You are on page 1of 36

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO D

BLOK XVI: SISTEM SENSORIS DAN INTEGUMENTUM

Dosen Pembimbing :
dr. Dimyati Burhanudin,M.Sc

Kelompok Tutorial VI:

1. Vinitiara Surga 702012025


2. Rachmi Arhyun Thama 702011023
3. Jhuvan Zulian Fernando 702014034
4. Nurfrida Aini 702014035
5. Falaah Islama 702014046
6. Vivi Rizki 702014052
7. Ahmad Apria Setia Budi 702014055
8. Mareta Anggun Mayang Sari 702014056
9. Istiqomah Maximiliani 702014057
10. Mia Audina 702014072

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul “Laporan Tutorial
Skenario D Blok XVI” sebagai tugas kompetensi kelompok. Shalawat beriring salam selalu
tercurah kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat,
dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa
mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan
dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
kepada:
1. dr. Dimyati Burhanudin,M.Sc sebagai pembimbing tutorial skenario D.
2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun spiritual.
3. Teman-teman seperjuangan.
4. Semua pihak yang membantu penulis.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan
kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga laporan tutorial ini
bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam
lindungan Allah SWT. Amin.

Palembang, Januari 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... 1

Daftar Isi ............................................................................................................. 2

BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 3

1.2 Maksud dan Tujuan .................................................................. 3

BAB II : Pembahasan

2.1 Data Tutorial ............................................................................. 4

2.2 Skenario Kasus .......................................................................... 4

2.3 Klarifikasi Istilah ...................................................................... 5

2.4 Identifikasi Masalah .................................................................. 6

2.5 Analisis Masalah ........................................................................ 7

2.6 Kesimpulan ................................................................................ 32

2.7 Kerangka Konsep ...................................................................... 33

Daftar Pustaka…………………………………………………………………. 34

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Blok Sistem Sensoris dan Integumentum adalah blok enam belas pada semester V
dari sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Salah satu strategi pembelajaran
sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ini adalah Problem Based Learning
(PBL). Tutorial merupakan pengimplementasian dari metode Problem Based Learning
(PBL). Dalam tutorial mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan setiap
kelompok dibimbing oleh seorang tutor/dosen sebagai fasilitator untuk memecahkan
kasus yang ada.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario D yaitu Ny. Santi,
55 tahun, datang ke poli mata RSMP dengan keluhan mata kanan merah yang timbul tiba-
tiba sejak tadi pagi, pertama kali diketahui oleh anaknya. Merah di mata tersebut terlihat
di bagian samping luar bola mata. Keluhan disertai rasa mengganjal pada mata merah
tersebut. Keluhan ini tidak disertai rasa nyeri, bengkak, penglihatan kabur dan kotoran
yang berlebihan pada mata.
Ny. Santi tidak mengeluh adanya batuk, demam, mual muntah, mimisan, lebam
dan luka yang sukar sembuh. Ny. Santi tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu.
Riwayat trauma disangkal. Lima tahun yang lalu, Ny Santi pernah mengkonsumsi obat
penurun tekanan darah tetapi pasien tidak rutin berobat ke dokter.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial


Tutor : dr. Dimyati Burhanudin,M.Sc

Moderator : Mia Audina

Sekretaris : Mareta Anggun Mayang Sari

Notulis : Jhuvan Zulian Fernando

Waktu : Senin, 9 Januari 2017

Pukul: 08.00 – 10.30

Rabu, 11 Januari 2017

Pukul: 08.00- 10.30

Peraturan turorial :

1. Menonaktifkan ponsel atau dalam keadaan diam.


2. Mengacungkan tangan saat akan mengajukan pendapat dan pertanyaan yang relevan.
3. Izin saat akan keluar ruangan.
4. Dilarang makan dan minum.
5. Saling menghargai pendapat peserta lain dan tetap tenang serta tidak ribut.

2.2 Skenario Kasus


Ny. Santi, 55 tahun, datang ke poli mata RSMP dengan keluhan mata kanan
merah yang timbul tiba-tiba sejak tadi pagi, pertama kali diketahui oleh anaknya.
Merah di mata tersebut terlihat di bagian samping luar bola mata. Keluhan disertai rasa
mengganjal pada mata merah tersebut. Keluhan ini tidak disertai rasa nyeri, bengkak,
penglihatan kabur dan kotoran yang berlebihan pada mata.
Ny. Santi tidak mengeluh adanya batuk, demam, mual muntah, mimisan, lebam
dan luka yang sukar sembuh. Ny. Santi tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan
tertentu. Riwayat trauma disangkal. Lima tahun yang lalu, Ny Santi pernah
mengkonsumsi obat penurun tekanan darah tetapi pasien tidak rutin berobat ke dokter.
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum : sadar dan kooperatif

4
Vital sign : TD: 170/100 mmHg, Nadi: 82x/menit, RR: 20 x/menit, suhu: 36,8oC
Pemeriksaan oftalmologis:
Pemeriksaan visus dasar : VOD 20/20, VOS 20/20
Status oftalmologi :
- Posis bola mata : orthopori
- Pergerakan bola mata kanan dan kiri : tidak terhambat ke segala arah, nyeri (-/-)
- Palpebra superior dan inferior kanan dan kiri : hematom (-/-), hiperemis (-/-), benjolan
(-/-), edema (-/-)
Konjunctiva bulbi kanan dan kiri : injeksi konjunctiva (-/-), injeksi silier (-/-),
perdarahan sub konjunctiva (+/-) dengan ukuran + 10 mm.

2.3 Klarifikasi Istilah

No. Istilah Klarifikasi


1 Mata merah Terjadi perubahan pada warna konjunctiva
menjadi merah
2 Bola mata Bulbus oculi
3 Rasa mengganjal Perasaan tidak nyaman pada mata sewaktu
membukak dan menutup mata
4 Bengkak/Edema Pengumpulan cairan yang abnormal diruang
intraseluler tubuh
5 Penglihatan kabur Berkurangnya kemampuan mata untuk
melihat secara jelas
6 Lebam/ hematoma Genangan darah setempat didalam kulit,
dibawah kulit dan didalam jaringan lain
7 Mimisan/epistaksis Perdarahan hidung biasanya akibat pecahnya
pembuluh darah kecil yang terletak dibagian
anterior septum nasal cartilagenosa
8 Orthopori Kesetimbangan normal otot-otot mata atau
keseimbangan muscular
9 Pemeriksaan oftalmologi Pemeriksaan pada bola mata
10 Konjunctiva bulbi Membran halus yang melapisi bola mata
11 Hiperemis Pecahnya pembuluh darah didalam kulit di
bagian permukaan tubah

5
11 Injeksi konjunctiva Pelebaran pembuluh darah yang terlokalisir
pada suatu tempat di konjunctiva
12 Injeksi silier Pelebaran pembuluh darah disekeliling
pericornea

2.4 Identifikasi Masalah


1. Ny. Santi, 55 tahun, datang ke poli mata RSMP dengan keluhan mata kanan merah
yang timbul tiba-tiba sejak tadi pagi, pertama kali diketahui oleh anaknya. Merah di
mata tersebut terlihat di bagian samping luar bola mata
2. Keluhan disertai rasa mengganjal pada mata merah tersebut. Keluhan ini tidak disertai
rasa nyeri, bengkak, penglihatan kabur dan kotoran yang berlebihan pada mata.
3. Ny. Santi tidak mengeluh adanya batuk, demam, mual muntah, mimisan, lebam dan
luka yang sukar sembuh.
4. Ny. Santi tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu. Riwayat trauma
disangkal.
5. Lima tahun yang lalu, Ny Santi pernah mengkonsumsi obat penurun tekanan darah
tetapi pasien tidak rutin berobat ke dokter.
6. Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum : sadar dan kooperatif
Vital sign : TD: 170/100 mmHg, Nadi: 82x/menit, RR: 20 x/menit, suhu: 36,8oC
7. Pemeriksaan oftalmologis:
Pemeriksaan visus dasar : VOD 20/20, VOS 20/20
Status oftalmologi :
- Posis bola mata : orthopori
- Pergerakan bola mata kanan dan kiri : tidak terhambat ke segala arah, nyeri (-/-)
- Palpebra superior dan inferior kanan dan kiri : hematom (-/-), hiperemis (-/-),
benjolan (-/-), edema (-/-)
Konjunctiva bulbi kanan dan kiri : injeksi konjunctiva (-/-), injeksi silier (-/-) ,
perdarahan sub konjunctiva (+/-) dengan ukuran + 10 mm.

6
2.5 Analisis Masalah
1. Ny. Santi, 55 tahun, datang ke poli mata RSMP dengan keluhan mata kanan
merah yang timbul tiba-tiba sejak tadi pagi, pertama kali diketahui oleh
anaknya. Merah di mata tersebut terlihat di bagian samping luar bola mata.
a. Bagaimana anatomi dan histologi mata ?
Jawab :
Anatomi Mata
Mata adalah indera penglihatan. Mata dibentuk untuk menerima rangsangan
berkas-berkas cahaya pada retina, lalu dengan perantara nya serabut-serabut n.
optikus, mengalihkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak, untuk
ditafsirkan. Adapun anatomi mata sebagai berikut :

Gambar 1. Anatomi mata


1. Palpebra
Palpebra melindungi mata dari cedera dan cahaya berlebihan. Permukaan
superfisialisnya ditutupi oleh kulit, dan permukaan dalamnya ditutupi oleh
konjungtiva palpebra. Palpebra mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian
depan sedangkan dibagian belakang ditutupi selaput lender tarsus yang disebut
konjungtiva tarsal. Bulu mata terletak pada pinggir bebas palpebra. Glandula
sebasea bermuara langsung ke dalam folikel bulu mata. Glandula tarsalis adalah
modifikasi dari kelenjar sebasea yang panjang, yang mengalirkan sekretnya yang
berminyak ke pinggir palpebra; muaranya terdapat di belakang bulu mata (Snell,
2012).

7
Gambar 2. Potongan Sagital Palpebra Superior

2. Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan palpebra bagian
dalam. Konjungtiva terdiri atas 3 bagian:
1. Konjungtiva palpebra, terletak di bagian dalam palpebra.
2. Konjungtiva fornix, merupakan peralihan konjungtiva palpebra dan
konjungtiva bulbi.
3. Konjungtiva bulbi, menutupi sklera anterior.
(Paulsen, 2013).
Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri
palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan bersama dengan banyak
vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya membentuk jaring-
jaring vaskuler konjungtiva yang banyak sekali. Pembuluh limfe konjungtiva
tersusun dalam lapisan superfisial dan lapisan profundus dan bersambung dengan
pembuluh limfe kelopak mata hingga membentuk pleksus limfatikus yang kaya.
Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan (oftalmik) pertama nervus V
(Nervus trigeminus, divisi Opthalmicus - sensoris) (Snell, 2012).

Gambar 3. Konjungtiva

8
3. Sklera
 Bagian putih bola mata yang bersama – sama dengan kornea merupakan
pembungkus dan pelindung isi bola mata
 Mempunyai struktur jaringan fibrosa  dapat mempertahankan posisi bola
mata
 lapisan luar mata yang berwarna putih, berserat, tembus cahaya, elastis dan
mengandung kolagen
 Pada mata manusia, keseluruhan sklera berwarna putih, kontras dengan
bagian iris yang berwarna
 Pada anak-anak, sklera berbentuk sangat tipis dan terlihat warna kebiruan pada
dasar pigmen. Menginjak usia tua, tumpukan lemak pada sklera dapat
membuatnya terlihat sedikit kuning
4. Kornea
 Bagian depan mata yang dilapisi membran transparan berbentuk bulat
 Cahaya masuk mata pertama kali lewat kornea
 Kornea dipersyarafi oleh saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar
longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid
masuk ke dalam stroma kornea
5. Pupil
 Pupil berwarna hitam karena tidak ada cahaya yang dipantulkan olehnya
 Pupil mengatur seberapa banyak cahaya yang masuk ke mata
 Pupil mengubah bentuk dengan berakomodasi untuk mengatur cahaya yang
masuk dengan bantuan iris
6. Bilik mata depan dan belakang
 Bilik mata depan  Ruang diantara kornea dan iris
Bilik mata belakang  Ruang kecil diantara iris dan lensa
 Kedua ruangan ini diisi oleh cairan aqueous
7. Lensa mata
 Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tidak berwarna dan hampir
transparan sempurna
 Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm
 Di belakang iris, lensa digantung oleh zonula, yang menghubungkannya
dengan korpus siliare

9
 Di sebelah anterior lensa terdapat humor aquaeus, di sebelah posteriornya,
vitreus
 Kapsul lensa adalah suatu membran yang semipermeable (sedikit lebih
permeabel daripada dinding kapiler) yang akan memperoleh air dan elektrolit
masuk
 Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya.
 Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lameral subepitel terus
diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih besar dan kurang
elastik
 Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum yang dikenal dengan zonula
(zonula zinni), yang tersusun dari banyak fibril dari permukaan korpus siliare
 zonula zinn yang menggantungkan lensa pada siliar body
 Siliar body berfungsi membantu mengubah kelengkungan dan panjang fokus
lensa
 Enam puluh lima persen terdiri dari air, sekitar 35 % protein (kandungan
protein tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh)
 Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada dikebanyakan jaringan lain.
 Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun
tereduksi.
 Tidak ada serta nyeri, pembuluh darah atau syaraf di lensa
 Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk penglihatan
jauh
 otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi lebih cembung
dan lebih kuat untuk penglihatan dekat
 Otot siliaris dikontrol oleh sistem saraf otonom. Serat-serat saraf simpatis
menginduksi relaksasi otot siliaris untuk penglihatan jauh, sementara sistem
saraf parasimpatis menyebabkan kontraksi otot untuk penglihatan dekat
8. Viterous humor
 Ruang diantara retina dan lensa yang terisi cairan
 Kebeningan VH disebabkan karena tidak ada pembuluh darah
 Terdiri dari jel transparan yang terdiri dari 90% air, sedikit kolagen dan
molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi
 Fungsinya : meneruskan cahaya dari lensa ke macula retina

10
9. Retina
 Membran semi transparan yang peka cahaya
 Terdapat ujung saraf fotoreseptor yang tersusun dari epitel sensoris yang
dinamakan rod dan cones terdapat :
 Sel batang :
- Terdapat senyawa antara vitamin A dan protein yang dinamakan
rodopsin
- Rodopsin nantinya pada tempat terang akan terurai dan tidak terurai
pada tempat yang gelap
 Sel kerucut
- Terdapat iodopsin
- Terdiri dari iodopsin merah, kuning dan hijau  sehingga sel kerucut
berfungsi untuk membedakan warna.
10. Lensa Mata
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam
mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang
terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan
menipis pada saat terjadinya akomodasi. Lensa berbentuk lempeng cakram
bikonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang. Lensa akan dibentuk oleh
epitel lensa yang membentuk serat lensa di bagian sentral lensa sehingga
membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling
dahulu dibentuk atau serat lensa tertua di dalam kapsul lensa.
Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa. Di
bagian luar nukleus terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai
korteks lensa. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras dibanding
korteks lensa yang lebih muda . di bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula zinn
yang menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada badan siliar.
11. Badan Kaca
Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara
lensa dan retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata. Mengandung
air sebanyak 90 % sehingga tidak dapat lagi menyerap air. Sesungguhnya fungsi
badan kaca ini sama dengan fungsi cairan mata yaitu mempertahankan bola mata

11
agar tetap bulat. Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke
retina.

Saraf Optik
Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa jenis serabut
saraf, yaitu saraf penglihat dan serabut puplilomotor.kelainan saraf optik
menggabarkan gangguan yang diakibatkan tekanan langsung atau tidak langsung
terdapat saraf optik ataupun perubahan toksik dan anosik yang mempengaruhi
penyaluran aliran listrik.

Rongga Orbita
Rongga orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat 7 tulang yang
membentuk dinding orbita yaitu : lakrimal,etmoid, sfenoid, frontal, dan dasar orbita
yang terutama terdiri atas tulang maksila, bersama-sama tulang platinum dan
zigomatikus. Rongga orbita yang berbentuk piramid ini terletak pada kedua sis rongga
hidung. Dinding orbita terdiri atas tulang :
 superior : os.frontal
 lateral : os.frontal, os.zigomatik, ala magna os.sfenoid
 inferior : os.zigomatik, os.maksila, os.palatina
 nasal : os.maksila,os. Lakrmal, os.etmoid

Foramen optik terletak pada apeks rongga orbita, dilalui oleh saraf optik,arteri,
vena, dan saraf simpatik yang berasal dari pleksus karotid. Fisura orbita superior
disudut orbita atas temporal dilalui oleh saraf lakrimal (V), saraf frontal (V), saraf
troklear (IV), saraf okulomotor (III), saraf nososiliar (V), abdusen(VI), dan arteri
vena oftalmik. Fisura orbita inferior terletak di dasar tengah temporal orbita dilalui
oleh saraf infraorbita dan zigomatik dan arteri infraobita. Fossa lakrimal terletak di
sebelah temporal atas tempat duduknta kelenjar lakrimal.
Lubang- Lubang ke dalam Rongga Orbita
 Aditus orbitae
 Incisura supraorbitalis
 Sulcus dan canalis infraorbitalis
 Canalis nasolakrimalis
 Fissura orbitalis superior

12
 Fissura orbitalis inferior
 Canalis optikus
 Foramina zigomaticucotemporalis dan zygomaticofacialis
 Foramina ethmoidalis anterior dan posterior
 Fascia orbitalis

Saraf- Saraf Orbita


 N.optikus
N. optikus masuk ke orbita melalui canalis optikus dari fossa cranii media ,
disertai oleh arteri opthalmica, yang terletak di sisi lateral bawahnya. Saraf ini
dikelilingi oleh selubung piameter, aracnoideamater, dan duramater. Berjalan
ke depandan lateral di dalam kerucut mm.recti dan menembus sklera pada
suatu titik di medial polus posterior bola mata.
 Nervus Lakrimalis
N. lakrimalis dipercabangkan dari divisi ophthalmica n.trigeminus pada
dinding lateral sinus cavernosus. Saraf ini halus dan masuk ke orbita
melaluibagian atas fisura orbitalis superior. Berjalan ke depan sepanjang
pinggir atas m.rectus lateralis. Saraf ini bergabung dengan cabang n.
zigomaticotemporalis. N. lacrimalis berakhir dengan mempersarafi kulit
bagian lateral palpebra superior.
 Nervus Frontalis
N. frontalis dipercabangkan dari divisi opthalmica n.trigeminus pada dinding
lateral sinus cavernosus. Masuk ke orbita melalui bagian atas fisura orbitalis
superior dan berjalan ke depan pada permukaan superior m.levator palpebrae
superior, diantara otot ini dan atap orbita. Saraf ini bercabang menjadi
n.suprathoclearis dan n.supraorbitalis. N.supratroclearis berjalan diatas
trochlea untuk m.obliquus superior dan melingkari pinggir atas orbita untuk
mempersarafi kulit dahi.
 Nervus Trochlearis
N.trochlearis meninggalkan dinding lateral meninggalkan dinding lateral sinus
caveronsus daan masuk ke orbita melalui bagian atas fissura orbitalis superior.
Saraftersebutberjalankedepan dan ke medial, melintasi origom. Levator
palpebrae superior dan mempersarafi m. Obliquus superior.
 N.occulomotorius

13
Terdiri dari :
- Ramus superior
N.occulomotorius meninggalkan dinding lateral sinus cavernosus dan
masuk ke orbita melalui bagian bawah fissura orbitalis superior, di dalam
annulus tendineus. Cabang ini mempersarafi m.rectus superior, kemudian
menembus otot ini, dan memperdarafi m.levator palpebrae superior yang
ada di atasnya.
- Ramus posterior
N.occulomotorius masuk ke orbita dengan cara yang sama dan
memberikan cabang-cabang ke m.rectud inferior. Saraf ke m.obliquus
inferior memberikan sebuah cabang yang berjalan ke gangglion ciliaris
dan membawa serabut-serabut parasimpatis ke m.sphincter puppilae dan
m.cilliaris.
- Nervus abducens
N.abdusens meninggalkan sinus cavernosus dan masuk ke orbita melalui
bagian bawah fissura orbitalis superior, di dalam anulus tendineus. Saraf
ini berjalan ke depan dan mempersarafi m.rectus lateralis.
- Nervus Nasociliaris
N. Nasociliaris dipercabangkan dari divisi ophthalmica n. Trigeminus pada
dinding lateral sinus cavernosus. Nervus ini masuk ke orbita melalui
bagian bawah fissura orbitalis, di dalam annulus tendineus. Saraf ini
melimtas di atas n. Optikus bersama a. Ophthalmica mencapai dinding
orbita. Kemudian n. Nasociliaris berjalan ke depa. Sepanjang punggir atas
m. Rektus medialis dan berakhir dengan bercabang dua menjadi n.
Ethomoidalis anterior dan n. Infratrochlearis.
- Cabang-cabang
 Ramus communicans ke ganglion ciliaris
 Nn. Ciliares
 N. Ethmoidalis
 N. Infratrochlearis
 N. Ethmoidalis anterior.
- Ganglion Ciliaris

14
Merupakan ganglion parasimpatis dan terletak pada bagian posterior orbita
di lateral n.optikus. Ganglion ini menerima serabut-serabut parasimpatiis
preganglionik dari n.occulomotorius melalui saraf tersebut ke m.obliquus
inferior. Sejumlah serabut simpatis berjalan dari plexus caroticus internus
masuk ke dalam orbita dan berjalan melalui ganglion tanpa bersinaps.
(Snell, 2006)

Otot penggerak bola mata


Otot ini menggerakan mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakan mata
tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot . otot pengerakan bola
mata terdiri atas enam otot, yaitu:
a. Musculus oblique inferior
Muscilus ini mempunyai origo pada fosa lakrimal tulang lakrimal. Berinsersi pada
sklera posterior 2 mm dari kedudukan makula , dipersarafi oleh saraf okulomotor ,
bekerja untuk menggerakan mata ke arah abduksi dan eksiklotorsi.
b. Musculus oblique inferior
Musculus ini berorigo pada naulus zinn dan ala parva tulang sfenoid di atas
formaen optikus. Musculus ini dipersarafi oleh N.IV atau saraf troklear yang
keluar dari bagian dorsal susunan saraf pusat. Musculus ini mempunyai aksi
pergerakan miring dari troklea pada bola mata dengan kerja utama terjadi bila
sumbu aksi dan sumbu penglihatan searah atau mata melihat ke arah nasal.
Berfungsi menggerakan bola mata untuk depresi terutama bila mata melihat ke
nasal.
c. Musculus Rektus inferior
Mempunyai origo pada anulus Zinn, berjalan antara oblik inferior dan bola mata
atau sklera dan insersi 6 mm di belakang limbus yang pada persil dengan oblik
inferior diikat kuat oleh ligamen lockwood. Rektus inferior dipersarafi oleh n. III.
Rektus inferior membentuk sudut 23 derajat dengan sumbu penglihatan.Fungsi
menggerakkan mata :Depresi (gerak primer), Eksoklotorsi (gerak sekunder),
Aduksi (gerak sekunder)
d. Musculus Rektus lateral
Rektus lateralmempunyai origo pada anulus Zinn di atas dan di bawah foramen
optik. Rekyus lateral dipersarafi oleh N. VI. Dengan pekerjaan menggerakan mata
terutama abduksi.

15
e. Musculus Rektus Medius
Mempunyai origo pasa anuluz Zinn dan pembungkus dura saraf optik yng sering
memberikan dan rasa sakit pada pergerKan mata bila terdapat neuritis rettobulbar,
dan berinsersi 5 mm dibelakang limbus. Rektus medius merupakan otot mata yang
paling tebal dengan tendon terpendek. Menggerakan mata untuk aduksi (gerak
primer).(Snell, 2012)

Gambar 4. Otot penggerak bola mata

Vaskularisasi
 Arteri ophthalmica
Arteri ophthalmica adalah cabang dari a.carotis interna setelah pembuluh ini
keluar dari sinus cavernosus. Arteri ini berjalan ke depan melalui canalis
optikus bersama nervus optikus. Pumbuluh ini berjalan di depan dan laterak
dari n.optikus, kemudian menyilang di atasnya untuk sampai ke dinding
medial orbita. Kemudian arteri ini memberikan banyak cabang dan sebagian
cabang-cabang megikuti saraf-saraf di dalam orbita.
Cabang-cabangnya :
a) A.centralis retinae
b) Rami muscularis
c) Aa.ciliaris
d) A.lacrimalis
e) A.supratrochlearis dan a.supraorbitalis

16
 Vena-vena ophthalmica
V.ophthalmica Superior berhubungan di depan dengan v.facialis. v.
Ophthalmica inferior berhubungan melalui fissura orbitalis inferior dengan
plexus venosus pterygoideus. Kedua vena ini berjalan ke belakang melalui
fissura orbitalis dan bermuara ke dalam sinus cavernosus. (Snell, 2006)

Gambar 5. Vaskularisasi mata

HISTOLOGI MATA
Lapisan Bola Mata
Mata tertanam di dalam corpus adiposum orbitae. Bola mata terdiri atas 3
lapisan yaitu:
1. Tunika Fibrosa
a) Kornea
Kornea (ciornum = zat tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput
mata yang tembus cahaya, merupaka lapisan jaringan menutup bola mata
sebelah depan dan terdiri atas lapis :
1. Epitel
Tebalnya 50 µm, terdiri atas lima lapis sel epitel tidak bertanduk yang
saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
Sel basal menghasilkan memnran basal yang melekat erat kapadanya. Bila
terjadi gangguan akan terjadi erosi rekuren. Epitel berasal dari ektoderm
permukaan.

17
2. Membran bowman
Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan
kolagen yang tersususn tidak teratur seperti stroma dan berasal dari depan
stroma. Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dnegan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di
bagian perifer serat kolagen ini bercabang.
4. Membran descement
Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma
kornea dihasilkan oleh sel endotel dan merupakan membran basalnya.
Bersifat sangat elastik dan berkembang terus seumur hidup.
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40
µm. (Eroschenko, 2012)

Gambar 5. Histologi kornea

b) Sclera
Merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada
mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata.Bagian terdepan
daro sklera disebut dengan kornea yang bersifat transparan yang memudahkan
sinar masuk ke dalam bola mata.Merupakan bagian putih bola mata yang
bersama-sama dengan kornea merupakan pembungkus dan pelindung isi bola

18
mata. Sklera berjalan dari papil saraf optik sampai kornea. Sklera anterior
ditutupi oleh tiga lapisjaringan ikat vaskular. Sklera mampunyai kekuatan
tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata (Eroschenko,
2012).
1. Tunika Vasculosa (UVEA)
Merupakan jaringan vaskular.Jarigan sklera dan uvea dibatasi oleh
ruang yang potensial dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada
perdarahan subaraknoid. Jaringan uvea ini terdiri atas :
a) Choroidea
Segmen posterior uvea, diantara retina dan sklera. Khoroid
tersusun dari tiga lapisan pembuluh darah khoroid (besar, sedang,
kecil). Darah dari pembuluh darah khoroid dialiri melalui empat vena
vorteks. Khoroid melekat erat ke posterior di tepi-tepi nervus optikus.
Ke anterior, khoroid bersambung dengan corpus siliare.
b) Corpus Ciliare / Processus Ciliare
Otot siliar yang terletak di badan siliar mengatur bentuk lensa
untuk kebutuhan akomodasi.Badan siliar yang terletak di belakang iris
menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor) yang dikeluarkan
melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris.di batas kornea dan
sklera.
c) Iris
Iris didapatkan pupil yang disusun oleh otot yang dapat
mengatur jumlah sinar yang masuk ke dalam bola mata.Otot dilator ini
dipersyarafi oleh parasimpatis.Perdarahan tunica vaskulosa dibedakan
antara bagian anterior yang diperdarahi oleh dua buah arterisiliar
psterior longus yang masuk menembus sklera di temporal dan nasal
dekat tempat masuk safar optik dan 7 buah arteri siliar anterior, yang
terdapat 2 pada setiap otot superior, medial inferor, satu pada otot
lateral. Arteri siliar anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu
membentuk arteri sirkularis mayor pada badan siliar. (Eroschenko,
2012)

19
2. Tunika Nervosa
a) Nervus Optikus
b) Retina
Retina merupakan lapis ketiga bola mata. Retina yang terletak paling
dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan
lapis membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi
rnagsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Retina atau selaput
jala merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima
rangsangan cahaya. Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen
retina, dan terdiri atas lapisan :
1. Epitel berpigmen, lapisan sel poligonal yang kaya akan butir melanin,
berfungsi menyerap cahaya dan mencegah pemantulan, memberi
nutrisi sel fotoreseptor, sel pelepas dan penimbun vitamin A, dan
tempat pembentukan rhodopsin.
2. Lapis fotoreseptor
Merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang mempunyai
bentuk ramping, dan sel kerucut.
3. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.
4. Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan
batang. Ketiga lapis di atas avaskular dan mendapat metabolisme dari
kapiler koroid.

20
5. Lapis pleksiform luar, merupakan lapisan aselular dan merupakan
tempat sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horozontal.
6. Lapis nukleus dalam, merupakan tebuh sel bipolar, sel horizontal, dan
sel muller.
7. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular meruapakn tempat
sinaps bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion.
8. Lapis sel ganglion, merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.
9. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke
arah saraf optik.
10. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan
badan kaca.

Histologi konjungtiva :
 Epitel konjungtiva merupakan jenis yang non-keratinisasi dan tebalnya
sekitar 5 sel. Sel basal kuboid menyusun sel polihedral yang mendatar
sebelum sel tersebut terlepas dari permukaan. Sel goblet terdapat di dalam
sel epitelnya. Sel goblet kebanyakan terdapat di inferoir dari nasal dan di
konjungtiva forniks, dimana jumlahnya sekitar 5 – 10% jumlah sel
basal.3Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel
epitel silinder bertingkat, superfisial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva
di dekat limbus, di atas karunkula, dan di dekat persambungan mukokutan
pada tepi kelopak mata terdiri dari sel – sel epitel skuamosa. Sel – sel epitel
basal berwarna lebih pekat daripada sel – sel superfisial dan di dekat limbus
dapat mengandung pigmen.4
 Stroma (substansia propria) terdiri atas jaringan ikat yang banyak
kehilangan pembuluh darah. Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu
lapisan adenoid (superfisial) dan satu lapisan fibrosa (profundus). Lapisan
adenoid mengandung jaringan limfoid dan di beberapa tempat dapat
mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum germinativum.
Lapisan adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3
bulan. Hal ini menjelaskan mengapa konjungtivitis inklusi pada neonatus
bersifat papiler bukan folikuler dan mengapa kemudian menjadi folikuler.
(Eroschenko, 2012)

21
b. Bagaimana fisiologi mata ?
Jawab :
Konjungtiva
Melindungi mata dari iritasi dan cedera.

Kornea
Kornea memiliki tiga fungsi utama yaitu : media refraksi, media transmisi sinar
(400 – 700 nm), dan fungsi sebagai proteksi.

Fisiologi pengelihatan
Benda  memantulkan cahaya (gelombang elektromganetik)  masuk ke kornea
 diteruskan ke pupil pengaturan jumlah cahaya yang masuk oleh pupil melalui
M. spincter pupile (yang mengkonstriksikan pupil dalam keadaan cahaya terang)
dan M. Dilator pupile (yang melebarkan pupile dalam keadaan gelap) cahaya
difokuskan ke lensa  trabekulum menutup  menghambat aliran aquoeus keluar
 konvergensi cahaya  bayangan benda jatuh tepat di makula lutea (bayangan
berbalik)  Impuls ditangkap oleh sel-sel fotoreseptor, sel batang (hitam putih)
dan sel kerucut (warna)  bersinaps dengan sel horizontal  sel bipolar 
bersinaps dengan sel amacrine  sel ganglion  penjalaran impuls ke nervus
opticus  chiasma opticus  traktus opticus  serabut-serabut ditractus opticus
bersinaps di nucleus geniculatum laterale dorsalis  tractus geniculocalcarina 
korteks pengelihatan primer calcarina lobus  oksipitalis  persepsi melihat.
(Sherwood, 2012)

c. Apa saja kemungkinan penyebab mata merah ?


Jawab :
Penyebab mata merah:
1. Mata merah yang terjadi akibat pelebaran pembuluh darah konjungtiva pada
peradangan akut:
a) Konjungtivitis
b) Skleritis
c) Keratitis atau Iridosiklitis
2. Pecahnya salah satu dari kedua pembuluh darah dan darah tertimbun di bawah
jaringan konjungtiva. Keadaan ini disebut sebagai perdarahan subkomjungtiva.

22
3. Akibat iritasi
a. Udara yang panas/kering
b. Terpapar sinar matahari
c. Debu
d. Reaksi alergi
e. Influenza
f. Bakteri dan virus
g. Batuk.
4. Infeksi yang bisa menyebabkan mata menjadi merah antara lain
a. Peradangan pada folikel bulu mata (blepharitis)
b. Peradangan selaput mata (konjungtivitis/ penyakit mata menular)
c. Borok yang menutupi mata (ulkus kornea)
d. Radang pada uvea (uveitis).
5. Kondisi lain yang dapat menyebabkan mata merah antara lain:
a. Trauma atau luka pada mata
b. Meningkatnya tekanan bola mata yang menimbulkan rasa sakit (glaukoma
akut)
c. Kornea tergores yang disebabkan karena iritasi atau terlalu sering
menggunakan lensa kontak
(Sidarta, I., 2008)
Pada kasus kemungkinan penyebab dari mata merah adalah akibat pecahnya
salah satu dari pembuluh darah di konjungtiva dan darah tertimbun di bawah
jaringan konjungtiva.

d. Bagaimana hubungan jenis kelamin dan usia dengan keluhan ?


Jawab :
1. Usia
Dari segi usia, perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi di semua kelompok
umur, namun hal ini dapat meningkat kejadiannya sesuai dengan pertambahan
umur. Penelitian epidemiologi di Kongo rata – rata usia yang mengalami
perdarahan subkonjungtiva adalah usia 30.7 tahun. Perdarahan subkonjungtiva
sebagian besar terjadi unilateral (90%).
Pada perdarahan subkonjungtiva tipe spontan tidak ditemukan hubungan
yang jelas dengan suatu kondisi keadaan tertentu (64.3%).Kondisi hipertensi

23
memiliki hubungan yang cukup tinggi dengan angka terjadinya perdarahan
subkonjungtiva (14.3%).Kondisi lainnya namun jarang adalah muntah, bersin,
malaria, penyakit sickle cell dan melahirkan.
(Kaimbo, D., dan Kaimbo, WA., 2008)
2. Jenis Kelamin
Tidak ada perbedaan yang spesifik antara jenis kelamin laki-laki maupun
perempuan. Perdarahan subkonjungtiva dapat dialami pada semua jenis
kelamin.
(Kaimbo, D., dan Kaimbo, WA., 2008)

e. Apa makna mata kanan merah yang timbul tiba-tiba di samping luar bola mata
pada pagi hari ?
Jawab :
Menunjukkan bahwa terjadi perdarahan subkonjungtiva tipe spontan yang
terjadi akibat menurunnya fungsi endotel.
Berdasarkan mekanis, perdarahan subkonjungtiva dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Perdarahan subkonjungtiva tipe spontan
Terjadi secara tiba-tiba akibat menurunnya fungsi endotel sehingga
pembuluh darah menjadi rapuh dan mudah pecah. Keadaan ini terjadi pada
hipertensi, arteriorsklerosis, konjungtivitis haemorragic, anemia, pemakaian
antikoagulan dan batuk rejan.
2. Perdarahan subkonjungtiva tipe traumatik
Dari anamnesis, sebelumnya pasien mengalami trauma langsung atau tidak
langsung yang mengenai kepala pada daerah orbita.
(Vaughan, Daniel G., 2000).

f. Bagaimana patofisiologi keluhan mata merah pada kasus ?


Jawab :
Faktor risiko (Usia dan hipertensi tidak terkontrol)  penurunan fungsi sel
endotel pembuluh darahpembuluh darah menjadi rapuh dan mudah pecah 
mata  pecahnya pembuluh darah arteri konjungtiva atau arteri episclera 
Perdarahan subkonjungtiva oculi dextra  mata merah.
(Rilantono L., 2012).

24
2. Keluhan disertai rasa mengganjal pada mata merah tersebut. Keluhan ini tidak
disertai rasa nyeri, bengkak, penglihatan kabur dan kotoran yang berlebihan
pada mata.
a. Apa makna keluhan disertai rasa mengganjal pada kasus ?
Jawab :
Maknanya, terjadi perdarahan subkonjungtiva yang menyebabkan
penumpukan darah antara konjungtiva dan sklera sehingga menonjol pada
permukaan konjungtiva dan terasa mengganjal.
Secara klinis, perdarahan sub konjungtiva tampak sebagai perdarahan yang
datar, berwarna merah, di bawah konjungtiva, dan dapat menjadi cukup berat
sehingga menyebabkan kemotik kantung darah yang berat dan menonjol di atas
tepi kelopak mata. Hal ini akan berlangsung lebih dari 2 minggu sampai 3 minggu.
(Eva, 2014).

b. Apa makna keluhan tidak disertai nyeri, bengkak, penglihatan kabur dan kotoran
yang berlebihan pada mata ?
Jawab :
Rasa nyeri, bengkak merupakan tanda reaksi inflamasi karena adanya infeksi.
Pengelihatan kabur terjadi jika fungsi mata terganggu. Kotoran yang berlebihan
pada mata biasanya terjadi pada keadaan infeksi mata seperti konjungtivitis.
Pada kasus ini, keluhan tidak disertai hal tersebut menunjukkan bahwa mata
merah pada kasus bukan disebabkan karena adanya infeksi mata seperti
konjungtivitis dan penglihatan tidak kabur menunjukkan bahwa fungsi mata masih
dalam keadaan baik (Eva, 2014).

c. Bagaimana patofisiologi rasa mengganjal pada mata merah ?


Jawab :
Faktor resiko (Usia dan hipertensi tidak terkontrol) → disfungsi endotel dan
kerusakan mikrovaskuler (a. konjungtiva posterior dan a.episklera) → peningkatan
kerapuhan dinding arteri dan mudah pecah → ruptur a. konjungtiva posterior
secara tiba-tiba → perdarahan sub-konjungtiva → mata merah → pendarahan
menyebar secara difus di jaringan ikat subkonjungtiva (darah menyebar karena
struktur konjungtiva halus) → warna kemerahan yang awalnya mengecil semakin
meluas (konjungtiva yang lebih rendah lebih sering terkena) → akumulasi cairan

25
(darah) berlebihan yang terdapat di antara konjungtiva dan sklera → rasa
mengganjal pada mata.
(Rilantono L., 2012).

3. Ny. Santi tidak mengeluh adanya batuk, demam, mual muntah, mimisan, lebam
dan luka yang sukar sembuh.
a. Apa makna Ny. Santi tidak mengeluh adanya batuk, demam, mual muntah,
mimisan, lebam dan luka yang sukar sembuh ?
Jawab :
- Makna Ny. Sinta tidak mengeluh demam menunjukkan keluhan yang dialami
bukan disebabkan oleh infeksi.
- Makna tidak mengeluh batuk, mual dan muntah menunjukkan keluhan yang
dialami bukan disebabkan oleh valsalva’s manoeuvre. Valsalva’s manoeuvre
adalah peningkatan tekanan dengan cepat didalam intratoraks dan abdomen,
terutama pada saat glotis tertutup. Peningkatan kecepatan tekanan abdomen
menginduksi peningkatan tekanan intravena, dan berbagai pembuluh darah di
dalam atau di sekitar mata dapat rupture. Berbagai aktivitas mengejan seperti
angkat berat, batuk, muntah, meniup balon dan juga konstipasi yang sering
dapat menyebabkan perdarahan subkonjungtiva.
- Makna tidak mengeluh mimisan, lebam dan luka yang sukar sembuh
menunjukkan keluhan tidak berasal dari gangguan pembekuan darah, keganasan
maupun diabetes melitus.
(Graham, R. K., 2009)

4. Ny. Santi tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu. Riwayat trauma


disangkal.
a. Apa makna Ny. Santi tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu ?
Jawab :
Menyingkirkan penyebab konsumsi obat-obatan karena berbagai macam obat-
obatan seperti obat antiinflamasi nonsteroid, aspirin, kontrasepsi, vitamin A dan D
juga berhubungan dengan terjadinya perdarahan sub konjungtiva. penggunaan
warfarin juga terlibat.
Karena ada obat-obatan tertentu yang dapat menyebabkan perdarahan
subkonjungtiva seperti :

26
1. NSAID
2. Warfarin adalah antikoagulan oral yang bekerja dengan menghambat sintesis
faktor pembekuan, sehingga mencegah terjadinya pembekuan darah. Warfarin
sering diberikan pada pasien dengan resiko terbentuknya bekuan darah yang
dapat menyebabkan tromboemboli, seperti pada penyakit kardiovaskuler dan
pasien dengan risiko stroke. Efek samping warfarin yang penting adalah
perdarahan, dimana perdarahan dapat terjadi pada berbagai organ termasuk
mata.
(Leiker LL, dkk., 2010)

b. Apa makna riwayat trauma disangkal ?


Jawab :
Makan riwayat trauma disangkal berarti keluhan bukan diakibatkan karena
trauma (perdarahan subkonjungtiva tipe traumatik).
Trauma yang relatif kecil yang terjadi pada bola mata, seperti menggosok mata
terlalu keras, dapat menyebabkan perdarahan subkonjungtiva (Sidarta, I.,2008).

5. Lima tahun yang lalu, Ny Santi pernah mengkonsumsi obat penurun tekanan
darah tetapi pasien tidak rutin berobat ke dokter.
a. Apa hubungan pernah mengkonsusmsi obat penurun tekanan darah tetapi tidak
rutin berobat dengan keluhan Ny santi sekarang ?
Jawab :
Hal ini menunjukkan bahwa hipertensi yang dialami oleh Ny. Sinta tidak
terkontrol. Hipertensi yang tak terkontrol dan berlangsung dalam jangka waktu
lama dapat menimbulkan kerusakan organ target, baik secara langsung maupun
secara tidak langsung. Kerusakan organ target yang umum ditemui adalah penyakit
ginjal kronik, gangguan pada jantung, gangguan pada otak seperti stroke, penyakit
arteri perifer dan retinopati. Kondisi hipertensi memiliki hubungan yang cukup
tinggi dengan angka terjadinya perdarahan subkonjungtiva (14.3%).
(Stolp W. dkk, 2008)

6. Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum : Sadar dan kooperatif
Vital sign : TD: 170/100 mmHg, nadi: 82x/menit, RR: 20 x/menit, suhu: 36,8oC

27
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal pada pemeriksaan fisik ?
Jawab :

Pemeriksaan pada kasus Keadaan Normal Intepretasi

Keadaan umum:
Sadar dan kooperatif. Sadar dan Kooperatif Normal

Tanda vital:
TD: 170/100mmHg 120/80 mmHg Hipertensi Grade II
Nadi: 82x/menit 60-100x/menit Normal
RR: 20x/menit 16-24x/menit Normal
Suhu: 36,8oC 36,5-37,5oC Normal

Hipertensi Grade II
Faktor resiko hipertensi (diet tinggi garam, stress, obesitas) → peningkatan
volume cairan ekstrasel (plasma darah), aktivasi RAAS, hiperinsulinemia) →
peningkatan preload, kontraktilitas, serta vasokonstriksi dan hipertrofi struktur
arteri → peningkatan curah jantung dan tahanan perifer → tekanan darah
meningkat (hipertensi).
(Rilantono L., 2012)

7. Pemeriksaan oftalmologis:
Pemeriksaan visus dasar :VOD 20/20, VOS 20/20
Status oftalmologi :
- Posis bola mata : orthopori
- Pergerakan bola mata kanan dan kiri : tidak terhambat ke segala arah,
nyeri (-/-)
- Palpebra superior dan inferior kanan dan kiri : hematom (-/-), hiperemis
(-/-), benjolan (-/-), edema (-/-)
Konjunctiva bulbi kanan dan kiri : injeksi konjunctiva (-/-), injeksi silier (-/-) ,
perdarahan sub konjunctiva (+/-) dengan ukuran + 10 mm.
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan oftalmologi ?
Jawab :

28
Pemeriksaan pada kasus Keadaan Normal Intepretasi

Mata:
VOD 20/20 VOD 20/20 Normal
VOS 20/20 VOS 20/20 Normal

Status Oftalmologi:
- Posisi bola mata: orthopori Orthopori Normal
- Pergerakan bola mata Tidak terhambat
kanan dan kiri: tidak kesegala arah, nyeri Normal
terhambat kesegala arah, (-/-)
nyeri (-/-)
- Palpebra superior dan
hematom (-/-),
inferior kanan dan kiri:
hiperemis (-/-),
hematom (-/-), hiperemis Normal
benjolan (-/-),
(-/-), benjolan (-/-), edema
edema (-/-)
(-/-)

Konjungtiva bulbi kanan dan


kiri:
Injeksi konjungtiva (-/-)
1. Injeksi konjungtiva (-/-) Normal
Injeksi silier (-/-)
2. Injeksi silier (-/-) Normal
3. Perdarahan subkonjungtiva
Perdarahan
(+/-) dengan ukuran ± 10 Perdarahan
subkonjungtiva (+/-)
mm subkonjungtiva
kanan (abnormal)

Perdarahan subkonjungtiva :
Faktor risiko (Usia dan hipertensi tidak terkontrol)  penurunan fungsi sel
endotel pembuluh darahpembuluh darah menjadi rapuh dan mudah pecah 
mata  pecahnya pembuluh darah arteri konjungtiva atau arteri episclera 
Perdarahan subkonjungtiva oculi dextra  mata merah.
(Rilantono L., 2012).

29
8. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus?
Jawab :
Cara mendiagnosis pada kasus ini:
1. Anamnesis
- Keluhan mata kanan merah sejak pagi tadi.
- Merah dimata timbul secara tiba-tiba pada pagi hari
- Merah dimata terlihat di bagian samping luar bola mata.
- Keluhan disertai rasa mengganjal pada mata merah tersebut.
- Sepuluh tahun yang lalu, pernah mengkonsumsi obat penurun tekanan darah
tetapi pasien tidak rutin berobat ke dokter.
2. Pemeriksaan fisik
- Tekanan darah 170/100 mmHg
- Status oftalmologi terjadi perdarahan subkonjungtiva dextra.

9. Bagaimana Diagnosis banding pada kasus?


Jawab :
No. Tanda dan gejala Perdarahan Konjungtivitis Episkleritis
Subkonjungtiva alergi

1. Mata merah   
2. Rasa mengganjal pada  - 
mata
3. Mengenai wanita usia  Semua usia 
40 tahunan bisa
4. Tidak ada radang  Ada radang Ada radang
(batuk, demam, nyeri)
5 Lokasi Uniateral Bilateral Bilateral

10. Bagaimana Pemeriksaan penunjang pada kasus?


Jawab :
Tidak diperlukan pemeriksaan penunjang untuk kasus ini.

30
11. Bagaimana Working Diagnosis pada kasus?
Jawab :
Perdarahan subkonjungtiva dextra

12. Bagaimana Tatalaksana pada kasus?


Jawab :
Farmakologi:
1. Obat tetes mata vasokonstriktor untuk mecegah perluasan perdarahan:
Vasacon (Nafazolin HCl) 4x1 tetes/ hari pada mata kanan
2. Obat antihipertensi
3. Multivitamin
4. Air mata buatan untuk mencegah perdarahan yang berulang
5. Jika berat maka lakukan drainase

Non-Farmakologi:
1. Tidak perlu khawatir karena perdarahan akan terlihat meluas dalam 24 jam
pertama, namun setelah itu ukuran akan berkurang perlahan karena diabsorpsi.
2. Kondisi hipertensi memiliki hubungan yang cukup tinggi dengan angka
terjadinya perdarahan subkonjungtiva sehingga diperlukan pengontrolan
tekanan darah pada pasien dengan hipertensi.
3. Hindari pemakaian aspirin, ibuprofen, naproxyn, atau beberapa NSAID lain
yang dapat meningkatkan perdarahan untuk sementara.

Perdarahan subkonjungtiva sebenarnya tidak memerlukan pengobatan karena


darah akan terabsorbsi dengan baik selama 1-2 minggu.
(Ilyas, 2008).
13. Bagaimana Komplikasi pada kasus?
Jawab :
Perdarahan subkonjungtiva akan diabsorpsi sendiri oleh tubuh dalam waktu 1-
2 minggu, sehingga tidak ada komplikasi serius yang terjadi. Namun adanya
perdarahan subkonjungtiva harus segera dirujuk ke dokter spesialis mata jika
ditemui berbagai hal seperti yang telah disebutkan diatas (Ilyas, S., 2008).
Pada perdarahan subkonjungtiva yang sifatnya menetap atau berulang
(kambuhan) harus dipikirkan keadaan lain. Penelitian yang dilakukan oleh Hicks D

31
dan Mick A mengenai perdarahan subkonjungtiva yang menetap atau mengalami
kekambuhan didapatkan kesimpulan bahwa perdarahan subkonjungtiva yang
menetap merupakan gejala awal dari limfoma adneksa okuler (Graham,R.K., 2009).

14. Bagaimana Prognosis pada kasus?


Jawab :
Bonam.
Secara umum prognosis dari perdarahan subkonjungtiva adalah baik. Karena
sifatnya yang dapat diabsorpsi sendiri oleh tubuh. Namun untuk keadaan tertentu
seperti sering mengalami kekambuhan, persisten atau disertai gangguan pandangan
maka dianjurkan untuk dievaluasi lebih lanjut lagi (Ilyas S., 2008).

15. Bagaimana KDU pada kasus?


Jawab :
4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter
Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri
dan tuntas. Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan
penatalaksanaan penyakittersebutsecaramandiridantuntas (Konsil Kedokteran
Indonesia, 2012).

16. Bagaimana NNI pada kasus?


Jawab :

َ‫شَأ َ الَّذِي َوه َُو‬


َ ‫س ْم ََع لَ ُك َُم أَ ْن‬ ََ ‫َۚو ْاْل َ ْفئِ َد َةَ َو ْاْل َ ْبص‬
َّ ‫َار ال‬ َ ‫يل‬ًَ ‫شك ُُرونََ َما قَ ِل‬
َْ َ ‫ت‬
Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan
dan hati.Amat sedikitlah kamu bersyukur (Q.S Al Mu’minun : 78).

2.6 Kesimpulan
Ny. Santi , 55 tahun mengeluh mata kanan merah di bagian samping luar bola mata
dan rasa mengganjal karena mengalami perdarahan subkonjungtiva akibat hipertensi tidak
terkontrol

32
2.7 Kerangka Konsep

Faktor resiko :
Ny. Santi, 55 tahun.
Degeneratif

Hipertensi Tidak terkontrol

Pembuluh darah sub


konjungtiva dan
episklera rapuh

Subkonjungtiva
haemorrhages

Mata Merah

33
DAFTAR PUSTAKA

Eroschenko, Victor P. 2012. Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional. Jakarta:
EGC.

Eva, P., R., dan Whitcher, J., P. 2014. Oftalmologi Umum Vaughan & Asbury, Ed. 17.
Jakarta: EGC.

Graham, R. K. 2009. Subconjuntival Hemorrhage. 1st Edition. Medscape’s Continuall


Updated Clinical Reference.http://emedicine.medscape.com/article/1192122-overview
(diakses tanggal 09 Januari 2017)

Ilyas, Sidarta. 2008.Ilmu Penyakit Mata. Edisi keempat. FK UI. Jakarta.

Kaimbo D, Kaimbo Wa. 2008. Epidemiology of traumatic and spontaneous subconjunctival


haemorrhages in Congo. Congo

Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta: Konsil
Kedokteran Indonesia

Leiker LL, Mehta BH, Pruchnicki MC, Rodis JL. 2010. Risk factors and complications
osubconjunctival hemorrhages in patients taking warfarin. Kansan. USA.
http//pubmed.com/ Risk factors and complications of subconjunctival hemorrhages in
patients taking warfarin/3i2r43 (diakses pada tanggal 10 Januari 2017)

Paulsen, Waschke. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia Edisi-23. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Rilantono, L., 2012. Buku Penyakit Kardiovaskuler (PKV). Jakarta: FK UI

Sherwood, laura. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC

Sidarta, I. 2008. Ilmu Penyakit Mata Ed. III. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Snell, R., S. 2012. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC.

Stolp W, Kamin W, Liedtke M, Borgmann H. 2008. Eye diseases and control of labor.

34
Studies of changes in the eye in labor exemplified by subconjunctival hemorrhage
(hyposphagmas). Johanniter-Krankenhauses Bonn. Jerman. (diakses pada tanggal 10
Januari 2017)

Vaughan, Daniel G. 2000. Oftalmologi Umum. Jakarta: Widia Meka.

35

You might also like