Professional Documents
Culture Documents
Mutu Pelayanan Puskesmas Perawatan Yang Berstatus PDF
Mutu Pelayanan Puskesmas Perawatan Yang Berstatus PDF
Putu Ayu Indrayathi, Rina Listyowati, Ni Made Sri Nopiyani, Luh Putu Sinthya Ulandari
164
Indrayathi, Listyowati, Nopiyani, Ulandari, Mutu Pelayanan Puskesmas Perawatan yang Berstatus BLUD
(BLUD) di setiap puskesmas karena puskesmas adalah ki fasilitas perawatan di Kabupaten Gianyar, pada bulan
ujung tombak dalam pembangunan kesehatan Agustus – Desember 2013. Penelitian ini merupakan
masyarakat. Banyaknya keluhan masyarakat akan rendah- penelitian potong lintang dengan pengumpulan data den-
nya kualitas pelayanan di puskesmas menjadi salah satu gan metode campuran, yakni kombinasi kuantitatif dan
alasan dibentuknya puskesmas BLUD. Dari 13 puskesmas kualitatif. Data kuantitatif dikumpulkan dengan menye-
utama yang ada di Kabupaten Gianyar, empat diantaranya barkan kuesioner kepada 105 orang pengguna layanan di
adalah puskesmas yang berstatus sebagai puskesmas per- empat puskesmas perawatan di Gianyar yang dipilih se-
awatan yang menyediakan pelayanan 24 jam.1 cara multistage random sampling. Sedangkan data kual-
Berkembangnya berbagai jenis pelayanan kesehatan itatif dikumpulkan dengan melakukan wawancara men-
membuat mutu pelayanan kesehatan di puskesmas mudah dalam kepada informan kunci yang dipilih secara purpo-
terabaikan.2 Kondisi ini harus dicermati, mengingat kual- sive sampling. Wawancara mendalam dilakukan kepada
itas pelayanan puskesmas sebaiknya mendapatkan perha- empat kepala puskesmas, empat staf medis, empat staf
tian yang khusus sehubungan dengan semakin tingginya nonmedis, dan kepala dinas. Data kuantitatif dianalisis
jumlah kunjungan pasien dan pemanfaatan fasilitas secara deskriptif dan data kualitatif dianalisis dengan
puskesmas 24 jam. Dari segi perspektif pengguna layanan analisis tematik yaitu proses mengkode informasi, yang
kesehatan, mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dari li- dapat menghasilkan daftar tema sehingga memu-
ma dimensi mutu yaitu tangible (bukti langsung), reliabil- ngkinkan penerjemahan informasi kualitatif menjadi da-
ity (keandalan), responsiveness (cepat tanggap), assur- ta kualitatif seperlu kebutuhan peneliti.
ance (kepastian), dan emphaty (empati) sehingga terwu- Analisis data secara deskriptif dengan memban-
judlah pelayanan kesehatan yang berkualitas.3 dingkannya pada teori yang diperoleh dari studi kepus-
Seiring dengan berjalannya kebijakan puskesmas takaan dan penelusuran dokumen. Variabel kuantitatif
berbentuk layanan usaha di Kabupaten Gianyar, suatu dalam penelitian ini adalah lima dimensi mutu, yaitu tan-
pemantauan oleh pihak eksternal secara komprehensif gible (bukti langsung), reliability (keandalan), respon-
belum pernah dilakukan. Menurut Azwar,4 monitoring siveness (cepat tanggap), assurance (kepastian), dan em-
merupakan suatu kegiatan pemantauan/evaluasi pada phaty (empati). Sedangkan untuk penelitian kualitatif,
proses yang berfokus pada pelaksanaan program. variabel dalam penelitian ini adalah persepsi pemberi
Pemantauan penting untuk dilakukan karena fungsi man- layanan mengenai mutu pelayanan pada puskesmas per-
ajemen ini mengandung fungsi pengendalian atas awatan yang berstatus BLUD.
kegiatan yang tengah dilaksanakan. Pemantauan di-
lakukan dari segi penyedia dan pengguna layanan. Hal ini Hasil
berguna untuk mengukur suatu implementasi program Persepsi Masyarakat Pengguna Layanan Puskesmas
serta mengetahui bagian-bagian yang harus dilakukan Persepsi masyarakat pengguna layanan puskesmas
perubahan guna meningkatkan kepuasan pelanggan.4 perawatan yang telah berstatus BLUD mengenai kualitas
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mu- layanan berbagai puskesmas, yaitu Puskesmas Ubud I
tu pelayanan puskesmas perawatan yang berstatus BLUD (34 orang), Puskesmas Payangan (13 orang), Puskesmas
di Kabupaten Gianyar sehingga diharapkan dapat mem- Tampaksiring II (33 orang), dan Puskesmas Tegallalang
berikan masukan kepada pihak pelaksana dalam opti- I (25 orang) dapat dilihat pada Tabel 1.
malisasi pelaksananan guna peningkatan mutu Tabel 1 menunjukkan bahwa persepsi masyarakat
pelayanan. pengguna layanan pada Puskesmas Ubud I mengenai ke-
lima dimensi mutu termasuk dalam kategori kurang baik.
Metode Pada Puskesmas Payangan dan Puskesmas Tampaksiring
Penelitian ini dilakukan di 4 puskesmas yang memili- II, persepsi masyarakat menyatakan dimensi mutu relia-
Tabel 1. Gambaran Persepsi Masyarakat Pengguna Layanan Puskesmas Ditinjau dari Lima Dimensi Mutu
Baik Kurang Baik Baik Kurang Baik Baik Kurang Baik Baik Kurang Baik Baik Kurang Baik
n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n(%) n (%)
Ubud I 10(9,5) 24(22,9) 12(11,4) 22(21) 10(9,5) 24(22,9) 7(6,7) 27(25,7) 6(5,7) 28(26,7)
Payangan 7(6,7) 8(7,6) 8(7,6) 5(4,8) 4(3,8) 9(8,6) 8(7,6) 5(4,8) 8(7,6) 5(4,8)
Tampaksiring II 15(14,3) 18(17,1) 17(16,2) 16(15,2) 17(16,2) 16(15,2) 15(14,3) 18(17,1) 18(17,1) 15(14,3)
Tegallalang I 10(9,5) 15(14,3) 16(15,2) 9(8,6) 9(8,6) 16(15,2) 10(9,5) 15(14,3) 12(11,4) 13(12,4)
Total 32(40) 65(61,9) 53(50,5) 52(49,5) 40(38,1) 65(61,9) 40(38,1) 65(61,9) 44(41,9) 61(58,1)
165
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 2, November 2014
166
Indrayathi, Listyowati, Nopiyani, Ulandari, Mutu Pelayanan Puskesmas Perawatan yang Berstatus BLUD
167
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 2, November 2014
bagai administrator. Sedangkan ditinjau dari organic Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan di puskesmas
view, pemerintah berfungsi sebagai public service agency mengakibatkan tenaga kesehatan yang ada harus menger-
dan investor. Peranan sebagai regulator dan administra- jakan tugas ganda dan sering kali tidak sesuai dengan
tor erat sekali kaitannya dengan birokrasi, sedangkan se- keterampilan serta latar belakang pendidikannya. Hal ini
bagai agen pelayanan masyarakat dan sebagai investor dapat dilihat pada pelaksanaan kebijakan BLUD bahwa
harus dinamis dan dapat ditransformasikan menjadi unit pejabat pengelola keuangan merupakan orang yang tidak
yang otonom.19 memiliki kompetensi dan kurang memahami pengelolaan
Diterapkannya kebijakan BLUD pada puskesmas keuangan. Kekurangan tersebut akan menyebabkan tena-
perawatan di Kabupaten Gianyar dapat membantu pi- ga kerja akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
hak pemberi pelayanan kesehatan secara lebih leluasa tugas atau pekerjaannya dengan baik.23 Perlu dilakukan
menyediakan program-program kesehatan sesuai dengan penambahan tenaga kerja bidang nonmedis melalui
yang dibutuhkan oleh masyarakat di wilayah kerjanya. rekrutmen pola outsourcing.24 Rekrutmen tersebut perlu
Organisasi perlu melaksanakan kegiatan inovasi dan se- dilakukan karena SDM bidang nonmedis memiliki jum-
cara berkesinambungan memperbaiki produk serta jasa- lah terbatas sedangkan anggaran yang tersedia terbatas
jasa mereka guna memenuhi permintaan konsumen yang dan terjadi banyak perangkapan jabatan oleh tenaga
berubah dan menghadapi pihak pesaing.20 medis seperti perawat dan bidan.
Hal ini sangat efisien jika dibandingkan dengan se- Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
belum diterapkannya kebijakan BLUD puskesmas. Rondonuwu dan Trisnantoro,25 tentang studi kasus im-
Dalam hal ini, sering terjadi keterlambatan datangnya plementasi kebijakan pelaksanaan Pola Pengelolaan
obat-obatan dari dinas kesehatan. Terkadang obat terse- Keuangan BLUD di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi
but tidak dibutuhkan oleh puskesmas karena tidak sesuai NTB, kurangnya pemahaman para pengelola keuangan
dengan permasalahan kesehatan yang sedang terjadi, se- dan pejabat di RSJ Provinsi terhadap pola-pola pengelo-
hingga mengakibatkan pasien tidak dapat ditangani de- laan keuangan BLUD mengakibatkan implementasi kebi-
ngan optimal. Obat-obatan tersebut tidak digunakan dan jakan BLUD tidak dapat dijalankan sebagaimana
akhirnya menjadi kadaluarsa. mestinya. Oleh karena itu, pemahaman pelaksana ter-
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun hadap isi dan mekanisme dari kebijakan menentukan kin-
2005,18 penerapan kebijakan BLUD instansi pemerintah erja dari implementasi suatu kebijakan.
memiliki fleksibilitas dalam rangka pelaksanaan Ketersediaan sumber daya manusia merupakan seba-
anggaran, termasuk pengelolaan pendapatan dan belan- gai sebuah faktor utama yang sangat menentukan
ja, pengelolaan kas, serta pengadaan barang/jasa. Oleh kegiatan implementasi ini. Dengan ketersediaan sumber
sebab itu, melalui penerapan kebijakan ini pihak daya yang mendukung kegiatan implementasi, akan mem-
puskesmas dapat merencanakan kebutuhan seperti pro- bantu organisasi yang bersangkutan mewujudkan
gram kesehatan, peralatan medis, serta obat-obatan kegiatan implementasi kebijakan baru dalam organisasi-
sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan kesehatan nya. Menurut Van Meter dan Van Horn dan George C.
yang dialami oleh masyarakat di wilayah kerjanya. Edward III dalam Widodo,26 sumber daya terbagi men-
Dengan tersedianya pelayanan kesehatan yang sesuai jadi tiga, yaitu staf, fasilitas, dan dana. Ketiganya meru-
dengan kebutuhan masyarakat (appropriateness) akan pakan sebuah kesatuan yang menentukan tingkat keber-
mempercepat kesembuhan pasien yang pada akhirnya hasilan dari kegiatan implementasi kebijakan yang akan
dapat menimbulkan kepuasan pasien terhadap kualitas dilaksanakan.
pelayanan yang diberikan.21 Salah satu kendala dalam pelaksanaan puskesmas per-
Hampir semua puskesmas perawatan di Gianyar awatan di Kabupaten Gianyar yakni peralatan medis yang
mengalami kekurangan SDM khususnya dokter dan per- tidak memadai. Hasil penelitian ini sejalan dengan
awat. Pada Puskesmas Tegallalang I, jumlah dokter yang penelitian Susanto,22 yaitu fasilitas kesehatan seperti per-
ada hanya empat orang termasuk kepala puskemas, tiga alatan medis di Puskesmas Bontang Utara II masih di-
orang diantaranya telah mendapatkan shift pagi. Shift anggap kurang. Dalam hal ini, fasilitas kesehatan dapat
malam menggunakan sistem on call untuk dokter apabi- memengaruhi sebesar 0,447 kinerja pegawai. Tidak terse-
la terdapat pasien gawat darurat pada malam hari. dianya fasilitas kesehatan yang memadai akan menye-
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Susanto babkan pegawai tidak dapat mengerjakan tugas kerja
yang menunjukkan bahwa di Puskesmas Bontang Utara sesuai dengan tanggung jawab yang dibebankan. Hal ini
II terjadi kekurangan tenaga kerja. Kekurangan tersebut akan memengaruhi pelayanan yang diberikan dan
dapat dilihat dari kurang seimbangnya tugas dan jumlah kepuasan pasien. Salah satunya dipengaruhi oleh ke-
tenaga kesehatan pada shift pagi dan shift sore, sehingga lengkapan peralatan medis, fasilitas puskesmas yang
menyebabkan beban kerja yang ditanggung pegawai di- memadai serta sarana pendukung pelayanan kesehatan.
rasa cukup berat.22 Walaupun terjadi penambahan beban kerja pada pe-
168
Indrayathi, Listyowati, Nopiyani, Ulandari, Mutu Pelayanan Puskesmas Perawatan yang Berstatus BLUD
gawai di puskesmas perawatan di Kabupaten Gianyar, tidak dapat memanfaatkan pelayanan puskesmas secara
adanya insentif yang diberikan berupa uang jasa maksimal. Selain itu, komitmen yang rendah dari dinas
pelayanan merupakan salah satu motivasi bagi pegawai kesehatan dalam pelaksanaan kebijakan BLUD
untuk bekerja dengan baik. Menurut Dhania,27 salah puskesmas dan kurangnya tenaga administrasi yang me-
satu alasan pegawai merasa nyaman dengan pekerjaan ngelola keuangan mengakibatkan puskesmas mengalami
yang dijalani meskipun berat yakni adanya insentif yang kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya dengan baik k
diberikan guna untuk memenuhi kebutuhan keluarga. sesuai dengan filosofi puskesmas sebagai lembaga BLUD.
Dengan adanya insentif yang diterima akan
meningkatkan kepuasan kerja karyawan itu sendiri. Saran
Berbagai kendala yang dihadapi ini, tentunya juga Peneliti menyarankan agar pihak dinas kesehatan
dipengaruhi oleh suasana pada puskesmas kurang men- menyediakan input (dana, tenaga dan sarana prasarana)
dukung. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan serta peraturan yang jelas tentang pengelolaan puskesmas
oleh Triprasetya,28 tentang analisis kesiapan penerapan BLUD sehingga tidak menimbulkan keraguan puskesmas
kebijakan BLUD puskesmas di Kabupaten Kulon Progo, dalam pelaksanaan kebijakan BLUD. Bagi pihak
menyatakan bahwa hal tersebut juga dapat disebabkan puskesmas agar mengikutsertakan staf pemagang pro-
oleh komitmen puskesmas yang masih kurang, sistem gram untuk mengikuti pelatihan-pelatihan mengenai pen-
pengelolaan keuangan puskesmas yang belum men- ganggaran atau pengangkatan staf yang berlatar belakang
dukung, dan bendahara puskesmas yang belum terlatih accounting sehingga bisa membantu kelancaran
pengelolaan keuangan BLUD. Dalam pemberlakuan sis- penyusunan penganggaran. Hal ini mungkin untuk di-
tem badan layanan umum perlu dilakukan penanaman lakukan karena puskesmas memiliki wewenang untuk
komitmen dan penyamaan persepsi di antara para pe- mengangkat pegawai honorer karena status puskesmas
gawai terkait dengan tujuan implementasi BLU sehingga yang BLUD.
mereka dapat terbuka dan bersikap positif terhadap im-
plementasi badan layanan ini. Dengan demikian, Ucapan Terima Kasih
diharapkan para pegawai akan terpacu untuk ikut ambil Terima kasih yang besar kami sampaikan kepada pi-
bagian dalam kegiatan implementasi. Hal ini kembali pa- hak Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi dan Lembaga
da sifat badan layanan umum yang menuntut keterli- Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas
batan semua pihak di puskesmas. Udayana atas kesempatan pendanaan yang diberikan se-
Dengan diterapkannya kebijakan BLUD di hingga penelitian ini bisa dilaksanakan juga kepada Dinas
puskesmas perawatan di Kabupaten Gianyar, pihak Kesehatan Kabupaten Gianyar dan seluruh responden
manajemen puskesmas perlu senantiasa menyediakan in- yang terlibat dalam proses penelitian ini.
put (dana, tenaga, dan sarana prasarana) yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat di wilayah kerjanya. Daftar Pustaka
Dengan tersedianya kuantitas dan kualitas (standard of 1. Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar. Data puskesmas perawatan
personels and facilities), institusi kesehatan termasuk berstatus BLUD. Bali : Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar; 2010.
puskesmas dapat mengembangkan mutu pelayanannya 2. Muninjaya AG. Manajemen kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku
dengan baik dan berkesinambungan.21 Keberhasilan im- Kedokteran EGC; 2004.
plementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan 3. Wahidah S. Analisis kebutuhan pasien terhadap mutu pelayanan unit
memanfaatkan sumber daya yang tersedia, baik sumber rawat jalan di Puskesmas Kecamatan Pademang Kota Administrasi
daya manusia maupun sumber daya nonmanusia. Setiap Jakarta Utara [skripsi]. Depok: Universitas Indonesia; 2008.
tahap implementasi kebijakan menuntut adanya sumber 4. Azwar A. Pengantar administrasi kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara;
daya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan 2010.
yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan. 5. Goetsch DL, Davis S. Introduction to total quality, quality, productivity,
Disposisi implementor atau sikap para pelaksana berkai- competitiveness. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall International Inc;
tan langsung dengan ketersediaan kualitas dan kuantitas 1994.
sumber daya manusia di institusi pelaksana kebijakan 6. Lovelock C,Wright L. Manajemen pemasaran jasa. Jakarta : PT.
tersebut.25 Intermasa; 2005
7. Lupiyoadi, R. Manajemen pemasaran jasa: konsep dan implementasi.
Kesimpulan Jakarta : PT. Salemba Empat; 2001
Mutu pelayanan puskesmas Badan Layanan Umum 8. Wardana, W. Analisis tingkat kepuasan pasien terhadap kualitas
Daerah di Kabupaten Gianyar masih dirasakan belum pelayanan di unit ruang rawat inap Puskesmas Kintamani III Kecamatan
memuaskan. Hal ini terjadi karena masih ada kesulitan Kintamani, Kabupaten Bangli [laporan penelitian]. Denpasar:
dalam penyediaan kelengkapan dan kesiapan peralatan Universitas Udayana; 2009
medis sehingga masih terdapat beberapa pasien yang 9. Wijono D. Manajemen mutu pelayanan kesehatan: teori, strategi dan ap-
169
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 2, November 2014
likasi. Surabaya: Airlangga Universirty Press; 2000. 20. Winardi. Manajemen perubahan. Jakarta: Kencana; 2004.
10. Kotler P. Manajemen pemasaran: analisis, perencanaan, implementasi, 21. Muninjaya AAG. Manajemen mutu pelayanan kesehatan. Jakarta: Buku
dan kontrol. Jakarta : PT. Prehallindo; 2001 Kedokteran EGC; 2013.
11. Lamb CW, Hair JF, Daniel CM. Marketing. United States of America: 22. Susanto, H. Pengaruh fasilitas kesehatan terhadap kinerja pegawai pada
South Western College Publishing; 2002 Puskesmas Bontang Utara II di Kecamatan Bontang Utara Kota
12. Sabarguna B. Pemasaran rumah sakit. Yogyakarta: Konsorsium RSI; Bontang. eJournal Administrasi Negara. 2014; 2 (1): 367-81.
2004 23. Sulistyaningsih A. Analisis pengaruh kepemimpinan, kompetensi, karak-
13. Boller C, Wyss K, Mtasiwa D, Tanner M. Quality and comparison of an- teristik individu, locus of control daa penerapa teknologi informasi ter-
tenatal care in public and private providers in the United Republic of hadap kinerja pegawai Pada Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten. EX-
Tanzania. Bulletin of the World Health Organization. 2003; 81 (2): 116- CELLENT. 2009; 1: 1-25.
22. 24. Sutiarini NK. Analisis SWOT Untuk rencana strategik pengembangan
14. Andaleeb SS. Public and private hospital in Bangladesh: service quality badan layanan umum daerah (BLUD) Puskesmas di Kabupaten
and predictors of hospital choice. Health Policy and Planning. 2000; Gianyar[tesis]. Denpasar: Program Pasca Sarjana Universitas Udayana;
15(1): 95-102. 2011.
15. Baltussen RM, Ye Y, Haddad S, Sauerborn RS. Perceived quality of care 25. Rondonuwu J, Trisnantoro L. Manajemen perubahan di lembaga pe-
of primary health care services in Burkina Faso. Health Policy Planning. merintah: studi kasus implementasi kebijakan pelaksanaan PPK-BLUD
2002; 17: 42-8. di Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB. Jurnal Kebijakan Kesehatan
16. Duong DV, Binns CW, Lee AH, Hipgrave DB. Measuring client-per- Indonesia. 2013; 2(4): 163-70.
ceived quality of maternity services in Rural Vietnam. International 26. Widodo. Analisis kebijakan publik: konsep dan aplikasi analisis proses
Journal of Quality Health Care. 2004; 6: 447-57. kebijakan publik. Malang: Bayu Media; 2011
17. Stevans PJM. Ilmu Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran 27. Dhania, DR. Pengaruh stres kerja, beban kerja terhadap kepuasan ker-
EGC; 1999. ja (studi pada medical representatif di Kota Kudus). Jurnal Psikologi
18. Presiden Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun Universitas Muria Kudus. 2010; 1(1): 15-23.
2005 tentang Badan Layanan Umum. Jakarta: Kesekretariatan Negara 28. Triprasetya AS, Trisnantoro L, Putu NL. Analisis kesiapan penerapan ke-
Republik Indonesia; 2005. bijakan badan layanan umum daerah (BLUD) Puskesmas di Kabupaten
19. Dwiyanto A. Manajemen pelayanan publik: peduli, inklusif, dan kolab- Kulon Progo. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia. 2014; 3 (3): 124 –
oratif. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 2011. 37.
170