Professional Documents
Culture Documents
BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Hanya terdapat sedikit stres yang diterima tubuh yang dapat mendekati stres
ekstrem akibat latihan yang berat. Sesungguhnya, jika lahraga yang ekstrem tersebut
dilanjutkan sebentar lagi, dapat saja terjadi keadaan yang mematikan. Oleh karena itu,
pada dasarnya fisiologi olahraga merupakan suatu pembahasan mengenai batas
tertinggi bagi beberapa mekanisme tubuh untuk menerima stres. Suatu contoh yang
mudah: pada seseorang dengan demam yang sangat tinggi, mendekati tingkat yang
mematikan, metabolisme tubuh meningkat sampai kira-kira 100 persen di atas normal.
Sebagai pembandingnya, metabolime tubuh saat lari maraton dapat meningkat sampai
2000 persen di atas normal.
Sebagai tambahan, fisiologi olahraga merupakan area yang sangat aktif untuk
penelitian integrasi fisiologis. Fungsi yang terkoordinasi dari beberapa sistem tubuh
belum sepenuhnya dipahami disebabkan karena kompleks hubungan antar mekanisme
kontrol neural dan lokal. Sehingga pada modul ini, diharapkan agar mahasiswa mampu
untuk menjelaskan integrasi beberapa sistem dengan hubungannya dengan fisiologi
olahraga.
TUJUAN
1. Menjelaskan tentang kekuatan dan ketahanan otot serta faktor yang
mempengaruhinya.
2. Menjelaskan metabolisme otot yang terjadi saat olahraga.
3. Menjelaskan tentang mekanisme kelelahan.
1
Blok 6 Modul 5 Fisiologi Olahraga
BAB 2
ISI
SKENARIO
2
Blok 6 Modul 5 Fisiologi Olahraga
3
Blok 6 Modul 5 Fisiologi Olahraga
3. Macam-macam kelelahan :
a. Kelelahan otot yaitu karena akumulasi asam laktat yang menunmpuk,
meningkatnya ADP dan fosfat inorganic local, dan terkurasnya cadangan energy
di glikogen.
b. Kelelahan sentral yaitu terjadi ketika Sistem Saraf Pusat tidak lagi secara adekuat
mengaktifkan neuron-neuron motorik yang menyarafi otot yang bersangkutan.
c. Kelelahan neuromuscular yaitu ketidakmampuan neuron-neuron motorik aktif
untuk membentuk asetilkolin dalam kecepatan yang cukup untuk
memepertahankan transmisi kimiawi potensial aksi dari neuron motorik ke otot.
b. LATIHAN
o Dengan latihan yang rutin, dapat terjadinya suatu adaptasi pada otot
dimana menyebabkan hipertrofi otot. Selain itu, latihan yang rutin dapat
4
Blok 6 Modul 5 Fisiologi Olahraga
5
Blok 6 Modul 5 Fisiologi Olahraga
FISIOLOGI OLAHRAGA
6
Blok 6 Modul 5 Fisiologi Olahraga
LATIHAN
KELELAHAN
KOMPENSASI
ENDOKRIN
RESPIRASI
DIGESTIVE
NEUROMUSKULOSKELETAL
7
Blok 6 Modul 5 Fisiologi Olahraga
Dalam tahap belajar mandiri ini, setiap individu kelompok melakukan kegiatan
belajar baik mandiri maupun kelompok dengan mempelajari semua hal yang berkaitan
dengan learning objectives dari berbagai sumber referensi yang bisa didapat. Kegiatan
belajar mandiri ini dilaksanakan dari hari Jum’at, 24 Mei 2013 sampai dengan Selasa, 28
Mei 2013.
Kg-m/ menit
8 sampai 10 detik pertama 7000
1 menit berikutnya 4000
30 menit berikutnya 1700
8
Blok 6 Modul 5 Fisiologi Olahraga
a. Aktivitas fisik
Kekuatan dan ketahanan otot yang sudah dicapai dapat dipertahankan
dengan latihan 1 kali seminggu. Setahun tanpa latihan 45 persen kekuatan
masih dapat dipertahankan. Sedangkan bed rest selama 12 minggu dapat
menurunkan kekuatan otot sebesar 40 persen. Namun demikian, istirahat
yang cukup setiap malam dibutuhkan untuk mempertahankan tingkat daya
tahan otot.
b. Kualitas otot
Dengan kontraksi optimal otot akan dapat beraktivitas lebih lama
dibandingkan dengan ketika berkontraksi secara maksimal.
c. Kontraksi Otot
Kontraksi berturut-turut secara maksimum akan mengurangi cadangan
sumber energi dalam otot. Lama-kelamaan hal tersebut menyebabkan
kemampuan kontraksi otot menurun.
d. Vascularisasi dan Innervasi
Vascularisasi berfungsi menyalurkan oksigen dan nutrisi untuk
metabolisme penghasil energi. Semakin banyak pasokan oksigen dan nutrisi,
akan semakin banyak energi yang dihasilkan, sehingga otot dapat
beraktivitas lebih lama.
Rangsang diterima saraf sensorik, lalu dijalarkan ke pusat, kemudian ke
saraf motorik untuk menggerakkan otot. Selama saraf masih mampu
menghantarkan impuls, otot akan tetap mampu bergerak ketika ada
rangsang.
9
Blok 6 Modul 5 Fisiologi Olahraga
e. Kekuatan otot
Kombinasi antara kekuatan dan daya tahan akan menghasilkan daya
tahan otot. Tingkat kekuatan otot berbanding lurus dengan tingkat
ketahanan otot.
f. Cadangan glikogen
Waktu untuk menuju kelelahan salah satunya ditentukan oleh seberapa
banyak cadangan glikogen yang masih mampu diubah menjadi glukosa.
Pada akhirnya, glukosa digunakan sebagai energi untuk melakukan aktivitas.
g. Berat badan
Berat badan yang rendah dapat menunjukkan massa otot yang rendah.
Dengan demikian, metabolisme penghasil energi di otot akan lebih sedikit.
Hal ini menyebabkan jumlah cadangan energi untuk aktivitas menjadi lebih
kecil.
h. Usia
Pada orang-orang terlatih, ketahanan otot akan terus meningkat dan
mencapai ketahanan otot maksimal di usia 20 tahun. Setelah itu, tingkat
ketahanan otot akan menetap 3-5 tahun yang kemudian akan berangsur-
angsur turun.
i. Jenis kelamin
Otot perempuan lebih kecil daripada otot laki-laki. Saat awal pubertas,
testosteron akan meningkatkan massa otot, sedangkan estrogen cenderung
menambah jaringan lemak. Sehingga secara umum daya tahan otot
perempuan lebih rendah dari laki-laki.
j. Nutrisi
Cadangan glikogen sebagian besar bergantung pada dukungan nutrisi
yang tepat. Diet tinggi karbohidrat akan memberikan lebih banyak
cadangan dalam otot dibanding diet campuran maupun tinggi lemak.
a. Ukuran otot
Kekuatan dari otot bergantung terutama pada ukurannya, ini
menjelaskan mengapa mengangkat beban akan meningkatkan ukuran dan
kekuatan otot secara simultan. Otot dapat menahan tegangan dari 3-4
kg/cm2 luas otot.
b. Susunan Fasiculus
10
Blok 6 Modul 5 Fisiologi Olahraga
Musculus pennate seperti femoris quadriceps lebih kuat dari pada musculus
parallel seperti musculus sartorius.
e. Summasi temporal
Impuls saraf biasa datang menuju otot melalui potensial aksi yang mengalir
ke sel-sel terdekat. Makin tinggi frekuensinya, maka makin kuat
kontraksinya.
f. Integrasi panjang-tegangan
Otot yang sedang istirahat berada pada panjang optimalnya dan
dipersiapkan untuk berkontraksi lebih kuat dari pada otot yang terlalu
diregangkan.
g. Kelelahan
Otot yang lelah berkontraksi lebih daripada yang lain.
11
Blok 6 Modul 5 Fisiologi Olahraga
dipindahkan, maka masih terdapat 7300 kalori lagi. Pemindahan pospat yang
pertama mengubah ATP menjadi ADP. Dan pengubahan pospat yang kedua
mengubah ADP menjadi AMP. ATP yang baru penting untuk terus menerus
dibentuk, karena hanya dapat digunakan untuk mempertahankan daya otot yang
maksimal selama kira-kira 3 detik.
Keratin fosfat adalah senyawa kimia lain yang mempunyai ikatan fosfat
berenergi tinggi. Senyawa ini dapat dipecah menjadi keratin dan ion pospat,
dan sewaktu dipecahkan akan melepaskan energy dalam jumlah besar. Yaitu
10300 kalori per mol. Otot kita memiliki fosfokreatin dua atau empat kali lebih
banyak dibandingkan ATP. Setiap energy yang tersimpan di dalam fosfokreatin
otot dapat segera tersedia untuk kontraksi otot, seperti energy yang disimpan
dalam ATP karena penghantaran energy yang terjadi dalam waktu yang singkat.
Jumlah gabungan dari sel ATP dan sel fosfokreatin disebut sistem
energy fosfagen. Keduanya bersama-sama dapat menyediakan daya otot
12
Blok 6 Modul 5 Fisiologi Olahraga
maksimal selama 8 sampai 10 detik, hampir cukup untuk lari 100 meter. Jadi
energy dari sistem fosfagen digunakan untuk ledakan singkat tenaga otot yang
maksimum.
Karakteristik lain dari sistem ini adalah bahwa sistem ini dapat
membentuk molekul ATP kira-kira 2,5 kali lebih cepat daripada yang dilakukan
oleh oksidatif mitokondria. Oleh karena itu bila sejumlah besar ATP dibutuhkan
untuk kontraksi otot dalam waktu singkat sampai sedang, mekanisme glikolisis
anaerob ini dapat digunakan sebagai sumber energy yang cepat. Akan tetapi
sistem ini hanya setengah kali lebih cepat daripada sistem fosfagen.
Sistem Aerobik
13
Blok 6 Modul 5 Fisiologi Olahraga
Waktu
Sistem fosfagen 8 sampai 10 detik
Sistem glikogen – asam laktat 1,3 sampai 1,6 menit
Sistem aerobic Waktu yang tak terbatas selama zat nutrisi
tersedia
Dengan cara yang sama bahwa energi dari fosfokreatin dapat digunakan
kembali untuk membentuk ATP, energi dari sistem glikogen – asam laktat dapat
digunakan kembali untuk membentuk fosfokreatin dan ATP. Dan energi dari
sistem fosforilasi oksidatif aerobic dapat digunakan untuk membentuk kembali
sistem lain – ATP, fosfokreatin, dan sistem glikogen asam laktat.
14
Blok 6 Modul 5 Fisiologi Olahraga
(1) Satu bagian asam laktat diubah kembali menjadi asam piruvat dan
kemudian dimetabolisme secara oksidatif oleh seluruh jaringan tubuh.
(2) Sisa asam laktat diubah kembali menjadi glukosa terutama di dalam hati,
dan glukosa selanjutnya digunakan untuk melengkapi penyimpanan glukosa
di dalam otot.
Bahkan selama tahap awal kerja fisik yang berat, satu bagian dari
kemampuan energi aerobic seseorang akan berkurang. Keadaan ini disebabkan
oleh dua hal (1) yang disebut sebagai hutang oksigen dan (2) pengurangan
cadangan glikogen otot.
Hutang Oksigen
15
Blok 6 Modul 5 Fisiologi Olahraga
Pada aktivitas yang berat hampir semua cadangan ini digunakan dalam
waktu satu menit atau lebih untuk metabolism aerobic. Kemudian setelah kerja
fisik selesai, cadangan oksigen ini harus digantikan dengan menghirup
tambahan jumlah oksigen melebihi dan di atas kebutuhan normal. Sebagai
tambahan, kira – kira lebih dari 9 liter oksigen harus dikonsumsi untuk
menghasilkan pembentukan kembali sistem fosfagen dan sistem asam laktat.
Semua tambahan oksigen ini harus dibayar kembali kira-kira 11,5 liter yang
disebut sebagai hutang oksigen.
16
Blok 6 Modul 5 Fisiologi Olahraga
(1) Bahwa penting bagi seorang atlit untuk memiliki diet tinggi karbohidrat
sebelum mengikuti perlombaan atletik yang sangat melelahkan.
(2) Tidak berpartisipasi dalam latihan yang melelahkan selama 48 jam sebelum
perlombaan.
17
Blok 6 Modul 5 Fisiologi Olahraga
lemak sebagai energy dalam bentuk asam lemak dan asam asetoasetat, dan
otot lebih sedikit menggunakan protein dalam bentuk asam amino. Pada
perlombaan ketahanan atletik yang berlangsung lebih dari 4 sampai 5 jam ,
cadangan glikogen otot hampir habis secara menyeluruh dan hanya menjadi
sedikit digunakan sebagai energy kontraksi otot. Sebaliknya, otot sekarang
bergantung pada energy dari sumber lain terutama lemak.
18
Blok 6 Modul 5 Fisiologi Olahraga
3. Mekanisme Kelelahan
Jumlah serta yang berkontraksi di suatu otot bergantung pada tingkat rekrutmen unit
motorik
Semakin besar jumlah serta yang berkontraksi, semakin besar tegangan total
otot. Setiap otot disarafi oleh sejumlah neuron motorik berbeda. Ketika masuk ke
otot, sebuah neuron motorik membentuk cabang – cabang, dengan setiap terminal
akson menyaraf satu serat otot. Ketika sebuah neuron motorik diaktifkan, semua
serat otot yang disarafinya akan terangsang untuk berkontraksi secara serentak.
Kelomok neuron yang diaktifkan ini – satu neuron motorik dan semua serat otot
yang disarafinya – dsebut unit motorik. Untuk kontraksi lemah suatu otot, hanya
satu atau beberapa unit mototriknya yang diaktifkan. Untuk kontraksi yang lebih
19
Blok 6 Modul 5 Fisiologi Olahraga
kuat, lebih banyak untuk motorik yang direkrut, atau drangsang untuk kontraksi,
suatu fenomena yang disebut rekrutmen unit motorik.
Sebagian besar otot terdiri dari campuran tipe serat yang berbeda secara
metabolis, sebagian lebih tahan terhadap kelelahan daripada yang lain. Selama
aktivitas olahraga daya tahan ringan atau sedang, unit – unit motorik yang paling
resisten terhadap terhadap kelelahan direkrut pertama kali. Serat – serat teakhir
yang dipanggil untuk bekerja dalam menghadapi kebutuhan untuk peningkatan
tegangan lebih lanjut adalah serat – serat yang paling mudah lelah.
Kelelahan otot terjadi jika otot yang beraktivitas tidak lagi dapat
berespons terhadap rangsangan dengan derajat kontraksi yang sama. Kelelahan
otot adalah suatu mekanisme pertahanan yang melindungi otot agar otot tidak
mencapai titik di mana ATP tidak lagi dapat diproduksi.
20
Blok 6 Modul 5 Fisiologi Olahraga
Pada usia tua, banyak orang menjadi sangat kurang bergerak, sehingga
otot-ototnya menjadi sangat atrofi. Pada keadaan ini, latihan otot sering
meningkatkan kekuatan otot lebih dari 100 persen.
21
Blok 6 Modul 5 Fisiologi Olahraga
Perubahan yang terjadi di dalam serabut otot yang hipertrofi itu sendiri
meliputi (1) peningkatan jumlah miofibril, sebanding dengan derajat hipertrofi;
(2) peningkatan enzim-enzim mitokondria sampai 120 persen; (3) peningkatan
komponen sistem metabolism fosfagen, termasuk ATP dan fosfokreatin
sebanyak 60 sampai 80 persen; (4) peningkatan cadangan glikogen sebanyak 50
persen; dan (5) peningkatan cadangan trigliserida (lemak) sebanyak 75 sampai
100 persen. Akibat semua perubahan ini, kemampuan sistem metabolik aerob
dan anaerob meningkat, terutama meningkatkan kecepatan oksidasi maksimum
dan efisiensi sistem metabolisme oksidatif sebanyak 45 persen.
22
Blok 6 Modul 5 Fisiologi Olahraga
23
Blok 6 Modul 5 Fisiologi Olahraga
24
Blok 6 Modul 5 Fisiologi Olahraga
ml/menit
Pria rata-rata tidak terlatih 3600
Pria rata-rata terlatih dalam 4000
atletik
Pelari marathon pria 5100
Terdapat hubungan linear antara konsumsi oksigen dan ventilasi paru total.
Konsumsi oksigen dan ventilasi paru total meningkat 20 kali antara keadaan
istirahat dan latihan dengan intensitas maksimum pada seorang atlet yang terlatih
dengan baik.
Batas Ventilasi Paru. Seberapa berat stres yang diberikan pada sistem
pernapasan kita selama latihan? Pertanyaan ini dapat dijawab dengan melihat
pembandingan berikut ini untuk seorang pria dewasa muda normal:
L/menit
Ventilasi paru-paru pada latihan maksimal 100 sampai 110
Kapasitas pernapasan maksimal 150 sampai 170
Jadi, kapasitas pernapasan maksimum adalah sekitar 50 persen lebih besar
daripada ventilasi paru-paru yang sesungguhnya selama latihan maksimum.
Keadaan ini menyediakan suatu elemen keamanan bagi atlet, memberi ventilasi
tambahan yang dapat digunakan pada kondisi seperti (1) latihan pada tempat yang
sangat tinggi, (2) latihan pada kondisi yang sangat panas, dan (3) abnormalitas
sistem pernapasan.
Hal yang penting adalah bahwa sistem pernapasan secara normal bukanlah
faktor pembatas utama pengangkutan oksigen ke dalam otot selama metabolisme
25
Blok 6 Modul 5 Fisiologi Olahraga
aerob otot maksimum. Kita akan melihat secara singkat bahwa kemampuan
jantung untuk memompa darah ke otot merupakan faktor pembatas yang lebih
besar.
Dampak Latihan Terhadap VO2 Maks. Kecepatan pemakaian oksigen dalam
metabolisme aerob maksimum disingkat menjadi VO2 Maks. Dalam suatu
penelitian, hasil yang mengejutkan bahwa VO2 Maks. Meningkat hanya sekitar 10
persen. Lebih jauh lagi, frekuensi latihan, apakah dua kali atau lima kali dalam
seminggu, hanya menimbulkan sedikit pengaruh pada VO2 Maks. Seperti yang
diterangkan sebelumnya, VO2 Maks pelari marathon kira-kira 45 persen lebih besar
dari VO2 orang yang tidak terlatih. Sebagian VO2 Maks yang lebih besar ini
mungkin ditentukan secara genetic; yaitu, orang yang memiliki ukuran dada lebih
besar berkaitan dengan ukuran tubuh dan otot pernapasan yang lebih kuat,
terseleksi menjadi pelari marathon. Akan tetapi, mungkin juga bahwa latihan
bertahun-tahun pada pelari marathon memang meningkatkan VO2 Maks dengan
nilai 10 persen lebih besar dari nilai yang sudah tercatat dalam percobaan jangka
pendek.
Kapasitas Difusi Oksigen pada Atlet. Kapasitas difusi oksigen adalah suatu
ukuran kecepatan berdifusinya oksigen dari alveoli paru ke darah. Kapasitas ini
dinyatakan dengan istilah militer oksigen yang akan berdifusi setiap menit untuk
setiap perbedaan militer air raksa antara tekanan parsial oksigen alveolar dan
tekanan oksigen darah paru. Yaitu, jika tekanan parsial oksigen dalam alveoli adalah
91 mmHg dan tekanan oksigen dalam darah adalah 90 mmHg, jumlah oksigen
yang berdifusi melalui membran respirasi tiap menit sebanding dengan kapasitas
difusi. Berikut ini adalah nilai yang diukur untuk kapasitas difusi yang berbeda:
ml/menit
Bukan atlet pada saat istirahat 23
Bukan atlet selama latihan maksimum 48
Pemain skate cepat selama latihan maksimum 64
Perenang selama latihan maksimum 71
Pendayung selama latihan maksimum 80
Fakta yang paling mengejutkan tentang hasil ini adalah peningkatan
kapsitas difusi beberapa kali lipat antara keadaan istirahat dan keadaan latihan
maksimum. Hasil ini terutama berasal dari fakta bahwa darah yang melalui banyak
kapiler paru-paru mengalir sangat lambat atau bahkan diam pada keadaan
istirahat, sedangkan pada latihan maksimum, peningkatan aliran darah melalui paru
menyebabkan semua kapiler paruparu mendapat perfusi pada tingkat maksimum,
sehingga menyediakan daerah permukaan yang jauh lebih besar tempat oksigen
dapat berdifusi ke dalam kapiler paru.
26
Blok 6 Modul 5 Fisiologi Olahraga
Juga jelas dari nilai-nilai ini bahwa atlet yang memerlukan jumlah oksigen
per menit lebih banyak memiliki kapsitas difusi lebih tinggi. Apakah hal tersebut
terjadi karena orang yang secara alami memilih jenis olahraga ini, atau apakah
karena sesuatu hal yang menyangkut prosedur latihan sehingga meningkatkan
kapasitas difusi? Jawabannya belum diketahui, tapi sangat mungkin latihan
terutama latihan jenis daya tahan, memang berperan penting.
Gas Darah Selama Latihan. Karena besarnya penggunaan oksigen leh otot
selama latihan, dapat diduga bahwa tekanan oksigen darah arteri menurun sangat
tajam sleama kegiatan atletik berat dan tekanan karbondioksida dalam darah vena
meningkat jauh di atas normal. Akan tetapi, biasanya bukan ini masalahnya. Kedua
tekanan tetap mendekati normal, menunjukkan kemampuan ekstrem dari sistem
pernapasan untuk menyediakan aerasi darah yang adekuat walaupun selama
latihan berat.
Hal tersebut memperlihatkan hal penting lainnya: Gas darah tidak selalu
harus menjadi abnormal karena rangsangan pada pernapasan selama latihan .
Sebaliknya, pernapasan terutama dirangsang oleh mekanisme neurogenik selama
latihan. Sebagian rangsangan ini disebabkan oleh rangsangan langsung pusat
pernapasan oleh sinyal saraf yang sama, yang ditransmisikan dari otak ke otot
untuk menimbulkan kerja fisik. Selain itu, diduga disebabkan oleh transmisi sinyal
sensorik ke pusat pernapasan dari otot-otot yang berkontraksi dan sendi yang
bergerak. Semua rangsangan saraf tambahan dari pernapasan ini normalnya
cukupn untuk menyediakan kebututhan peningkatan ventilasi paru-paru yang
hampir tepat dibutuhkan untuk mempertahankan gas pernapasan darah-oksigen
dan karbon dioksida-mendekati normal.
Dampak Merokok pada Ventilasi Paru dalam Latihan. Secara luas telah
diketahui bahwa merokok dapat mengurnagi “napas” atlet. Pernyataan ini benar
karena terdapat banyak alas an. Pertama, salah satu dampak nikotin adalah
menyebabkan kontriksi bronkiolus terminal paru, yang meningkatkan resistensi
aliran udara ke dalam dank ke luar paru. Kedua, efek iritasi asap rokok itu sendiri
menyebabkan peningkatan sekresi cairan ke dalam cabang-cabang bronkus, juga
pembengkakan lapisan sel epitel pernapasan yang normalnya partikel asing dari
saluran pernapasan. Akibatnya lebih banyak debris terakumulasi di jalan napas dan
menambah kesukaran bernapas. Dengan semuanya itu, bahkan perokok ringan
sekalipun sering merasakan adanya tahanan pernapasan selama latihan maksimum,
dan tingkat kinerjanya dapat berkurang.
Yang lebih hebat lagi adalah pengaruh merokok kronis. Ada sedikit perokok
kronis yang tidak menderita beberapa tingkat emfisema. Pada penyakit ini, terjadi
hal berikut: (1) bronchitis kronis, (2) obstruksi bronkioli terminalis yang banyak, dan
(3) destruksi banyak dinding alveolus. Pada emfisema berat, sebanyak empat
27
Blok 6 Modul 5 Fisiologi Olahraga
perlima membran respiratorius dapat rusak; bahkan latihan ringan sekalipun dapat
mengakibatkan gawat pernapasan. Sesungguhnya, kebanyakan pasien seperti itu
bahkan tidak dapat melakukan kegiatan sederhana seperti berjalan mengelilingi
sebuah ruangan tanpa terengah-engah.
Aliran darah ke otot meningkat kira- kira maksimum 25 kali lipat merupakan
akibat dri vaodilatasiintramuskular dai peningkatan kosumsi oksigen selanjutnya
meningkatkan pembuluh darah otot sehingga meningkatkan aliran balik vena. Ruang
jantung seorang atlit meningkat kira- kira 40 persen dan diikuti dengan berat jantung
yang bertamah. Isi sekuncup meningkat dari 105 menjadi 162 mililiter, suatu kenaikan
sekitar 0 persen, sedangkan frekwensi denyut jantung meningkatkan dari 50 menjadi85
denyut/mnit. Jantung merupakan hubungan yagpalig membatasi pengakutan oksigen
yang adekuat ke otot yang bekeja. Olehkarena itu seseorang dengan gagal jantung
kongstif sering kali untuk turun dar tempat tidur, apalagi berjalandi seitar ruangan. ada
2 hal yang diperoleh dari penelitian
a. proses kontraksi aktual itu sendiri secara Temporer menurunkan aliran darah
otot untuk memeras sementara karwna otot yang berkontraksi
meremaspembuluh darah
b. aliran darah ke otot selama latihan sangat meningkat
Jadi orang normal yang tidak terlatih dapat meningkatkan curah jantung sedikit
di atas empat kali lipat, dan atlet yang terlatih baik dapat meningkatkan curah jantung
sekitarenam kali lipat. peningkatkan curah jantung yang lebihlanjut akan terjadidapat
meningkatkan frekwensi denyut jantung.
28
Blok 6 Modul 5 Fisiologi Olahraga
Hampir semua energi yang dilepaskan oleh metabolisme nutrisi tubuh pada
akhirnya diubah menjadi panas tubuh. Ini bahkan berlaku pada energi yang
menyebabkan kontraksi otot, karena alasan berikut :
1. Efisiensi maksimum untuk pengubahan energi nutrisi menjadi kerja otot, bahkan
dalam kondisi terbaik sekalipun hanya 20 sampai 25 persen, sisa energi nutrisi
diubah menjadi panas selama berlangsungnya reaksi kimia intrasel.
2. Hampir semua energi yang digunakan untuk menciptakan kerja otot tetap
menjadi panas tubuh karena hanya sebagian kecil energi ini yang digunakan
untuk (1) mengatasi tahanan cairan terhadap gerakan otot dan sendi, (2)
mengatasi gesekan darah yang mengalir melalui pembuluh darah, dan (3)
pengaruh –pengaruh sejenis lainnya.
Konsumsi oksigen oleh tubuh dapat meningkat 20 kali lipat pada atlet yang
terlatih baik dan panas yang dikeluarkan tubuh sebanding dengan konsumsi
oksigen.Aliran panas yang cepat ke dalam tubuh dalam situasi hari yang panas dan
lembab akan menyebabkan mekanisme berkeringat tidak dapat mengeleminasi panas
sehingga bisa menyebabkan heartstroke.
29
Blok 6 Modul 5 Fisiologi Olahraga
Telah tercatat penurunan berat badan 5 – 10 pon pada atlet yang melakukan
lomba atletik daya tahan selama 1 jam di bawah kondisi panas dan lembab karena
kehilangan keringat. Kehilangan keringat yang cukup banyak dapat menurunkan 3 persen
berat badan dan mengakibatkan berkurangnya kinerja seseorang secara bermakna, dan
penururnan 5 – 10 persen akan berakibat serius seperti kram, mual, dan efek lainnya.
Untuk itu perlu segera menggantikan cairan tubuh yang hilang.
Keringat mengandung sejumlah besar natrium klorida dan karena itu sejak lama
telah dinyatakan bahwa semua atlet harus menelan tablet garam selama latihan di hari
yang panas dan lembab. Namun, pemakaian yang berlebihan juga merugikan. Jika
seorang atlet telah beraklimatisasi terhadap panas melalui peningkatan pemaparan atletik
selama lebih dari 1 – 2 minggu kelenjar keringat akan mengalami aklimatisasi sehingga
jumlah kehilangan garam dalam keringat menjadi hanya sedikit selala sebelum
aklimatisasi. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Aldosteron mempunyai pengaruh langsung terhadap kelenjar keringta untuk
meningkatakan reabsorpsi natrium klorida dari keringat sebelum keringat dikeluarkan ke
permukaan kulit.
Kehilangan elektroit lain seperti kalium juga bisa terjadi karena hasil peningkatan
sekeresi aldosteron selama aklimatisasi panas, yang meningkatkan kadar kalium dalam
urin dan keringat. Sehingga diadakan suplemen untuk atlet yang mengandung proporsi
kalium yang sesuai bersama dengan natrium, biasanya dalam bentuk jus buah-buahan.
30
Blok 6 Modul 5 Fisiologi Olahraga
1. Kafein, dipercaya dapat meningkatkan performa seorang atlet. Pada atlet lari
marathon dapat lari sekitar 7% lebih cepat setelah mengkonsumsi kafein setara
dengan secangkir kopi.
(masih diragukan)
2. Hormone seks pria (androgen) atau steroid anabolik lain untuk meningkatkan
kekuatan otot dapat meningkatkan kinerja atlet di bawah beberapa kondisi.
Namun, steroid anabolik ini dapat meningkatkan resiko kerusakan
kardiovaskular karena sering menyebabkan hipertensi, penurunan HDL, dan
peningkatan LDL, yang semuanya meningkatkan serangan jantung dan stroke.
Pada pria, tiap jenis preparat hormone seks pria juga menyebabkan penurunan
fungsi testis (penurunan pembentukan sperma dan penurunan testosterone).
Peda wanita, dapat terjadi efek yang lebih manakutkan, seperti rambut di
wajah, suara bass, kulit yang kasar, dan berhentinya menstruasi.
3. Amfetamin dan kokain dapat meningkatkan kinerja seorang atlet. Namun
penggunaannya secara berlebihan justru dapat menurunkan penampilan.
Beberapa atlet diketahui meninggal akibat interaksi obat-obat tersebut dengan
norepinefrin dan epinefrin dari saraf simpatis selama latihan. Salah satu
kemungkinan penyebab kematian ini adalah perangsangan berlebihan pada
jantung, mengakibatkan fibrilasi ventrikel, yang mematikan dalam hitungan
detik.
31
Blok 6 Modul 5 Fisiologi Olahraga
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Fisiologi olahraga merupakan ilmu yang melibatkan hampir semua sistem untuk
koordinasinya di mana di dalamnya mencakup sistem respirasi, sistem kardiovaskular,
sistem uropoetika, dan lain-lain. Selain itu, di dalam fisiologi olahraga sendiri juga
membahas tentang bagaimana energi yang dihasilkan itu dipergunakan selama exercise
atau olahraga. Metabolisme yang terjadi juga melibatkan 3 sistem yang saling
melengkapi di tiap bagiannya.
Selain itu, selama olahraga akan ada adaptasi dan kompensasi dari tubuh itu
sendiri dalam menanggapi aktivitas yang sedang terjadi saat itu. Setelah beberapa
lama, akan ada mekanisme yang membatasi dari aktivitas itu, di mana seseorang akan
mulai mengalami kelelahan yang disebabkan karena beberapa hal dan kelelahan itu
sendiri bisa dibagi menjadi beberapa jenisnya berdasarkan penyebabnya.
SARAN
Mengingat masih banyaknya kekurangan dari kelompok kami ini, baik dari segi
diskusi kelompok, penulisan tugas tertulis dan sebagainya. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran untuk laporan kami selanjutnya.
32
Blok 6 Modul 5 Fisiologi Olahraga
DAFTAR PUSTAKA
Dorland, W.A. Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland, 31th ed. Retna Neary Elseria, [et al.]
(Terj.). Albertus Agung Mahode, [et al.] (Ed.). Jakarta: EGC.
Guyton, Arthur C., dan John E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, 11th ed. Irawati [et al.]
(Terj.). Luqman Yanuar Rachman [et al.] (Ed.). Jakarta: EGC.
Saladin. 2009. Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function. 5th edition. The
McGraw-Hill Companies, Inc.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem, 2nd ed. Brahm U. Pendit (Terj.).
Nella Yesdelita (Ed.). Jakarta: EGC.
33