat dipalpasi kadangkala terdapat
perubahan pada osteophytic sendi lutut. Pemeriksaan radiologis yang disarankan
yakni anteroposterior dan posteroanterior tunnel view yang menumpu tubuh.
Radiologis biasanya akan menunjukkan adanya celah sendi yang menyempit,
subchondral bony sclerosis, formasi dari osteofit hyperthropy (12, 15,17).
f. Gout dan Pseudogout
Gout seringkali juga dapat terjadi pada ltut. Pada atrophaty ini Kristal asam urat
memicu terjadinya respon imflamasi pada sendi lutut. Pada pseudogout Kristal
sodium pyrophospat merupakan agen penyebab imflamasi tersebut (12,15,17).
13

g. Kista Popliteal (Baker’s Cyst)


Kista tersering yang terjadi pada synovial lutut. Kista ini berasal dari sendi lutut
posteromedial pada bursa otot gastrocnemius. Gejala klinisnya pasien akan
menderita nyeri ringan hingga sedang pada area popliteal dari lutut. Pada
pemeriksaan fisik akan didapatkan perabaan pada medial popliteal. Test
McMurray seringkali menunjukkan hasil positif jika terdapat trauma pada
meniscus. Diagnosis yang definitive untuk kista popliteal dilakukan radiologis
seperti USG, arthrography, CT Scan dan MRI (15,17).

Artroskopi
Definisi Artroskopi
Merupakan suatu prosedur pemeriksaan yang dilakukan untuk dapat melihat
keadaan sekitar sendi lutut melalui sebuah kamera yang dimasukkan ke dalam sendi
lutut dengan cara membuat celah kecil melalui sayatan kecil pada kulit. Gambar yang
ditangkap oleh kamrera akan diproyeksikan ke monitor televisi melalui suatu kabel
fiber optik. Prosedur artroskopi ini diharapkan mampu untuk memberikan suatu
informasi visualisasi struktur morfologi lebih jelas ke dalam suatu organ tanpa
dilakukan prosedur bedah yang lebih besar dan invasif. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk dapat mendiagnosis beberapa penyakit yang terjadi pada sendi lutut seperti
trauma meniscus, kerusakan ligament atau arthritis, kerusakan pada tulang atau
kartilage. Arthroskopi sendiri selain alat diagnostik, pada beberapa kasus juga dapat
langsung sebagai media untuk terapeutik (18).

Indikasi Artroskopi (18,19,20)


Beberapa indikasi untuk dilakukan arthroskopi yakni
a. Diagnosis dan terapi patologis pada sendi intraartikular. Diikuti adanya salah satu
atau lebih dari
a. Sebagai terapi fraktur
b. Terapi memperbaiki struktur tubuh yang longgar, atau mengeluarkan benda
asing yang terlihat pada pemeriksaan imaging
c. Memperbaiki lutut terkunci sepenuhnya (locked knee), lutut dapat fleksu
namun tidak dapat diekstensikan sepenuhnya
14

d. Kegagalan terapi konservatif yang telah dilakukan kurang lebih 8 minggu


termasuk
i. Pemberian obat-obatan NSAID
ii. Setidaknya pernah disuntikkan kortikosteroid atau injeksi hyaluronat
iii. Terapi fisik
e. Kecurigaan terjadinya sindroma plica, saat gejala masih terjadi setelah 8
minggu dilakukan terapi konservatif.
b. Memperbaiki adanya defek osteokondral, termasuk osteocondroal disekan.
Diikuti dengan
a. Defek osteokondral yang terlihat dari pemeriksaan imaging
b. Diikuti salah satu kondisi klinis
i. Lesi tidak stabil atau lesi pergeseran osteokondral
ii. Adanya struktur tubuh yang longgar
iii. Tertutupnya tulang pertumbuhan (nondisplaced) lesi osteokondral pada
orang dewasa
iv. Terbukanya tulang pertumbuhan pada anak-anak (nondisplaced) lesi
osteokontral pada anak-anak atau lesi >2 cm yang tidak merespon
terhadap terapi konservatif dalam waktu 3 bulan, seperti terapi fisik,
imobilisasi, partial weight bearing.
c. Memperbaiki robekan simptomatik meniscal yang ditemukan pada pemeriksaan
atau MRI
a. Robekan bucket handle, robekan simptomatik horizontal, radial, posterior,
kompleks, pergeseran fragmen meniscal pada MRI
b. Robekan simptomatik miniskal saat instabilitas, kuncian
c. Gejala berkelanjutan atau diikuti disabilitas karena kegagalan terapi
konservatif
d. Osteoarthritis dengan robekan meniscal
a. Umur 45 tahun atau lebih yang diikuti
i. Grade 1 atau 2 kellgren-Lawrence osteoarthritis
ii. 8 kali pertemuan terapi fisik
iii. 3 minggu penggunaan NSAID
iv. injeksi kortikosteroid atau hyaluronat
b. robekan akibat trauma akut yang gagal 8 minggu dengan konservatif
15

e. Rekontruksi dari ligament anterior cruciate dan posterior cruciate


a. Terbukti adanta puntiran ACL dan PCL pada pemeriksaan klinis atau
imaging
f. Debridement, drainase, bilasan dan pengambilan sampel cairan pada keadaan
a. Rheumatoid artritis
b. Septic artritis atau osteomyelitis
c. Sendi prostetik septik
d. Postoperasi arthrofibrosis
g. Eksisi dari kista baker
h. Sinovectomi
a. Artritis rematoid
b. Penyakit sendi hemophiliac
c. Sinovitis villinodular
d. Antibiotic resisten pada penyakit lyme artritis
Walaupun prosedur ini merupakan minimal invasif beberapa komplikasi
yang dapat terjadi baik selama prosedur berjalan dan setelahnya seperti infeksi,
gumpalan darah ataupun perdarahan (18,19).
Pemulihan pada arthroskopi sendiri jauh lebih cepat dibandingkan prosedur
operasi sendi lutut biasa, hal-hal yang perlu diperhatikan setelah prosedur ini
dilakukan yakni demam, kemerahan dan hangat disekitar sendi lutut, bengkak yang
timbul cepat, makin lama makin nyeri kemungkinan beberapa komplikasi telah
terjadi (18,19).

Ringkasan
Nyeri lutut merupakan sepertiga masalah pada sistem musculoskeletal yang
paling sering dikeluhkan pada perawatan dirumah sakit. Penyebab dari nyeri lutut itu
sendiri dapat beragam. Nyeri dapat bersumber dari tulang, otot maupun jaringan
disekitarnya. Karena fungsinya yang besar untuk aktivitas sehari- hari dan
strukturnya yang rumit, penting dilakukan pendekatan penyakit-penyakit yang dapat
menyebabkan nyeri lutut serta sebagai dasar untuk melakukan tata laksana yang baik
dan benar diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang anatomi, anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemilihan obat dalam rangka untuk mengurangi komplikasi
16

yang dapat terjadi akibat nyeri lutut tersebut. Beberapa cara terbaru dalam
mendiagnosis keluhan nyeri lutut yang lebih canggih dan minimal invasive yakni
dengan metode arthroskopi, dimana metode ini dapat digunakan sebagai sarana
mendiagnosis sekaligus terapi untuk keluhan nyeri lutut.

Daftar Pustaka

1. Frank H, Netter, M.D., Interactive Atlas of Human Anatomy , Ciba Medical


Educations & Publications ,1995 pp 1231-53.

2. H.H.Lindner, Clinical Anatomy. LANGE medical book. Edisi-14. Norwalk:


Connecticut; 2000 pp 427-36.

3. Richard S, Seeley S, Stephen T. Anatomy and Physiologi Musculoskeletal


system. sixth edition. New York: Mc Graw Hill ; 2003. P1840-97.

4. Douglas G, Nicol F, Robertson C. Knee Assessment. Macleod’s clinical


Examination. Edisi-11. Edinburgh: Elsevier limided. 2009;p:388-392
5. Calmbach WL, Hutchens M. Evaluation of patients Presenting with Knee Pain:
Part II. Differential Diagnosis. Am Fam Physician, 2003 Sep 1;68(5):917-922.
6. Boonen B, Kort NP, Kerens B, Schraga ED. Knee examination. BioMed Central,
2011;7(4):243-48.
7. Johnson MW. Acute Knee Effusions: A Systematic Approach to Diagnosis. Am
Fam Physician, 2000 Apr 15;61(8):2391-2400.
8. Malanga GA, Andrus S, Nadler SF, McLean J. Physical Examination of the
Knee: A review of the Original Test Description and Scientific Validity of
Common Orthopedic Test. Arch Phys Med Rehabil, 2003;84:592-603.
9. Sternbach GL. Evaluation of the knee. J Emerg Med. 2006;4:133–43
10. Morgan GJ. Joint examination: a study guide for medical students and house staff
Hanover, N.H.: Arthritis Center Publications,2008;22–9.
11. Magee DJ. Orthopedic physical assessment. 3d ed. Philadelphia: Saunders,
2007:564–6.
12. Rossi et al. Clinical examination of the knee: know your tools for diagnosis of the
knee injuries. BioMed Central, 20113(25)p:1-10
13. Dikranian AH, Weisman MH. Principle of diagnosis and treatment of joint
infections. In : Koopman WJ, Ed. Arthritis and allied conditions. 14th ed. New
York: Lippincott Williams &Wilkins, 1998.p.2551-67.
14. Brealey SD; Influence of magnetic resonance of the knee on GPs' decisions: a
17

randomised trial. Br J Gen Pract. 2007 Aug;57(541):622-9


15. Calmbach WL, Hutchens M. Evaluation of patients presenting with knee pain:
part I. History, physical examination, radiographs, and laboratory tests. Am Fam
Physician 2003;68:907-12.
16. Smith BW, Green GA. Acute knee injuries: part II. Diagnosis and management.
Am Fam Physician 1995;51:799-806.
17. Franks AG Jr. Rheumatologic aspects of knee disorders. In: Scott WN, ed. The
knee. St. Louis: Mosby, 1994:315-29.
18. Miller GK. A prospective study comparing the accuracy of the clinical diagnosis
of meniscus tear with magnetic resonance imaging and its effect on clinical
outcome. Arthroscopy. 2006;12:406–13.
19. Terry GC, Tagert BE, Young MJ. Reliability of the clinical assessment in
predicting the cause of internal derangements of the knee. Arthroscopy.
2005;11:568–76.
20. Hawker G, Guan J, Judge A. Knee arthroscopy in England and Ontario: patterns
of use, changes over time, and relationship . Joint Surg Am 2008;11:2337-45

You might also like