Professional Documents
Culture Documents
dan Diana | Kombinasi Farmakoterapi dan Psikoterapi pada Pengobatan Episode Depresif Sedang dengan
Gejala Somatis
J Medula Unila | Volume 7 | Nomor 2 | April 2017 | 133
Seulanga dan Diana | Kombinasi Farmakoterapi dan Psikoterapi pada Pengobatan Episode Depresif Sedang dengan
Gejala Somatis
Menurut orang tua pasien lahir normal, lebih banyak bersedih dan menundukkan
cukup bulan, dibantu dokter langsung kepalanya sehingga disimpulkan bahwa mood
menangis, dan tidak ada kecacatan waktu lahir. pasien adalah hipotimia dengan afek yang
Pasien mendapat air susu ibu (ASI) selama dua sempit. Pada pemeriksaan Isi pikir pasien
tahun, riwayat imunisasi lengkap dan tidak terdapat adanya ide kekhawatiran dan tidak
memiliki gangguan dalam pertumbuhan dan didapatkan adanya waham. Bentuk pikir
perkembangan. Semasa kanak-kanak hingga realistik, arus pikir koheren, keserasian baik,
remaja pasien mempunyai banyak teman, dan produktivitas baik, kontinuitas baik, dan tidak
tergolong anak yang aktif baik di lingkungan didapatkan hendaya bahasa. Pasien juga tidak
sekitar rumah maupun di lingkungan sekolah. mengalami halusinasi maupun gangguan
Pasien menempuh pendidikan hingga S-1 dan persepsi lainnya. Penilaian fungsi kognitif
ia mempunyai keinginan untuk melanjutkan menunjukkan bahwa kecerdasan pasien baik,
pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. konsentrasi kurang, orientasi (waktu, tempat
Pasien beragama Islam, orang tua telah dan orang) baik. Daya ingat jangka panjang,
mengajarkan pasien, sholat, mengaji, dan ilmu jangka menengah, jangka pendek, dan jangka
tentang agama Islam sejak pasien masih kecil, segera juga baik. Penilaian pasien dalam norma
dan selama ini ia juga taat beribadah. sosial dan uji daya nilai tidak terganggu. Dalam
Pasien sudah menikah selama kurang penilaian diri, pasien merasa dirinya sakit,
lebih tiga tahun dengan orang yang ia pilih. Ia mengetahui penyebabnya namun tidak dapat
mempunyai satu orang anak laki-laki berusia menerapkan dalam praktiknya.
dua tahun. Sejak 2 tahun yang lalu mereka Diagnosis pada pasien ini dibuat secara
sangat ingin mempunyai anak perempuan, multiaksial dengan diagnosis pada aksis I:
namun hingga saat ini belum mendapatkannya. Episode depresif sedang dengan gejala somatik
Suaminya selalu menyindir ingin memiliki anak berupa cephalgia dan myalgia (F.32.11), pada
perempuan. Pasien selalu merasa sedih setiap aksis II: tidak ada diagnosis, aksis III: tidak ada
suaminya menyindir ingin memiliki anak diagnosis, aksis IV: masalah dengan psikososial,
perempuan. Kebutuhan keluarga sehari-hari aksis V: Global Assestment of Functioning (GAF)
dipenuhi bersama antara keduanya. Pasien 70 - 61 (pada saat dilakukan pemeriksaan).
bekerja sebagai guru SD dan ibu rumah tangga. Pasien mendapatkan terapi psikofarmaka
Pasien dikenal di lingkungan rumah dan dengan antidepresan golongan Selective
lingkungan pekerjaannya sebagai sosok yang Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) (Fluoxetin 1
ceria, dan tidak ada konflik antara dirinya x 10 mg) dan obat antiansietas golongan
dengan suaminya maupun dengan teman benzoiazepine (Merlopam 2x5 mg) yang
kerjanya. Saat ini pasien, suami, dan anaknya dikombinasikan dengan psikoterapi suportif
tinggal satu rumah bersama dengan kedua Cognitive-Behavioural Therapy (CBT).
orang tua dan dua saudaranya, karena kondisi
yang dialaminya sejak tiga minggu terakhir ini. Pembahasan
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Menurut Pedoman Penggolongan Dan
keadaan umum pasien baik, kesadaran baik, Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ-III) gangguan
tekanan darah pasien 110/80 mmHg, frekuensi jiwa ditandai dengan adanya gejala klinis yang
nadi 88 x/menit, frekuensi napas 19 x/menit, bermakna, dapat berupa suatu sindrom atau
suhu 36,7 oC. Status generalis dan status pola perilaku atau pola psikologik yang
neurologis pasien berada dalam batas normal. menimbulkan distress atau penderitaan pada
Hasil pemeriksaan laboratorium pasien yaitu seseorang, antara lain dapat berupa: rasa
Hb: 12 gr/dl, Ht: 36%, leukosit: 5000/mm3, nyeri, rasa tidak nyaman, rasa tidak tenteram,
Trombosit: 210.000/mm3, eritrosit: 4,7 juta/mm3 dan disfungsi organ tubuh, serta dapat
Pada pemeriksaan status mental, menimbulkan kecacatan atau keterbatasan
didapatkan pasien berada dalam kondisi sesorang dalam melakukan aktivitas kehidupan
composmentis, penampilan rapi, sikap sehari-hari.1 Pada pasien ini ditemukan adanya
kooperatif. Perilaku tenang, namun kontak gangguan pada suasana perasaan yang
mata dengan pemeriksa kurang. Pasien menimbulkan distress dan kecacatan di dalam
berbicara spontan, lancar, intonasi sedang, kehidupan sehari-hari dan kehidupan sosialnya,
volume cukup, kualitas cukup, artikulasi jelas, contoh pada pasien ini mengeluhkan badan
kuantitas cukup. Selama wawancara pasien terasa pegal-pegal dan malas melakukan
J Medula Unila | Volume 7 | Nomor 2 | April 2017 | 135
Seulanga dan Diana | Kombinasi Farmakoterapi dan Psikoterapi pada Pengobatan Episode Depresif Sedang dengan
Gejala Somatis
dan sedih hingga menangis ketika mengingat dengan ketidak-mampuan untuk mewujudkan
kondisinya tersebut sehingga ddiagnosis pada hal tersebut.7 Aaron Beck menyatakan trias
aksis IV adalah stresor masalah dengan kognitif depresi setidaknya mencakup tiga hal
psikososial. yaitu persepsi negatif terhadap diri sendiri,
Dengan menggunakan skala Global persepsi negatif terhadap lingkungan yakni
Assessment of Functioning (GAF) penilaian adanya kecenderungan menganggap dunia
terhadap kemampuan pasien untuk berfungsi bermusuhan dengan dirinya, dan persepsi
dalam kehidupannya pada saat dilakukan negatif tentang masa depan yakni bayangan
wawancara psikiatri disimpulkan bahwa pasien tentang penderitaan dan kegagalan.7
mengalami beberapa gejala depresi yang Terdapat sekitar 97% pasien yang
sifatnya sedang dan menetap, dengan mengalami depresi mengeluhkan tentang
disabilitas dalam fungsi yang masih bersifat adanya penurunan energi dimana mereka
ringan. Sehingga secara umum masih tergolong merasa mengalami kesulitan dalam
baik, maka pada aksis V skor GAF pasien pada menyelesaikan tugas, mengalami keterbatasan
saat dilakukan pemeriksaan adalah 70 - 61. dalam melakukan aktvitas, pekerjaan dan
Di dalam textbook of clinical psychiatry mengalami penurunan motivasi untuk terlibat
disebutkan bahwa depresi lebih sering terjadi dalam kegiatan baru.7 Selain itu, sekitar 80%
pada perempuan dengan prevalensi hampir pasien depresi juga mengeluhkan masalah
dua kali lipat lebih besar dibandingkan laki-laki. pada tidur khususnya terjaga pada dini hari
Hal ini dapat terjadi mungkin disebabkan oleh (terminal insomnia) dan sering terbangun pada
perbedaan hormon dan perbedaan stressor malam hari karena memikirkan masalah yang
psikososial antara perempuan dan laki-laki, dihadapi.7 Pada kebanyakan pasien juga dapat
pengaruh melahirkan, serta model perilaku terjadi penurunan nafsu makan, serta
yang dipelajari tentang ketidakberdayaan.1 penurunan berat badan.7 Sekitar 33% pasien
Depresi lebih sering terjadi rata-rata pada usia juga mungkin mengatakan perasaannya yang
sekitar 40 tahun-an namun juga dapat timbul sedih, tidak punya harapan, dicampakkan atau
pada masa anak dewasa muda atau lanjut tidak berharga dan biasanya terdapat pikiran
usia.2 untuk melakukan bunuh diri, dan sekitar 10-
Kaplan & Sadock menyebut setidaknya 15% diantaranya memang melakukan bunuh
ada lima hal yang menjadi penyebab utama diri.7 Ada pula pasien depresi yang tidak
depresi yang terdiri dari faktor biologis yang mengakui dan tidak menyadari bahwa ia
berupa abnormalitas metabolit amin biogenik sedang mengalami depresi karena tidak
seperti 5-hidroksiindolasetat, asam mengeluh tentang adanya gangguan mood
homovanilat (HVA) dan 3-metoksi-4-hidroksi meskipun secara jelas mereka telah menarik
fenilglikol (MHPG) di dalam darah, urine dan diri dari keluarga, teman dan aktivitas yang
cairan serebrospinalis. Faktor neurokimia yang sebelumnya dianggap menarik bagi diri
berupa ikatan glutamat dan glisin pada mereka.7 Hal ini sesuai dengan kondisi pasien
reseptor N-Metil-D-Aspartat (NMDA) di daerah yang menjadi malas bekerja dan melakukan
hipokampus yang berlebihan pada saat kegiatan sehari-hari, sulit untuk memulai tidur,
mengalami stress kronis. Faktor genetik berupa dan pada saat tidur sering terbangun di malam
pola pewarisan genetik yang kompleks di hari secara tiba-tiba, dan juga merasa nafsu
dalam keluarga. Faktor psikososial berupa makannya menurun.
peristiwa hidup yang penuh tekanan seperti Pasien ini mendapat terapi psikofarmaka
kehilangan orang tua sebelum usia 11 tahun, dengan menggunakan antidepresan golongan
kematian pasangan, PHK atau keluar dari Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI)
pekerjaan, dan faktor kepribadian dimana Fluoxetin 1x10 mg. Pemberian obat
orang-orang dengan gangguan kepribaian antidepresan dibandingkan dengan placebo
seperti obsesif kompulsif, histrionik dan menunjukkan peningkatan dan respon klinis
borderline cenderung akan lebih berisiko untuk yang lebih besar untuk terjadinya remisi
mengalami depresi.2 dengan [NNT]= 9.8 Pengobatan gangguan
Edward Bibring menyatakan bahwa depresi dengan menggunakan antidepresan
depresi adalah fenomena yang terjadi ketika telah terbukti sebagai terapi depresi yang
seseorang menyadari adanya perbedaan yang efektif dan dapat menurunkan risiko bunuh diri
nyata antara keinginan dan harapan yang tinggi terutama pada lansia.9 Fluoxetin merupakan
J Medula Unila | Volume 7 | Nomor 2 | April 2017 | 137
Seulanga dan Diana | Kombinasi Farmakoterapi dan Psikoterapi pada Pengobatan Episode Depresif Sedang dengan
Gejala Somatis
obat antidepresi yang relatif aman digunakan Pada pasien ini, CBT dilakukan dalam
karena obat ini memiliki efek kardiologik dan bentuk konseling dengan menitikberatkan
efek samping yang minimal dibandingkan obat pada pembenahan kognitif dan behavioural
antidepresi dari golongan lainnya.10 Spektrum yang menyimpang. Konseling dijadwalkan
antidepresi obat ini juga cukup luas, dengan sebanyak 6 sesi yang dilakukan setiap satu
gejala putus obat yang sangat minimal, serta minggu sekali dengan durasi 1 jam untuk setiap
lethal dose yang tinggi (>6.000 mg) sehingga satu sesi nya. Aspek kognitif yang dibenahi
relatif lebih aman untuk pasien yang antara lain mengubah cara pikir, kepercayaan,
melakukan perawatan jalan.10 sikap, asumsi, dan imajinasi pasien. Sedangkan
Selain antidepresan pasien ini juga aspek behavioral yang dibenahi antara lain
mendapat terapi psikofarmaka dengan mengubah hubungan yang salah antara situasi
menggunakan obat antiansietas golongan permasalahan dengan kebiasaan mereaksi
benzoiazepine Merlopam 2x5 mg. Telah diteliti permasalahan, mengubah kebiasaan perilaku,
bahwa semua antidepresan yang ada saat ini memberikan ketenangan pada pikiran dan
membutuhkan waktu tiga sampai empat tubuh, sehingga pasien merasa lebih baik dan
minggu pengobatan untuk dapat memberikan dapat berpikir dengan lebih jelas. Kombinasi
pengaruh terapeutik yang bermakna, walaupun farmakoterapi antidepresan dan psikoterapi
ada beberapa obat bisa saja dapat mulai CBT menunjukkan respon klinis yang lebih baik
menunjukkan pengaruhnya lebih dini.11 Oleh dengan NNT= 6,58. Hal Ini berarti dengan
karena itu antidepresan dianjurkan menggabungkan antidepresan dengan CBT
pemberiannya bersamaan dengan obat akan meningkatkan respon perbaikan untuk
benzoiazepin selama dua minggu sebagai satu dari setiap enam pasien.13
terapi simptomatis.11 Kecuali terjadi efek
samping yang tidak diinginkan, terapi Simpulan
antidepresan harus dinaikkan dosisnya sampai Pasien wanita 24 tahun dengan keluhan
kadar maksimum yang telah direkomendasikan utama merasa sedih yang berlebihan sejak tiga
atau dipertahankan kadar tersebut setidaknya minggu yang lalu didiagnosis (F.32.11) episode
selama empat atau lima minggu sebelum depresi sedang dengan gejala somatik
percobaan obat dianggap tidak berhasil.11 mendapatkan terapi secara rawat jalan dengan
Apabila dianggap berhasil terapi antidepresan menggunakan kombinasi farmakoterapi dan
harus dipertahankan setidaknya selama 6 psikoterapi. Pasien mendapat terapi fluoxetin
bulan atau selama episode depresi 1x10 mg dan merlopam 2x5 mg selama dua
sebelumnya, bergantung mana yang lebih minggu, dan dianjurkan untuk kembali kontrol
lama.11 Oleh karena itu pasien dianjurkan ke poliklinik setelah 2 minggu kemudian untuk
untuk kembali kontrol ke poliklinik Rumah Sakit mendapatkan penyesuaian dosis, penilaian
Jiwa setelah dua minggu kemudian untuk ulang terhadap status mental, dan untuk
mendapatkan penyesuaian dosis obat. memulai konseling CBT hingga 6 minggu ke
Ada banyak penelitian yang telah dilakukan depan. Terapi psikoterapi menggunakan terapi
menyatakan bahwa kombinasi farmakoterapi aktivasi perilaku, terapi perilaku kognitif, dan
dan psikoterapi adalah terapi yang paling terapi interpersonal pada pasien dengan cara
efektif untuk mengatasi gangguan depresi memberitahu keluarga agar selalu dapat
terutama depresi sedang hingga berat.12 Tiga megawasi dan mendukung perubahan pada
jenis psikoterapi jangka pendek yang umum pasien sehingga pasien dapat sembuh kembali.
digunakan yaitu terapi kognitif, terapi Secara keseluruhan prognosis adalah bonam
interpersonal, dan terapi perilaku. Namun karena keluarga memberikan motivasi dan
secara keseluruhan, hanya Cognitive- dukungan yang kuat untuk kesembuhan pasien
Behavioural Therapy (CBT) atau terapi perilaku- yang ditunjukkan dengan komitmen keluarga
kognitif yang ianggap sebagai psikoterapi yang untuk memperhatikan dan mengajak pasien
paling efektif untuk mengatasi depresi, karena untuk rutin berobat.
CBT adalah psikoterapi terstruktur yang
mengenali bahwa cara manusia berpikir Daftar Pustaka
(cognition) dan cara manusia dalam bertindak 1. Maslim R. Pedoman penggolongan dan
(behavioural) akan dapat mempengaruhi cara diagnosis gangguan jiwa di Indonesia. Edisi
manusia merasakan.12 ke-3. Jakarta: Direktorat Kesehatan Jiwa
J Medula Unila | Volume 7 | Nomor 2 | April 2017 | 138
Seulanga dan Diana | Kombinasi Farmakoterapi dan Psikoterapi pada Pengobatan Episode Depresif Sedang dengan
Gejala Somatis
J Medula Unila | Volume 7 | Nomor 2 | April 2017 | 139