You are on page 1of 11

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) FISIKA DENGAN

MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL LEARNING PADA


MATERI ELASTISITAS DAN HUKUM HOKE
UNTUK SISWA SMA KELAS X

Wike Tio Wulandari1), Nehru2)


1)
Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jambi
2)
Dosen Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jambi
Email: Wiketiok52@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan dan mengetahui persepsi siswa terhadap pengembangan
LKS Fisika dengan pendekatan contextual learning pada materi elastisitas dan hokum hooke. Penelitian ini
termasuk penelitian dan pengembangan (Research and Development). Model pengembangan yang digunakan
adalah Dick and Carey. Adapun tahap pengembangan pada penelitian ini terdiri dari analisis tujuan
pembelajaran, analisis pembelajaran, analisis siswa dan lingkungannya, merumuskan tujuan khusus,
pengembangan instrument penilaian, pengembangan strategi pembelajaran, mengembangkan dan memilih
materi pembelajaran,evaluasi formatif produk dengan cara uji coba lapangan dan data yang telah diperoleh
dari uji coba lapangan dievaluasi, kemudian revisi. Subjek uji coba dalam penelitian ini adalah siswa kelas X
IPA di SMAN 8 Kota Jambi yang sudah mempelajari materi elastisitas dan hokum hooke. Instrumen
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket validasi materi dan desain LKS serta
angket persepsi siswa. Teknik analisis data berupa saran dari validator dilakukan secara deskriptif
(reduksi data, penyajian data dan verivikasi data). Sedangkan skor angket persepsi siswa dilakukan
secara statistik deskriptif (mean, standar deviasi, skor aktual). LKS yang telah dikembangakan
memiliki format : judul, petunjuk belajar, KI, KD dan indikator, peta konsep, pendahuluan, dan uraian
materi. LKS ini juga dilengkapi dengan langkah-langkah pendekatan contextual learning (kontruktivisme,
menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian sebenarnya) dan dibuat sesuai
kurikulum 2013. Adapun keunggulan dari LKS ini yaitu siswa akan lebih mudah memahami materi, kegiatan
pembelajarannya membimbing siswa untuk dapat mengaitkan materi dengan kehidupan sehari- hari, siswa
akan lebih aktif, siswa dapat membuat kesimpulan sendiri dari kegiatan pembelajaran, dan LKS ini juga
dilengkapi dengan kegiatan praktikum. Kelemahan pada LKS ini yaitu banyak memakan waktu dan bagi
siswa yang tidak dapat mengikuti pelajaran tidak akan mendapatkan pengetahuan serta pengalaman. Hasil
validitas ahli menyatakan bahwa materi yang terdapat dalam LKS sudah sesui silabus, desain LKS berupa
warna, gambar, dan urutan penyajian LKS telah sesuai, serta kegiatan pembelajaran dalam LKS telah sesuai
dengan lankah-langkah pendekatan contextual learning. Hasil uji coba persepsi siswa terhadap LKS yang
dikembangkan diperoleh skor persepsi siswa sebesar 86,77 yang menyatakan LKS memiliki katagori baik.
Dan dengan nilai reabilitas angket persepsi siswa sebesar 0,679 dengan katagori reabilitas tinggi.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa LKS dengan menggunakan pendekatan
contextual learning ini valid dan layak digunakan.

Kata Kunci: LKS, Pendekatan contextual learning, elastisitas dan hokum hooke

Pendahuluan
Menurut Prastowo (2011), ”LKS Adapun fungsi LKS menurut Prastowo (2011),
merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar- yaitu:
lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan 1) Sebagai bahan ajar yang bisa
petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas meminimalkan peran guru, namun lebih
pembelajaran yang harus dikerjakan oleh siswa, mengaktifkan siswa;
yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus 2) Sebagai bahan ajar yang mempermudah
siswa untuk memahami materi yang
dicapai”. Sedangkan menurut Belawati (2007),
diberikan;
”LKS merupakan materi ajar yang sudah dikemas 3) Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya
sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat tugas untuk berlatih; dan
mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri”. 4) Memudahkan pelaksanaan pengajaran
kepada siswa.
1
Berdasarkan pengertian dan fungsi di atas, berdasarkan kontruktivisme adalah
LKS merupakan salah satu alternatif bahan ajar “mengontruksi” pengetahuan. Pengetahuan
yang baik digunakan agar siswa menjadi lebih dibangun melalui proses asimilasi dan
mandiri dan lebih aktif dalam proses akomodasi (pengintegrasian pengetahuan baru
terhadap struktur kognitif yang sudah ada dan
pembelajaran sehingga tidak hanya menerima
menyesuiakan struktur kognitif dengan
materi dari guru saja, siswa dapat menemukan informasi baru). Belajar dalam konteks
sendiri konsep dari materi itu. Hal ini sesuai kontruktivisme menekankan terbangunnya
dengan kurikulum 2013 yang menekankan pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan
pembelajaran berpusat pada siswa. produktif berdasarkan pengetahuan dan
Penulis mengobservasi beberapa sekolah pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman
yaitu SMAN 1 Kota Jambi, SMAN 3 Kota Jambi belajar yang bermakna.
dan SMAN 8 Kota Jambi dalam penggunaan LKS
di sekolah. Dari hasil observasi, SMAN 1 dan 2. Menemukan (Inquiry)
Inkuiri artinya proses pembelajaran
SMAN 3 tidak menggunakan LKS dalam proses
didasarkan pada pencarian dan penemuan
pembelajaran tetapi ada beberapa guru yang melaui proses berfikir secara sistematis
memberikan LDS (Lembar Diskusi Siswa). (Sanjaya,2006). Kegiatan ini diawali dari
Sementara itu, siswa kelas X di SMAN 8 Kota pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan
Jambi menggunakan LKS yang merupakan dengan kegiatan-kegiatan bermakna
cetakan penerbit. Pada saat proses pembelajaran, untukmenghasilkan temuan yang diperoleh
LKS digunakan sebagai latihan-latihan soal sendiri oleh siswa. Dengan demikian
ataupun tugas di rumah. Siswa juga terkadang pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
mengalami kesulitan dalam mengerjakan LKS siswa tidak dari hasil mengingat seperangkat
tersebut. Selain itu, LKS tersebut terdapat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari
fakta yang dihadapinya.
kekurangan yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan,
tampilannya kurang menarik, gambar-gambar 3. Bertanya (Questioning)
tidak berwarna, kurangnya contoh-contoh gambar Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan
dan belum dicantumkannya indikator ataupun menjawab pertanyaan. Bertanya dapat
tujuan pembelajaran dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan
LKS perlu dikembangkan dengan setiap individu. Sedangkan menjawab
pendekatan, metode ataupun model agar lebih pertanyaan mencerminkan kemampuan
terarah dan terstruktur karena adanya langkah- seseorang dalam berfikir. Dalam proses
pembelajaran, guru tidak menyampaiakn
langkah dalam pembelajaran. Salah satu yang
informasi begitu saja, akan tetapi memancing
memudahkan siswa belajar yaitu dengan agar siswa dapat menemukan sendiri. Karena
pendekatan pembelajaran kontekstual. Menurut itu peran bertanya sangat penting, sebab
Suprijono (2013), pembelajaran kontekstual melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat
merupakan prosedur pendidikan yang bertujuan membimbing dan mengarahkan untuk
memahami makna bahan pelajaran yang mereka menemukan setiap materi yang dipelajarinya.
pelajari dengan cara menghubungkannya dengan
konteks kehidupan mereka sendiri dalam 4. Masyarakat Belajar (Learning
lingkungan social dan budaya masyarakat. Community)
Suatu permasalahan tidak mungkin dapat
Berdasarkan pengertian di atas,
dipecahkan sendiri, tetapi membutuhkan
pembelajaran kontekstual menghubungkan materi bantuan orang lain. Kerja sama saling
yang diajarkan guru dengan dunia nyata dalam memberi dan menerima sangat dibutuhkan
kehidupan sehari-hari sehingga memberikan untuk memecahkan suatu persoalan. Konsep
kemudahan pada siswa dalam memahami materi. masyarakat belajar menyarankan agar hasil
Selain itu juga, dapat menyadarkan siswa bahwa pembelajaran diperoleh melalui kerja sama
apa yang dipelajari tidak hanya sekedar materi, dengan orang lain. Kerja sama itu dapat
tetapi ada penerapannya dalam kehidupan sehari- dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam
hari. kelompok belajar secara formal maupun
Menurut Sanjaya (2006) ada tujuh komponen dalam lingkungan yang terjadi secara alamiah
utama pembelajaran kontekstual yang harus
5. Pemodelan (Modelling)
dikembangkan oleh guru, yaitu : Pemodelan maksudnya adalah bahwa dalam
1. Konstruktivisme (Constructivisim) sebuah pembelajaran keterampilan atau
kontruktivisme adalah proses membangun pengetahuan tertentu harus ada model yang
atau menyusun pengetahuan baru dalam ditiru. Pemodelan akan lebih mengefektifkan
struktur kognitif siswa berdasarkan pelaksanaan pembelajaran dengan
pengalaman. Dalam Suprijono (2013) belajar pendekatan kontekstual untuk ditiru,
2
diadaptasi, atau dimodifikasi. Dengan adanya mengatasi kesulitan siswa dalam mempelajari
suatu model untuk dijadikan contoh biasanya materi tersebut.
akan lebih dipahami atau bahkan bisa
menimbulkan ide baru. Salah satu contoh
Metode Penelitian
pemodelan dalam pembelajaran misalnya,
mempelajari contoh penyelesaian soal, Model Pengembangan
penggunaan alat peraga.
Jenis penelitian ini merupakan model
6. Refleksi (Reflection) penelitian pengembangan (Research and
Komponen yang merupakan bagian yang Development). Model pengembangan yang
terpenting dari pembelajaran dari digunakan diadaptasi dari model Dick dan Carey.
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual Prosedur pengembangan pada tahapan ini hanya
adalah perenungan kembali atas pengetahuan sampai pada tahapan revisi.
yang baru dipelajari (Muslich,2011). Melalui
proses refleksi, pengalaman belajar itu akan
dimasukkan salam struktur kpgnitif siswa
yang ada pada akhirnya akan menjadi bagian
dari pengetahuan yang dimilikinya. Biasa
terjadi melalui proses refleksi siswa akan
memperbahrui pengetahuan yang telah
dibentuknya dan menambah pengetahuannya.

7. Penilaian Sebenarnya (Authentic


Assessment)
Penilaian autentik adalah proses yang
dilakukan guru untuk mengumpulkan
informasi tentang perkembangan belajar yang
dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan
untuk mengetahui apakah siswa benar-benar
belajar atau tidak. Apakah pengalaman
Gambar 1. Prosedur Pengembangan
belajar siswa memiliki pengaruh yang positif
terhadap perkembangan baik intelektual
maupun mental siswa 1) Analisis tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran diperoleh dari analisis
Penelitian sebelumnya telah dilakukan kebutuhan yang bertujuan untuk memunculkan
Fitriyati (2013) dengan judul Pengembangan LKS dan menetapakan masalah dasar yang dihadapi
dalam pembelajaran Fisika sehingga dibutuhkan
Fisika SMA Kelas X Semester II dengan Website
pengembangan bahan pembelajaran. Pada tahap
Online Berbasis Contextual Teaching Learning. ini juga dilakukan analisis kurikulum yang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKS ini berguna untuk melihat silabus, kurikulum yang
mampu meningkatkan motivasi siswa dalam digunakan di sekolah, menetapkan kompetensi
mempelajari fisika secara mandiri dan online. inti dan kompetensi dasar materi, serta indikator
LKS ini mendapatkan respon siswa dengan yang ingin dicapai sesuai dengan materi.
interpretasi baik. Selain itu, dari hasil penelitian 2) Analisis Pembelajaran
Analisis pembelajaran ini dilakukan untuk
Vera (2014) dengan judul Pengembangan LKS
mencapai tujuan pembelajaran, yaitu dengan cara
Berbasis Kontekstual untuk Materi Bilangan Bulat menganalisis pembelajaran pada guru.
pada Pembelajaran Matematika Kelas VII, LKS 3) Analisis Siswa dan Lingkungannya
yang telah dibuat telah dinyatakan valid dengan Aspek-aspek yang diungkap dalam kegiatan ini
persentase 85,31% lulus KKM. LKS ini sudah adalah kemampuan, sikap dan kompetensi yang
dapat digunakan dalam proses pembelajaran. dimiliki oleh siswa. Hal dapat diketahui melalui
proses analisis karakteristik siswa yang
Penelitian ini bertujuan Untuk
berhubungan dengan tampilan LKS yang sudah
menghasilkan LKS Fisika dengan menggunakan
pendekatan contextual learning pada materi ada yang digunakan oleh siswa, serta minat siswa
dalam penggunaan LKS. Analisis ini dilakukan
elastisitas dan hokum hooke serta mengetahui
dengan cara memberi angket kebutuhan siswa.
persepsi siswa terhadap LKS tersebut. Adapun
manfaat dari pengembangan ini adalah Sedangkan keadaan lingkungan dapat diketahui
dengan melihat dan mewawancarai guru atau
menghasilkan LKS dengan menggunakan
pendekatan contextual learning pada materi siswa. Analisis inilah yang berguna sebagai dasar
dalam pengembangan bahan ajar yang akan
elastisitas dan hokum hooke untuk membantu
3
dibuat. Dan identifikasi yang akurat tentang 3. Melakukan pengembangan atau pembuatan
karateristik siswa juga dapat membantu dalam LKS Fisika dengan menggunakan
memilih dan menentukan strategi pembelajaran pendekatan Contextual Learning pada materi
yang tepat yang akan digunakan. Elastisitas dan Hukum Hooke.
4) Merumuskan Tujuan Pembelajaran 8) Merancang dan Melakukan Evaluasi Formatif
Perumusan tujuan merupakan tahap yang Setelah produk terbentuk maka pada tahap
sangat penting dalam merancang bahan ajar kedelapan ini dilakukan validasi terhadap tim ahli
khususnya LKS, karena tujuan merupakan arah (ahli materi dan ahli desain). Setelah revisi produk
dan target kompetensi akhir yang ingin dicapai dikatakan layak untuk di uji cobakan, maka
dari suatu proses pembelajaran. Tujuan dilakukan uji coba kelompok besar. Pada uji coba
pembelajaran juga menjadi dasar bagi guru dalam ini, juga digunakan angket uji coba produk
memilih metode pembelajaran, bentuk dan format terhadap siswa tujuannya adalah untuk melihat
bahan ajar serta menyusun instrumen evaluasinya. respon atau persepsi siswa terhadap produk yang
Langkah yang harus dilakukan pada tahap ini dikembangkan.
yaitu melihat kurikulum yang digunakan oleh 9) Revisi Bahan Pembelajaran
sekolah untuk menyesuaikan isi LKS yang akan di Apabila produk yang telah dihasilkan yaitu
desain dengan kompetensi yang harus di kuasai LKS setelah di validasi oleh validator dan diuji
oleh siswa. cobakan kepada siswa dalam beberapa waktu
5) Mengembangkan Instrumen ternyata masih memiliki beberapa kelemahan dan
Dalam mengembangkan tahap penyusunan butuh penyempurnaan sebelum diproduksi, maka
instrumen penilaian rancangan LKS. Instrumen LKS yang telah didesain harus direvisi
penilaian ini disusun dalam bentuk angket. berdasarkan saran dari validator dan hasil dari uji
Penilaian terhadap LKS dilakukan oleh validator coba.
ahli materi, validator ahli desain dan serta siswa.
6) Mengembangkan Strategi Pembelajaran Subjek Uji Coba
Dalam pembelajaran guru harus pandai Subjek ujicoba penelitian ini terdiri dari
memilih strategi pembelajaran. Menurut satu orang dosen ahli isi materi, satu orang dosen
(Setyosari, 2012) menyebutkan bahwa, “Strategi ahli desain pembelajaran, siswa kelas X IPA
pembelajaran berkaitan dengan produk atau SMAN 8 Kota Jambi pada tahap uji coba
desain yang ingin dikembangkan”. Dalam kelompok kecil dan 40 orang siswa kelas X IPA 6
mengembangkan sutau produk, penulis SMAN 8 Kota Jambi pada tahap uji coba
mengembangkan produk yang berupa bahan ajar kelompok besar yang sudah mempelajari materi
dalam bentuk LKS, dalam penyusunan LKS elastisitas dan hokum hooke.
penulis menyusun dengan menggunakan
pendekatan Contextual Learning. Jenis Data
7) Mengembangkan dan Memilih Bahan Pada penelitian pengembangan ini, jenis
Pembelajaran data yang diambil yaitu kuantitatif dan kualitatif.
Pemilihan produk yang akan dibuat ini Data kuantitatif diperoleh dari persepsi siswa
disesuaikan dengan hasil analisis kebutuhan dan berupa angket terhadap LKS yang telah
karaktaristik siswa yang telah dilakukan dihasilkan. Sedangkan data kualitatif berupa saran
khususnya di SMA N 8 Kota Jambi. Produk yang dan tanggapan dari validasi terhadap LKS. Data
akan dihasilkan adalah LKS Fisika dengan yang diperoleh dari hasil pengembangan produk
menggunakan pendekatan Contextual Learning ini digunakan sebagai dasar dalam menentukan
untuk materi Elastisitas dan Hukum Hooke. kelayakan dan daya tarik LKS dengan
Adapun hal-hal yang dilakukan dalam menggunakan pendekatan contextual learning
mendesain produk ini adalah: pada materi elastisitas dan hokum hooke.
1. Membuat kerangka konseptual desain LKS
yang ingin dibuat sebagai bahan Instrumen Pengumpulan Data
pembelajaran Fisika SMA pada materi Instrumen pengumpulan data dalam
Elastisitas dan Hukum Hooke yang penelitian ini adalah 1) angket lembar validasi
disesuaikan dengan Contextual Learning. LKS 2) angket persepsi siswa dengan perhitungan
2. Pengumpulan bahan-bahan yang dimasukkan reliabilitas.
ke dalam LKS baik itu berupa materi,
gambar, tujuan pembelajaran yang didapat 1). Angket lembar validasi
baik melalui buku, silabus, internet maupun Lembar validasi pada penelitian
dari sumber-sumber yang lain. pengembangan ini terdiri dari 2 bentuk, yaitu
lembar validasi desain dan lembar validasi materi.
4
Instrumen lembar validasi LKS berupa data 5. 0,00 ≤ r ≤ 0,20 Tidak Baik
kualitatif dengan menggunakan metode angket (Sumber: Arikunto, 2010)
berstruktur. Jawaban yang di dapat adalah “ya Teknik Analisis Data
atau tidak”. Data diperoleh dengan
mengumpulkan saran dan pendapat validator. 1). Validasi LKS
Dalam penelitian ini validitas yang
2). Angket persepsi siswa digunakan adalah validitas kualitatif. Data yang
Angket persepsi siswa berupa angket diperoleh dari lembar validasi LKS berupa
tertutup dengan indikator-indikator yang dinilai jawaban ”ya atau tidak” dan saran dari validator.
ialah desain pembelajaran, materi, keterbacaan LKS dinyatakan valid jika semua jawaban berupa
LKS, dan visualisasi LKS. ”ya” dan dinyatakan layak diujicobakan tanpa
Data yang diperoleh dinilai dengan skala revisi.
Likert. Jawaban setiap item instrumen yang
mengunakan skala Likert untuk keperluan analisis 2). Analisis persepi siswa
kuantitatif yang dapat diberi skor sebagai berikut:
Data angket siswa berupa jumlah
Tabel 1. Skala Liket responden yang memilih 5 skala jawaban
1 Sangat setuju/selalu/sangat positif diberi 5 pada angket yaitu “Sangat tidak setuju”,
skor “Tidak setuju”, ragu-ragu”, “Setuju”, dan
2 Setuju/sering/positif diberi skor 4 “Sangat setuju” dianalisis. Skor responden
3 Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi 3 semua butir pernyataan disajikan dalam
skor
4 Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif 2
bentuk tabel. Data dianalisis dengan deskriptif
diberi skor kuantitatif. Langkah yang dilakukan dalam
5 Sangat tidak setuju/tidak pernah/diberi 1 menganalisis data angket persepsi siswa
skor yaitu:
Data dianalisis dengan deskriptif
Dalam penelitian ini reliabilitas diukur kuantitatif. Langkah langkah dalam penskoran:
dengan menggunakan rumus yang dikemukakan 1) Mengkuantitatifkan hasil checking dengan
oleh Kuder dan Richardson. Mengukur reliabilitas memberi skor sesuai dengan bobot. 1 (sangat
ditentukan dengan rumus Alpha menurut Arikunto tidak setuju), 2 (tidak setuju), 3 (ragu-ragu), 4
(2010) sebagai berikut: (setuju), 5 (sangat setuju).
∑ 2) Data yang telah diperoleh diproses dengan cara
menjumlah skor, dibandingkan dengan jumlah
Rumus varians adalah sebagai berikut: skor maksimal dan diperoleh persentasenya.

∑ Data yang diperoleh dari siswa diubah
menjadi nilai kualitatif berdasarkan kriteria
Keterangan: penilaian ideal. Ketentuan kriteria penilaian ideal
 : Koefisien Alpha Cronbach ditunjukkan dalam tabel 2
n : Jumlah butir pertanyaan
si 2 :
Jumlah varian butir Tabel 3. Kriteria penilaian ideal
2
st : Jumlah varian total No. Skor Kriteria
N : Jumlah responden
1. Xi + 1,80 Sdi < X Sangat Baik
X : Skor-skor pada butir ke-i
∑X : Jumlah seluruh skor pada butir ke-i 2. Xi + 0,60 Sdi < X ≤ Xi + 1,80 Sdi Baik
∑X2 : Jumlah hasil kuadrat skor pada butir ke-i 3. Xi - 0,60 Sdi < X ≤ Xi + 0,60 Sdi Cukup Baik

Koefisien reliabilitas tes berkisar antara 0,00 – 4. Xi - 1,80 Sdi < X ≤ Xi - 0,60 Sdi Tidak Baik
1,00 dengan perincian korelasi: 5. X ≤ Xi - 1,80 Sdi Sangat Tidak
Baik
Tabel 2. Kategori Reliabilitas
(Sumber: Sukarjo 2006 dalam Syaiful, 2014)
Katagori
No Kriteria
Reabilitas
1. 0,81 ≤ r ≤ 1,00 Sangat Baik Tabel di atas diturunkan dari kurva normal
2. 0,61 ≤ r≤ 0,80 Baik terhadap skala Likert
3. 0,41 ≤ r ≤ 0,60 Cukup Baik
4. 0,21 ≤ r ≤ 0,40 Kurang Baik

5
jangan dipecah-pecah atau dibuat terpisah
seperti urutan langkah-langkah
pendekatan kontekstual.

Pada validasi tahap II, validator


menyarankan:
1. Perbaikan sistematika materi yang
berdasarkan dengan pendekatan
kontekstual. Komponen-komponen
pendekatan kontekstual tergambar
keseluruhan pada setiap kegiatan LKS
dan jangan dipecah-pecah atau dibuat
-3SD -2SD -1SD 0 +1SD +2SD +3SD terpisah seperti urutan langkah-langkah
Gambar. 2 Kurva Normal pendekatan kontekstual.
(Sumber: Juknis Penilaian Afektif, 2010) 2. Perbaiki isi pada bagian inkuiri dan
pemodelan di dalam LKS
dengan:
Xi = ½ (Skor Maks + Skor Min)
Pada validasi tahap III, validator menyatakan
Sdi = 1/6 (Skor Maks – Skor Min)
LKS yang dikembangkan telah layak digunakan
tanpa revisi.
Kurva normal standar luasnya 6 SD. Oleh karena
itu, untuk memodifikasi model skala Likert
2). Validasi Desain
menjadi 5 kriteria, maka luas masing-masing
Pada validasi tahap I, validator menyarankan
interval kriteria adalah 6/5 Sdi = 1,2 Sdi. Maka
perbaikan desain LKS adalah berkaitan dengan
didapat skor interval Xi + 1,80 Sdi < X, di mana
ukuran huruf terlalu kecil, warna tulisan untuk
nilai tepi atas kurva normal adalah +3 Sdi.
cover tidak menarik dan gambar yang tidak ada
kaitannya dengan materi agar tidak dicantumkan.
Hasil dan Pembahasan
Pada validasi tahap II, validator menyarankan
perbaikan desain LKS adalah berkaitan dengan
LKS fisika dengan menggunakan
warna kotak judul terlalu gelap sehingga judul
pendekatan contextual learning pada materi
tidak tampak , menambahkah tulisan kurikulum
elastisitas dan hokum hooke untuk kelas X SMA
apa yang digunakan pada cover, dan gambar-
telah selesai dikembangkan, kemudian divalidasi
gambar hiasan yang tidak ada maanfaatnya tidak
oleh validator. Validator terdiri dari dua orang
usah dicantumkan. Dan pada validasi tahap III,
dosen Pendidikan Fisika Universitas Jambi yaitu
validator menyatakan LKS yang dikembangkan
bapak Drs.M. Hidayat, M. dan bapak Nehru, S.Si,
telah layak digunakan tanpa revisi.
MT sebagai validator ahli materi dan desain.
Validasi dilakukan sampai validator menyatakan
Setelah LKS selesai divalidasi oleh
bahwa LKS telah layak digunakan tanpa revisi.
validator, tahap selanjutnya adalah melakukan uji
1). Validasi Materi coba LKS ke sekolah. Sekolah yang dipilih
Pada validasi materi tahap I, validator sebagai tempat uji coba adalah SMAN 8 Kota
menyarankan : Jambi yang dilaksanakan pada kelas yang telah
1. Perbaikan beberapa konsep materi pada LKS belajar materi elastisitas dan hokum hooke yaitu
agar sesuai dengan kebutuhan LKS. Sub kelas X IPA dan X IPA 6. Hasil uji coba pada
materi sesuaikan dengan silabus kelas X IPA digunakan untuk menentukan
2. Mengurutkan konsep materi secara berurutan, reliabilitas angket, sedangkan hasil uji coba pada
mulai dari konsep dasar/awal hingga kelas X IPA 6 digunakan untuk menentukan
kelanjutan konsepnya dan dari yang mudah persepsi siswa terhadap LKS yang telah
ke yang sulit agar siswa mudah dalam dikembangkan. Pada uji coba pertama dilakukan
memahami materi. Dan beri kalimat di kelas X IPA , dimana data yang diperoleh
penunjuk supaya siswa mudah menemukan digunakan untuk melihat reliabilitas angket yang
permasalahan. digunakan. Reliabilitas ini dihitung dengan
3. Perbaikan sistematika materi yang menggunakan rumus Alpha. Dari perhitungan
berdasarkan dengan pendekatan dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh
kontekstual. Komponen-komponen nilai Reliabilitas sebesar R11= 0,679 dengan
pendekatan kontekstual tergambar kategori memiliki reliabilitas tinggi. Maka
keseluruhan pada setiap kegiatan LKS dan disimpulkan angket penelitian dapat dipercaya
6
dan digunakan untuk mengambil data non tes 3. Tampilan LKS disajikan dalam bentuk cetak.
terhadap kelayakan LKS yang telah 4. Jenis tulisan yang digunakan adalah Times
dikembangkan. New Roman.
Setelah didapat nilai reliabilitas angket yang 5. Bagian pendahuluan berisi SK, KD, peta
digunakan, kemudian dilakukan uji coba untuk konsep, daftar isi, dan petunjuk penggunaaan
melihat kelayakan LKS. Uji coba dilakukan di LKS.
kelas X IPA 6 SMAN 8 Kota Jambi, di mana data 6. Bagian pembelajaran berisi indikator, tujuan
yang diambil adalah persepsi siswa terhadap LKS pembelajaran, materi, soal, dan latihan
yang telah dikembangkan. Angket yang 7. Keguanaan LKS ini adalah sebagai bahan ajar
digunakan terdiri dari 4 aspek penilaian yaitu mata pelajaran fisika pada materi elastisitas
desain pembelajaran, materi pembelajaran, dan hukum hooke.
keterbacaan LKS dan visualisasi LKS. Empat 8. LKS ini digunakan oleh siswa tingkat
aspek ini terdiri dari 22 butir pertanyaan. menengah atas.
Berdasarkan angket persepsi siswa didapatkan
persentase angket sebagai berikut: Keunggulan
Keunggulan yang terdapat pada LKS
Tabel 4. Persentase angket persepsi siswa dengan pendekatan contextual learning ini yaitu
No. Aspek Persentase Kriteria siswa akan lebih mudah memahami materi karena
Penilaian siswa mencari dan menemukan sendiri konsep
1. Desain 19,75 Baik materi, kegiatan pembelajaran dalam LKS ini
Pembelajaran dapat membimbing siswa untuk dapat
2. Materi 20,57 Baik mengaitakn materi dengan kehidupan sehari-hari,
Pelajaran siswa dapat membuat kesimpulan sendiri dari
3. Keterbacaan 23,82 Baik kegiatan pembelajaran pada kolom yang telah
LKS disediakan didalam LKS, siswa juga akan lebih
4. Visualisasi 22,2 Baik aktif, dan LKS ini juga dilengkapi dengan
LKS praktikum.
Rata-rata 86,77 Baik
Kelemahan
Berdasarkan tabel 4 dapat disimpulkan
Kelemahan pada LKS ini yaitu waktu
bahwa LKS yang telah dikembangkan
yang digunakan kurang efektif, karena
dikategorikan memiliki kelayakan yang sangat
membutuhkan waktu yang cukup untuk
baik. Hasil ini dihitung berdasarkan rumus yang
mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari,
di ambil dari Juknis Penilaian Afektif dengan
dan bagi siswa yang tidak dapat mengikuti
menggunakan skala 5.
pembelajaran, tidak mendapatkan pengetahuan
Hal tersebut dapat dilihat dari skor yang
dan pengalaman yang sama dengan teman
didapatkan untuk indikator desain pembelaajaran
lainnya karena siswa tidak mengalami sendiri.
dengan 5 pernyataan sebesar 19,75 dalam kategori
baik, indikator materi pembelajaran dengan 5
Kajian Produk Akhir
pernyataan sebesar 20,57 dalam kategori baik,
Adapun kajian produk akhir dari LKS
indikator keterbacaan LKS dengan 6 pernyataan
dengan menggunakan pendekatan contextual
sebesar 23,82 dalam kategori baik, indikator
learning yang telah dikembangkan adalah sebagai
visualisasi LKS dengan 6 pernyataan sebesar 22,2
berikut:
dalam kategori baik, dan untuk hasil persepsi
mahasiswa secara keseluruhan dengan 22 1.
indikator pernyataan sebesar 86,77 dalam kategori
baik.

spesifikasi
LKS dengan pendekatan contextual
learning yang dihasilkan adalah sebuah bahan
ajar dengan spesifikasi:
1. LKS dikembangkan dengan menggunakan
langkah-langkah contextual learning
2. LKS dilengakapi dengan warna, gambar, dan
praktikum yang dapat membantu siswa dalam
mengaitkan materi kedalam kehidupan nyata.
7
Halaman ini adalah cover LKS tampak
depan yang berisi jenis LKS, judul materi,
tingkat pengguna dan bagian identitas Halaman ini berisi : kompetensi inti,
pengguna. Layout untuk cover berwarna kompetensi dasar
marun dilengkapi gambar yang berkaitan
5.
dengan materi yang dipelajari

2.

Halaman ini berupa peta konsep materi


Halaman ini adalah kata pengantar dari
penulis.
6.
3.

Halaman ini adalah daftar isi dari LKS yang


berisi keterangan halaman dari isi LKS
seperti halaman sub materi kegiatan

4.

8
yaitu siswa akan lebih mudah memahami materi
karena siswa mencari dan menemukan sendiri
konsep materi, kegiatan pembelajaran dalam LKS
ini dapat membimbing siswa untuk dapat
mengaitakn materi dengan kehidupan sehari-hari,
siswa dapat membuat kesimpulan sendiri dari
kegiatan pembelajaran pada kolom yang telah
disediakan didalam LKS, siswa juga akan lebih
aktif, dan LKS ini juga dilengkapi dengan
praktikum. Kelemahan pada LKS ini yaitu waktu
yang digunakan kurang efektif, karena
membutuhkan waktu yang cukup untuk
mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari,
dan bagi siswa yang tidak dapat mengikuti
pembelajaran, tidak mendapatkan pengetahuan
Bagian isi terdiri judul submateri, KD, dan pengalaman yang sama dengan teman lainnya
indikator, petunjuk belajar, konsep materi, karena siswa tidak mengalami sendiri.
contoh soal dan latihan yang telah disusun Dari hasil uji persepsi siswa didapat hasil
sesuai pendekatan kontekstual yang terdiri untuk aspek desain pembelajaran 19,75 (baik),
dari tujuh komponen (kontruktivisme, aspek materi 20,57 (baik), aspek keterbacaan
menemukan, bertanya, pemodelan, 23,82 (baik) dan visualisasi LKS 22,7 (baik). Dari
masyarakat belajar, refleksi dan penilaian keempat aspek tersebut diperoleh persentase rata-
yang sebenarnya) rata persepsi siswa sebesar 86,77 yang
menyatakan bahwa hasil persepsi terhadap LKS
7. ini adalah baik. Berdasarkan hasil validasi dan
hasil ujicoba terhadap LKS Fisika dengan
menggunakan pendekatan contextual learning
pada materi elastisitas dan hokum hooke untuk
kelas X SMA diperoleh kesimpulan bahwa LKS
valid dan layak serta memiliki persepsi siswa
dengan kategori baik, sehingga dapat digunakan
sebagai salah satu bahan ajar pembelajaran di
kelas.

Saran
Saran yang dapat diberikan dari peneliti
adalah:
Halaman ini berisi daftar pustaka
a. Perlunya dilakukan pengembangan lebih
Simpulan dan Saran
lanjut pada LKS untuk memperbaiki
kelemahan-kelemahan yang terdapat pada
Simpulan
LKS yaitu terutama pada bagian alokasi
waktu.
Berdasarkan hasil pengembangan dan uji
b. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya
coba LKS ini maka dihasilkan LKS fisika dengan
LKS fisika dengan menggunakan
menggunakan pendekatan contextual learning
pendekatan contextual learning pada
pada materi elastisitas dan hokum hooke yang
valid dan layak digunakan. LKS yang telah materi elastisitas dan hokum hooke untuk
kelas X SMA ini diharapkan dapat
dikembangakan memiliki format : judul, petunjuk
belajar, KI, KD dan indikator, peta konsep, diujicoba dilapangan untuk mengetahui
efektivitas produk.
pendahuluan, dan uraian materi. LKS ini juga
dilengkapi dengan langkah-langkah pendekatan Daftar Pustaka
contextual learning (kontruktivisme, menemukan,
bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-dasar
dan penilaian sebenarnya) dan dibuat sesuai
kurikulum 2013. Keunggulan yang terdapat pada
Evaluasi Pendidikan (Revisi).Jakarta:
LKS dengan pendekatan contextual learning ini Bumi Aksara
9
Belawati, T., Sadjati, I.M., Andayani.., Julaeha,
S., Pannen, P. 2007. Pengembangan Bahan
Ajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Fitriyati. 2013. Pengembangan LKS Fisika SMA


Kelas X Semester II dengan Website Online
Berbasis Contextual Teaching Learning.
Purwokerto: Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.

Muslich, Masnur. 2011. KTSP Pembelajaran


Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.
Jakarta: Bumi Aksara.

Prastowo, A. 2011. Panduan Kreatif Membuat


Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva
Press.

Sanjaya, 2006. Strategi Pembelajaran


berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning


Teori Dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Puataka Belajar

Vera, Y.F. 2014. Pengembangan Lembar Kerja


Siswa (LKS) Berbasis Kontekstual untuk
Materi Bilangan Bulat pada Pembelajaran
Matematika kelas VII MTsN Tanjung Bonai
Aur Sijunjung. Padang: STIKIP PGRI
SUMBAR.

10
11

You might also like