Professional Documents
Culture Documents
01 Juni 2017
Abstract
Long Span Bridge Construction in Indonesia is quite a lot of progress. It is characterized by the development
of several types of long-span bridge connecting an island with another island, like Suramadu (Surabaya-
Madura), Bridge Barelang (Riau), and the plan of the Sunda Strait Bridge that will connect Java and Sumatra
islands. In practice, the construction of long-span Bridge has a lot of risks that can affect the project
cycle, either directly or indirectly to influence it so that it will result in a project to be hampered in its
completion. There are quite a lot of risks that may occur from planning, implementation, to maintenance,
so that the necessary knowledge and understanding of risk management, so that the risks will occur can
be minimized or eliminated. Risk in general can affect the cost, time and quality in construction projects,
so that needs to be studied more deeply for Long Span Bridge project, especially in the Sunda Strait bridge
construction project. The purpose of this study was to identify the risks that may occur in the bridge
construction project, especially for bridges with long spans. This needs to be done so that potential risks
can be well controlled, and can be transferred to the parties who are able to manage these risks. Project
Delivery System to be used in the project. Project Delivery System is recommended for use in the Sunda
Strait Bridge project is the type of PDS Turn Key. However, it is still necessary to examine other types of
PDS may be better suited for applications in the Sunda Strait Bridge project, one of which is the Public-
Private Partnerships (PPP) if the government plans to offer Sunda Strait Bridge project to private investors.
Abstrak
Pembangunan Jembatan Bentang Panjang di Indonesia cukup banyak mengalami kemajuan. Hal ini ditandai
dengan dibangunnya beberapa tipe jembatan bentang panjang yang menghubungkan suatu pulau dengan
pulau yang lain, seperti Jembatan Suramadu (Surabaya-Madura), Jembatan Barelang (Kepri), dan rencana
pembangunan Jembatan Selat Sunda yang akan menghubungkan pulau Jawa dengan pulau Sumatera.
Dalam pelaksanaannya, pembangunan jembatan bentang panjang memiliki banyak risiko-risiko yang dapat
mempengaruhi siklus proyek baik secara langsung maupun tidak langsung yang dapat mempengaruhinya
sehingga akan mengakibatkan proyek jadi terhambat dalam penyelesaiannya. Terdapat cukup banyak jenis
risiko yang mungkin terjadi mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan pemeliharaan,
sehingga diperlukan pengetahuan dan pemahaman mengenai pengelolaan risiko, sehingga risiko-risiko
yang akan terjadi bisa diminimalisir atau dihilangkan. Risiko pada umumnya dapat mempengaruhi biaya,
waktu, dan mutu dalam proyek konstruksi, sehingga perlu dikaji lebih dalam untuk proyek Jembatan
Bentang Panjang, khususnya pada proyek pembangunan Jembatan Selat Sunda. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengidentifikasi risiko-risiko yang mungkin terjadi pada proyek pembangunan jembatan,
khususnya untuk jembatan dengan bentang panjang. Hal ini perlu dilakukan agar risiko yang mungkin
terjadi dapat dikendalikan dengan baik, dan dapat ditransfer kepada pihak-pihak yang mampu dalam
mengelola risiko tersebut. Project Delivery System yang akan digunakan dalam proyek tersebut. Project
Delivery System yang disarankan untuk digunakan dalam proyek Jembatan Selat Sunda yaitu tipe PDS
Turn Key. Namun, masih dirasa perlu untuk mengkaji tipe PDS lain yang mungkin lebih sesuai diterapkan
pada proyek Jembatan Selat Sunda, salah satunya yaitu dengan Public-Private Partnerships (PPP) apabila
pemerintah berencana untuk menawarkan proyek Jembatan Selat Sunda kepada investor swasta.
1 - 70 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 3 No. 01 Juni 2017
Pembangunan jembatan bentang panjang memiliki B. Bagaimana alokasi yang tepat untuk setiap risiko
beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi yang ada;
pelaksanaan proyek. Diantara risiko-risiko yang
C. Pemilihan sistem pelaksanaan proyek (Project
ada, akan berpengaruh terhadap pemilihan tipe
Delivery System) yang akan digunakan sesuai
Project Delivery System (PDS) yang akan digunakan
dengan identifikasi risiko yang telah dilakukan.
Dalam pembangunan jembatan bentang panjang.
Dimana PDS sendiri merupakan sistem pelaksanaan Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:
dari seluruh tahapan yang terkait dengan pihak-
pihak yang terlibat dalam setiap tahapan tersebut. A. Mengetahui risiko-risiko pada pembangunan
Tipe PDS yang tepat akan mempengaruhi biaya, jembatan bentang panjang
mutu, dan waktu pelaksanaan. Sehingga pemilihan
tipe PDS untuk pembangunan jembatan bentang B. Mengetahui alokasi risiko berdasarkan identifikasi
panjang perlu dilakukan kajian lebih dalam. risiko yang telah dilakukan
Kontrak digunakan sebagai sarana untuk C. Menentukan sistem pelaksanaan proyek (Project
mengatur risiko-risiko yang ada, namun apabila Delivery System) yang akan digunakan dalam
kontrak tidak disusun menggunakan tata proyek pembangunan bentang panjang
cara yang benar maka akan menjadi sumber
risiko yang mempengaruhi kinerja proyek. Diharapkan dengan kajian tersebut maka dapat
memberikan alternatif dalam pemilihan tipe kontrak
Menurut Flanagan dan Norman tahun 1993 dalam yang sesuai untuk proyek pembangunan jembatan
Budisuanda (2011), jenis-jenis kontrak yang memiliki bentang panjang.
risiko yang lebih besar terdapat di kontraktor yaitu
2. TINJAUAN PUSTAKA
design and built, turn key, package deal, lump sum
fixed price, lump sum fluctuating price, cost plus Bentuk atau tipe jembatan bentang panjang di
fee with a target price, dan management fee with Indonesia cukup bervariasi, mulai dari tipe cable
a quaranteed maximum price. Apabila terdapat stayed, gantung, dan pelengkung baja atau
risiko yang besar dalam pelaksanaan kontrak beton. Tipe-tipe tersebut digunakan tergantung
kerja yang harus ditanggung oleh penyedia jasa, dari kondisi geografis yang ada. Semakin panjang
maka penyedia jasa akan mengajukan penawaran rintangan atau hambatan yang akan dilalui,
dengan mempertimbangkan tipe kontrak yang maka semakin panjang bentang jembatan yang
sesuai untuk mengelola risiko-risiko tersebut. harus digunakan. Dengan kondisi tersebut,
maka jembatan bentang panjang akan memiliki
Pada proyek jembatan bentang panjang (contoh tingkat kesulitan yang unik dibandingkan dengan
kasus Jembatan Selat Sunda), terdapat beberapa jembatan lainnya. Sehingga risiko yang mungkin
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 71
Vol. 3 No. 01 Juni 2017
terjadi dalam siklus proyeknya mungkin akan harga/biaya setiap item pekerjaan).
berbeda tergantung dari kondisi dilapangan.
D. Kurangnya sumber daya manusia yang baik dalam
Jembatan Selat Sunda merupakan rencana hal melakukan desain jembatan bentang panjang.
pemerintah untuk menghubungkan kedua pulau
yaitu pulau Sumatera (Lampung) dan Jawa (Banten). E. Aplikasi teknologi jembatan bentang panjang
Gagasan untuk menghubungkan Sumatera dan Jawa yang tidak didukung dengan penelitian yang
yang terpisahkan oleh Selat Sunda sudah muncul disesuaikan dengan kondisi.
sejak tahun 1960. Berikut ini adalah pembicaraan
soal proyek Jembatan Selat Sunda dari masa ke masa. Pada tahap lelang, terdapat beberapa permasalahan
yang ada, yaitu;
Menurut Angreni (2013), pendanaan proyek JSS
berkisar senilai Rp 200 triliun yang bersumber dari A. Metode pelaksanaan proyek jembatan bentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). panjang yang tidak disampaikan secara detail
Proyek yang memakan waktu pelaksanaan hingga kepada peserta lelang, sehingga menyebabkan
14 tahun itu visibel dan APBN mampu mendanainya, kesalahan dalam melakukan penawaran harga.
karena dalam setahun dana yang diperlukan tidak
B. Informasi mengenai penggunaan teknologi
lebih dari Rp 20 triliun, atau tidak lebih dari 10%
jembatan yang tidak didefinisikan secara baik.
dari dana untuk subsidi BBM yang selama ini
sudah didanai oleh APBN hingga Rp 200 triliun. Pada tahap pelaksanaan terdapat beberapa
permasalahan yang ada, yaitu:
Proyek Jembatan Selat Sunda diharapkan dapat
memberikan dampak positif bagi perekonomian A. Terjadinya keterlambatan pengiriman material
dikedua wilayah yang saling terhubung. Selain ke site akibat lokasi proyek yang jauh.
itu perpindahan lalulintas darat akan lebih
mudah baik angkutan penumpang maupun B. Selimut beton yang terlalu tipis, terutama pada
barang (logistik), sehingga beban angkutan bagian bawah gelagar jembatan (cor ditempat)
penyebrangan yang melalui jalur laut dapat akibat kesalahan pada saat pemasangan bekisting.
berkurang, mengingat kapasitas angkut kendaraan
yang menggunakan jasa ferry sangatlah terbatas. C. Terjadinya segregasi pada beton akibat kesalahan
prosedur pada saat pengecoran dilapangan.
2.1. Permasalahan dalam Pembangunan
Jembatan D. Proses penarikan tendon/kabel dilapangan yang
kurang baik.
Terdapat beberapa permasalahan dalam
pembangunan jembatan, terutama jembatan E. Proses curing beton tidak dilakukan dengan baik,
bentang panjang yang cukup sering terjadi. sehingga menyebabkan terjadinya retak susut
Permasalahan tersebut dapat terjadi pada setiap pada yang dapat mempercepat proses terjadinya
siklus proyek yang ada mulai dari perencanaan, korosi pada tulangan beton.
pelelangan, pelaksanaan, operasi dan pemeliharaan.
F. Kesalahan prosedur dalam pemerapan metode
Dalam tahap perencanaan, terdapat beberapa pelaksanaan dilapangan.
permasalahan yang ada, diantaranya yaitu:
G. Kerusakan pada lingkungan sekitar pembangunan
A. Pelaksanaan Feasibility Study (FS) yang kurang proyek jembatan.
baik, sehingga informasi yang diperoleh
menjadi sedikit dan akan berpengaruh Pada tahap operasi dan pemeliharaan terdapat
untuk desain jembatan yang dipilih. beberapa permasalahan yang ada, yaitu:
B. Pengambilan nilai-nilai dan asumsi untuk A. Akses pemeriksaan yang sulit/ tidak tersedia,
melakukan desain jembatan, dimana setiap nilai sehingga akan menyulitkan pemeriksa
yang dimasukan kedalam perhitungan desain untuk melakukan obervasi kerusakan.
sebagai faktor yang dapat mempengaruhi desain
jembatan tersebut. Nilai-nilai yang biasanya B. Tidak dilakukannya perbaikan pada kerusakan-
dijadikan dasar dalam desain jembatan bentang kerusakan minor, yang dapat memicu terjadinya
panjang sepeti kondisi tanah, kecepatan angin, kerusakan yang lebih besar, seperti retak
kegempaan, tipikal lalulintas kendaraan yang pada beton, dan karat pada tulangan beton.
melintas, dan lain-lain. Seringkali nilai-nilai
C. Vandalisme pada peralatan monitoring jembatan,
tersebut tidak didapatkan secara langsung.
sehingga early warning system tidak dapat
C. Asumsi nilai proyek yang sangat tinggi, dimana berjalan dengan baik.
hal ini dipengaruhi oleh kekurangan informasi
Menurut Li (2013), terdapat beberapa risiko yang
dilapangan akibat dari kekurangan informasi
mungkin terjadi pada saat pelaksanaan proyek
dilapangan (seperti: asumsi waktu pelaksanaan,
1 - 72 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 3 No. 01 Juni 2017
2.2. Risiko
A. Kepastian (certainty)
B. Risiko (risk)
C. Ketidakpastian (uncertainty)
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 73
Vol. 3 No. 01 Juni 2017
1 - 74 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 3 No. 01 Juni 2017
Pengelompokan risiko dapat dibagi menjadi 3 tahap atau lembaga pemerintah, seperti yang sudah
yang terdiri dari: direncanakan. Apabila risiko tidak dialokasikan
dalam kontrak maka akan timbul perselisihan
A. Tahap pra konstruksi meliputi; antara pengguna jasa dan kontraktor. Apabila hal
tersebut terjadi, maka seorang arbitor atau hakim
1. Perizinan kemungkinan besar akan menentukan pihak mana
yang paling sesuai untuk alokasi resiko (Bunni, 2005).
2. Studi kelayakan
Tabel 2. Alokasi risiko berdasarkan tipe
3. Desain kontrak (Flanagan & Norman 1993)
4. Pembebasan lahan
1. Pembiayaan
2. Pembangunan
3. Peralatan
4. Force majeur
B. mengendalikan risiko atau untuk mempengaruhi C. sumber dan kendala pembiayaan, dalam suatu
salah satu efek yang dihasilkan proyek yang memiliki tingkat risiko yang
besar, terutama dengan biaya yang besar,
C. melakukan tugas yang berkaitan dengan proyek, akan memberikan pengaruh dalam pemilihan
seperti mendapatkan penggantian dari asuransi sistem pelaksanaan proyek yang tepat.
D. mendapatkan keuntungan dari proyek D. Penggunaan sumber daya yang dimiliki, pemilihan
sistem pelaksanaan proyek dapat dipengaruhi
Di sisi lain, aturan untuk alokasi risiko dapat oleh sumber daya yang dimiliki, baik sumber
berada disekitar kebijakan dalam sebuah organisasi daya manusia, alat, maupun material yang ada.
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 75
Vol. 3 No. 01 Juni 2017
E. Keinginan stakeholder dari proyek, berdasarkan karena itu, sering digunakan nama konsultan
dari tingkat kesulitan proyek yang ada atau manajemen proyek (KMP). Penggunaan CM
alasan lain yang telah disampaikan stakeholder. diperlukan untuk proyek-proyek sedang atau besar,
di mana pemilik proyek tidak memiliki sumber
2.6. Bentuk Swakelola (Owner-Provided daya internal atau staf pengelola yang dibutuhkan.
Delivery)
2.9. Bentuk Perencanaan- Pelaksanaan
Swakelola dilakukan jika lingkup pekerjaan sesuai (Design- Build)
dengan keahlian, pengalaman, dan sumber daya
yang dimiliki oleh owner. Dalam penggunaannya, Design and Built adalah sistem pelaksanaan proyek
swakelola dapat dilakukan baik untuk perancangan yang memiliki hanya satu entitas yang bertanggung
maupun pelaksanaan proyek. Bentuk swakelola jawab untuk perancangan dan pelaksanaan
sendiri memungkinkan untuk pemilik proyek konstruksi sekaligus. Pemilihan Design Builder oleh
(owner) untuk menambahkan sumber daya pemilik proyek dapat dilakukan dengan kompetitif
pada bagian perancangan dari seorang ahli maupun negosiasi. Dengan Design and Build,
perancangan. Pemilik proyek berlaku sebagai maka pemilik proyek hanya akan berhubungan
General Contractor yang mengelola beberapa dengan satu pihak untuk dua tahapan proyek,
sub kontraktor yang dipilih. Untuk melakukan dan menghindari ketidaksepahaman antara
swakelola, maka pemilik proyek perlu memiliki perancang dengan pelaksana. Bentuk hubungan
izin praktek dan juga setifikat yang memadai. kerjasama seperti ini dipergunakan untuk
Sebagai contoh, Bina Marga melakukan swakelola memperpendek waktu pelaksanaan proyek dan
untuk pekerjaan pemeliharaan jalan dan jembatan. memberikan fleksibilitas kepada pemilik proyek
untuk melakukan perubahan-perubahan yang
2.7. Bentuk Perencanaan Pelelangan diperlukan selama pelaksanaan proyek (Iman
Pelaksanaan (Design-Bid-Build) Soeharto, 2001). Hubungan dari ketiga pelaku
pembangunan proyek dapat dilihat pada Gambar. 3
Bentuk sistem pelaksanaan proyek Design-Bid-Build
telah ditetapkan oleh perundangan untuk pelaksanaan
proyek pemerintah. Beberapa pemilik proyek swasta
juga menggunakan sistem pelaksanaan ini. Dalam
bentuk ini proses pelaksanaan proyek melalui tiga
tahap, dimana tahap-tahap tersebut meliputi tahap
perencanaan (Design), tahap pelelangan (Bid), dan
tahap konstruksi (Build). Tahap konstruksi hanya
1 - 76 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 3 No. 01 Juni 2017
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 77
Vol. 3 No. 01 Juni 2017
langkah awal untuk mengetahui kondisi lingkungan permukaan laut dengan dasar laut (seabed
sekitar proyek, apakah terdapat kawasan yang level) dengan kedalaman air yang cukup tinggi.
dilindungi oleh pemerintah atau tidak. Risiko
yang mungkin timbul yaitu setelah dilakukannya Selain itu, risiko mungkin muncul pada saat
studi lingkungan yaitu perlu dilakukan perizinan melakukan Quality Control dalam pelaksanaan,
mengenai pelepasan fungsi lahan yang ada, dimana apabila hal tersebut tidak dilakukan secara benar,
proses perizinan tersebut dapat memakan waktu maka kemungkinan tejadinya kesalahan pada
yang cukup lama. Dalam melakukan Feasibility tahap pelaksanaan akan semakin tinggi. Selain
Study, perlu dilakukan identifikasi mengenai hal- itu, Indonesia masih kekurangan sumber daya
hal yang sifatnya tidak dapat dikuantifikasi secara dalam melakukan pengawasan konstrksi terutama
teknis. Untuk melakukan indentifikasi tersebut, dalam konstruksi jembatan bentang panjang.
maka perlu adanya penelaahan sustainiblity proyek Diperlukan ahli-ahli yang lebih berpengalaman
dan dampaknya dalam segi ekonomi, sosial dan baik dari dalam maupun luar negeri untuk
lingkungan. Selain itu FS sebaiknya dilakukan melakukan kontrol kualitas pekerjaan, agar
sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, pelaksanaan proyek dapat berjalan dengan baik.
Nomor: 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan
Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan. 4.4. Tahap Operasional dan Pemeliharaan
1 - 78 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 3 No. 01 Juni 2017
A. Design-Build-Operate-Transfer
B. Design-Build-Operate-Maintain
C. Design-Build-Own-Operate-Transfer
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 79
Vol. 3 No. 01 Juni 2017
Selat Sunda, pemerintah rencananya akan Dari ketiga bentuk variasi yang ada, maka tipikal proyek
menyerahkan sepenuhnya proyek kepada pihak Jembatan Selat Sunda lebih sesuai menggunakan
ketiga yaitu konsultan perencana, kontraktor dan Design-Build-Own-Operate-Transfer (DBOOT).
pengelola. Konsultan perencana akan melakukan
perencanaan jembatan dan melakukan persiapan A. Design - Pemilik (Owner) menyerahkan
Detailed Engineering Design (DED) untuk nantinya (lelang) desain sepenuhnya kepada pihak-
dituangkan kedalam kontrak. Kontraktor dalam pihak yang dipercaya/ahli dalam melakukan
hal ini bertanggung jawab dalam mengelola perencanaan Jembatan Selat Sunda.
seluruh risiko yang mungkin terjadi selama siklus
proyek berjalan. Pengelola bertanggung jawab B. Build - Pemilik (Owner) menyerahkan (lelang)
untuk melakukan operasional dan pemeliharaan pelaksanaan proyek sepenuhnya kepada pihak
pada Jembatan Selat Sunda. Hal ini akan kontraktor yang menjadi pemenang lelang.
berpengaruh pada pemilihan Project Delivery
System yang akan diterapkan pada proyek tersebut. C. Own - Pemerintah sebagai pemilik dari lokasi/site
proyek, sedangkan bangunan jembatan dimiliki
Berikut ini adalah gambaran mengenai alokasi risiko sementara oleh pihak operator sampai masa
yang akan dilakukan untuk proyek Jembatan Selat pencapaian/pengembalian investasi terpenuhi.
Sunda berdasarkan asumsi dari hasil wawancara ahli.
D. Operate - Pemilik (Owner) menyerahkan
pengoperasian dan Jembatan Selat Sunda
4.7. Pemilihan Project Delivery System dan pemeliharaan kepada pihak-pihak yang
Jembatan Selat Sunda memerlukan biaya yang dianggap mampu untuk mengelola Jembatan
cukup besar, dimana hal ini sangat terkait dengan Selat Sunda atau juga dapat dikelola sendiri
risiko-risiko yang mungkin terjadi pada masa siklus oleh Pemerintah sebagai pemilik (Owner).
proyek. Rencananya, Jembatan Selat Sunda akan
beroperasi sebagai Jalan Tol (Toll Road) dengan E. Transfer - Keseluruhan fisik proyek serta
tarif yang akan disesuaikan dengan rencana tugas operasi dan pemeliharaan diserahkan
pengembalian modal berdasarkan hasil kajian. kepada Pemerintah setelah pencapaian/
Dalam proyek Jembatan Selat Sunda, risiko-risiko pengembalian investasi terpenuhi.
tersebut akan diserahkan seluruhnya untuk dikelola
pihak ke-3 dalam hal ini adalah tim ahli, konsultan, Dengan Project Delivery System Turn Key,
maupun kontraktor, dengan pengguna jasa sebagai diharapkan risiko-risiko yang ada dalam proyek
pengawas dan penasihat (Adviser) selama siklus Jembatan Selat Sunda dapat sepenuhnya dikelola
proyek berlangsung. Berdasarkan hasil kajian oleh pihak-pihak yang tepat, agar proyek dapat
tersebut, maka tipe Turn Key Tendering merupakan berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana.
pilihan yang sesuai dengan kondisi diatas.
Biaya untuk proyek Jembatan Selat Sunda
Dalam PDS tipe Turn Key, pemilik proyek (Owner/ sangatlah besar, sehingga ada kemungkinan
Employer) berperan sebagai pencetus ide (Idea tidak dibiayai secara langsung melalui Anggaran
Concept) pembangunan Jembatan Selat Sunda yang Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dengan
kemudian akan menyiapkan tender untuk Desain adanya kemungkinan tersebut, maka terdapat
Awal (Basic Design), dan Feasibility Study (FS) yang alternatif lain dalam pemilihan Project Delivery
akan dilakukan oleh pihak ketiga, dan penyiapan System, yaitu dengan menerapkan Public-Private
spesifikasi yang dibutuhkan. Selama Desain FS Partnerships (PPP). Tipe PDS ini dapat digunakan
dilakukan, pemilik proyek akan berperan sebagai apabila Pemerintah menawarkan proyek Jembatan
pendamping (Tender Assisteance). Hasil dari FS Selat Sunda kepada investor swasta. Skema ini
1 - 80 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 3 No. 01 Juni 2017
akan mencakup kerja sama antara Pemerintah baik untuk menghadapi risiko eksternal yang
Daerah, Kementerian, dan investor swasta mungkin terjadi selama masa pelaksanaan proyek.
dalam pembangunan proyek jembatan tersebut. Salah satunya dengan cara mengidentifikasi
risiko-risiko eksternal yang mungkin terjadi pada
5. KESIMPULAN DAN SARAN saat pelaksanaan proyek Jembatan Selat Sunda.
Jembatan Selat Sunda merupakan mega proyek Angreni, Angra. (2013). Pathologies Of Planning
yang diperkirakan membutuhkan biaya proyek (Studi kasus: Jembatan Selat Sunda). Program
yang cukup besar, sehingga diperlukan pengelolaan Studi Perancangan Perkotaan, Universitas
risiko yang baik agar tidak terjadi keterlambatan, Indonesia.
kegagalan mutu, dan pembengkakan biaya pada
saat pelaksanaan proyek berlangsung dimana, Banaitiene, N., & Banaitis, A. (2012). Risk
pengelolaan risiko yang ada terkait pada pemilihan Management in Construction Projects.
Project Delivery System yang akan digunakan dalam Banaitiene and Banaitis, licensee InTech.
proyek tersebut. Pemerintah akan mengalokasikan
Batubara, Dahlan. (2013). Keterlambatan Tender
risiko-risiko yang ada kepada pihak ke-3 dalam hal
Proyek Akibat Intervensi. mandailingonline.
ini konsultan perencana dan kontraktor pelaksana.
com. Diakses pada tanggal 11 Desember
Sedangkan Pemerintah akan berperan sebagai
2013.
pengawas dan penasihat selama proyek berlangsung.
Risiko-risiko yang ada dalam proyek Jembatan Budisuanda. (2011). Kontrak adalah
Selat Sunda berbeda dengan jembatan lain karena Sumber Risiko Terbesar...Awas!!!.
kondisi geografis disekitar lokasi proyek tersebut manajemenproyekindonesia.com. Diakses
yang berbeda dengan kondisi pada jembatan pada tanggal 10 Desember 2013.
lainnya. Feasibility Study merupakan proses penting
dalam tahap inisiasi, sebagai ruang untuk menggali Budisuanda. (2011). 25 Faktor
informasi sebanyak-banyaknya mengenai kondisi Penyebab Keterlambatan Proyek.
aktual yang ada dilapangan sebelum dilakukan manajemenproyekindonesia.com. Diakses
tahap perencanaan/desain. Namun pada proyek pada tanggal 10 Desember 2013.
Jembatan Selat Sunda, pihak-pihak terkait masih
berjalan secara individu, sehingga informasi belum Flanagan R., & Norman, G. (1993). Risk
terdistribusi dengan baik. Sumber daya dalam hal Management and Construction. Blackwell
perencanaan, pengawasan pekerjaan dilapangan, Science Ltd.
dan monitoring untuk jembatan bentang panjang
dilapangan masih terbatas. Risiko eksternal Festiani, Satya. (2013). BI: Risiko Ekonomi pada
seperti kondisi cuaca yang buruk dan gempa 2014 Masih Besar. www.republika.co.id.
mungkin terjadi selama proyek pelaksanaan Diakses pada tanggal 11 Desember 2013.
jembatan dilakukan. Hingga saat ini pihak-pihak
yang terkait dalam pembangunan Jembatan Selat Friedlander, M.C. (2003). Risk Allocation in Design-
Sunda masih dalam tahap mengkaji kemungkinan Bulild Construction Projects. Schiff Hardin LLP.
adanya dampak akibat risiko eksternal tersebut. Chicago.
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 81
Vol. 3 No. 01 Juni 2017
1 - 82 JURNAL INFRASTRUKTUR