You are on page 1of 12

TUGAS MAKALAH

“Teori Kewirausahaan dan Profesi Keperawatan”

DI SUSUN OLEH :
RONI SETIAWAN
NIM 16202762

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STIKES CAHAYA BANGSA BANJARMASIN
PRODI ILMU KEPERAWATAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di antara makhluk hidup yang di ciptakan Tuhan Yang Maha Esa, manusia
merupakan makhluk yang paling sempurna. Manusia membutuhkan pekerjaan
agar memperoleh penghasilan untuk membiayai kehidupan sehari-hari. Di antara
manusia tersebut ada beberapa orang yang mendapat kesempatan dan mampu
menciptakan lapangan kerja sendiri bahkan dapat membuka lapangan kerja untuk
orang lain.
Dalam rangka pemerataan hasil-hasil pembangunan perlu lebih di
tingkatkan dan diperluas usaha-usaha untuk memperbaiki penghasilan kelompok
masyarakat yang mempunyai mata pencaharian rendah, seperti buruh tani,
pedagang kecil, petani menggarap yang tidak memiliki lahan peternak kecil,
nelayan, ataupun pengrajin.
Pengusaha golongan ekonomi lemah termasuk pengusaha informal dan
tradisional perlu ditingkatkan dan dibina untuk meningkatkan kemampuan usaha
dan pemasaran dalam rangka mengembangkan kewirausahaan, antara lain melalui
pendidikan dan latihan serta penyuluhan dan bimbingan, dengan mengikut
sertakan pengusaha besar dan menengah.
Dalam melakukan kewirausahaan terdapat factor-faktor yang dapat
meningkatkan motivasi dalam membentuk kerja dan ada juga yang dapat
menghalangi terbentuknya sifat kewirausahaan dalam pribadi seseorang. Factor-
faktor ini bisa saja dalam dalam keluarga maupun dalam lingkungan seseorang.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengidentifikasi proses keperawatan klien selama periode hamil dan penyakit
yang menyertai.
b. Tujuan Khusus
 Mampu menjelaskan dengan tepat apa yang dimaksud dengan
kewirausahaan.
 Mampu menjelaskan dengan tepat hal-hal yang dapat meneter belakangi
tumbuhnya kewirausahaan dalam pribadi seseorang
 Mampu menjelaskan dengan tepat teori-teori yang menyangkut
kewirausahaa
 Mampu menguraikan dengan tepat peluang kewirausahaan di bidang social
dan antropologi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Kewirausahaan Perspektif Sosiologi Dan Antropologi


Entrepreneurship merupakan kemungkinan untuk mendapatkan
dorongan khusnya pada nilai-nilai social budaya masyarakat manusia, agama
(kepercayaan), adat istiadat yang dapat mempengaruhi perilaku individu
dalam masyarakat. Pengusaha social adalah individu dengan inovasi untuk
masyarakat pada masalah social yang paling terkini. Mereka ambisius dan
gigih dalam menanggulangi masalah social dan menawarkan ide-ide baru
untuk perubahan. Juga memecahkan masalah dengan mengubah system,
menyebarkan solusi dan membujuk seluruh masyarakat mamengambil
lompatan baru.
Setiap pengusaha social menyajikan ide-ide yang mudah dimengerti
dan melibatkan dukungan yang luas untuk memaksimalkan jumlah orang
local yang akan diberdayakan.
Pengusaha social bertindak sebagai agen perubahan bagi masyarakat,
memanfaatkan peluang, perbaikan system, memunculkan pendekat baru, dan
menciptakan solusi untuk mengubah masyarakat.
Sosiologi memfokuskan pada teori yang ditujukan ada peran, norma-
norma social, legitimasi, serta mobilitas social. Dalam memahami
kewirausahaan dalam masyarakat.
Menurut sosiologi tidak atau adanya umpan social dapat meotivasi
individu unuk mengambil usaha kewirausahaan. Beberapa hal yang penting
yang meneterbelakangi ;
1. Keluarga
factor ini berarti memperhatikan umlah anggota keluarga, jenis keluarga,
berdasarkan situasi ekonominya. Hal ini menyediakan keamanan
keungan yag lebih baik dalam bentuk kepemilikan harta bersama, yang
memungkinkan seorang individu elakukan resiko bisnis. System keluarga
bersama juga membantu dalam ekstani bisnis. Kekurangan usaha
keluarga bersama adalah kurangnya kemandirian dalam hal pengambilan
keputusa.

2. Agama
Dalam masyarakat tertentu agama memiliki pengaruh kuat pada diri
seseorang untuk kehidupan sehari-hari Agama bertindak sebagai factor
yang mempengaruhi kewirausahaan.
Agama Islam Misalnya : Allah telah memberikan kemampuan untuk
bekerja dan dilarang untuk mengemis. Hal ini mengakibatkan seseorang
harus bisa berusaha.
3. Usia
Produktivitas kerja dipengaruhi oleh usia seseorang dalam berwirausaha
dimana semakin mud seseorang maka produktivitasnya semakin baik
karena orang muda memiliki stamina yang lebih di banding yang sudah
berumur.
4. Tempat Tinggal
Latar belakang lingkungan tempat tinggal seseorang sangat
mempengaruhi dimana biasanya seseorang yang tinggal di lingkungan
yang memiliki tingkat pendidikan yagn lebih tinggi akan lebih kreatif dan
termotivasi untuk berwirausaha dibanding dengan seseorang yang tinggal
di daerah yang tingkat pendidikannya kurang.
Selain itu, seseorang yang tinggal di lingkungan yang lokasi geografinya
strategis untuk memiliki peluang baik dalam berwirasaha. Misalnya, di
Kota Padang, masyarakat Padang lebih berpeluang untuk membuka
usaha rumah kontarakan atau sewaan
5. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang dapat mengantarkan seseorang untuk menemukan
peluang baru. Sebagai contoh, ahli kimia atau fisika lebih dulu dalam
menemukan teknologi dibandingkan ahli sejarah karena penelitian
memberikan mereka akses pada informasi tentang peluang dimana orang
lain tidak mendapatkannya (Freeman, 1982). Diantara tipe-tipe pekerjaan
yang menyediakan akses pada informasi, yang paling signifikan
adalah Research and Development (Klepper dan Sleeper, 2001). Karena
penelitian dan pengembangan menciptakan sebuah informasi baru yang
menyebabkan perubahan teknologi, sehingga menjadi sebuah sumber
utama dari peluang (Aldrich, 1999) maka orang yang bekerja dalam
bidang penelitian dan pengembangan akan lebih cepat mengetahui
tentang adanya peluang dan perkembangan teknologi dibandingkan orang
lain.
Contoh yang paling dekat dengan kita adalah penemuan VCO oleh dosen
MIPA Kimia UGM, Bapak Bambang Prastowo. Beliau adalah seorang
peneliti. Beliau menemukan cara untuk mengambil minyak kelapa tanpa
ada proses pemanasan. Hasilnya, ternyata minyak tersebut memiliki
khasiat yang banyak dan lebih baik. Hasilnya penelitiannya beliau jual
dan mendapatkan keuntungan banyak.
6. Tingkat pendidikan
Seseorang ag meiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih bisa
mengeksploitasikan kesempatan untuk berwirausaha karena mereka lebih
mengetahui peluang-peluang wirausaha yang mungkin dijalankan sesuai
dengan bidangnya. Contohnya seorang sarjana perawat bisa membuka
home care karena dia mempunyai skill di sana. Jadi, seseorang yang
hanya lulusan SMA kecil kemugkinan terpikir untuk membuka usaha
home care.

7. Ikatan Sosial
Salah satu cara yang penting agar individu bisa mendapatkan akses
informasi tentang peluang kewirausahaan adalah melalui interaksi
dengan orang lain atau jejaring sosial mereka. Struktur dari jejaring sosial
seseorang akan mempengaruhi informasi apa yang mereka terima dan
mengkategorikan informasi tersebut.
Ikatan yang kuat pada seseorang yang kita percayai sepenuhnya,
juga sangat menguntungkan dalam menemukan peluang. Dalam ikatan
yang kuat, terdapat kepercayaan sehingga individu dapat mempercayai
sepenuhnya keakuratan informasi yang datang dari orang tersebut.
Kepercayaan dalam keakuratan informasi merupakan hal yang penting
untuk penemuan peluang karena wirausahawan membutuhkan akses
informasi, dan selanjutnya mensintesiskannya.
Beberapa penelitian mendukung pendapat ini bahwa ikatan sosial
meningkatkan kemungkinan seseorang dalam menemukan peluang
kewirausahaan. Sebagai contoh, Zimmer dan Aldrich (1987) mempelajari
kelompok etnik yang bekerja secara mandiri di tiga kota di Inggris dan
menemukan bahwa kebanyakan pemilik usaha mendapatkan informasi
tentang peluang kewirausahaan melalui channel mereka.
8. Akses Informasi
Beberapa orang mampu mengenali peluang lebih baik karena
mereka memiliki informasi lebih dibandingkan orang lain (Hayek, 1945;
Kirzner, 1973). Informasi ini memungkinkan seseorang untuk
mengetahui bahwa sebuah peluang adalah sebuah anugerah ketika orang
lain mengabaikan situasi tersebut. Informasi pengalaman hidup yang
spesifik, seperti pekerjaan atau kehidupan sehari-hari dapat memberikan
akses pada informasi dimana orang lain belum tentu mendapatkannya
(Venkataraman, 1997). Pengalaman hidup ini memberikan proses
permulaan pada informasi bahwa orang lain telah menggunakan
sumberdaya secara tidak lengkap atau tidak proporsional, seperti
perubahan teknologi atau perkembangan peraturan yang baru.
9. Pengalaman hidup
Aktivitas tertentu memberikan referensi pada pengatahuan yang
dibutuhkan untuk mengetahui peluang. Dalam faktanya, penelitian
sebelumnya telah menunjukkan kejadian dari dua aspek pengalaman
hidup yang meningkatkan probabilitas seseorang untuk mengetahui
peluang yaitu pekerjaan dan pengalaman yang berbeda.
Variasi dalam pengalaman hidup menyediakan akses pada
informasi yang baru dan dapat membantu seseorang dalam menemukan
peluang. Penemuan peluang ini kadang seperti menyusun puzzle, karena
sebuah kepingan informasi yang baru kadang memiliki elemen yang
hilang dan membutuhkan kecermatan bahwa peluang baru telah hadir.
Variasi dalam pengalaman menyebabkan seseorang akan menerima
informasi yang baru. Selanjutnya, dari hal tersebut individu dapat
menemukan kepingan peluang (Romanelli dan Schoonhoven, 2001)
karena individu dengan pengalaman hidup dan pekerjaan yang banyak
akan memiliki akses dalam pengalaman yang beranekaragam (Casson,
1995).
Delmar dan Davidsson (2000) telah membandingkan sampel
secara acak dari 405 orang yang memiliki bisnis dengan sebuah
kelompok kontrol yang juga dipilih secara acak dan menemukan bahwa
dalam proses memulai sebuah bisnis umumnya mereka adalah orang
yang sering berpindah-pindah kerja dibandingkan kelompok kontrol.

B. Teori Budaya
Kewirausahaan merupakan produk budaya. Wirausaha berasal dari
nilai-nilai budaya dan system budaya yang telah tertanam dalam lingkungan
masyarakat. Menurut teori Hoselistz pasokan kewirausaahaan diatur oleh
factor budaya, dan kelompok budaya minoritas dari kewirausahaan dan
ekonomi pembangunan. Di banyak Negara pengusaha telah muncul dari
social ekonomi kelas tertentu.
Teori nilai budaya dikemukakan oleh Cochran Thomas—Pengusaha
itu adalah bukan individu super normal tetapi mereka adalah anggota
masyarakat yang memiliki modal kepribadian.
Kinerja pengusaha dipengaruhi oleh tiga factor :
1. Sikap diri terhadap pekerjaan
2. Keutuhan Operasional kerja
3. Harapan peran yang dimintai oleh kepuasan kelompok
Dimensi budaya memberikan landasan pengembangan nilai-nilai individu
yang tercermin dalam sifat dan prilakunya. Dalam studi baru-baru ini
kewirausahaan dan kebudayaan telah dikaitkan di tingkat makro dan miokro
sebagai contoh kebudayaan nasional mempengaruhi pembentukan aliansi
teknologi oleh perusahaan kewirausahaan ( steensmaet al 2000). Atau bentuk
manifestasi dari prilaku kewirausahaan, seperti perjuangan dalam organisasi (
shane 1994). Pada tingkat mikro pengaruh nilai budaya tentang
kewirausahaan telah ikut mengambil andil. Beberapa studi menunjukan
bahwa pengusaha memiliki daya jarak yang lebih tinggi, individualism,
maskulinitas dan menghindari ketidakpastian lebih rendah, dibandingkan
dengan manajer (Mc.Grathet Al, 1992;.Busenitz dan Lau,1996). Disisi lain,
studi yang dilakukan diportugal (Al Morriset, 1994) atau Israel (al
Baumet.,1993) menemukan tidak adanya hubungan antara individualism dan
kewirausahaan.
Inkonsistensi ini menunjukkan kebutuhan untuk mengeksplorasi
kemungkinan efek mediasi atau moderasi. Nilai – nilai budaya yang dianggap
memiliki pengaruh yang signifikjan terhadap sikap-sikap kepribadian
(Hofstede dan Mc Crae,2004) sehingga memberikan kita dengan mediator
potensial yang penting. Secara khusus, mengandaikan bahwa budaya individu
mempengaruhi kecenderungan nilai kewirausahaan individu, tidak secara
langsung tetapi melalui kognisi individu.

C. Peluang Kewirausahaan Di Bidang Social Dan Antropologi


Kewirausahaan mengalami perubahan seiring dengan kemajuan
teknologi, agama, dan perubahan system nilai social.
Pembelajaran untuk mencapai kesuksesan menurut Murphy seseorang
harus bias membuat komitmen, mampu menemukan masalah dan
menyelesaikannya, berfikir luas, up date, keyakinan pada diri sendiri, berani
mengambil resiko, belajar memimpin, bertahan, dan siap untuk menang.
Faktor-faktor social yang menghambat kewirausahaan. Kegiatan
kewirausahaan tidak terbatas dan harus diperluas ke berbagai konteks. Ada
banyak peluang antara lain :
1. Bidang pendidikan. Merupakan sector yang sudah menunggu pengusaha
untuk mengeksploitasi berbagai kemungkinan. Pendidikan yang belum
merata dan banyaknya sekolah-sekolah yang tidak memiliki insfrastruktur
yang lengkap.
2. Bidang kesehatan. Pengadaan alat-alat kesehatan, pengelolaan
ketenagakerjaan dan lain-lain.
3. Bidang Pertanian. Inovasi metode-metode pertanian, irigasi, teknologi
pertanian,
4. Bidang pariwisata
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Entrepreneurship merupakan kemungkinan untuk mendapatkan
dorongan khusnya pada nilai-nilai social budaya masyarakat manusia, agama
(kepercayaan), adat istiadat yang dapat mempengaruhi perilaku individu
dalam masyarakat. Pengusaha social adalah individu dengan inovasi untuk
masyarakat pada masalah social yang paling terkini.
Kewirausahaan merupakan produk budaya. Wirausaha berasal dari
nilai-nilai budaya dan system budaya yang telah tertanam dalam lingkungan
masyarakat. Menurut teori Hoselistz pasokan kewirausaahaan diatur oleh
factor budaya, dan kelompok budaya minoritas dari kewirausahaan dan
ekonomi pembangunan. Di banyak Negara pengusaha telah muncul dari
social ekonomi kelas tertentu.
B. SARAN
Dengan adanya makalah kewirausahaan ini diharapkan perawat dapat
mengetahui strategi yang dapat ditempuh dalam berwirausaha khususnya
dalam perspektif social dan antropologi.
DAFTAR PUSTAKA

Alma, Bukhari. 2013. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta

Kasmir. 2010. Kewirausahaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

You might also like