You are on page 1of 5

Nama : Chansa Luthfia Hirzi

NIM : 1157040011

Kelompok/Kloter : Lima / Satu

Judul Percobaan : Analisa Kadar Air Dengan Metode Thermogravimetri

Tanggal Percobaan : Senin, 19 Februari2018

Tanggal Pengumpulan laporan: Senin, 5 Maret 2018

A. Tujuan
1. Menganalisis kadar air pada nasi dengan metode thermogravimetri.
2. Menentukan kadar air pada nasi berdasarkan berat basah dan berat kering dengan metode
thermogravimetri.

B. Prinsip Percobaan
Prinsip penentuan kadar air dengan metode thermogravimetri adalah dengan
menguapkan air yang ada dalam bahan makanan dengan cara pemanasan. Kemudian
menimbang bahan sampai berat konstan yang berarti semua air sudah diuapkan. Secara
umum proses thermogravimetri dilakukan dengan perlakuan mencakup penimbangan,
pengovenan, pendinginan hingga diperoleh berat konstan. Kelebihan metode
thermogravimetri adalah memberikan hasil akurat, relative lebih mudah dilakukan, dan
murah. Namun, kelemahannya adalah bahan lain disamping air juga ikut menguap dan ikut
hilang bersama dengan uap air, misalnya alcohol, asam asetat, atsiri dan lainnya.

C. Prosedur Percobaan
Yang paling pertama dilakukan adalah menyiapkan semua alat dan bahan yang
dibutuhkan dalam percobaan. Sampel (nasi) digerus dengan mortal dan alu. Selanjutnya
botol timbang dibersihkan dan dikeringkan dengan oven pada suhu 105 oC selama 15 menit
lalu didinginkan dengan cara disimpan dalam desikator selama lima menit kemudian
ditimbang. Perlakuan ini diulangi sebanyak tiga kali pada suhu 100 oC selama 15 menit.
Selanjutnya 2 gram nasi yang telah dihaluskan ditimbang dalam botol timbang dan
dipanaskan dengan oven pada suhu 110 oC selama 1 jam lalu didinginkan dalam desikator
dan ditimbang.
D. Data Hasil Pengamatan
Perlakuan Pengamatan
Sampel (nasi) digerus dengan mortal Sampel menjadi lunak berwarna putih
dan alu
Botol timbang dibersihkan dan Berat botol
Pemanasan ke -
dikeringkan dengan pemanasan pada timbang
suhu 45 oC selama 15 menit, dan 1 21,0986 gram
duakali pada suhu 100 oC selama 15 2 21,1129 gram
menit. Kemudian didinginkan selama 3 21,1133 gram
5 menit dalam desikator dan Rata - rata 21,1082 gram
ditimbang
Sebanyak 2 gram sampel ditimbang Berat sampel = 2,1421 gram
dalam botol timbang yang beratnya
telah konstan
Berat sampel + botol timbang =
Sampel dalam botol timbang 21,8603 g
dipanaskan pada suhu 110 oC selama 1 Berat sampel setelah pemanasan
jam, lalu didinginkan dalam desikator adalah
dan ditimbang 21,8603 g – 21,1082 g = 0,7521 g
Sampel berwarna coklat kering

Perhitungan
1. Berat bahan basah = (berat botol timbang + sampel) – berat botol timbang kosong
= (21,1082 g + 2,1421 g) – 21,1082 g
= 2,1421 g
2. Berat bahan kering = berat konstan – berat botol timbang kosong
= 21,8603 g – 21,1082 g
= 0,7521 g
3. Berat air dalam bahan yang diuapkan = berat bahan basah – berat bahan kering
= 2,1421 g - 0,7521 g
= 1,3900 g
1,3900 𝑔
4. Kadar air bahan ( wet basis) =2,1421 𝑔 𝑥 100% = 64,8895 %
1,3900 𝑔
5. Kadar air bahan ( dry basis) = 0,7521 𝑔 𝑥 100% = 184,8158 %
E. Pembahasan
Penentuan kadar air dalam bahan makanan pada percobaan kali ini dianalisis melalui
metode thermogravimetri. Prinsip dari metode ini adalah pemanasan sampel, pendinginan
dan penimbangan. Kadar air yang dianalisis merupakan jumlah air yang hilang dalamartian
menguap pada proses pemanasan. Kandungan air dalam suatu bahan makanan menjadi
penentu daya tahan makanan itu sendiri dan kesegarannya.
Sampel yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah nasi. Diketahui bahwa kadar
air dalam beras sekitar 12-13 persen saja namun setelah dimasak dengan air maka kadar air
naik menjadi rata-rata 67,5 % kurang lebih lima kali lebih besar dari kadar air pada beras.
Penentuan kadar air dimulai dengan menggerus nasi hingga menjadi lembut dan lengket,
guna mengoptimalkan sampel pada proses pemanasan. Penggerusan membuat permukaan
sampel menjadi lebih luas dimana semakin luas permukaan suatu zat/materi maka reaksi
yang akan terjadi semakin cepat. Botol timbang yang digunakan dibersihkan terlebih
dahulu dan dikeringkan dengan cara pengovenan pada suhu 45 oC selama 15 menit pertama
lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Pemanasan diulangi pada suhu yang lebih
tinggi yaitu 100 oC selama 15 menit lagi dan diulangi sebanyak dua kali agar kadar air pada
botol timbang menguap, atau terjadinya perubahan fasa air dari liquid menjadi gas.
Pemanasan botol timbang untuk yang pertama kali tidak langsung 100 oC karna
dikhawatirkan akan menyebabkan botol timbang pecah. Maka pemanasan dilakukan dari
45 oC dan meningkat ke 100 oC. berat botol timbang dari pemanasan pertama hingga ketiga
adalah 21,0986 g ; 21,1129 g ; 21,1133 g. Dengan rata-rata berat botol timbang sebesar
21,1082 g. Barulah 5 gram sampel dimasukan kedalam botol timbang dan dilakukan
pengovenan pada suhu 110 oC selama 1 jam. Setelah pengovenan, botol timbang berisi
sampel diturunkan suhunya dengan menyimpan botol timbang dalam desikator. Silika yang
berada dalam desikator mampu menjerap uap air yang masih menempel pada botol
timbang. Desikator yang berfungsi dengan baik adalah dengan silika yang berwarna biru.
Jika silika sudah berubah warna menjadi merah muda maka menandakan bahwa silika tidak
baik dalam menjerap uap air dan hal ini dapat diatasi dengan proses pemanasan. Berat
sampel setelah pemanasan adalah 0,7521 g. Sehingga didapatkan kadar bahan basah dan
kering dengan persentase 64,8895 % untuk kadar bahan kering dan 184,8158 % untuk
kadar bahan kering. Pada percobaan ini temperature pemanasan sampel tidak dilakukan
secara bertahap karna keterbatasan waktu praktikum. Maka pemanasan langsung dilakukan
pada 100 oC dan bisa jadi menyebabkan sampel menjadi kering dibagian luar namun basah
dibagian dalam. Sehingga kadar air yang ingin dianalisa tidak akan tepat karna bahan
makanan yang masih basah menandakan kandungan air belum menguap. Setelah
pemanasan sampel menjadi warna coklat menandakan adanya reaksi browning atau reaksi
maillard yakni reaksi antara karbohidrat (gula pereduksi) dan protein (gugus amina) pada
nasi menyebabkan timbulnya warna kecoklatan.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi hilangnya air pada bahan antara lain, ukuran
partikel, berat sampel yang digunakan, jenis botol timbang yang digunakan dan variasi
suhuh pada oven. Kelebihan metode thermogravimetri adalah tidak sukar untuk
dipraktekan, hasil yang akurat, dan murah. Disamping itu kekurangan metode ini adalah
akan ada bahan yang ikut menguap selain dari air pada proses pemanasan dan ikut dalam
perhitungan yakni senyawa atsiri, alcohol, asam asetat dan lain sebagainya. Selanjutnya
bahan yang mengikat air secara kuat akan sulit untuk menguap, dan dapat menghasilkan
reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat yang mudah menguap. Contoh
gula dapat mengalami reaksi dekomposisi atau karamelisasi, lemak mengalami oksidasi
dan sebagainya.

F. Kesimpulan
1. Analisis kadar air dengan metode thermogravimetri didapatkan dengan proses pemanasan
sampel dan penimbangan.
2. Berdasarkan berat basah dan kering didapatkan kadar air sebesar 64,8895 % untuk berat
bahan basah dan 184,8158% untuk berat kering. Dimana, kadar air yang hilang pada berat
bahan kering lebih besar daripada berat bahan basah.
Daftar Putaka

Ayuni Humaira. V. 2016. Pembahasan Kadar Air Bahan Pangan. http://www.scribd.com.


(Diakses pada 4 Maret 2018)

David Andreas. 2013. Pengujian Kadar Air Metode Thermogravimetri.


http://thamus23mq.blogspot.co.id. (Diakses pada 21 Februari 2018)

Deman. J. M. 1997. Kimia Makanan. Bandung: Penerbit ITB

Puspa Arsya. 2015. Laporan Praktikum Analisa Pangan. http://www.academia.edu.


(diakses pada 4 maret 2018)

Sabita Dewi S. dkk. Kadar Zat Gizi Beras dan Nasi Lima Varitas Padi Unggul.
https://media.neliti.com. (Diakses pada 3 Maret 2018)

Winarno. F. G. 1991. Kimia Pangan Gizi. Jakarta:Gramedia Pusaka Utama.

You might also like