Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Drainase secara umum didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk membuang kelebihan air
yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penanggulangan akibat yang ditimbulkan oleh
kelebihan air tersebut, sehingga fungsi kawasan/lahan tidak terganggu. Permasalahan drainase di Kota Nanga
Bulik lebih disebabkan oleh kurangnya kemampuan saluran drainase dalam menampung debit air yang ada,
saluran yang ada juga tidak menyambung/terputus dengan saluran lainnya, serta kurang terawat dan tidak
terpeliharanya saluran-saluran drainase tersebut.
Lokasi studi yaitu pada ruas Jalan Bukit Hibul, Jalan G.M. Yusuf, Jalan Batu Batanggui, Jalan Sudiro,
Jalan J.C. Rangkap di Kota Nanga Bulik Kabupaten Lamandau. Studi membahas penyebab dari genangan
yang terjadi di daerah tersebut yang disebabkan kurangnya kemampuan saluran drainase dalam menampung
debit air dan kurang optimalnya saluran penangkap yang disebut inlet dalam menangkap debit air yang ada.
Hasil analisa menunjukkan bahwa terdapat 26 saluran, namun 20 saluran tidak mencukupi dengan
debit rancangan yang ada. Metode yang dilakukan berupa perencanaan dimensi saluran yang berguna untuk
normalisasi saluran yang telah ada dan perencanaan kembali pembuatan saluran penangkap (inlet) serta
pembuatan gorong – gorong di wilayah tersebut.
Kata kunci: Saluran Drainase, Genangan, Normalisasi saluran dan perencanaan inlet.
ABSTRACT
Drainage is generally defined as a technical measure to remove excess water which is not desirable
in an area, as well as ways of overcoming consequences caused by excess water, so that the function of the
area/land is not disturbed. Drainage problems in the Nanga Bulik city caused by a lack of ability to
accommodate drainage discharge the water, there is also a channel that does not connect/disconnected with
other channels, also less maintained and not maintaining the drainage channels.
Location of study are on Bukit Hibul Street, G.M. Yusuf Street, Batu Batanggui Street, Sudiro Street,
J.C Rangkap Street in Nanga Bulik City Lamandau Regency. The study discusses the causes of inundation
occurred in the area due to lack of ability to accommodate drainage water discharge and less optimal
catcher called inlet channels in capturing the existing water discharge.
The analysis shows that there are 26 channels, 20 channels but not sufficient to discharge the
existing design. The method is performed in the form of planning dimensions useful channel for existing
channel normalization and re-planning the manufacturing line catcher (inlet) and the making of culverts -
drainage in the region.
Q g 0.375 F
Perhitungan Debit Air Kotor sN nN
Debit Air Kotor adalah debit yang dengan:
berasal dari buangan rumah tangga, Qg = Debit yang mengalir di saluran
bangunan gedung, instansi dan pembawa (m3/dt)
sebagainya. Besarnya dipengaruhi oleh F = Faktor akibat bentuk saluran
banyaknya jumlah penduduk dan pembawa (0.8 bila trotoar tidak
kebutuhan air rata-rata penduduk. tegak lurus, 0.9 bila tegak lurus)
Adapun besarnya kebutuhan air dg = Kedalaman Aliran tertinggi (m)
penduduk rata-rata adalah 150 i = Kemiringan Memanjang ruas jalan
liter/orang/hari. Sedangkan debit air kotor sN = Kemiringan Melintang, badan atau
yang harus dibuang di dalam saluran bahu jalan
adalah 70% dari kebutuhan air bersih nN = Kekasaran Manning, tergantung
sehingga besarnya air buangan adalah bahan
(Suhardjono, 1984:39): 150 x 70% = 105 CL
liter/orang/hari = 0,00121 liter/dtk/orang. B C D G
Dengan demikian jumlah air kotor dg
dc H F
badan jalan
yang dibuang pada suatu daerah setiap bahu jalan
E
(S c, nc)
km2 adalah: A
(S s, ns)
Pnxq Pnx 0,00121 Gambar 1. Bahu jalan yang berfungsi sebagai
Qak = Qak = saluran pembawa (penampang melintang)
A A (Sumber : Pilgrim, 1991:303)
dengan:
Qak = Debit Air Kotor
III. METODE PENELITIAN Tahapan pengerjaan studi
Tahapan pengerjaan studi dapat
Lokasi Studi dijelaskan sebagai berikut :
Kabupaten Lamandau merupakan 1. Mencari curah hujan harian maksimum
sebuah kabupaten pemekaran dari tahunan dari tahun 2002 – 2012 pada
Kabupaten Kotawaringin Barat yang stasiun hujan Nanga Bulik.
berada di Propinsi Kalimantan Tengah 2. Menghitung curah hujan rancangan
yang terletak di daerah khatulistiwa dengan metode Log pearson tipe III.
sehingga beriklim tropis. Kabupaten 3. Menguji kebenaran distribusi frequensi
Lamandau terdiri dari 8 (delapan) dengan metode Smirnov Kolmogorov
dan uji Chi-square.
kecamatan yaitu Kecamatan Bulik,
4. Menentukan intensitas curah hujan
Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan
dengan rumus Mononobe.
Menthobi Raya, Kecamatan Sematu Jaya, 5. Menentukan luas daerah pengaliran.
Kecamatan Lamandau, Kecamatan 6. Menentukan koefisien pengaliran (C)
Belantikan Raya, Kecamatan Batang berdasarkan lahan yang ada di sekitar
Kawa, dan Kecamatan Delang dengan jalan yang ada di Nanga Bulik.
total luas wilayah 6.414 kilometer persegi 7. Menghitung debit rancangan kala ulang
dan jumlah penduduk pada akhir tahun 2, 5 dan 10 tahun.
2007 sebanyak 56.935 jiwa. 8. Menentukan kapasitas saluran drainase
eksisting.
9. Mengevaluasi kemampuan kapasitas
saluran drainase eksisting dengan debit
banjir kala ulang 5 tahun, Evaluasi
penyebab dan Penanggulangan
genangan.
A. Hasil Perhitungan
Data hujan harian untuk
pengolahan hidrologi diperoleh dari
stasiun hujan Nanga Bulik yang terletak
di Kabupaten Kotawaringin Barat dimana
data hujan stasiun dan analisa curah
Gambar 2. Peta Kecamatan Bulik hujan ditampilkan pada lampiran
(Sumber : Dinas PU Provinsi Kalimantan Tabel 2. Data Hujan Harian Max Rerata
Tengah) Cur ah H uj an Mak s i mum H ar i an
T ahun
S t . N ang a Bul i k
2002 135.0
2003 93.6
Data yang Diperlukan 2004 93.6
2005 200.0
Data yang digunakan dalam 2006 130.0
2007 110.0
penelitian ini terdiri dari dua macam, 2008
2009
150.0
135.0
yaitu data keruangan (spasial) dan non 2010
2011
130.0
68.0
2012 114.2
spasial. Berikut data yang digunakan : Sumber : Hasil Perhitungan
1. Peta topografi. Sedangkan Uji Konsisitensi
2. Skema jaringan drainase. diperlukan untuk menguji kebenaran data
3. Data curah hujan. lapangan yang tidak dipengaruhi oleh
4. Data tinggi limpasan di saluran. kesalahan pada saat pengiriman atau saat
5. Data saluran drainase eksisting. pengukuran, data tersebut harus betul-
6. Data penduduk. betul menggambarkan fenomena
hidrologi seperti keadaan sebenarnya di Tabel 6. Log Pearson Tipe III satu harian
Kala Ulang Tr Probabilitas Faktor
lapangan (Harto, 1993:59). No
(tahun) P(%) Frekuensi G Xt (mm)
(tabel)
Tabel 3. Uji Homogenitas Curah Hujan 1 2 50 0,127 123,59
No Tahun Hujan Sk* [Sk*] Dy2 Sk** [Sk**] 2 5 20 0,856 152,05
3 10 10 1,172 166,29
1 2011 68,00 -55,58 55,58 280,849 -1,680 1,680 4 20 5 1,402 177,54
2 2003 93,60 -29,98 29,98 81,719 -0,906 0,906 5 50 2 1,624 189,13
3 2004 93,60 -29,98 29,98 81,719 -0,906 0,906
6 100 1 1,757 196,36
4 2007 110,00 -13,58 13,58 16,770 -0,411 0,411
5 2012 114,20 -9,38 9,38 8,002 -0,284 0,284 Sumber : Hasil Perhitungan
6 2006 130,00 6,42 6,42 3,745 0,194 0,194
7
8
2010
2002
130,00
135,00
6,42
11,42
6,42
11,42
3,745
11,852
0,194
0,345
0,194
0,345
Tabel 7. Distribusi Hujan Jam-jaman
9 2009 135,00 11,42 11,42 11,852 0,345 0,345 T (jam) RT
10 2008 150,00 26,42 26,42 63,447 0,799 0,799
1 0,55
11 2005 200,00 76,42 76,42 530,885 2,310 2,310
2 0,35
Rerata 123,58 25,18
3 0,26
Jumlah 1094,585
4 0,22
Sumber : Hasil Perhitungan 5 0,19
6 0,17
Uji Outlier adalah data yang Sumber : Hasil Perhitungan
menyimpang cukup jauh dari trend Tabel 8. Rasio Sebaran Hujan
kelompoknya. Keberadaan outlier T (jam) R Rasio Hujan (%)
No.
Data yang sudah diranking
Log X Keterangan
Sumber : Hasil Perhitungan
Tahun Rn (mm)
Tabel 9. Curah Hujan Netto Jam-jaman
1 2011 68.00 1.8325 Stdev = 0.1234 Tr 2 5 10 20 50 100
2 2003 93.60 1.9713 Rerata log X = 2.0763
3 2004 93.60 1.9713 C 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6
4 2007 110.00 2.0414 Kn = 2.880 R 123,59 152,05 166,29 177,54 189,13 196,36
5 2012 114.20 2.0577
Rn 74,15 91,23 99,78 106,52 113,48 117,82
6 2006 130.00 2.1139 nilai Batas atas, Xh :
7 2010 130.00 2.1139 Xh = 270.174 Sumber : Hasil Perhitungan
8 2002 135.00 2.1303
9 2009 135.00 2.1303 nilai Batas bawah, Xi : Tabel 10. Sebaran Hujan Jam-jaman
10 2008 150.00 2.1761 Xi = 52.607 Rasio Sebaran Hujan
Periode
11 2005 200.00 2.3010 Rn
Ulang 0,550 0,143 0,100 0,080 0,067 0,059
- Maka tidak ada data yang perlu dihilangkan. 2 74,15 40,81 10,61 7,44 5,92 5,00 4,37
Sumber : Hasil Perhitungan 5 91,23 50,21 13,05 9,15 7,29 6,15 5,38
10 99,78 54,91 14,27 10,01 7,97 6,73 5,88
Dari hasil analisa pada tabel di 20 106,52 58,62 15,24 10,69 8,51 7,19 6,28
atas nantinya akan digunakan dalam 50 113,48 62,45 16,23 11,39 9,06 7,65 6,69
100 117,82 64,84 16,85 11,82 9,41 7,95 6,95
perhitungan curah hujan rancangan Sumber : Hasil Perhitungan
dengan menggunakan metode Log Tabel 11. Distribusi Hujan Netto Jam-
Pearson Tipe III. Tabel dibawah ini jaman
merupakan hasil perhitungan curah hujan URAIAN
HUJAN JAM-JAMAN (mm)
rancangan dengan menggunakan metode 2 th 5 th 10 th 20 th 50 th 100 th
PROBABILITAS HUJAN HARIAN 123.59 152.05 166.29 177.54 189.13 196.36
Log Pearson Tipe III. KOEFISIEN PENGALIRAN 0.49 0.54 0.56 0.58 0.59 0.60
Tabel 5. Log Pearson Tipe III HUJAN EFEKTIF 60.78 82.38 93.43 102.26 111.43 117.19
No
Rmax Peluang
Log X
[Log X - Log [Log X - Log [Log X - Log Sumber : Hasil Perhitungan
(mm) (%) Xrerata] Xrerata]2 Xrerata]3
1 68.0 8.33 1.833 -0.244 0.05946 -0.01450 Metode rasional mem-perkirakan
2 93.6 16.67 1.971 -0.105 0.01104 -0.00116
3 93.6 25.00 1.971 -0.105 0.01104 -0.00116 debit limpasan dengan pen-dekatan
4 110.0 33.33 2.041 -0.035 0.00122 -0.00004
5 114.2 41.67 2.058 -0.019 0.00035 -0.00001
koefisien pengaliran, yang me-rupakan
6
7
130.0
130.0
50.00
58.33
2.114
2.114
0.038
0.038
0.00141
0.00141
0.00005
0.00005
perbandingan antara debit puncak (debit
8 135.0 66.67 2.130 0.054 0.00291 0.00016 maksimum) yang dihasilkan dengan
9 135.0 75.00 2.130 0.054 0.00291 0.00016
10 150.0 83.33 2.176 0.100 0.00995 0.00099 intensitas hujan.
11 200.0 91.67 2.301 0.225 0.05048 0.01134
Rerata Log x 2.0763 Rumus yang digunakan adalah:
Yn 0.4996
Sn 0.9676
Q = 0,00278 .C.I.A
SD 0.1234
Cs -0.2676
Tabel 16 berikut. 9
10
Jln. Batu Batanggui 2
Jln. Batu Batanggui 3
4.483
12.188
11 Jln. Batu Batanggui 4 2.662
Tabel 16. Dimensi Rencana Saluran 12 Jln. Batu Batanggui 5 1.701
Bentuk Q Total h Total 13 Jln. Batu Batanggui 6 0.916
No Nama Saluran b (m) z/m A (m2) 14 Jln. Sudiro 1 5.484
Saluran Saluran (m³/dt) (m)
15 Jln. Sudiro 2 12.002
1 Jln. Bukit Hibul 1 Trapesium 5.9867 2.691 0.250 2.941 1.333
2 Jln. Bukit Hibul 2 Trapesium 6.5019 2.891 0.250 3.141 1.333 16 Jln. J.C Rangkap 1 1.425
3 Jln. Bukit Hibul 3 Trapesium 0.5013 0.778 0.250 0.452 0.667 17 Jln. J.C Rangkap 2 16.824
4 Jln. G.M Yusuf 1 Trapesium 2.7767 2.016 0.250 1.653 1.000 18 Jln. J.C Rangkap 3 1.056
5 Jln. G.M Yusuf 2 Trapesium 11.8344 2.856 0.250 4.847 2.000 19 Jln. J.C Rangkap 4 7.074
6 Jln. Batu Batanggui 1 Trapesium 7.2477 2.372 0.250 3.355 1.667 20 Jln. J.C Rangkap 5 3.071
7 Jln. Batu Batanggui 2 Trapesium 4.4832 2.095 0.250 2.345 1.333
21 Jln. J.C Rangkap 6 2.606
8 Jln. Batu Batanggui 3 Trapesium 12.1876 2.930 0.250 4.957 2.000
9 Jln. Batu Batanggui 4 Trapesium 2.6623 1.944 0.250 1.598 1.000
22 Jln. J.C Rangkap 7 0.580
10 Jln. Batu Batanggui 5 Trapesium 1.7006 1.320 0.250 1.130 1.000 23 Jln. J.C Rangkap 8 0.678
11 Jln. Sudiro 1 Trapesium 5.4836 2.494 0.250 2.744 1.333 24 Saluran Primer 1 6.087
12 Jln. Sudiro 2 Trapesium 12.0020 3.670 0.250 4.978 1.667 25 Saluran Primer 2 7.572
13 Jln. J.C Rangkap 2 Trapesium 16.8245 3.872 0.250 6.370 2.000 26 Saluran Primer 3 39.522
14 Jln. J.C Rangkap 4 Trapesium 7.0736 3.111 0.250 3.361 1.333
15 Jln. J.C Rangkap 5 Trapesium 3.0708 2.200 0.250 1.791 1.000
16 Jln. J.C Rangkap 6 Trapesium 2.6060 1.908 0.250 1.572 1.000
17
18
Jln. J.C Rangkap 8
Saluran Primer 1
Trapesium
Trapesium
0.6781
6.0868
1.012
2.730
0.250
0.250
0.568
2.980
0.667
1.333 Dari hasil evaluasi pada saluran
19 Saluran Primer 2 Trapesium 7.5717 3.301 0.250 3.551 1.333
20 Saluran Primer 3 Trapesium 39.5219 6.648 0.250 12.400 2.333 drainase perkotaan di Kota Nanga
Sumber : Hasil Perhitungan Bulik Kabupaten Lamandau diperoleh
kapasitas saluran drainase maksimum
Evaluasi Penyebab dan eksisting yaitu :
Penanggulangan Genangan Ada beberapa No Nama Saluran Bentuk Saluran b (m) h (m)
faktor yang menyebabkan terjadinya 1 Jln. Bukit Hibul 1 Trapesium 2.00 0.75
genangan pada lokasi studi yakni, 2 Jln. Bukit Hibul 2 Trapesium 2.00 0.75
3 Jln. Bukit Hibul 3 Trapesium 1.00 0.50
dimensi saluran drainase yang terdapat di 4 Jln. G.M Yusuf 1 Trapesium 1.50 0.50
5 Jln. G.M Yusuf 2 Trapesium 2.00 0.75
lokasi studi kecil, kondisi saluran yang 6 Jln. G.M Yusuf 3 Trapesium 1.25 0.50
terputus, sehingga tidak dapat 7
8
Jln. G.M Yusuf 4
Jln. Batu Batanggui 1
Trapesium
Trapesium
0.75
1.00
0.50
0.50
menampung air limpasan yang 9 Jln. Batu Batanggui 2 Trapesium 0.50 0.50
10 Jln. Batu Batanggui 3 Trapesium 2.00 0.50
mengakibatkan genangan yang besar, 11 Jln. Batu Batanggui 4 Trapesium 0.50 0.50
kemudian banyaknya sedimen dan 12
13
Jln. Batu Batanggui 5
Jln. Batu Batanggui 6
Trapesium
Trapesium
1.00
1.20
0.50
0.50
sampah yang mengakibatkan 14 Jln. Sudiro 1 Trapesium 2.00 0.70
15 Jln. Sudiro 2 Trapesium 2.00 0.70
tersumbatnya saluran drainase sehingga 16 Jln. J.C Rangkap 1 Trapesium 1.50 0.70
17 Jln. J.C Rangkap 2 Trapesium 2.00 0.70
air limpasan tidak dapat tertampung. 18 Jln. J.C Rangkap 3 Trapesium 1.00 0.70
Dari faktor-faktor yang 19
20
Jln. J.C Rangkap 4
Jln. J.C Rangkap 5
Trapesium
Trapesium
2.00
1.50
0.70
0.50
menyebabkan terjadinya genangan di 21 Jln. J.C Rangkap 6 Trapesium 1.00 0.50
22 Jln. J.C Rangkap 7 Trapesium 1.00 0.50
lokasi maka perlu dilakukan tindakan 23 Jln. J.C Rangkap 8 Trapesium 0.50 0.50
24 Saluran Primer 1 Trapesium 1.50 0.50
yakni memperbesar dimensi saluran agar 25 Saluran Primer 2 Trapesium 1.50 0.50
dapat menampung air limpasan hujan dan 26 Saluran Primer 3 Trapesium 2.50 0.75
Dari hasil evaluasi kapasitas saluran serta penentuan jarak penempatan
drainase eksisting terhadap debit posisi inlet yang paling efektif
banjir rancangan dengan kala ulang 5 mereduksi genangan. Selain
tahun, saluran drainase eksisting tidak memperhatikan efektifitas saluran
mampu lagi menampung debit yang penangkap terhadap aliran air di
ada sehingga air meluap. badan jalan, tipe saluran penangkap
No Nama Saluran Bentuk Saluran
Q Eksisting Q Total Saluran Q Luberan
3
(m /dt)
3
(m /dt)
3
(m /dt)
juga harus memperhatikan
1
2
Jln. Bukit Hibul 1
Jln. Bukit Hibul 2
Trapesium
Trapesium
2.54
2.54
5.987
6.502
3.451
3.966
kenyamanan pengguna jalan.
3 Jln. Bukit Hibul 3 Trapesium 0.60 0.501
4 Jln. G.M Yusuf 1 Trapesium 0.99 2.777 1.783
5
6
Jln. G.M Yusuf 2
Jln. G.M Yusuf 3
Trapesium
Trapesium
2.73
0.86
11.834
0.754
9.106 Saran
7
8
Jln. G.M Yusuf 4
Jln. Batu Batanggui 1
Trapesium
Trapesium
0.46
0.65
0.428
7.248 6.599
Agar tidak terjadi genangan pada
9
10
Jln. Batu Batanggui 2
Jln. Batu Batanggui 3
Trapesium
Trapesium
0.28
1.46
4.483
12.188
4.198
10.727
musim hujan seharusnya memperhatikan
11
12
Jln. Batu Batanggui 4
Jln. Batu Batanggui 5
Trapesium
Trapesium
0.25
0.61
2.662
1.701
2.412
1.094
pentingnya saluran drainase. Sebelum
13
14
Jln. Batu Batanggui 6
Jln. Sudiro 1
Trapesium
Trapesium
0.78
2.36
0.916
5.484
0.137
3.126
merencanakan saluran hendaknya
15
16
Jln. Sudiro 2
Jln. J.C Rangkap 1
Trapesium
Trapesium
2.36
1.66
12.002
1.425
9.644 memperhitungkan debit yang akan masuk
17
18
Jln. J.C Rangkap 2
Jln. J.C Rangkap 3
Trapesium
Trapesium
2.49
1.12
16.824
1.056
14.339 saluran drainase tersebut.
19
20
Jln. J.C Rangkap 4
Jln. J.C Rangkap 5
Trapesium
Trapesium
2.38
1.03
7.074
3.071
4.697
2.044
Memperhatikan kondisi saluran
21
22
Jln. J.C Rangkap 6
Jln. J.C Rangkap 7
Trapesium
Trapesium
0.66
0.66
2.606
0.580
1.944 yang ada agar merawat dan menjaga
23
24
Jln. J.C Rangkap 8
Saluran Primer 1
Trapesium
Trapesium
0.30
1.01
0.678
6.087
0.382
5.079
saluran yang ada dengan tidak membuang
25 Saluran Primer 2 Trapesium 1.01 7.572
39.522
6.563 sampah pada saluran.
26 Saluran Primer 3 Trapesium 3.37 36.148
Memperhatikan keberadaan
Hasil dari perencanaan Inlet sesuai
saluran penangkap (inlet) yang ada
dengan syarat batas genangan jalan
dengan tidak menutupi dengan sampah.
raya yang ada.
Dan Pentingnya pemeliharaan kondisi
No Nama Saluran Jumlah Inlet saluran dengan tidak membuang sampah
1
2
Jln. Bukit Hibul 1
Jln. Bukit Hibul 2
24
18
dan rutin melakukan penggalian saluran
3 Jln. Bukit Hibul 3 10 dan saluran penangkap (inlet).
4 Jln. G.M Yusuf 1 21
5 Jln. G.M Yusuf 2 15
6 Jln. G.M Yusuf 3 14 V. DAFTAR PUSTAKA
7 Jln. G.M Yusuf 4 6
8 Jln. Batu Batanggui 1 19 Anonim. 1994. Tata Cara Perencanaan
9
10
Jln. Batu Batanggui 2
Jln. Batu Batanggui 3
19
17
Drainase Permukaan Jalan. SK SNI
11 Jln. Batu Batanggui 4 15 03-3424-1994 Puslitbang Jalan.
12 Jln. Batu Batanggui 5 11
13 Jln. Batu Batanggui 6 9
Balitbang PU: Jakarta
14 Jln. Sudiro 1 35
15 Jln. Sudiro 2 35
16 Jln. J.C Rangkap 1 35 Anonim. 2013. Materi Bidang Drainase
17 Jln. J.C Rangkap 2 25
18 Jln. J.C Rangkap 3 16
I. Deseminasi dan Sosialisasi
19 Jln. J.C Rangkap 4 12 Keteknikan Bidang PLP 2013 PU
20 Jln. J.C Rangkap 5 33
21 Jln. J.C Rangkap 6 21 Cipta Karya: Jakarta
22 Jln. J.C Rangkap 7 12
23 Jln. J.C Rangkap 8 10
Chow, Ven Te. 1997. Hidrolika Saluran
Alternatif penyelesaian masalah Terbuka, Jakarta: Erlangga.
genangan di Lokasi Studi ini yang
disebabkan tidak mampunya saluran Harto, Sri. 1993. Analisis Hidrologi,
drainase menampung debit yang ada, Jakarta: Erlangga.
Saluran juga putus tidak
menyambung satu sama lain dan Linsley, Ray K., Kohler, Max A. &
permasalahan inlet. Dengan Paulus, Joseph L.H. 1983.
normalisasi saluran drainase pada Hydrology for Engineers Third
ruas jalan dan pendimensien ulang Edition. Tokyo: Mc Graw Hill.
Suripin. 2004. Sistem Drainase
Muliakusuma, S. (2000). Dasar-Dasar Perkotaan yang Berkelanjutan.
Demografi. Lembaga Demografi Yogyakarta: Andi.
Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia. Jakarta.