Professional Documents
Culture Documents
B. TUJUAN PRAKTIKUM
a. Tujuan Umum
Dapat menentukan keteguhan tekan sejajar serat berbagai jenis kayu serta menentukan kelas kuat kayu
berdasarkan nilai kuat tekan sejajar serat kayu.
b. Tujuan Khusus
1. Dapat memahami prosedur pelaksanaan pengujian keteguhan tekan sejajar serat kayu.
2. Terampil mengunakan peralatan pengujian keteguhan tekan sejajar serat kayu dengan baik dan benar
3. Dapat melakukan pencatatan dan analisa data pengujian keteguhan tekan sejajar serat kayu.
4. Dapat menyimpulkan besarnya nilai keteguhan tekan sejajar serat kayu yang diuji berdasarkan standar
yang diacu
D. DASAR TEORI
Kuat tekan kayu merupakan kemampuan kayu untuk menerima tekanan yang diberikan sejajar dengan serat
kayu persatuan luas bidang tekan. Keteguhan yang diberikan dibedakan atas 2 yaitu : keteguhan tekan sejajar
serat kayu dan keteguhan tekan tegak lurus serat kayu .
Kuat tekan sejajar serat (σ tkn //) pun perlu diperhatikan yaitu kekuatan kayu dalam menopang beban yang
bekerja dalam arah sejajar serat kayu,serta kayu pun harus memenuhi standar yang sesuai dengan kegunaanya.
Kayu yang memiliki kuat tekan yang baik akan menentukan kelas kuat kayu.
Selain dari pada itu, sifat mekanis suatu jenis kayu, juga tidak sama untuk beberapa arah. Di dalam pengetahuan
kayu dibedakan atas 3 arah sumbu, yaitu:
Arah Tangensial, menurut arah garis singgung lingkaran batangnya.
Arah Axial, arah sejajar serat /batang.
Arah Radial, arah menuju kepusat/hati kayu.
Kayu memiliki dua sifat yaitu sifat fisik dan mekanik, namun yang erat hubungannya dengan kekuatan kayu
adalah sifat mekanik kayu. Sifat mekanik kayu ada beberapa macam, diantaranya:
Menurut PPKI – 1961 kekuatan kayu sejajar serat dibedakan atas beberapa kelas yaitu :
D. DASAR TEORI
Kuat tekan kayu merupakan kemampuan kayu untuk menerima tekanan yang diberikan sejajar dengan serat
kayu persatuan luas bidang tekan. Keteguhan yang diberikan dibedakan atas 2 yaitu : keteguhan tekan sejajar
serat kayu dan keteguhan tekan tegak lurus serat kayu .
Kuat tekan tegak lurus serat adalah tekan atau pembebanan yang dapat diterima oleh kayu untuk setiap satuan
luas pada bidang radial dan tangensial. Kuat tekan diberikan pada arah tegak lurus serat biasanya lebih kecil
daripada kuat tekan yang diberikan searah sejajar serat.
Pada umumnya kayu pada konstruksi lebih banyak menerima beban tegak lurus seperti jembatan, kuda-kuda,
dan lain-lain. Besarnya kemampuan kayu untuk menerima beban tegak lurus seratnya tergantung pada jenis
seratnya.
Kuat tekan tegak lurus serat adalah kemampuan dari jenis kayu untuk menahan beban tekan yang berkerja tegak
lurus serat kayu.
Untuk dapat merancang struktur kayu secara tepat, maka ada beberapa sifat kayu yang harus diperhatikan, yaitu
:
Pada pengujian kuat tekan tegak lurus serat ini perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
a. Beban yang diberikan secara continue dengan kecepatan 0,3 mm/deti
b. Beban yang diberikan pada benda uji dengan deformasi 2,5 mm /dtk.
Berdasarkan standar kayu Indonesia yang masuk dalam PPKI 1961 kayu dibagi dalam beberapa kelas sbb :
Kelas kuat Kuat tekan tegak lurus
kayu serat (Kg/cm2)
I 40
II 25
III 15
IV 10
Kayu yang mempunyai kuat tekan tegak lurus yang tinggi, baik digunakan untuk bahan bantalan pendukung
konstruksi misalnya :
Suatu balok kayu pada sebuah struktur pada umumnya menahan beban/gaya lentur. Untuk mengetahui kekuatan
terhadap momen lentur maka perlu dilakukan pengujian. Sehingga bisa diketahui berapa tegangan lentur
maksimum dari kayu yang akan digunakan untuk struktur.
Untuk melakukan pengujian ini diperlukan balok dengan ukuran penampang sekitar 25 mm x 25 mm atau bisa
juga dengan ukuran penampang 70 mm x 70 mm dengan panjang sekitar 600 mm. Sedangkan alat yang
digunakan adalah mesin uji lentur balok dan kaliper.
Menurut kollman dan Cote (1968) kekuatan lentur patah atau Modulus of Rupture (MOE) merupakan sifat
mekanis kayu yang berhubungan dengan kekuatan kayu yaitu ukuran kemampuan kayu untuk menahan beban
atau gaya luar yang bekerja padanya dan cenderugn merubah bentuk dan ukuran kayu tersebut.
Menurut Dumanauw (2001), keteguhan lentur atau lentur adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang
berusaha melengkungkan kayu. Pada balok sederhana yang dikenai beban maka bagian bawah akan mengalami
bagian tarik dan bagian atas mengalami tegangan tekan maksimal. Tegangan ini secara perlahan-perlahan
menurun kebagian tengah dan menjadi nol pada sumbu netral. Kekuatan lentur kayu biasanya dinyatakan
dengan modulus patah.
Dan pengujian keteguhan lentur diperoleh nilai keteguhan kayu pada batas proporsi dan keteguhan kayu
maksimum. Di bawah batas proporsi terdapat hubungan garis lurus antara besarnya tegangan dan regangan,
dimana nilai perbandingan antara regangan dan tegangan ini disebut modulus elastisitas (MOE).
Keteguhan lengkung/lentur adalah kekuatan untuk menaha n gaya-gaya yang berusaha melengkungkan kayu
atau untuk menahan beban mati maupun hidup selain beban pukulan. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan yaitu :
1. Keteguhan lengkung statik, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara perlahan-
lahan.
2. Keteguhan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara mendadak.
Pengujian kuat lentur kayu dilakukan untuk mendapatkan beban lentur maksimum yang dapat ditahan oleh
kayu, hingga kayu tersebut mengalami patah atau rusak.
KEAUSAN AGREGAT DENGAN ALAT LOS ANGELES
a. Tujuan umum
Dapat menentukan tingkat keausan agregat dengan menggunakan mesin los angeles.
b. Tujuan Khusus
1. Dapat memahami prosedur pelaksanaan pengujian keausan agregat dengan mesin los angeles dengan baik
dan benar.
2. Dapat mengenal dan menggunakan peralatan pengujian dalam pengujian keausan agregat dengan mesin los
angeles dengan baik dan benar.
3. Dapat mengamati dan mencatat data hasil pengujian yang dilakukan dengan cermat dan teliti.
4. Dapat menganalisa dan menyimpulkan hasil pengujian yang didapat dengan mengacu kepada standart yang
dipakai.
DASAR TEORI
Pada pekerjaan sipil khususnya sipil transportasi, objek bangunan yang dikerjakan sangat
dipengaruhi oleh kondisi agregat terutama pada tingkat keausan agregat. Seperti pada pekerjaan jalan, baik
yang Rigid atau pun yang Hexible pavement, agregat akan mengalami proses tambahan seperti pemecahan,
pengikisan akibat cuaca, pengikisan ketika pencampuran dan akibat penghamparan dan pemadatan.
Setelah jalan dapat dioperasikan, agregat masih mengalami proses pengausan oleh roda-roda kendaraan.
Oleh karena itu, agregat harus mendapat perlakuan khusus untuk mengetahui daya tahan terhadap keausan.
Secara umum agregat harus memiliki daya tahan yang cukup terhadap :
- Pemecahan (rusting)
- Penghancuran (disintegration)
Ketahanan agregat terhadap keausan akibat pengikisan dapat diketahui melalui percobaan laboratorium
dengan menggunakan mesin Los Angeles.
Keausan adalah perbandingan antara berat bahan aus lewat saringan no 12 (1,18 mm) terhadap berat
semula dalam persen. Penggolongan tingkat keausan agregat diindikasikan oleh nilai abrasi dari hasil pengujian
mesin Los Angeles terdiri dari:
- Agregat keras nilai abrasi < 20%
- Agregat lunak nilai abrasi > 50%
Pada konstruksi pekerjaan jalan, penggunaan agregat yang tidak memenuhi syarat keausan akan mengkibatkan,
antara lain :
Mesin yang digunakan untuk pengujian keausan ini adalah mesin los angeles. Mesin ini berbentuk slinder
dengan diameter 170 cm yang terbuat dari baja. Dalam pengujian ini menggunakan bola-bola baj yang
berukuran 4 – 6 cm sebagai nilai bantu untuk menghancurkan agregat
Pemeriksaan keausan agregat adalah untuk mengetahui angka keausan suatu agregat, yang dinyatakan
dengan perbandingan antara berat bahan yang aus yaitu lolos saringan No. 12 (1,7 mm) terhadap berat mula -
mula, dalam persen (%).pengujian bahan ini pada umumnya dapat dipergunakan dalam perencanaan dan
pelaksanaan bahan perkerasan jalan atau konstruksi beton.
a. Apabila nilai keausan yang diperoleh > 40%, maka agregat yang diuji tidak baik digunakan dalam bahan
perkerasan jalan.
b. Apabila nilai keausan agregat yang diperoleh < 40%, maka agregat yang diuji baik digunakan dalam bahan
perkerasan jalan.
PEMBUATAN CAMPURAN ASPAL
TUJUAN PRAKTIKUM
a. Tujuan Umum
Dapat mengetahui jumlah kadar aspal optimum yang dapat digunakan dalam suatu campuran aspal dan
agregat.. Dapat menentukan komposisi yang tepat antara agregat aspal dan material pengisi (filler) dalam
campuran beraspal dan dapat menentukan kadar aspal optimum yang di gunakan untuk perencanaan
campuran aspal pada jalan raya.
b. Tujuan Khusus
1. Dapat memahami prosedur pelakasanaan pengujian campuran aspal dengan agregat dengan baik benar.
2. Dapat menggunakan peralatan pengujian campuran aspal dan agregat dengan baik dan benar.
3. Dapat mencatat, menghitung dan menganalisa data pengujian campuran aspal dan agregat dengan
metode Marshall.
4. Dapat memplotkan data – data dari hasil pencarian dengan metode Marshall kedalam grafik untuk
mendapatkan kadar as[al optimum.
DASAR TEORI
1) Jenis Campuran
Konstruksi perkerasan jalan lentur merupakan campuran antara aspal dengan agregat. Campuran
aspal dan agregat ini lebih dikenal dengan campuran beraspal dan juga campuran beton aspal. Aspal dalam
campuran bersifat sebagai perekat dan pengisi, sedangkan agregat berfungsi sebagai tulangan struktur
perkerasan. Agak sulit untuk melakukan klasifikasi yangcukup tegas terhadap jenis – jenis aspal /
campuran yang ada. Tidak sedikit campuran terkait perkerasannya sdan juga jenis campuran yang
tergantung pada fungsinya.
Biasa digunakan sebagai lapis pondasi dan lapis pwermukaan. Jika digunakan sebagai lapis permukaan,
maka perlu diberi lapisan penutup, yang merupakan leburanb aspal dengan agregat penutup.
Campuran ini mempunyai sifat kurang kedapair, kekuatan utama terletak pada sifat saling interlocking
antara batuan pokok dengan batuan pengunci, memiliki nilai struktural, cukup kenyal dan memiliki
permukaan yang kasar. Dapat digunakan untuk perkerasan lama dan baru serta lalu lintas ringan dan
sedang. Campuran ini termasuk jenis segresi, yaitu proses pencampuran dilakukan pada saat
pengahamparan.
Campur pada suhu 90º C - 120º C dan dipadatkan dalam keadaan panas. Berfungsi sebagai lapisan
perkerasan dan meneruskan beban kekonstruksi dibawahnya.
j. Laston Bawah ( Lapisan Aspal Beton Pondasi Bawah )
Campuran ini terdiri dari campuran agregat dan aspal yang dicampur pada suhu minimum 80º C - 120º C
dan dipadatkan pada suhu minimum 80º C. Berfungsi sebagai perkerasan yang menruskan beban padsa
konstruksi dibawahnya. Dipasang pada tanah dasar yang telah stabil dan untuk mempercepat peningkatan
jalan secara keseluruhan, terutama pada konstruksi bertahap.
Sifat-sifat penting yang harus dimiliki oleh suatu campuran agregat adalah
1. Stabilitas
Stabilitas yaitu kemapuan campuran aspal sebagai bahan perkerasan untuk menahan deformasi akibat beban
lalu lintas tanpa terjkadi perubahan seperti gelombang, alur ataupun Bleeding.
2. Durabilitas
Durabilitas adalah ketahanan suatu campuran terhadap disintegrasi karena beban lalu lintas dan berbagai
faktor lingkungan
3. Fleksibilitas
Fleksibilitas adalah campuran beraspal sebagai bahan perkerasan menahan lendutan tanpa terjadi retak dan
perubahan volume.
4. Kedap air
Kemampuan permukaan perkerasan untuk menahan rembesan air
5. Kekerasan (skid Resistence )
Adalah kemampuan permukaan lapis keras untuk menghindari kendaraan yang melalui diatasnya agar
tidak terjadi bleding / sleping ( tergenlincir ) keluar saat permukaan basah
6. Kelemahan ( Fatique resistence )
Adalah kemampuan pekerasan untuk mendukung beban (load resistance )
Dari beban lalu lintas tanpa mengalami retak
Pada umunya, prosedur perencanaan dan pengawasan campuran aspal dan agregat dengan metode Marshall.
Keuntungan dari metode Marshall :
1. Dapat digunakan untuk campuran perencanaan pada kondisi yang berbeda – beda dengan cara
sederhana.
2. Bahan – bahan yang digunakan akan dapat dipertimbangkan sekalipun dibawah mutu standar.
3. Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan untuk mengontrol sesuatu yang direncanakan