You are on page 1of 7

Artikel Penelitian

Mutu Pelayanan Puskesmas Perawatan yang Berstatus


Badan Layanan Umum Daerah

Quality of Services in Health Care Center with General Services Agency


Status

Putu Ayu Indrayathi, Rina Listyowati, Ni Made Sri Nopiyani, Luh Putu Sinthya Ulandari

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Abstrak sectional study with mixed of quantitative and qualitative approaches.This


Kebijakan pusat pelayanan kesehatan masyarakat (puskesmas) sebagai research was conducted in Gianyar between August and December 2013.
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) diimplentasikan untuk The quantitative data was collected through questionaire survey to 105 pa-
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dasar. Kebijakan BLUD tients in four primary health care who were chosen with multistage random
puskesmas telah diterapkan di Kabupaten Gianyar sejak tahun 2010 dan sampling technique. The qualitative data was collected through in-depth in-
berlaku pada puskesmas perawatan maupun nonperawatan. Pelaksanaan terviews to 13 health care providers in primary health care who were cho-
BLUD puskesmas tidak selalu meningkatkan mutu layanan. Penelitian ini sen with pusposive sampling. The quantitative data was analysed descrip-
bertujuan mengetahui gambaran mutu pelayanan puskesmas perawatan tively and the qualitative data was analysed using thematic analysis. The re-
yang berstatus BLUD di Kabupaten Gianyar. Penelitian ini merupakan sult of the study was primary health care quality in BLUD puskesmas with
penelitian potong lintang dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. inpatient services was perceived as poor due to the limited availability of
Tempat dan waktu penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gianyar, Agustus medical equipment and lack of staff who major in financial management.
hingga Desember 2013. Data kuantitatif dikumpulkan melalui penyebaran Training on financial management and recruitment of staff with accounting
kuesioner kepada 105 pengguna layanan di empat puskesmas yang dipil- background should be conducted.
ih dengan cara multistage random sampling. Data kualitatif dikumpulkan Keywords: Public service agencies, implementation, policy, primary health
melalui wawancara mendalam kepada 13 penyedia pelayanan kesehatan care
yang dipilih secara purposive sampling. Data kuantitatif dianalisis secara
deskriptif dan data kualitatif dianalisis dengan analisis tematik. Dari hasil
penelitian, pelayanan di puskesmas perawatan berstatus BLUD di Gianyar Pendahuluan
dinilai kurang memuaskan karena keterbatasan peralatan medis dan ku- Di era otonomi, pemerintah daerah khususnya
rangnya tenaga yang kompeten dalam pengelolaan keuangan. Pelatihan Pemerintah Kabupaten Gianyar memiliki tanggung jawab
pengelolaan keuangan pada staf puskesmas dan perekrutan tenaga moral dalam mengembangkan pelayanan kesehatan dasar
berlatar belakang akuntansi penting untuk dilakukan. melalui pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) karena
Kata kunci: Badan layanan umum, implementasi, kebijakan, puskesmas lebih terjangkau dari segi biaya dan mudah diakses oleh
seluruh lapisan masyarakat. Dalam upaya peningkatan
Abstract keterjangkauan masyarakat akan akses pelayanan kese-
The policy of primary health care as local public service agencies (BLUD) hatan dasar, beberapa puskesmas nonperawatan telah dit-
was established to improve the quality of basic health care services. The ingkatkan statusnya menjadi puskesmas perawatan.
public service agencies primary health care policy has been implemented Selanjutnya, untuk meningkatkan pelayanan kepada
to all primary health care in Gianyar district since 2010. The implementa- masyarakat, dibentuk Badan Layanan Umum Daerah
tion does not always improving health service quality. This research was
aimed to overview the quality of services in primary health care with gene- Korespondensi: Putu Ayu Indrayathi. Program Studi Ilmu Kesehatan
ral services agency status in Gianyar district. This research was a cross- Masyarakat FK Universitas Udayana, Gd. PS IKM, Jl.PB.Sudirman Denpasar
Bali, No.Telp: 0361-7448773, e-mail: pa.indrayanthi@gmail.com

164
Indrayathi, Listyowati, Nopiyani, Ulandari, Mutu Pelayanan Puskesmas Perawatan yang Berstatus BLUD

(BLUD) di setiap puskesmas karena puskesmas adalah ki fasilitas perawatan di Kabupaten Gianyar, pada bulan
ujung tombak dalam pembangunan kesehatan Agustus – Desember 2013. Penelitian ini merupakan
masyarakat. Banyaknya keluhan masyarakat akan rendah- penelitian potong lintang dengan pengumpulan data den-
nya kualitas pelayanan di puskesmas menjadi salah satu gan metode campuran, yakni kombinasi kuantitatif dan
alasan dibentuknya puskesmas BLUD. Dari 13 puskesmas kualitatif. Data kuantitatif dikumpulkan dengan menye-
utama yang ada di Kabupaten Gianyar, empat diantaranya barkan kuesioner kepada 105 orang pengguna layanan di
adalah puskesmas yang berstatus sebagai puskesmas per- empat puskesmas perawatan di Gianyar yang dipilih se-
awatan yang menyediakan pelayanan 24 jam.1 cara multistage random sampling. Sedangkan data kual-
Berkembangnya berbagai jenis pelayanan kesehatan itatif dikumpulkan dengan melakukan wawancara men-
membuat mutu pelayanan kesehatan di puskesmas mudah dalam kepada informan kunci yang dipilih secara purpo-
terabaikan.2 Kondisi ini harus dicermati, mengingat kual- sive sampling. Wawancara mendalam dilakukan kepada
itas pelayanan puskesmas sebaiknya mendapatkan perha- empat kepala puskesmas, empat staf medis, empat staf
tian yang khusus sehubungan dengan semakin tingginya nonmedis, dan kepala dinas. Data kuantitatif dianalisis
jumlah kunjungan pasien dan pemanfaatan fasilitas secara deskriptif dan data kualitatif dianalisis dengan
puskesmas 24 jam. Dari segi perspektif pengguna layanan analisis tematik yaitu proses mengkode informasi, yang
kesehatan, mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dari li- dapat menghasilkan daftar tema sehingga memu-
ma dimensi mutu yaitu tangible (bukti langsung), reliabil- ngkinkan penerjemahan informasi kualitatif menjadi da-
ity (keandalan), responsiveness (cepat tanggap), assur- ta kualitatif seperlu kebutuhan peneliti.
ance (kepastian), dan emphaty (empati) sehingga terwu- Analisis data secara deskriptif dengan memban-
judlah pelayanan kesehatan yang berkualitas.3 dingkannya pada teori yang diperoleh dari studi kepus-
Seiring dengan berjalannya kebijakan puskesmas takaan dan penelusuran dokumen. Variabel kuantitatif
berbentuk layanan usaha di Kabupaten Gianyar, suatu dalam penelitian ini adalah lima dimensi mutu, yaitu tan-
pemantauan oleh pihak eksternal secara komprehensif gible (bukti langsung), reliability (keandalan), respon-
belum pernah dilakukan. Menurut Azwar,4 monitoring siveness (cepat tanggap), assurance (kepastian), dan em-
merupakan suatu kegiatan pemantauan/evaluasi pada phaty (empati). Sedangkan untuk penelitian kualitatif,
proses yang berfokus pada pelaksanaan program. variabel dalam penelitian ini adalah persepsi pemberi
Pemantauan penting untuk dilakukan karena fungsi man- layanan mengenai mutu pelayanan pada puskesmas per-
ajemen ini mengandung fungsi pengendalian atas awatan yang berstatus BLUD.
kegiatan yang tengah dilaksanakan. Pemantauan di-
lakukan dari segi penyedia dan pengguna layanan. Hal ini Hasil
berguna untuk mengukur suatu implementasi program Persepsi Masyarakat Pengguna Layanan Puskesmas
serta mengetahui bagian-bagian yang harus dilakukan Persepsi masyarakat pengguna layanan puskesmas
perubahan guna meningkatkan kepuasan pelanggan.4 perawatan yang telah berstatus BLUD mengenai kualitas
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mu- layanan berbagai puskesmas, yaitu Puskesmas Ubud I
tu pelayanan puskesmas perawatan yang berstatus BLUD (34 orang), Puskesmas Payangan (13 orang), Puskesmas
di Kabupaten Gianyar sehingga diharapkan dapat mem- Tampaksiring II (33 orang), dan Puskesmas Tegallalang
berikan masukan kepada pihak pelaksana dalam opti- I (25 orang) dapat dilihat pada Tabel 1.
malisasi pelaksananan guna peningkatan mutu Tabel 1 menunjukkan bahwa persepsi masyarakat
pelayanan. pengguna layanan pada Puskesmas Ubud I mengenai ke-
lima dimensi mutu termasuk dalam kategori kurang baik.
Metode Pada Puskesmas Payangan dan Puskesmas Tampaksiring
Penelitian ini dilakukan di 4 puskesmas yang memili- II, persepsi masyarakat menyatakan dimensi mutu relia-

Tabel 1. Gambaran Persepsi Masyarakat Pengguna Layanan Puskesmas Ditinjau dari Lima Dimensi Mutu

Puskesmas Tangible Reliability Responsiveness Assurance Empathy

Baik Kurang Baik Baik Kurang Baik Baik Kurang Baik Baik Kurang Baik Baik Kurang Baik
n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n(%) n (%)

Ubud I 10(9,5) 24(22,9) 12(11,4) 22(21) 10(9,5) 24(22,9) 7(6,7) 27(25,7) 6(5,7) 28(26,7)
Payangan 7(6,7) 8(7,6) 8(7,6) 5(4,8) 4(3,8) 9(8,6) 8(7,6) 5(4,8) 8(7,6) 5(4,8)
Tampaksiring II 15(14,3) 18(17,1) 17(16,2) 16(15,2) 17(16,2) 16(15,2) 15(14,3) 18(17,1) 18(17,1) 15(14,3)
Tegallalang I 10(9,5) 15(14,3) 16(15,2) 9(8,6) 9(8,6) 16(15,2) 10(9,5) 15(14,3) 12(11,4) 13(12,4)

Total 32(40) 65(61,9) 53(50,5) 52(49,5) 40(38,1) 65(61,9) 40(38,1) 65(61,9) 44(41,9) 61(58,1)

165
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 2, November 2014

Tabel 2. Gambaran Persepsi Masyarakat Pengguna Layanan Puskesmas


BLUD kan dibuat dari dinas kesehatan, apa yang dibeli
Perawatan BLU mengenai Kualitas Layanannya Ditinjau dari 5 Dimensi disana kita terima yang itu, tidak sesuai dengan kebu-
Mutu di Kabupaten Gianyar Tahun 2013 tuhan kita” (Informan 3)
Frekuensi
Meskipun kebijakan BLUD ini sangat baik, namun
Dimensi Mutu implementasi kebijakan BLUD sangat susah. Dalam hal
Baik n (%) Kurang Baik n (%) ini, diperlukan kerja keras seluruh tim puskesmas se-
Tangible (Bukti Langsung) 32 (40%) 65 (61,9%)
hingga pelaksanaan kebijakan tersebut berjalan lancar.
Reliability (Keandalan) 53 (50,5%) 52 (49,5%) Banyak permasalahan yang muncul di awal pelaksanaan
Responsivness (Cepat Tanggap) 40 (38,1%) 65 (61,9%) BLUD. Hambatan terbesar yang dialami oleh pelaksana
Assurance (Kepastian) 40 (38,1%) 65 (61,9%)
Empathy (Empati) 44 (41,9%) 61 (58,1%)
kebijakan ini adalah kurangnya tenaga yang kompeten
sesuai dengan syarat dan ketentuan BLUD.
“Susah sekali awalnya..kami tidak punya kapasitas
bility, assurance, dan empathy baik. Sedangkan, pada untuk membuat laporan keuangan dan administrasi
Puskesmas Tegallalang I persepsi masyarakat yang yang susah..”(Informan 7)
menyatakan baik hanya pada dimensi reliability. “Banyak sekali dulu, itu dah yang saya bilang awal
Persepsi pengguna layanan puskesmas perawatan dari kita masuk BLU itu karena..yang..yang..banyak
yang berstatus BLUD di Kabupaten Gianyar diukur de- berubah kan manajemen itu, administrasi dan manaje-
ngan menggunakan kuesioner yang mengacu kepada lima men, memang susah..susah tapi karena kita ee..bareng-
dimensi mutu pelayanan kesehatan yaitu keandalan (re- an bertiga belas jadi kan sama-sama gitu lo cari infor-
liability), cepat tanggap (reponsiveness), kepastian (as- masi”(Informan 1)
surance), empati (emphaty) dan bukti langsung (tangi- “Banyak masalah dalam proses implementasinya
ble). Hasil survei tingkat kepuasan pengguna secara ke- ..kami belajar ke pemda bagian keuangan karena dinas
seluruhan mengenai layanan puskesmas perawatan dap- juga belum punya pengalaman tentang BLU” (Informan
at dilihat pada Tabel 2. 8)
Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa ada empat Selain ada beberapa permasalahan pada awal pelak-
dimensi mutu yang dinilai dalam kategori persepsi “ku- sanaan kebijakan BLUD, terdapat pula beberapa ham-
rang baik” yakni untuk dimensi bukti langsung, dimensi batan terkait pelaksanaan puskesmas perawatan yang
kesigapan, dimensi kepercayaan, dan dimensi perhatian. menyediakan pelayanan 24 jam. Dalam hal ini, sebagian
Sedangkan, dimensi yang memiliki persepsi “baik” yaitu besar responden menyatakan bahwa pelayanan kesehatan
hanya dimensi kehandalan. 24 jam masih terkendala dengan jumlah tenaga medis
seperti dokter dan perawat serta peralatan medis yang
Persepsi Pemberi Pelayanan Kesehatan belum cukup memadai. Seperti terangkum dalam kutipan
Kebijakan BLUD Puskesmas di Kabupaten Gianyar wawancara berikut.
telah ditetapkan sejak bulan Januari tahun 2010. Dari 13 “Kalo infrastruktur sudah, cuman yang masih
puskesmas yang telah berstatus BLUD, terdapat empat kendala disini itu dah, SDM pada bidang-bidang yang
puskesmas yang merupakan puskesmas perawatan de- kurang seperti yang saya bilang tadi, salah satunya
ngan menyediakan pelayanan 24 jam. Dalam praktiknya, mungkin dengan ditambahnya SDM fungsional seperti
sebagian besar responden berpendapat bahwa kebijakan dokter, perawat, juga sopir beserta ambulan emergency
BLUD puskesmas memberikan keleluasaan bagi tadi..” (Informan 2).
puskesmas untuk melaksanakan program–program yang “Untuk prasarana itu bilanglah untuk ini program-
tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan puskesmas. Baik nya saya mungkin dari ini ee apa namanya ee apa na-
dari pihak manajemen puskesmas dan staf puskesmas manya dari alat alat bilanglah begitu perlu dibantulah
sangat terbantu dengan adanya kebijakan BLUD lagi sedikit, mungkin dari segi PHmeter” (Informan 11)
puskesmas. Seperti terangkum dalam kutipan wawan- Meskipun terdapat beberapa kendala, pelaksanaan ke-
cara berikut: bijakan BLUD ini juga memberikan dampak positif.
“Kebijakan (Puskesmas BLU) ini memudahkan ka- Sejak diterapkannya kebijakan BLUD, kesejahteraan pe-
mi dalam melakukan inovasi dalam memberikan gawai di puskesmas perawatan di Kabupaten Gianyar
pelayanan” (Informan 5) meningkat jika dibandingkan sebelum BLUD. Seperti
“Bagus bu...target program bisa lebih tercapai...saya yang terangkum dalam kutipan wawancara berikut.
di ANC seneng sekali karena program yang sudah diren- “Insentif secara financial sudah sesuai dan sudah
canakan bisa dilakukan” (Informan 9) lumayan dapatnya dibandingkan dengan puskesmas ini
“Kebutuhan itu, kayak obat itu e..kita bisa meren- sebelum BLU. Sekarang karena sudah BLU jadinya kita
canakan sesuai dengan kebutuhan kita sendiri dan be- bisa mengelola sendiri dana yang kita miliki untuk bera-
lanja apa gitu kita juga sendiri, kalau dulu sebelum pa persen buat jaspel agar pegawai sejahteralah juga

166
Indrayathi, Listyowati, Nopiyani, Ulandari, Mutu Pelayanan Puskesmas Perawatan yang Berstatus BLUD

ya..hehe..” (Informan 2). menarik dan mempertahankan pelanggan. Fasilitas meru-


Dalam pelaksanaannya, hampir sebagian besar res- pakan sarana maupun prasarana yang penting dalam us-
ponden berpendapat bahwa kebijakan BLUD layak un- aha meningkatkan kepuasan seperti memberi kemuda-
tuk dipertahankan. Alasannya, kebijakan ini membuat han serta memenuhi kebutuhan dan kenyamanan bagi
puskesmas memiliki keleluasaan untuk membuat pro- pengguna jasa. Fasilitas yang dilihat konsumen meru-
gram-program yang tepat sasaran sesuai dengan kebu- pakan bagian dari wujud nyata yang penting atas keselu-
tuhan masing-masing puskesmas dan meningkatkan ruhan jasa yang ditawarkan.11 Tingkat kenyamanan
kompetisi antar pemberi layanan kesehatan. Hal ini dalam organisasi kesehatan juga perlu diperhatikan dis-
terungkap dari petikan wawancara berikut. amping fasilitas dan peralatan. Hal ini sesuai dengan pen-
“BLUD itu kan e..kayak tadi itu kita bisa mengatur dapat Sabarguna12 yang juga menyatakan bahwa organ-
keuangan sendiri dan merencanakan sendiri gitu, apa isasi kesehatan perlu menjaga kenyamanan disamping
yang kita butuhkan kita rencanakan dari awal, apa yang peralatan yang memadai.
mau dibeli gitu, kita tau itu biasa diatur.”(Informan 3). Infrastruktur dan fasilitas penunjang rawat inap terse-
“Oo pasti perlu..perlu..sangat perlu itu.. Ya untuk gi- but akan menentukan kualitas layanan dan akhirnya
ni, kan peningkatan pelayanan itu bisa di tingkatkan la- berdampak terhadap kepuasan dan loyalitas pasien rawat
gi ya masalah kesejahteraan pegawai lebih meningkat inap puskesmas. Beberapa hasil penelitian yang telah di-
lagi.” (Informan 4) lakukan oleh Boller et al, Andaleeb, Baltussen et al, dan
Duong, et al.13-16 menyatakan bahwa fasilitas medis
Pembahasan merupakan bagian dari dimensi kualitas layanan rawat
Kualitas atau mutu menurut Goetsh dan Davis5 inap.
merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan Dengan adanya persepsi “kurang baik” terhadap pe-
dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan nampilan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh petu-
yang memenuhi atau melebihi harapan. Menurut gas puskesmas perawatan yang berstatus BLU di
Lovelock dan Wright,6 kualitas pelayanan dapat diukur Kabupaten Gianyar, tentu membutuhkan upaya per-
dengan membandingkan persepsi antara pelayanan yang baikan guna lebih meningkatkan pelayanan, tanpa
diharapkan (expected service) dengan pelayanan yang di- mengesampingkan hal lain yang sudah dianggap baik
terima dan dirasakan (perceived service) oleh pelanggan. agar terus dapat dipertahankan. Melihat hasil dari
Menurut Parasuraman, Zeithmal, dan Berry dalam persepsi responden terhadap dimensi penampilan atau
Lupiyoadi,7 terdapat lima dimensi kualitas pelayanan bukti langsung pelayanan kesehatan puskesmas pera-
yang disebut dengan SERVQUAL. Kelima dimensi kuali- watan yang berstatus BLU di Kabupaten Gianyar, se-
tas pelayanan tersebut adalah sebagai berikut: tangible baiknya pihak puskesmas lebih maksimal lagi dalam upa-
(bukti langsung), reliability (keandalan), responsiveness ya pelayanan sesuai dengan standar yang ditetapkan.
(cepat tanggap), assurance (kepastian), dan emphaty Menurut Stevans,17 penampilan merupakan sarana un-
(empati) . tuk membangun citra dan kredibilitas tenaga kesehatan
Penilaian pengguna layanan terhadap kualitas untuk menambah keyakinan masyarakat atas pelayanan
pelayanan khususnya dimensi penampilan atau bukti yang diberikan.
langsung (tangible) di puskesmas perawatan yang bersta- Kebijakan BLUD puskesmas di Kabupaten Gianyar
tus Badan Layanan Umum Daerah di Kabupaten Gianyar dilandasi oleh adanya keinginan pemerintah daerah un-
dilihat melalui beberapa pernyataan, meliputi kebersi- tuk menyediakan pelayanan yang bermutu bagi
han, kenyamanan ruang tunggu, kelengkapan dan keber- masyarakat pengguna puskesmas, mengingat bahwa
sihan peralatan, serta kerapian dan kebersihan petugas puskesmas adalah gardu terdepan dari pelayanan kese-
kesehatan. Lingkungan puskesmas yang tidak terjaga hatan dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat.
sanitasinya akan mengakibatkan pengaruh buruk ter- Dalam hal ini, kebijakan BLUD puskesmas di Kabupaten
hadap kesehatan petugas, penderita, pengunjung, Gianyar mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 23
maupun bagi masyarakat di sekitar puskesmas tersebut.8 Tahun 2005 tentang Badan Layanan Umum.18 Dengan
Seharusnya kondisi puskesmas bersih mulai dari kamar adanya kebijakan tersebut, pihak Pemerintah Daerah
mandi, ruang perawatan, ruang pemeriksaan, sampai Gianyar melihat peluang untuk menjadikan puskesmas
dengan pintu keluar.9 sebagai lembaga yang berbentuk BLUD yang dilindungi
Kelengkapan sarana dan prasarana juga perlu diper- dengan payung hukum SK Bupati Gianyar. Dalam hal ini
hatikan, mengingat hal tersebut akan memengaruhi BLUD dibentuk tidak berorientasi mencari keuntungan,
kepuasan konsumen. Menurut Kotler,10 salah satu upaya namun untuk meningkatkan kesejahteraan umum bagi
yang dilakukan manajemen perusahaan terutama yang masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh Max Weber bah-
berhubungan langsung dengan kepuasan konsumen, wa pemerintah memiliki peranan yang penting, ditinjau
yaitu dengan memberikan fasilitas sebaik-baiknya demi dari mechanic view pemerintah sebagai regulator dan se-

167
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 2, November 2014

bagai administrator. Sedangkan ditinjau dari organic Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan di puskesmas
view, pemerintah berfungsi sebagai public service agency mengakibatkan tenaga kesehatan yang ada harus menger-
dan investor. Peranan sebagai regulator dan administra- jakan tugas ganda dan sering kali tidak sesuai dengan
tor erat sekali kaitannya dengan birokrasi, sedangkan se- keterampilan serta latar belakang pendidikannya. Hal ini
bagai agen pelayanan masyarakat dan sebagai investor dapat dilihat pada pelaksanaan kebijakan BLUD bahwa
harus dinamis dan dapat ditransformasikan menjadi unit pejabat pengelola keuangan merupakan orang yang tidak
yang otonom.19 memiliki kompetensi dan kurang memahami pengelolaan
Diterapkannya kebijakan BLUD pada puskesmas keuangan. Kekurangan tersebut akan menyebabkan tena-
perawatan di Kabupaten Gianyar dapat membantu pi- ga kerja akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
hak pemberi pelayanan kesehatan secara lebih leluasa tugas atau pekerjaannya dengan baik.23 Perlu dilakukan
menyediakan program-program kesehatan sesuai dengan penambahan tenaga kerja bidang nonmedis melalui
yang dibutuhkan oleh masyarakat di wilayah kerjanya. rekrutmen pola outsourcing.24 Rekrutmen tersebut perlu
Organisasi perlu melaksanakan kegiatan inovasi dan se- dilakukan karena SDM bidang nonmedis memiliki jum-
cara berkesinambungan memperbaiki produk serta jasa- lah terbatas sedangkan anggaran yang tersedia terbatas
jasa mereka guna memenuhi permintaan konsumen yang dan terjadi banyak perangkapan jabatan oleh tenaga
berubah dan menghadapi pihak pesaing.20 medis seperti perawat dan bidan.
Hal ini sangat efisien jika dibandingkan dengan se- Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
belum diterapkannya kebijakan BLUD puskesmas. Rondonuwu dan Trisnantoro,25 tentang studi kasus im-
Dalam hal ini, sering terjadi keterlambatan datangnya plementasi kebijakan pelaksanaan Pola Pengelolaan
obat-obatan dari dinas kesehatan. Terkadang obat terse- Keuangan BLUD di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi
but tidak dibutuhkan oleh puskesmas karena tidak sesuai NTB, kurangnya pemahaman para pengelola keuangan
dengan permasalahan kesehatan yang sedang terjadi, se- dan pejabat di RSJ Provinsi terhadap pola-pola pengelo-
hingga mengakibatkan pasien tidak dapat ditangani de- laan keuangan BLUD mengakibatkan implementasi kebi-
ngan optimal. Obat-obatan tersebut tidak digunakan dan jakan BLUD tidak dapat dijalankan sebagaimana
akhirnya menjadi kadaluarsa. mestinya. Oleh karena itu, pemahaman pelaksana ter-
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun hadap isi dan mekanisme dari kebijakan menentukan kin-
2005,18 penerapan kebijakan BLUD instansi pemerintah erja dari implementasi suatu kebijakan.
memiliki fleksibilitas dalam rangka pelaksanaan Ketersediaan sumber daya manusia merupakan seba-
anggaran, termasuk pengelolaan pendapatan dan belan- gai sebuah faktor utama yang sangat menentukan
ja, pengelolaan kas, serta pengadaan barang/jasa. Oleh kegiatan implementasi ini. Dengan ketersediaan sumber
sebab itu, melalui penerapan kebijakan ini pihak daya yang mendukung kegiatan implementasi, akan mem-
puskesmas dapat merencanakan kebutuhan seperti pro- bantu organisasi yang bersangkutan mewujudkan
gram kesehatan, peralatan medis, serta obat-obatan kegiatan implementasi kebijakan baru dalam organisasi-
sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan kesehatan nya. Menurut Van Meter dan Van Horn dan George C.
yang dialami oleh masyarakat di wilayah kerjanya. Edward III dalam Widodo,26 sumber daya terbagi men-
Dengan tersedianya pelayanan kesehatan yang sesuai jadi tiga, yaitu staf, fasilitas, dan dana. Ketiganya meru-
dengan kebutuhan masyarakat (appropriateness) akan pakan sebuah kesatuan yang menentukan tingkat keber-
mempercepat kesembuhan pasien yang pada akhirnya hasilan dari kegiatan implementasi kebijakan yang akan
dapat menimbulkan kepuasan pasien terhadap kualitas dilaksanakan.
pelayanan yang diberikan.21 Salah satu kendala dalam pelaksanaan puskesmas per-
Hampir semua puskesmas perawatan di Gianyar awatan di Kabupaten Gianyar yakni peralatan medis yang
mengalami kekurangan SDM khususnya dokter dan per- tidak memadai. Hasil penelitian ini sejalan dengan
awat. Pada Puskesmas Tegallalang I, jumlah dokter yang penelitian Susanto,22 yaitu fasilitas kesehatan seperti per-
ada hanya empat orang termasuk kepala puskemas, tiga alatan medis di Puskesmas Bontang Utara II masih di-
orang diantaranya telah mendapatkan shift pagi. Shift anggap kurang. Dalam hal ini, fasilitas kesehatan dapat
malam menggunakan sistem on call untuk dokter apabi- memengaruhi sebesar 0,447 kinerja pegawai. Tidak terse-
la terdapat pasien gawat darurat pada malam hari. dianya fasilitas kesehatan yang memadai akan menye-
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Susanto babkan pegawai tidak dapat mengerjakan tugas kerja
yang menunjukkan bahwa di Puskesmas Bontang Utara sesuai dengan tanggung jawab yang dibebankan. Hal ini
II terjadi kekurangan tenaga kerja. Kekurangan tersebut akan memengaruhi pelayanan yang diberikan dan
dapat dilihat dari kurang seimbangnya tugas dan jumlah kepuasan pasien. Salah satunya dipengaruhi oleh ke-
tenaga kesehatan pada shift pagi dan shift sore, sehingga lengkapan peralatan medis, fasilitas puskesmas yang
menyebabkan beban kerja yang ditanggung pegawai di- memadai serta sarana pendukung pelayanan kesehatan.
rasa cukup berat.22 Walaupun terjadi penambahan beban kerja pada pe-

168
Indrayathi, Listyowati, Nopiyani, Ulandari, Mutu Pelayanan Puskesmas Perawatan yang Berstatus BLUD

gawai di puskesmas perawatan di Kabupaten Gianyar, tidak dapat memanfaatkan pelayanan puskesmas secara
adanya insentif yang diberikan berupa uang jasa maksimal. Selain itu, komitmen yang rendah dari dinas
pelayanan merupakan salah satu motivasi bagi pegawai kesehatan dalam pelaksanaan kebijakan BLUD
untuk bekerja dengan baik. Menurut Dhania,27 salah puskesmas dan kurangnya tenaga administrasi yang me-
satu alasan pegawai merasa nyaman dengan pekerjaan ngelola keuangan mengakibatkan puskesmas mengalami
yang dijalani meskipun berat yakni adanya insentif yang kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya dengan baik k
diberikan guna untuk memenuhi kebutuhan keluarga. sesuai dengan filosofi puskesmas sebagai lembaga BLUD.
Dengan adanya insentif yang diterima akan
meningkatkan kepuasan kerja karyawan itu sendiri. Saran
Berbagai kendala yang dihadapi ini, tentunya juga Peneliti menyarankan agar pihak dinas kesehatan
dipengaruhi oleh suasana pada puskesmas kurang men- menyediakan input (dana, tenaga dan sarana prasarana)
dukung. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan serta peraturan yang jelas tentang pengelolaan puskesmas
oleh Triprasetya,28 tentang analisis kesiapan penerapan BLUD sehingga tidak menimbulkan keraguan puskesmas
kebijakan BLUD puskesmas di Kabupaten Kulon Progo, dalam pelaksanaan kebijakan BLUD. Bagi pihak
menyatakan bahwa hal tersebut juga dapat disebabkan puskesmas agar mengikutsertakan staf pemagang pro-
oleh komitmen puskesmas yang masih kurang, sistem gram untuk mengikuti pelatihan-pelatihan mengenai pen-
pengelolaan keuangan puskesmas yang belum men- ganggaran atau pengangkatan staf yang berlatar belakang
dukung, dan bendahara puskesmas yang belum terlatih accounting sehingga bisa membantu kelancaran
pengelolaan keuangan BLUD. Dalam pemberlakuan sis- penyusunan penganggaran. Hal ini mungkin untuk di-
tem badan layanan umum perlu dilakukan penanaman lakukan karena puskesmas memiliki wewenang untuk
komitmen dan penyamaan persepsi di antara para pe- mengangkat pegawai honorer karena status puskesmas
gawai terkait dengan tujuan implementasi BLU sehingga yang BLUD.
mereka dapat terbuka dan bersikap positif terhadap im-
plementasi badan layanan ini. Dengan demikian, Ucapan Terima Kasih
diharapkan para pegawai akan terpacu untuk ikut ambil Terima kasih yang besar kami sampaikan kepada pi-
bagian dalam kegiatan implementasi. Hal ini kembali pa- hak Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi dan Lembaga
da sifat badan layanan umum yang menuntut keterli- Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas
batan semua pihak di puskesmas. Udayana atas kesempatan pendanaan yang diberikan se-
Dengan diterapkannya kebijakan BLUD di hingga penelitian ini bisa dilaksanakan juga kepada Dinas
puskesmas perawatan di Kabupaten Gianyar, pihak Kesehatan Kabupaten Gianyar dan seluruh responden
manajemen puskesmas perlu senantiasa menyediakan in- yang terlibat dalam proses penelitian ini.
put (dana, tenaga, dan sarana prasarana) yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat di wilayah kerjanya. Daftar Pustaka
Dengan tersedianya kuantitas dan kualitas (standard of 1. Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar. Data puskesmas perawatan
personels and facilities), institusi kesehatan termasuk berstatus BLUD. Bali : Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar; 2010.
puskesmas dapat mengembangkan mutu pelayanannya 2. Muninjaya AG. Manajemen kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku
dengan baik dan berkesinambungan.21 Keberhasilan im- Kedokteran EGC; 2004.
plementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan 3. Wahidah S. Analisis kebutuhan pasien terhadap mutu pelayanan unit
memanfaatkan sumber daya yang tersedia, baik sumber rawat jalan di Puskesmas Kecamatan Pademang Kota Administrasi
daya manusia maupun sumber daya nonmanusia. Setiap Jakarta Utara [skripsi]. Depok: Universitas Indonesia; 2008.
tahap implementasi kebijakan menuntut adanya sumber 4. Azwar A. Pengantar administrasi kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara;
daya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan 2010.
yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan. 5. Goetsch DL, Davis S. Introduction to total quality, quality, productivity,
Disposisi implementor atau sikap para pelaksana berkai- competitiveness. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall International Inc;
tan langsung dengan ketersediaan kualitas dan kuantitas 1994.
sumber daya manusia di institusi pelaksana kebijakan 6. Lovelock C,Wright L. Manajemen pemasaran jasa. Jakarta : PT.
tersebut.25 Intermasa; 2005
7. Lupiyoadi, R. Manajemen pemasaran jasa: konsep dan implementasi.
Kesimpulan Jakarta : PT. Salemba Empat; 2001
Mutu pelayanan puskesmas Badan Layanan Umum 8. Wardana, W. Analisis tingkat kepuasan pasien terhadap kualitas
Daerah di Kabupaten Gianyar masih dirasakan belum pelayanan di unit ruang rawat inap Puskesmas Kintamani III Kecamatan
memuaskan. Hal ini terjadi karena masih ada kesulitan Kintamani, Kabupaten Bangli [laporan penelitian]. Denpasar:
dalam penyediaan kelengkapan dan kesiapan peralatan Universitas Udayana; 2009
medis sehingga masih terdapat beberapa pasien yang 9. Wijono D. Manajemen mutu pelayanan kesehatan: teori, strategi dan ap-

169
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 2, November 2014

likasi. Surabaya: Airlangga Universirty Press; 2000. 20. Winardi. Manajemen perubahan. Jakarta: Kencana; 2004.
10. Kotler P. Manajemen pemasaran: analisis, perencanaan, implementasi, 21. Muninjaya AAG. Manajemen mutu pelayanan kesehatan. Jakarta: Buku
dan kontrol. Jakarta : PT. Prehallindo; 2001 Kedokteran EGC; 2013.
11. Lamb CW, Hair JF, Daniel CM. Marketing. United States of America: 22. Susanto, H. Pengaruh fasilitas kesehatan terhadap kinerja pegawai pada
South Western College Publishing; 2002 Puskesmas Bontang Utara II di Kecamatan Bontang Utara Kota
12. Sabarguna B. Pemasaran rumah sakit. Yogyakarta: Konsorsium RSI; Bontang. eJournal Administrasi Negara. 2014; 2 (1): 367-81.
2004 23. Sulistyaningsih A. Analisis pengaruh kepemimpinan, kompetensi, karak-
13. Boller C, Wyss K, Mtasiwa D, Tanner M. Quality and comparison of an- teristik individu, locus of control daa penerapa teknologi informasi ter-
tenatal care in public and private providers in the United Republic of hadap kinerja pegawai Pada Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten. EX-
Tanzania. Bulletin of the World Health Organization. 2003; 81 (2): 116- CELLENT. 2009; 1: 1-25.
22. 24. Sutiarini NK. Analisis SWOT Untuk rencana strategik pengembangan
14. Andaleeb SS. Public and private hospital in Bangladesh: service quality badan layanan umum daerah (BLUD) Puskesmas di Kabupaten
and predictors of hospital choice. Health Policy and Planning. 2000; Gianyar[tesis]. Denpasar: Program Pasca Sarjana Universitas Udayana;
15(1): 95-102. 2011.
15. Baltussen RM, Ye Y, Haddad S, Sauerborn RS. Perceived quality of care 25. Rondonuwu J, Trisnantoro L. Manajemen perubahan di lembaga pe-
of primary health care services in Burkina Faso. Health Policy Planning. merintah: studi kasus implementasi kebijakan pelaksanaan PPK-BLUD
2002; 17: 42-8. di Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB. Jurnal Kebijakan Kesehatan
16. Duong DV, Binns CW, Lee AH, Hipgrave DB. Measuring client-per- Indonesia. 2013; 2(4): 163-70.
ceived quality of maternity services in Rural Vietnam. International 26. Widodo. Analisis kebijakan publik: konsep dan aplikasi analisis proses
Journal of Quality Health Care. 2004; 6: 447-57. kebijakan publik. Malang: Bayu Media; 2011
17. Stevans PJM. Ilmu Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran 27. Dhania, DR. Pengaruh stres kerja, beban kerja terhadap kepuasan ker-
EGC; 1999. ja (studi pada medical representatif di Kota Kudus). Jurnal Psikologi
18. Presiden Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun Universitas Muria Kudus. 2010; 1(1): 15-23.
2005 tentang Badan Layanan Umum. Jakarta: Kesekretariatan Negara 28. Triprasetya AS, Trisnantoro L, Putu NL. Analisis kesiapan penerapan ke-
Republik Indonesia; 2005. bijakan badan layanan umum daerah (BLUD) Puskesmas di Kabupaten
19. Dwiyanto A. Manajemen pelayanan publik: peduli, inklusif, dan kolab- Kulon Progo. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia. 2014; 3 (3): 124 –
oratif. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 2011. 37.

170

You might also like