You are on page 1of 116

1.

Al-Fatihah
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Fatihah (Al-Faatihah, Pembukaan) adalah surah pertama dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir
Al-Qur’an berbahasa Inggeris surah ini disebut “The Opening, The Exordium, The Opening
Chapter, The Opening of the Book, The Prologue, The [Lord’s] Praise.” Surah ini terdiri atas 7
ayat dan termasuk golongan surah Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari
sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan
ke-5 setelah surah Al-Muddatstsir dan sebelum surah Al-Lahab.
Surah ini disebut Al-Fatihah (Pembukaan), karena karena letaknya yang berada pada urutan
pertama di antara surat-surat Al-Qur’an. Surat yang pertama diturunkan secara lengkap di
antara surat-surat yang ada dalam Al-Qur’an ini merupakan intisari dari seluruh kandungan Al-
Qur’an yang kemudian diperinci oleh surat-surat sesudahnya. Karenanya, dinamakan pula
Ummul Qur'an (induk Al-Qur’an) atau Ummul Kitab (induk Al-Kitab) karena merupakan induk
dari semua isi Al-Qur’an. Dinamakan pula As Sab'ul matsaany (tujuh yang berulang-ulang)
karena jumlah ayatnya yang tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam salat.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim kemudian dibicarakan tema-tema pokok Al-
Qur’an. Penjelasan tentang tauhid dan keimanan. Mengenai janji dan kabar gembira bagi
orang-orang Mukmin. Ancaman dan peringatan bagi orang-orang kafir dan pelaku kejahatan.
Tentang ibadah. Kisah orang-orang yang beruntung karena taat kepada Allah dan yang sengsara
karena mengingkariNYA. Semua masalah itu tercermin secara singkat dalam surat ini.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

2. Al-Baqarah
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Baqarah (Sapi Betina dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Cow, The Heifer”)
adalah surah ke-2 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 286 ayat dan termasuk golongan
surah-surah Madaniyyah karena diturunkan di Medinah setelah hijrah. Kalau melihat dari
sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan
ke-87 setelah surah Al-Muthaffifiin dan sebelum surah Al-Anfaal.
Surah ini merupakan surah terpanjang dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai Al-Baqarah yang
artinya Sapi Betina sebab di dalam surah ini terdapat kisah penyembelihan sapi betina yang
diperintahkan Allah kepada Bani Israil (ayat 67-74). Surah ini juga dinamai Fustatul Qur'an
(Puncak Al-Qur’an) karena memuat beberapa hukum yang tidak disebutkan dalam surah yang
lain. Dinamai juga surah Alif, Lam, Mim karena ayat pertama di surah berisi tiga huruf Arab
yakni Alif, Laam, Miim.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim dan huruf eja Alif, Laam, Miim, surat ini
dimulai dengan memerinci hal-hal yang disebutkan secara singkat dan global pada surat Al-
Fatihah. Misalnya, selain ditegaskan bahwa Al-Qur’an adalah sumber petunjuk kebenaran, juga
disebut mengenai orang-orang yang memperoleh keridaan Allah dan orang-orang yang
mendapatkan kemurkaanNYA, yaitu golongan kafir dan munafik. Hanya dengan mengikuti jalan
Allah dan melaksanakan ajaran-ajaranNYA, umat manusia akan mendapatkan kebahagiaan
dunia dan akhirat.
Setelah itu, surat ini mulai membicarakan tiga kelompok manusia: Mukmin, kafir dan munafik.
Juga mengajak umat manusia untuk menyembah Allah semata dengan memberi peringatan
bagi orang kafir serta kabar gembira bagi orang Mukmin. Tidak selayaknya orang yang beriman
mengajak orang lain kepada kebenaran dan kebajikan, sedangkan ia tidak melakukannya. Wajib
hukumnya mendahulukan kebaikan daripada kejahatan dan membuat suatu prioritas dengan
melakukan yang terbaik dari hal yang baik. Pokok ajaran agama ada tiga, yaitu beriman kepada
Allah, beriman kepada hari kebangkitan dan melakukan amal salih. Syarat keimanan adalah
tunduk dan pasrah kepada apa-apa yang dibawa oleh Rasul. Dan ganjaran diperoleh atas dasar
keimanan dan amal sekaligus.
Kemudian, surat ini secara khusus berbicara mengenai Bani Israil dan mengajak mereka untuk
kembali kepada kebenaran. Mereka diingatkan tentang hari-hari Allah. Tentang kejadian-
kejadian yang menimpa mereka ketika menyertai Nabi Musa AS. Tentang Ibrahim dan Ismail AS
yang membangun Ka'bah. Di sela-sela pembicaraan mengenai kisah Bani Israil yang cukup
panjang, hingga hampir mencapai setengah isi surat, seringkali terdapat ajakan kepada orang-
orang Mukmin untuk mengambil pelajaran dari apa yang telah menimpa orang-orang Yahudi
dan Nasrani itu.
Orang-orang yang ingkar tidak akan merasa puas sampai orang-orang beriman mengikuti
agama mereka. Kekuasaan yang benar dalam agama, harus berada di tangan orang-orang yang
beriman dan orang-orang yang berlaku adil, bukan di tangan orang-orang kafir dan zalim.
Beriman kepada agama Allah sebagaimana yang diturunkanNYA, mengarah kepada kesatuan
dan persatuan, sementara meninggalkan petunjukNYA akan menimbulkan perselisihan dan
perpecahan.
Kemudian, pembicaraan beralih kepada orang-orang Mukmin dengan mengingatkan kesamaan
antara umat Musa AS dan umat Muhammad SAW yang berasal dari keturunan Ibrahim AS.
Perkara-perkara yang terpuji bisa dicapai dengan kesabaran dan salat. Bahwa taqlid (mengikuti
pendapat orang lain tanpa mengetahui dasarnya) adalah tidak benar dan dapat menimbulkan
kebodohan dan kefanatikan.Disebut pula mengenai kiblat dan sebagainya. Lalu, dinyatakan
pula tentang tauhid dan tanda-tanda keMahaEsaan Allah. Juga mengenai syirik.
Tentang makanan yang diharamkan dan penegasan bahwa hanya Allahlah yang berhak
menghalalkan dan mengharamkan sesuatu. Prinsipnya, Allah SWT menghalalkan bermacam-
macam makanan yang baik kepada hambaNYA dan mengharamkan dalam jumlah terbatas hal-
hal yang kotor. Sesuatu yang diharamkan dapat menjadi halal bagi orang yang dalam keadaan
terpaksa, karena keadaan darurat dapat menghalalkan sesuatu yang dilarang dalam batas-batas
tertentu. Agama ditegakkan atas dasar kemudahan dan menghilangkan kesulitan.
Beberapa prinsip kebajikan juga dijelaskan dalam surat ini. Seperti hukum puasa, wasiat,
larangan memakan harta secara tidak benar, hukum kisas, hukum perang, manasik haji,
larangan meminum khamar dan berjudi, hukum nafkah, larangan riba, hukum jual beli dan
utang piutang, hukum nikah, talak, idah, dan sebagainya. Masalah tauhid, kenabian dan hari
kebangkitan yang merupakan pokok-pokok akidah, juga disebutkan dalam surat ini.
Prinsipnya, dalam mencapai sesuatu tujuan, seseorang harus menempuh jalan hukum sebab
akibat. Pemaksaan dalam beragama tidak dibenarkan. Berperang melawan musuh
diperintahkan hanya untuk membela diri, demi menjamin kebebasan beragama dan tegaknya
Islam dalam masyarakat. Seorang Muslim boleh mengejar kebahagiaan di dunia sebagaimana ia
melaksanakan kewajibannya demi kebahagiaan di akhirat. Mencegah perbuatan-perbuatan
yang mengarah kepada perbuatan haram dan pencapaian maslahat, merupakan tujuan-tujuan
umum syariat Islam. Keimanan dan kesabaran merupakan faktor penyebab kemenangan
minoritas yang adil atas mayoritas yang tiran. Memakan harta orang lain dengan cara yang
tidak dibenarkan adalah haram hukumnya. Ganjaran seseorang ditentukan oleh amal
perbuatannya sendiri, bukan amal perbuatan orang lain. Allah tidak membebani manusia
dengan sesuatu di atas kemampuannya. Menjerumuskan diri sendiri ke dalam kehancuran
haram hukumnya.
Falsafah hukum Islam dapat dibuktikan oleh akal sehat, karena falsafah Islam mengandung
kebenaran, keadilan dan kemaslahatan seluruh manusia bahkan semesta alam. Surat ini ditutup
dengan doa orang-orang Mukmin agar Allah mengampuni kesalahan, meringankan beban,
merahmati, memberi pertolongan dan kemenangan kepada mereka.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

3. Al-'Imran
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-'Imran (Keluarga 'Imran dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Family of
Imran, The House of Imran, The Imrans”) adalah surah ke-3 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri
atas 200 ayat dan termasuk golongan surah-surah Madaniyyah karena diturunkan di Medinah.
Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini
diturunkan pada urutan ke-89 setelah surah Al-Anfaal dan sebelum surah Al-Ahzab.
Surah ini dinamai Al-'Imran karena memuat kisah keluarga Imran. Dalam kisah ini disebutkan
perihal kelahiran Nabi Isa AS. Persamaan yang dapat ditarik dari kejadiannya dengan Nabi
Adam. Kisah kenabian dan beberapa mukjizatnya. Disebut pula kelahiran Maryam binti Imran,
ibunda dari Nabi Isa AS.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim dan huruf2 eja Alif, Laam, Miim, surat ini
dimulai dengan penegasan bahwa Allah itu Esa, tidak ada tuhan selain DIA. Segala ciptaan dan
keberaturan yang ada di alam raya ini dapat menjadi saksi akan hal itu. DIA hidup kekal tanpa
akan pernah mati. DIA mengatur dan mengurus seluruh isi alam. Dia Yang Mahaperkasa dalam
kekuasaanNYA, Mahabijaksana dalam ciptaanNYA.
Kemudian, melalui kisah-kisah, Al-Qur’an berbicara tentang hukum-hukum alam dan pelajaran
yang dapat dipetik. Dalam kisah-kisah tersebut dijelaskan banyak masalah menyangkut akidah,
hukum dan akhlak. Dalam kisah-kisah tersebut digambarkan pula aspek-aspek perang Badar
yang dimenangkan kaum muslim dan terjadi pada tahun ke-2 Hijrah (624 M) serta perang Uhud
pada tahun ke-3 H (625 M). Terutama perang Uhud yaitu tatkala sebagian besar Muslim awal
tidak menaati Nabi Muhammad SAW dan menimbulkan kekalahan pada perang tersebut.
Surah ini memperkenalkan ketegangan yang muncul antara Muslim dan beberapa orang Yahudi
dan Kristen yang menyeleweng. Pada surat Al-Baqarah diceritakan sebagian sejarah Bani Israil
berupa berbagai macam penyelewengan yang mereka lakukan. Pada surat ini disebutkan pula
sisi-sisi lain kesesatan dan penyelewengan mereka.
Surah ini juga memberi petunjuk bagaimana seharusnya seorang Mukmin berakidah dan
berperilaku. Hakikat agama samawi. Etika bertobat. Petunjuk bagaimana menyikapi
kemenangan dan kekalahan. Keterangan tempat orang-orang yang gugur dalam perang di jalan
Allah. Jalan menunju kemenangan.
Surat ini ditutup dengan paparan bahwa balasan dari Allah berlaku umum, untuk laki-laki dan
perempuan. Ada kesatuan iman dan tingkah laku antara Muslim dan beberapa ahli Kitab.
Mereka yang berendah hati kepada Allah. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Serta
seruan agar orang-orang yang beriman, bersabar, tetap bersiaga dan bertakwa kepada Allah
agar menjadi orang-orang yang beruntung.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

4. An-Nisa'
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah An-Nisa' (An-Nisaa’, Wanita dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “Women, The
Woman”) adalah surah ke-4 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 176 ayat dan termasuk
golongan surah-surah Madaniyyah karena diturunkan di Medinah. Kalau melihat dari sejarah
periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-92
setelah surah Al-Mumtahanah dan sebelum surah Al-Zalzalah.
Surah ini dinamai An-Nisa (wanita) karena dalam surah ini banyak dibicarakan hal-hal yang
berhubungan dengan wanita serta merupakan surah yang paling banyak membicarakan hal itu
dibanding dengan surah-surah yang lain. Surah lain yang banyak juga membicarakan tentang
hal wanita ialah surah At-Talaq. Dalam hubungan ini surah An-Nisa biasa juga mendapat
sebutan Surah An-Nisa Al Kubra (surah An-Nisa yang besar), sedang surah At-Talaq disebut
dengan sebutan: Surah An-Nisa As-Sughra (surah An-Nisa yang kecil).
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini dimulai dengan seruan Allah agar
kita bertakwa kepadaNYA. Sekaligus, penegasan bahwa semua manusia adalah setara dari segi
kemanusiaan karena berasal dari satu jiwa. Karenanya, diperintahkan untuk memberi perhatian
kepada yang lemah dan bersikap adil contohnya terhadap anak2 yatim termasuk perempuan
dan para budak yang pada masa itu dan sebelumnya hak-haknya terabaikan.
Kewajiban para wali terhadap asuhannya dan orang yang di bawah perwaliannya, memberikan
harta waris kepada anak yatim ketika mereka balig/cukup dewasa, jangan menukar yang baik
dengan dengan yang buruk/palsu apalagi mengambil harta mereka, berlaku adil kepada para
istri (termasuk bekas budak) dan jika merasa takut tidak bisa berlaku adil, maka cukup seorang
istri saja, juga tentang mahar. Dalam ayat lainnya ditegaskan bahwa suami sekali-kali tidak akan
dapat berlaku adil diantara lebih dari 2 istri. Dengan ayat ini secara halus Allah menyeru suami
agar memikirkan bila sekiranya suami hendak berpoligami.
Kemudian dilanjutkan dengan pembicaraan pokok-pokok hukum waris, dasar-dasar untuk
menetapkan perbuatan-perbuatan keji dan hukumnya, cara bergaul dengan istri serta beberapa
hukum perkawinan. Islam melindungi hak milik laki-laki dan perempuan serta beberapa
peraturan hidup bersuami istri.
Setelah itu, dibahas mengenai kewajiban terhadap Allah dan manusia, kesucian lahir batin,
orang-orang yang tidak suci batinnya yang ingkar, yang fasik, munafik termasuk yang riya dan
peringatan Allah SWT terhadap mereka, sebaliknya melipatgandakah pahala bagi yang ikhlas
serta penegasan bahwa DIA tidak akan mengurangi pahala atau menambah siksa seseorang.
Allah, dengan karuniaNYA, akan melimpahkan pemberian yang banyak.
Kemudian diserukan agar kita adil dan tidak berlaku curang dalam menentukan hukum.
Peringatan tentang kaum kafir, fasik dan munafik yang curang, yang menghalangi manusia
lainnya berlaku adil. Seruan untuk tidak menghiraukan ucapan kebohongan mereka dan
mengajak mereka kepada kebenaran dengan nasihat yang baik. Selalu waspada terhadap
lawan2 Islam dan memepersiapkan diri untuk menghadapi tipu daya mereka. Dibahas pula
adab2 dan tujuan peperangan dalam Islam dan perbedaannya dengan yang dilakukan kaum
kafir serta seruan agar tidak menjadikan orang yang ingkar tersebut sebagai wali (sekutu,
pelindung dan penolong) yang memiliki kekuasaan harus ditaati. Neraka bagi kaum munafik,
kecuali bagi mereka yang bertobat dan kembali ke jalan Allah secara ikhlas, akan mendapat
pahala seperti orang-orang Mukmin baik di dunia maupun di akhirat.
Selanjutnya dikisahkan tentang umat-umat terdahulu. Akibat-akibat dari semua perbuatan
mereka agar umat Islam dapat menarik pelajaran. Menelusuri, mempelajari dan mengikuti yang
baik sebaliknya menghindari dan meninggalkan yang buruk. Surat ini juga menampilkan
persamaan pokok risalah agama yang diwahyukan kepada para Rasul dan penegasan tentang
kerasulan Muhammad SAW serta pandangan Al-Qur’an terhadap Nabi Isa AS.
Kembali kepada topik keadilan, surah ini ditutup dengan pembahasan tentang masalah pusaka
Kalalah. Yaitu mengenai warisan orang yang wafat tanpa mempunyai anak dan ayah.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

5. Al-Maidah
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Maidah (Al-Maa’idah, Jamuan Hidangan, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris
“The Table, The Feast, The Heavenly Food, The Repast, The Table-spread”) adalah surah ke-5
dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 120 ayat dan termasuk golongan surat Madaniyyah
karena diturunkan setelah hijrah ke Medinah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya
surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini merupakan salah satu dari tiga surat yang terakhir
kali turun dan diturunkan setelah surah Al-Fath. Dua surat yang lainnya adalah At-Taubah dan
An-Nashr.
Surah ini dinamai Al-Maidah (hidangan) karena memuat kisah para pengikut setia Nabi Isa AS
yang meminta kepadanya agar Allah menurunkan untuk mereka hidangan makanan dari langit
(ayat 112-115). Selain itu, Surah Al-Maidah juga disebut Al-'Uquud (perjanjian), karena kata itu
terdapat pada ayat pertama surah ini, di mana Allah menyuruh agar hamba-hambaNYA
memenuhi janji terhadap Allah maupun perjanjian-perjanjian yang mereka buat terhadap
sesamanya. Dinamakan juga Al-Munqidz (yang menyelamatkan), sebab pada bagian2 akhir
surah ini memuat kesaksian Isa Al-Masih terhadap kaum pengikutnya.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini memuat berbagai hukum
mengenai kewajiban memenuhi janji secara umum. Baik janji antara hamba dengan Tuhannya
maupun janji antar sesama manusia. Hukum mengenai makanan yang halal dan yang haram,
mengawini wanita Ahl al-Kitab; serta rukun wudu dan tayamum.
Selain itu, terdapat keterangan mengenai pencarian keadilan bersama musuh. Isyarat tentang
nikmat Allah kepada orang-orang Islam. Kewajiban menjaga dan memelihara kitab suci.
Keterangan mengenai orang-orang Yahudi yang mengubah firman-firman Allah dari yang
sebenarnya. Gambaran mengenai orang-orang Nasrani yang melupakan sebagian dari apa yang
diingatkan kepada mereka. Juga terdapat keterangan mengenai kemusyrikan orang-orang
Nasrani itu dengan mengatakan bahwa Isa Al-Masih adalah anak Allah. Keterangan mengenai
sikap orang-orang Yahudi yang menganggap bohong orang-orang Nasrani dan mengaku bahwa
Yahudi lah anak-anak dan kekasih-kekasih Allah.
Surat ini juga berisi kisah kaum Yahudi. Kisah dua anak Adam yang melukiskan bahwa
permusuhan merupakan tabiat anak cucu Adam. Hukum kisas sebagai pendidikan bagi jiwa
yang cenderung memusuhi yang lain. Hukuman zina dan mencuri. Setelah itu, surat ini
menerangkan kembali tentang orang-orang Yahudi yang telah mengubah syariat yang terdapat
dalam kitab Taurat. Keterangan bahwa Taurat dan Injîl mengandung kebenaran sebelum terjadi
perubahan. Surat ini juga menerangkan keharusan menerapkan hukum kitab suci yang
diturunkan Allah.
Surat ini kemudian menerangkan tentang sikap permusuhan sekelompok orang-orang Yahudi
dan Nasrani terhadap masyarakat Islam dan larangan tunduk serta rela dengan apa yang
mereka lakukan. Menetapkan kemusyrikan kaum yang mengatakan bahwa Allah adalah salah
satu dari tiga tuhan. Penjelasan Al-Qur’an bahwa sebagian kaum Nasrani telah mengikuti
kebenaran dan beriman. Larangan bagi orang yang beriman untuk mengharamkan sebagian
makanan yang dihalalkan baginya. Kafarat melanggar sumpah. Larangan meminum khamar.
Keterangan manasik haji dan kemuliaan Ka'bah serta bulan-bulan suci. Kebatilan orang-orang
Arab yang telah mengharamkan sesuatu kepada diri mereka tanpa bukti dan alasan. Juga
tentang hukum wasiat dalam bepergian.
Akhir surat ini menjelaskan mengenai mukjizat Nabi Isa AS dan kekufuran Bani Israil
terhadapnya serta terbebasnya Nabi Isa dari mereka yang menyembahnya. Semua yang ada di
langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah semata. DIA adalah MahaKuasa.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

6. Al-An'am
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-An'am (Hewan Ternak, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Cattle, The
Livestock”) adalah surah ke-6 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 165 ayat dan termasuk
golongan surah Makkiyyah karena sebagian besar ayatnya diturunkan di Mekah kecuali ayat-
ayat 20, 23, 91, 93, 114, 141, 151, 152 dan 153 yang diturunkan di Medinah. Kalau melihat dari
sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan
ke-55 setelah surah Al-Hijr dan sebelum surah Ash-Shaaffat.
Surah ini dinamai Al-An'am (Hewan Ternak) karena di dalamnya disebut kata An'am dalam
hubungan dengan adat-istiadat kaum musyrik. Yang menurut mereka, binatang-binatang ternak
itu dapat digunakan untuk mendekatkan diri kepada tuhan mereka. Surah ini juga menyatakan
hukum mengenai hewan ternak tersebut.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini dimulai denganp pujian dan
penghormatan bagi Allah. Rabb yang menciptakan langit, bumi, kegelapan dan cahaya demi
kemaslahatan manusia dengan kekuasaan dan kebijaksanaanNYA. Namun, dengan nikmat yang
besar seperti itu, ternyata orang-orang kafir tetap menyekutukan Allah dalam beribadah.
Mengingatkan kepada manusia bahwa pada alam dan isinya ini terdapat bukti-bukti kebesaran,
keperkasaan dan keesaan Sang Pencipta. Juga bukti bahwa tidak ada yang menyertaiNYA dalam
penciptaan alam dan keberhakan disembah.
Surat ini juga memaparkan kisah beberapa orang Nabi. Dimulai dengan kisah Nabi Ibrahim AS.
Bagaimana ia menyimpulkan kewajiban ibadah dan keEsaan Allah dengan mengamati berbagai
fenomena alam. Mulai dari bintang- bintang, bulan, kemudian matahari, sampai akhirnya ia
menemukan bahwa hanya Allahlah Tuhan yang patut disembah.
Kemudian, mengarahkan pandangan kepada keajaiban-keajaiban ciptaan Allah. Menerangkan
bagaimana Allah menumbuhkan zat hidup yang hijau segar dari sesuatu yang kering dan padat.
Bagaimana DIA memecahkan biji-bijian sehingga dari biji-bijian itu tercipta tumbuh-tumbuhan.
Memaparkan sifat orang-orang yang ingkar dan bagaimana mereka menggantungkan diri
kepada angan-angan kosong yang menyesatkan dan menjauhkan mereka dari kebenaran.
Keterangan tentang makanan-makanan yang dihalalkan oleh Allah dan sesatnya orang-orang
musyrik karena mengharamkan makanan-makanan halal tanpa dalil. Kemudian, juga bagaimana
mereka menyandarkan pengharaman itu kepada Allah.
Berikutnya, keterangan tentang sepuluh pesan yang merupakan esensi dari pokok-pokok ajaran
Islam dan moral. Larangan menyekutukan Allah, berzina, membunuh, memakan harta anak
yatim, kewajiban untuk tidak mengurangi, melebihkan takaran dan timbangan, mewujudkan
keadilan, menepati janji, berbakti kepada kedua orang tua dan larangan membunuh anak
perempuan.
Pernyataan bahwa Al-Qur'an adalah kitab suci penuh berkah yang dturunkan Allah. Al-Qur’an
mengandung berbagai karunia Allah, kebaikan dalam beragama dan hidup di dunia. Ajakan
untuk mengikuti Al-Qur'an dan menghindari upaya melanggarnya, agar memperoleh kasih
sayang Tuhan. Kasih sayangNYA tergambar dari dasar keadilan Allah. Barangsiapa melakukan
perbuatan baik, akan memperoleh pahala sepuluh kali lipat, sebagai karunia dan pemberian
Allah. Tapi, barangsiapa melakukan perbuatan tidak baik hanya akan disiksa seberat dosanya.
Tidak akan ada kecurangan dengan mengurangi pahala atau menambah hukuman.
Surat ini ditutup dengan menyatakan kembali tentang agama yang lurus. Agama yang
mengajarkan bahwa shalat, seluruh ibadah, ketaatan selama hidup, iman, dan amal saleh
semuanya hanya untuk Allah. Tiada tuhan selain Allah yang telah menciptakan semua makhluk.
Tuhan semesta alam yang ampunanNYA terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh orang-
orang yang bertobat dan berbuat baik sangat besar. Kasih sayangNYA kepada mereka amat
luas.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

7. Al-A'raf
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-A'raf (Al-A’raaf, Tempat Tertinggi antara Surga dan Neraka) adalah surah ke-7 dalam
Al-Qur’an. Dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris disebut “The Elevations, The Battlements,
The Faculty of Discernment, The Heights, The Ramparts, Wall Between Heaven and Hell.” Surah
ini terdiri atas 206 ayat dan termasuk golongan surah Makkiyyah karena sebagian besar ayatnya
diturunkan di Mekah kecuali ayat 163 sampai ayat 170 yang diturunkan di Medinah. Kalau
melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan
pada urutan ke-39 setelah surah Shaad dan sebelum surah Al-Jin.
Surah ini dinamai Al-A'raf karena perkataan Al-A'raf terdapat dalam ayat 46 yang
mengemukakan tentang keadaan orang-orang yang berada di atas Al-A'raf. Yaitu, tempat yang
tertinggi di batas surga dan neraka. Al-A'raf adalah pembatas antara surga dan neraka yang
mempunyai pintu. Kata a'raaf adalah bentuk jamak dari 'urf yang berarti 'sesuatu yang tinggi'
atau 'sesuatu yang terhormat'. Dinamakan demikian, karena pembatas antara surga dan neraka
itu sangat tinggi.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini dimulai dengan membahas
kelanjutan dari bagian akhir surat al-An'am. Setelah pada bagian akhir surat al-An'am
dibicarakan tentang hewan ternak, awal surat al-A'raf mengandung kisah awal mula penciptaan
manusia. Misalnya, diceritakan kisah penciptaan Adam dan Hawa. Kisah keluarnya mereka dari
dalam surga akibat godaan setan. Keterangan lebih lanjut mengenai godaan setan yang terus
menerus kepada manusia dalam pakaian dan makanan. Seperti surat-surat yang lain, surat ini
pun menyinggung perintah mengamati dan menghayati sistem yang begitu teratur di dalam
langit dan bumi.
Selain itu, surat al-A'raf mengandung beberapa kisah. Di antaranya kisah Nabi Nuh, Nabi Hud
dengan pengikutnya kaum 'Ad, Nabi Shalih dengan kaum Tsamud yang terkenal kuat dan
memiliki kekayaan, Nabi Luth dengan kaumnya dan tindakan makar yang mereka lakukan dan
Nabi Syu'ayb dengan penduduk Madyan. Juga kisah-kisah nyata yang mengandung nasihat dan
pelajaran. Setelah itu dalam surat ini Allah mengisahkan cerita Nabi Musa AS dan Fir'aun.
Sebagai penutup, surat ini menggambarkan nasib orang yang telah mendapat petunjuk
kemudian terlepas lagi akibat godaan setan yang semestinya tidak terjadi. Juga ajakan untuk
mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW untuk bertakwa kepada Allah. Bukan pada berhala-
berhala yang tidak akan dapat memberikan pertolongan bukan hanya kepada para para
penyembahnya, juga pada diri mereka sendiri.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…
8. Al-Anfal
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Anfal (Al-Anfaal, Harta Rampasan Perang, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris
“The Spoils, Battle Gains, Booty, The Spoils of War”) adalah surah ke-8 dalam Al-Qur’an. Surah
ini terdiri atas 75 ayat dan termasuk golongan surah Madaniyyah karena diturunkan di
Medinah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah
ini diturunkan pada urutan ke-88 setelah surah Al-Baqarah dan sebelum surah Ali ‘Imran.
Surah ini dinamai Al-Anfal yang berarti Harta Rampasan Perang dan Kekayaan-Kekayaan Publik
berhubung kata Al-Anfaal terdapat pada permulaan surah ini. “Yas-aluunaka 'ani al-anfaal…”
Persoalan yang menonjol dalam surah ini ialah tentang harta rampasan perang, hukum perang
dan hal-hal yang berhubungan dengan peperangan pada umumnya.
Kata Anfaal digunakan sebanyak dua kali dalam surah ini dan tidak disebutkan pada surah
lainnya. Dari segi isinya, surah Al-Anfal adalah surah pertama yang relatif berukuran medium Al-
Qur’an dan berada di tengah-tengah surah-surah panjang serta ukurannya setengah juz Al-
Qur’an. Menurut riwayat Ibnu Abbas, surah ini diturunkan berkenaan dengan perang Badar
yang terjadi pada tahun 2 H.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, dalam surat ini Allah memaparkan
penjelasan sebagian hukum dan latar belakang perang. Menerangkan pula faktor-faktor
pembawa kemenangan dan peran strategis kekuatan spiritual. Allah juga menjelaskan hukum
harta rampasan perang dan tawanan. Dalam surat ini tampak jelas perpaduan hukum dan
hikmah Allah saat menuturkan secara rinci peristiwa perang Badar. Latar belakang dan
persoalan-persoalan pascaperang, dan pemicu perang. Disimpulkan dalam surat, bahwa hal ini
disebabkan tindakan pengusiran terhadap Nabi oleh orang-orang musyrik dari Mekah. Perang
ini sangat penting artinya, karena merupakan peristiwa yang menentukan jalan sejarah
perkembangan Islam. Allah menjelaskan pula dalam surat ini persiapan-persiapan yang mesti
dilakukan sebelum perang dan kewajiban menerima perjanjian damai jika pihak musuh
menghendaki.
Surat ini ditutup dengan uraian masalah yang berkaitan dengan perwalian antar sesama orang
Mukmin. Juga penjelasan hukum yang mewajibkan orang-orang Mukmin untuk berhijrah dari
bumi penindasan untuk berjuang bersama saudara-saudara seiman demi kejayaan Islam dan
umat manusia.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

9. At-Taubah
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah At-Taubah (At-Tawbah, Pengampunan, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The
Repentance, Dispensation, Immunity”) adalah surah ke-9 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas
129 ayat dan termasuk golongan surah Madaniyyah karena diturunkan di Medinah. Kalau
melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini merupakan
salah satu dari tiga surat yang terakhir kali turun. Dua surat yang lainnya adalah Al-Maa-idah
dan An-Nashr. Surat ini diturunkan pada urutan ke-113 setelah surah Al-Maa-idah dan sebelum
surah An-Nashr.
Surah ini dinamai At-Taubah yang berarti "Pengampunan" karena kata At-Taubah berulang kali
disebut dalam surah ini. Berbeda dengan surah-surah yang lain maka pada permulaan surat ini
tidak terdapat ucapan basmalah, karena surah ini adalah pernyataan perang dengan arti bahwa
segenap kaum muslimin dikerahkan untuk memerangi seluruh kaum musyrikin, sedangkan
basmalah bernafaskan perdamaian dan cinta kasih Allah.
Surah ini diturunkan di Medinah sesudah Nabi Muhammad SAW kembali dari peperangan
Tabuk yang terjadi pada tahun 9 H. Surat ini dibacakan oleh ‘Ali ibn Abi Thalib RA kepada orang-
orang Muslim pada musim haji. Saat itu, yang menjadi Amirulhaj (Amiir-u-'l-Hajj) adalah Abu
Bakar Al-Shiddiq RA.
Surat ini diawali dengan pernyataan bahwa Allah tidak bertanggung jawab atas orang-orang
musyrik. Oleh karena itu, surat ini juga dinamakan surat Bara'ah (Berlepas Tangan). Setelah itu
disebutkan tentang keutamaan bulan-bulan suci, perjanjian dengan orang musyrik, dan
kewajiban memenuhi perjanjian itu selama mereka tidak melanggarnya. Tetapi, jika mereka
melanggar perjanjian, mereka harus diperangi.
Disebutkan pula bahwa inti kedekatan kepada Allah adalah beriman kepadaNYA. Maka,
keimanan seseorang tidak akan sempurna kecuali apabila Allah dan RasulNYA lebih dicintai dari
segalanya dalam peperangan menghadapi musuh yang kuat dan banyak sekalipun. Dalam surat
ini, Allah memperingatkan bahwa kebanggaan kepada kekuatan fisik akan menjauhkan
kemenangan seraya menunjukkan bukti keadaan orang-orang Muslim pada perang Hunain.
Juga terdapat larangan terhadap orang-orang musyrik untuk memasuki Al-Masjid Al-Haram.
Selain itu, dalam surat ini terdapat pula keterangan mengenai kewajiban memerangi orang-
orang Yahudi dan Nasrani yang telah mengingkari perjanjian sampai mereka memberikan jizyah
secara sukarela. Keterangan tentang jumlah bulan- bulan suci. Kewajiban berperang setiap kali
ada seruan untuk itu tanpa menunda-nunda. Isyarat tentang orang-orang yang tidak mau
berperang dan orang-orang cacat dalam kaitannya dengan masalah perang ini. Keterangan
mengenai keadaan orang-orang munafik yang menyebarkan fitnah pada saat turunnya perintah
untuk berperang. Surat ini juga menyebutkan perlakuan orang-orang munafik terhadap orang-
orang Mukmin dalam keadaan damai dan perang.
Di samping itu, juga disebutkan hukuman yang pasti diberikan kepada orang-orang munafik,
yaitu bahwa Rasulullah SAW tidak boleh melakukan salat atas jenazah seseorang pun dari
kalangan orang-orang munafik tersebut. Disebutkan pula pernyataaan tentang alasan yang
membolehkan untuk tidak berjihad. Keterangan tentang keadaan orang-orang Arab Badui yang
berpura-pura masuk atau tunduk kepada agama Islam setelah tampak bahwa kekuatan berada
pada pihak Islam, di samping keterangan bahwa mereka tinggal di sekitar Medinah atau di
dekatnya.
Setelah itu disebutkan pula tingkat keimanan manusia. Keterangan tentang Masjid Dhirar yang
didirikan oleh orang-orang munafik untuk menyaingi masjid yang didirikan oleh Rasulullah SAW.
Ciri-ciri orang-orang Mukmin yang benar-benar beriman. Pertobatan orang-orang yang pernah
meninggalkan Rasulullah SAW dan pengabulan pertobatan mereka. Surat ini, menerangkan juga
keadaan manusia dalam menerima ayat-ayat Al-Qur’an pada saat diturunkan.
Surat ini ditutup dengan pernyataan bahwa Allah telah memilih Muhammad SAW untuk
membawa pesan-pesan suciNYA dan tidak menghendaki adanya pembangkangan terhadap
Rasul yang diutus kepada mereka. Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang terhadap mereka,
dan cukuplah Allah sebagai penolong bagi Rasul apabila mereka menolak ajakannya.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

10. Surah Yunus


Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Yunus (Nabi Yunus AS, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Prophet Jonah”)
adalah surah ke-10 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 109 ayat dan termasuk golongan
surah Makkiyyah karena hampir semua ayat-ayatnya diturunkan di Mekah kecuali ayat 40, 94
dan 95 yang diturunkan di Medinah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun
ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-51 setelah surah Al-Israa’ dan sebelum
surah Huud.
Surah ini dinamai Yunus merupakan suatu simbolik dan bukan berarti surah ini berisi kisah
lengkap Nabi Yunus. Bahkan, kisah terpanjang dalam surah ini adalah kisah Nabi Musa dan Bani
Israil dengan Fir'aun yaitu pada ayat 75 hingga 93. Hanya ayat ke-98 dari surah inilah yang
menyebut kata "Yunus". Menurut pengamatan Khalifah, ayat 98 merupakan bagian terpenting
dari surah ini.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini dimulai dengan menerangkan
tentang kedudukan Kitab Suci Al-Qur’an dan apa yang dikatakan oleh orang-orang musyrik
tentang Nabi Muhammad SAW. Kemudian disebutkan tentang alam semesta dan bukti-bukti
kebesaran Allah yang ada di dalamnya, tentang ganjaran pada hari kiamat dan ketentuan Allah
yang berlaku atas orang-orang kafir serta keterangan tentang kejelekan akidah mereka.
Dijelaskan juga tentang keadaan manusia dalam kesusahan dan kegembiraan, tentang
kekuasaan Allah dan ketidakmampuan berhala-berhala atas segala sesuatu, tentang tantangan
untuk mendatangkan satu surat, meskipun hanya berbentuk tipu daya. Selain itu, terdapat pula
peringatan keras dengan azab Allah, keterangan mengenai keadaan jiwa manusia dan bahwa
Allah MahaTeliti terhadap perbuatan-perbuatan mereka.
Kemudian pembicaran beralih untuk menghibur Rasulullah SAW yang merasa sakit oleh
kekufuran mereka, dengan memberikan alasan yang pasti kepada mereka. Muhammad SAW
dihibur dengan kisah para nabi dengan kaumnya: kisah Nabi Nuh, Nabi Musa dan Nabi Harun
beserta Fir'aun dan Bani Israil, kemudian kisah Nabi Yûnus, yang namanya dijadikan tajuk surat
ini. Kemudian setelah itu keterangan yang ada pada surat ini diarahkan kepada Nabi
Muhammad SAW untuk menyempurnakan pelajaran.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab …

11. Surah Hud


Bismillahirrahmanirrahim …
Surat Hud (Huud, Nabi Hud AS, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “Hud, Hood, Hud (The
Messenger), The Prophet Hud”) adalah surah ke-11 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 123
ayat dan termasuk golongan surah Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari
sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan
ke-52 setelah surah Yunus dan sebelum surah Yusuf.
Dinamai surah Hud karena ada hubungan dengan kisah Nabi Hud dan kaumnya. Dalam surah ini
terdapat juga kisah-kisah Nabi yang lain, seperti kisah Nabi: Nuh, Shaleh, Ibrahim, Luth, Syu'aib,
dan Musa. Banyak ahli tafsir menyimpulkan bahwa surah ini bertujuan meneguhkan jiwa
Rasulullah SAW untuk terus menyampaikan wahyu dan bersabar menghadapi kaum yang
ingkar, sebagaimana tabahnya Nabi-nabi sebelum beliau, melalui kisah2 ujian dan cobaan yg
dihadapi oleh para Nabi tersebut.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini dibuka dengan menyebutkan
kemuliaan Al-Qur’an, tentang penyembahan kepada Allah semata, tentang janji-janji dan
peringatan-peringatanNYA, serta penjelasan mengenai kekuasaan Allah dan hal ihwal manusia
yang mendapatkan karunia atau bencana dari Allah. Kemudian kembali dibicarakan mengenai
kedudukan Al-Qur’an sebagai mukjizat yang menantang, tentang orang-orang kafir yang tidak
memiliki dasar untuk mempertahankan kekufuran mereka dan tentang ganjaran pahala bagi
orang-orang yang beriman.
Selanjutnya, dalam surat ini Allah memaparkan beberapa kisah para Nabi, termasuk di
dalamnya perdebatan yang terjadi antara para Nabi dengan kaum-kaum mereka dan
bagaimana kemudian orang-orang kafir itu ditimpakan azab, sementara orang-orang Mukmin
diselamatkan dari azab itu. Kisah Nabi Nuh AS dalam surat ini, dijelaskan dengan lebih rinci
dibanding paparan sebelumnya dalam surat Yûnus. Dalam kisah itu dijelaskan tentang watak
orang-orang kafir yang selalu mengingkari kebenaran sehingga mereka mendapatkan murka
Tuhan.
Setelah kisah Nuh AS, dipaparkan pula kisah Nabi Hud AS dan kaumnya, 'Ad, disertai penjelasan
mengenai watak orang-orang kafir dan bagaimana akhirnya mereka tidak dapat menampik
bencana yang diturunkan Allah, meskipun dengan kekuatan dan kehebatan yang mereka miliki
saat itu. Setelah itu, dengan alur yang hampir sama, dipaparkan juga kisah para Nabi lainnya:
Saleh AS dengan kaum Tsamud, Ibrahim AS, Luth AS, Syu'ayb AS dan Musa AS. Kemudian,
setelah memaparkan kisah-kisah tersebut, Allah menjelaskan hikmah-hikmah yang dapat
dipetik dari kisah-kisah itu.
Surat ini kemudian ditutup dengan mengajak orang-orang Mukmin untuk selalu berusaha
sambil mengharapkan perkenan Allah. Kemudian Allah menyebutkan mengenai
Kemahasempurnaan ilmu yang dimilikiNYA dan kewajiban berserah diri kepadaNYA.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab …

12. Surat Yusuf


Bismillahirrahmanirrahim …
Surat Yusuf (Nabi Yusuf AS, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “Joseph”) adalah surah
ke-12 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 111 ayat dan termasuk golongan surah Makkiyyah
karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-
ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-53 setelah surah Hud dan sebelum surah Al-
Hijr.
Dinamai surah Yusuf karena titik berat dari isinya mengenai riwayat Nabi Yusuf AS. Kisah Yusuf
AS dalam surat ini diceritakan pada 78 ayat. Riwayat tersebut salah satu di antara cerita-cerita
gaib yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat baginya, karena sebelum
diturunkan surah ini beliau tidak mengetahuinya. Dari riwayat ini, Nabi Muhammad SAW
mengambil pelajaran-pelajaran yang banyak dan merupakan penghibur terhadapnya dalam
menjalankan tugasnya. Menurut riwayat Al Baihaqi dalam kitab Ad-Dalail bahwa segolongan
orang Yahudi masuk agama Islam sesudah mereka mendengar cerita Yusuf ini, karena sesuai
dengan cerita-cerita yang mereka ketahui.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim dan huruf2 eja Alif, Laam, Raa, surat ini
dimulai dengan tiga ayat yang menyebutkan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad SAW.
Di ayat yang pertama disebut sebagai kitab suci yang jelas dan menjelaskan (al-kitâb al-mubîn).
Sementara di ayat kedua disebut sebagai bacaan yang berbahasa Arab (Al-Qur’an Al-'Arabiyy).
Hal ini berarti, Al-Qur’an dapat dibaca dan dihafal oleh bangsa Arab, agar mereka dapat
memahaminya dan menyampaikannya kepada orang lain. Kemudian pada ayat ketiga
disebutkan bahwa Al-Qur’an mengandung kisah-kisah terbaik yang belum diketahui oleh Nabi
Muhammad SAW sebelum turunnya wahyu. Hal ini membuktikan bahwa Al-Qur’an adalah
wahyu Allah.
Surat dan kisah di dalam surat ini ditutup dengan menegaskan kembali apa yang telah
ditetapkan di awal-awal surat. Pada sepuluh ayat terakhir, Allah mengarahkan NabiNYA bahwa
kisah ini termasuk berita-berita gaib yang belum pernah Nabi ketahui hakikat dan rinciannya
sebelum wahyu turun. Dan juga ketika saudara- saudara Yusuf sepakat berencana
mencelakakannya, Nabi tidak berada di tengah-tengah mereka.
Kemudian Allah memberitahukan RasulNYA bahwa kepongahan dan kedengkianlah yang
membuat kebanyakan manusia tetap mempertahankan kekufurannya, dan bahwa usaha keras
yang dilakukan Nabi agar kebanyakan mereka beriman tidak berguna sama sekali. Di sini
dijelaskan bahwa dalam menjalankan tugas Nabi tidak mengharap upah sedikit pun. Al-Qur’an
yang dibawanya itu hanyalah petunjuk dan peringatan bagi semua manusia.
Sebagai penutup surat, Allah menyinggung hal ihwal para Rasul yang kisahnya telah diceritakan,
bagaimana sikap kaumnya dan kemenangan yang pada akhirnya mereka peroleh dari orang-
orang kafir yang jahat. Allah menegaskan bahwa kisah-kisah para Nabi itu merupakan pelajaran
berharga bagi orang-orang berakal. Dan Al-Qur’an yang berbicara tentang kisah-kisah tersebut,
juga yang lainnya, bukanlah dongeng palsu dari Allah. Akan tetapi Al-Qur’an itu adalah suatu
kebenaran dan kitab yang membenarkan kitab-kitab suci samawi lainnya. Dia juga merupakan
petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang mau berfikir, menjadikan pelajaran dan beriman.
Ciri yang paling menonjol dari surat ini, adalah kisah Yusuf diceritakan secara lengkap.
Tersebarnya dengki di keluarga itu karena kasih sayang yang diberikan kepada sebagian anak
saja juga tampak di surat ini. Kedengkian putra-putra Ya'qub terhadap saudara mereka, Yusuf,
membuat Yusuf diceburkan ke dalam sumur. Tapi Allah melindunginya dari rencana jahat
mereka seperti halnya Allah menjaga Yusuf dari godaan istri pembesar Mesir (Al-'Aziz) ketika
telah menginjak dewasa, sampai akhirnya Yusuf mempunyai posisi penting di Mesir, negeri
yang menjadi tumpuan saudara-saudaranya yang telah bersekongkol mencelakakannya.
Demikian pula sikap Allah terhadap para Nabi yang akan memenangkan mereka atas musuh
dan membuat mereka eksis di muka bumi selama mereka berpegang teguh pada kebenaran,
mempercayainya dan bersikukuh pada tali kebenaran.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab …

13. Surat Ar-Ra'd


Bismillahirrahmanirrahim …
Surat Ar-Ra'd (Guruh, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “Thunder”) adalah surah ke-13
dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 43 ayat dan termasuk golongan surah Madaniyyah
karena diturunkan di Medinah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun
ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-96 setelah surah Muhammad dan
sebelum surah Ar-Rahmaan.
Dinamai surah Ar-Ra'd yang berarti Guruh (Petir) karena dalam ayat 13 Allah berfirman yang
artinya: “Selain itu, tanda kekuasaanNYA adalah bahwa guruh pun tunduk dan patuh kepada
Allah dengan sepenuhnya. Suara petir yang kalian dengar itu tak ubahnya sebagai tasbih kepada
yang telah menciptakannya, sebagai bukti kepatuhannya kepada Sang Pencipta…” Hal ini juga
menunjukkan sifat Maha Suci dan Maha Sempurna Allah SWT. Selain itu, sesuai dengan sifat Al-
Qur’an yang mengandung peringatan dan harapan, demikian pula bunyi guruh itu menimbulkan
kecemasan dan harapan kepada manusia. Isi terpenting dari surah ini ialah bahwa bimbingan
Allah kepada makhlukNYA bertalian erat dengan hukum sebab dan akibat. Bagi Allah SWT tidak
ada pilih kasih dalam menetapkan hukuman. Balasan atau hukuman adalah akibat dan ketaatan
atau keingkaran terhadap hukum Allah.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim dan huruf2 fonemis Alif Laam Miim Raa,
surat ini dimulai dengan keterangan mengenai posisi Al-Qur’an yang merupakan wahyu Allah
SWT, keterangan mengenai kekuasaan Allah di alam raya, dan keindahan serta manfaat yang
dapat diambil dari alam raya itu. Selain itu, terdapat pula keterangan mengenai kekuasaan Allah
SWT dalam menciptakan sesuatu dan dalam mengembalikan dan membangkitkan manusia
kembali, keterangan mengenai ilmu pengetahuan Allah yang meliputi segala sesuatu.
Keterangan mengenai kekuasaan Allah menurunkan siksa di dunia dan di akhirat juga dibahas
dalam surat ini. Setelah itu, surat ini mengajak kita untuk mengamati keajaiban-keajaiban yang
terdapat di alam raya.
Di samping itu, Allah kemudian menerangkan bermacam-macam sikap manusia dalam
menerima Al-Qur’an, sifat-sifat orang Mukmin dalam hubungannya dengan umat manusia,
perilaku orang-orang kafir dan sikap keras kepala mereka dalam meminta mukjizat selain Al-
Qur’an, walaupun posisi Al-Qur’an sedemikian tinggi, dan beberapa ejekan mereka kepada
Rasulullah SAW. Allah kemudian, dalam surat ini, menerangkan bahwa rasul-rasul sebelum
Muhammad pun telah diejek pula.
Keterangan bahwa Allah menguasai segala sesuatu, jiwa dan raga, juga dibahas di sini.
Kemudian, Allah menjelaskan bahwa DIA akan membalas masing-masing jiwa itu sesuai apa
yang pantas diterimanya, bahwa Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar yang bersifat abadi
sampai hari kiamat, bahwa Allahlah yang menguatkan Rasul-RasulNYA dengan berbagai
mukjizat yang menurut Allah perlu.
Terakhir, terdapat keterangan bahwa kalaupun orang-orang musyrik mengingkari pesan-pesan
suci Tuhan yang dibawa Muhammad SAW, Allah tetap menjadi saksi atas kebenaran pesan-
pesan itu. Cukuplah Allah sebagai saksi.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab …

14. Surah Ibrahim


Bismillahirrahmanirrahim …
Surat Ibrahim (Nabi Ibrahim AS, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “Abraham”) adalah
surah ke-14 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 52 ayat dan termasuk golongan surah
Makkiyyah karena diturunkan di Mekkah sebelum Hijrah. Kalau melihat dari sejarah periode
turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-72 setelah
surah Nuh dan sebelum surah Al-Anbiyaa’.
Dinamai surah Ibrahim karena surah ini mengandung do’a Nabi Ibrahim AS yaitu ayat 35 sampai
dengan 41. Do’a ini isinya antara lain: permohonan agar keturunannya mendirikan shalat,
dijauhkan dari menyembah berhala-berhala dan agar Mekah dan daerah sekitarnya menjadi
daerah yang aman dan makmur. Doa Nabi Ibrahim AS ini telah diperkenankan oleh Allah SWT
sebagaimana telah terbukti sejak dahulu sampai sekarang. Do’a tersebut dipanjatkan beliau ke
hadirat Allah SWT sesudah selesai membina Ka’bah bersama puteranya Ismail AS di dataran
tanah Mekah yang tandus. Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim dan huruf2
fonemis Alif, Laam, Raa, surat ini menyatakan lima hal penting.
Pertama, Al-Qur’an adalah pembimbing manusia ke jalan Allah. Segala sesuatu di alam ini
kepunyaan Allah. Keingkaran manusia terhadap Allah tidaklah mengurangi kesempurnaanNYA.
Nabi-Nabi membawa mukjizat atas izin Allah semata. Allah kuasa mematikan manusia dan
membangkitkannya kembali dalam bentuk baru. Ilmu Allah meliputi yang lahir dan yang batin.
Kedua, perintah mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian harta baik secara rahasia
maupun secara terang-terangan.
Ketiga, menceritakan kisah Nabi Musa AS dengan kaumnya, serta kisah para Rasul zaman
dahulu. Sebab-musabab Rasul-Rasul diutus dengan bahasa kaumnya sendiri.
Keempat, perumpamaan tentang perbuatan dan perkataan yang hak dengan yang bathil.
Kejadian langit dan bumi mengandung hikmah-hikmah. Berbagai nikmat Allah kepada manusia
dan janji Allah kepada hamba-hamba yang mensyukuriNYA.
Kelima, surat Ibrahim mengandung petunjuk-petunjuk bagi manusia untuk mengenal Tuhan
mereka dan janji Allah menyediakan syurga kepada orang-orang yang beriman. Dalam surat ini
Allah menjelaskan bahwa Rasul-Rasul itu diutus dengan menggunakan bahasa kaumnya agar
mudah bagi kaum tersebut memahami perintah dan larangan Allah. Kemudian Allah
menjelaskan pula apa yang terjadi antara Rasul-Rasul itu dengan kaumnya.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…
15. Al-Hijr
Bismillahirrahmanirrahim …
Surat Al-Hijr (Lembah Hijr, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Ḥijr, Stoneland, The
Rocky Tract, The Stone Valley”) adalah surah ke-15 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 99
ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah. Kalau melihat dari sejarah periode
turunnya surat maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan dalam urutan ke 54 setelah
surah Yusuf dan sebelum surah Al-An'am.
Al-Hijr adalah nama sebuah daerah pegunungan yang didiami oleh kaum Tsamud pada zaman
Nabi Shaleh. Terletak di pinggir jalan antara Medinah dan Syam (Syria sekarang). Nama surah ini
diambil dari nama daerah pegunungan itu yang berkaitan dengan nasib penduduknya yaitu
kaum Tsamud pada ayat 80-84. Mereka telah dimusnahkan Allah karena mendustakan Nabi
Shaleh dan berpaling dari ayat-ayat Allah, oleh suara keras yang mengguntur pada waktu pagi
hari. Dalam surah ini terdapat juga kisah-kisah kaum yang lain yang telah dibinasakan oleh Allah
seperti kaum Luth dan kaum Syu'aib.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim dan huruf2 fonemis Alif, Laam, Raa, secara
garis besar, surat ini berisi berita dan pelajaran yang dapat diambil dari kejadian-kejadian yang
menimpa bangsa-bangsa terdahulu. Termasuk penduduk Hijr.
Kemudian isyarat tentang kebesaran Allah di alam raya, seperti langit yang ditinggikan, gugusan
bintang-bintang dan lain sebagainya. Tentang pertikaian pertama dalam penciptaan antara Iblîs
dan Adam beserta istrinya, dan bagaimana pertikaian itu dilanjutkan dengan berlangsungnya
pertikaian antara baik dan buruk sampai hari kiamat.
Selain itu, surat ini juga mengandung keterangan mengenai balasan baik dan buruk, fungsi surat
Al-Fatihah, posisi Al-Qur’an sebagai suatu kesatuan, dan sikap orang-orang musyrik terhadap
Al-Qur’an. Dan bagaimana Nabi Muhammad SAW harus bersikap dalam menghadapi
pengingkaran mereka itu. Yaitu, dengan menyampaikan pesan sucinya secara terang-terangan,
sabar dalam menghadapi kejahatan mereka karena dakwah yang bijaksana mengharuskan sikap
lemah lembut dan senang memaafkan dan tetap menyembah Allah sampai datangnya sesuatu
yang pasti.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

16. An-Nahl
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah An-Nahl (Lebah, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Bee”) adalah surah ke-16
dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 128 ayat dan termasuk golongan surat Makkiyah, kecuali
tiga ayat terakhir yang termasuk dalam surat Madaniyyah. Kalau melihat dari sejarah periode
turunnya surat maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke 70 setelah
surah al-Kahfi dan sebelum surah Nuh.
Surah ini dinamakan An-Nahl yang berarti lebah karena di dalamnya, terdapat firman Allah SWT
ayat 68 yang artinya: "Dan Tuhanmu memberi ilham kepada lebah…" Lebah adalah makhluk
Allah yang banyak memberi manfaat dan kenikmatan kepada manusia. Surah ini dinamakan
pula "An-Ni'am" artinya nikmat-nikmat, karena di dalamnya Allah menyebutkan berbagai
macam nikmat untuk hamba-hambaNYA.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat An-Nahl dimulai dengan penegasan
Allah akan peringatanNYA terhadap orang-orang musyrik dan penjelasan tentang
kekuasaanNYA dalam melaksanakan peringatan itu. Hal ini dibuktikan dengan penciptaan langit
dan bumi. Beberapa karunia yang diberikan kepada manusia seperti penciptaan unta,
menumbuhkan tanaman dan segala makhluk laut, seperti segala jenis ikan yang bisa dimakan
dan mutiara-mutiara yang dapat dijadikan perhiasan juga dijelaskan.
Selanjutnya Allah mengisyaratkan konsekuensi dari nikmat yang telah diberikan, yaitu
keharusan bersyukur kepadaNYA dan kewajiban menyembah hanya kepadaNYA. Di samping itu,
diisyaratkan juga sikap orang-orang musyrik dalam menyambut seruan kepada ajaran tauhid
dan pendustaan yang mereka lakukan terhadap Al-Qur’an. Mereka menuduh bahwa Al-Qur’an
adalah termasuk dongeng-dongeng dan legenda orang-orang terdahulu.
Kemudian, di bagian lain, Allah menunjukkan siksa bagi orang-orang musyrik dan nikmat bagi
orang-orang Mukmin pada hari kiamat. Lalu dijelaskan pula mengenai keingkaran orang-orang
musyrik terhadap hari kebangkitan. Allah menolak keingkaran mereka dengan menjelaskan
kekuasaanNYA dan menegaskan janjiNYA kepada orang-orang Mukmin dan ancamanNYA
terhadap orang-orang musyrik.
Setelah itu Allah mendekatkan gambaran kebenaran hari kiamat melalui kekuasanNYA kepada
mereka dan ketundukan seluruh alam hanya kepadaNYA. Di surat ini, dijelaskan pula bahwa
Allahlah yang akan membuka tabir kepalsuan dari keyakinan orang-orang musyrik mengenai
kekuasaan tuhan-tuhan yang tidak dapat mendatangkan manfaat dan mudarat sama sekali dan
kekeliruan mereka dalam memandang wanita, baik kecil maupun dewasa.
Kemudian, dalam surat ini, Allah juga menyebutkan kisah beberapa Rasul sebelum Muhammad
SAW, pelajaran yang harus dipetik dari penciptaanNYA terhadap segala sesuatu termasuk
berbagai nikmatNYA kepada manusia, keterpautan rezeki yang membuat orang kaya memiliki
kelebihan dari orang fakir, nikmat-nikmatNYA yang diberikan kepada manusia dalam
penciptaan laki-laki maupun perempuan dan keturunan yang dihasilkan dari perkawinan antara
keduanya.
Lalu Allah memberikan perumpamaan untuk menjelaskan kekuasaanNYA dan mengajak untuk
memperhatikan kehebatan berbagai ciptaanNYA yang menunjukkan kebesaran Pencipta dan
kemurahan nikmatNYA, serta sikap orang-orang musyrik dalam menerima nikmat-nikmat yang
besar itu. Setelah menjelaskan pandangan-pandangan Islam tentang keadilan, tentang
pentingnya menjalin hubungan dengan menepati janji, tentang mukjizat Al-Qur’an serta
keingkaran dan tuduhan orang-orang musyrik terhadap mukjizat itu, Allah menunjukkan
keadaan orang-orang musyrik pada hari kiamat dan bagaimana dahulu mereka menghalalkan
dan mengharamkan sesuatu tanpa alasan.
Di bagian akhir surat ini disinggung tentang orang-orang Yahudi yang selalu mendekati orang-
orang musyrik. Dijelaskan juga bahwa hukuman balasan itu hendaknya sesuatu yang sepadan,
dan orang-orang Mukmin hendaknya selalu bersabar, bertakwa dan berbuat baik.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

17. Al-Isra
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Isra (Al-Israa’, Perjalanan Malam, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Night
Journey, The Glory”) adalah surah ke-17 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 111 ayat dan
termasuk golongan surah Makkiyah karena turun pada periode Mekah, kecuali dua belas ayat,
yaitu ayat 26, 32, 33, 57, dan delapan ayat dari ayat 73 hingga ayat 80 yang turun pada periode
Medinah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surat maupun ayat-ayatnya, maka surah
ini diturunkan pada urutan ke 50 setelah surah Al-Qasas dan sebelum surah Yunus.
Surah ini dinamakan pula Surah Bani Israel. Hal ini dikaitkan dengan penuturan pada ayat ke-2
sampai dengan ayat ke-8 dan kemudian dekat akhir surah yakni pada ayat 101 sampai dengan
ayat 104 tentang mereka. Allah menyebutkan bahwa Bani Israel, setelah menjadi bangsa yang
kuat lagi besar lalu menjadi bangsa yang terhina karena menyimpang dari ajaran Allah SWT.
Dihubungkannya kisah “Perjalanan Malam” dengan riwayat Bani Israel, memberikan peringatan
bahwa umat Islam pun akan mengalami keruntuhan, sebagaimana halnya Bani Israel, jika
Muslims juga meninggalkan ajaran-ajaran agamanya.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini diawali dengan tasbih menyucikan
Allah. Dilanjutkan dengan perjalanan Nabi Muhammad pada malam hari (israa). Risalah Musa
dan berbagai peristiwa yang terjadi pada Bani Israil. Kemudian disinggung pula mengenai
kedudukan Al-Qur’an dalam memberikan petunjuk. Pemaparan tanda-tanda kekuasaan Allah di
alam raya (ayat Kauniyyah) di malam dan di siang hari. Ganjaran manusia pada hari kiamat atas
perbuatan-perbuatannya di dunia. Dijelaskan pula tentang hal-hal yang menyebabkan
musnahnya beberapa bangsa. Lalu, pemaparan hal ihwal perbuatan manusia yang hasilnya
akan diterima di akhirat.
Kemudian dibicarakan tentang kewajiban menghormati orangtua. Keadaan manusia berkaitan
dengan harta mereka. Sepuluh perintah yang di antaranya membangun masyarakat ideal.
Bantahan Allah terhadap kebohongan yang diada-adakan oleh orang-orang musyrik tentang
malaikat. Penjelasan Al-Qur'an tentang pengulang-ulangan argumentasi Al-Qur’an. Selanjutnya
Allah mengisyaratkan ihwal diriNYA yang pantas untuk dipuji. Keingkaran orang-orang musyrik.
Pemaparan wasiat-wasiatNYA kepada orang-orang yang beriman, dan sikap Allah terhadap
orang orang kafir di dunia dan akhirat. Dilanjutkan dengan penjelasanNYA tentang asal
penciptaan manusia dan setan dan peringatanNYA terhadap orang orang musyrik.
Kemudian dijelaskan pula tentang kemuliaan manusia. Penjelasan Allah tentang siksaanNYA di
hari akhirat. Pemaparan upaya orang-orang musyrik dalam memalingkan seruan Nabi.
Ketetapan Allah dalam menetapkan seruan itu. Allah berpesan kepada Nabi dengan beberapa
wasiat dan doa. Dalam ayat selanjutnya, Allah mengisyaratkan tentang kedudukan Al-Qur’an.
Kemudian membicarakan tentang ruh dan rahasianya. Tentang mukjizat Al-Qur’an yang
membuat jin dan manusia tidak mampu mendatangkan ayat-ayat seperti Al-Qur’an dan
bagaimana manusia menyikapinya. Tentang kedudukan Al-Qur’an yang mencakup kebenaran.
Tentang keadaan orang-orang Mukmin yang jujur dalam keimanannya, serta himbauan untuk
selalu memuji Allah dan mengagungkanNYA.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

18. Al-Kahfi
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Kahfi (Al-Kahf, Gua, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Cave”) disebut juga
Ashabul Kahf adalah surah ke-18 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 110 ayat dan termasuk
golongan surah Makkiyah karena turun pada periode Mekah, kecuali ayat ke-38 dan duapuluh
ayat lainnya mulai ayat ke-82 sampai dengan ayat ke-101 yang turun pada periode Medinah.
Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini
diturunkan pada urutan ke 69 setelah surah Al-Ghaasyiyah dan sebelum surah An-Nahl.
Surah ini dinamai Al-Kahfi atau Ashabul Kahf yang artinya Penghuni-Penghuni Gua. Diambil dari
kisah yang terdapat dalam surah ini pada ayat 9 sampai dengan 26, tentang beberapa orang
pemuda yang tidur dalam gua bertahun-tahun lamanya. Selain cerita tersebut, terdapat pula
beberapa buah cerita yang kesemuanya mengandung pelajaran-pelajaran yang amat berguna
bagi kehidupan manusia. Terdapat beberapa hadits Rasulullah SAW yang menyatakan
keutamaan membaca surah ini. Dalam surat ini terdapat titik tengah Al-Qur’an yang membelah
isi Al-Qur’an menjadi dua bagian.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat Al-Kahfi diawali dengan pujian pada
Allah, sebagai ungkapan rasa syukur atas diturunkannya Al-Qur’an Al-Karîm yang berfungsi,
antara lain, sebagai pemberi peringatan dan penyampai berita suka cita. Di antara ayat-ayat
surat Al-Kahfi ada yang berisikan peringatan bagi orang-orang yang beranggapan bahwa Allah
mempunyai anak. Disebutkan pula dalam surat ini besarnya perhatian dan harapan Rasulullah
SAW akan keimanan orang-orang yang telah diserunya untuk mengikuti jalan Allah.
Selanjutnya, surat ini juga menuturkan kisah Ashhaab Al-Kahf (pemuda-pemuda beriman
penghuni gua) yang bersembunyi di dalamnya dalam keadaan tertidur selama 309 tahun.
Mereka itu adalah sekelompok penganut agama Nasrani yang melarikan diri karena penindasan
penguasa Romawi. Untuk membuktikan kekuasaanNYA menghidupkan kembali orang-orang
yang sudah mati kelak di hari kiamat, Allah membangunkan mereka setelah lelap dalam tidur
sekian lamanya itu.
Dalam surat ini Allah juga memerintahkan Rasulullah SAW agar membaca Al-Qur’an, memberi
peringatan kepada manusia dan memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beriman.
Selain itu, juga disebutkan penjelasan ihwal masing-masing penghuni surga dan neraka. Pada
bagian lain surat ini, Allah menerangkan sebuah perumpamaan berupa dua orang laki-laki yang
saling berbeda perangainya. Yang satu kafir, berharta dan merasa bangga dengan kekayaan dan
anak keturunannya, sementara yang lain hanya cukup berTuhankan Allah.
Ayat-ayat berikutnya berisi penjelasan bahwa perwalian yang benar hanyalah kepada Allah.
Kesenangan-kesenangan hidup duniawi yang fana. Keadaan setelah hari kebangkitan yang tidak
mengenal bentuk kehidupan lain kecuali kebahagiaan di surga atau penderitaan di neraka.
Kisah Nabi Musa dengan seorang hamba saleh yang mendapatkan karunia ilmu dari Allah SWT.
Dalam kisah ini, Allah bermaksud menjelaskan betapa tidak tahunya manusia akan kekuasaan
Allah--bahkan Nabi Muhammad SAW yang termasuk dalam golongan Ulû Al-'Azm (Nabi-Nabi
pilihan yang mempunyai ketabahan luar biasa, yakni Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad)
sekalipun--jika Allah tidak menurunkan ilmuNYA kepada mereka. Disusul kemudian dengan
kisah Dzu Al-Qarnain yang telah berhasil mencapai kawasan paling jauh di belahan bumi timur
dan telah mampu membangun bendungan besar.
Sebelum ditutup, masih ada ayat-ayat lain yang menguraikan ihwal hari kiamat, hari pemberian
pahala bagi orang-orang beriman dan penjelasan pengetahuan dan kalimat-kalimat Allah yang
tidak akan pernah habis. Akhirnya, surat ini ditutup dengan penjelasan mengenai jalan yang
seharusnya diikuti oleh manusia untuk mendapat rida Allah.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

19. Surah Maryam


Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Maryam (Maryam, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “Mary”) adalah surah ke-19
dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 98 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah
karena hampir seluruh ayatnya diturunkan sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Medinah,
bahkan sebelum sahabat-sahabat hijrah ke negeri Habsyi, kecuali ayat 58 dan 71 yang turun
pada periode Medinah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-
ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke 44 setelah surah Faathir dan sebelum surah
Thaahaa.
Menurut riwayat Ibnu Mas'ud, Ja'far bin Abi Thalib membacakan permulaan surah Maryam ini
kepada raja Najasyi dan pengikut-pengikutnya pada waktu dia ikut hijrah bersama-sama
sahabat-sahabat yang lain ke negeri Habsyi. Surah ini dinamai Maryam, karena surat ini
mengandung kisah Maryam (atau Maria dalam agama Kristen), ibu dari Nabi Isa AS (Yesus).
Surah ini menceritakan kelahiran yang ajaib, karena Maryam melahirkan Isa AS padahal dia
sebelumnya belum pernah digauli oleh seorang laki-laki pun. Kelahiran Isa AS tanpa ayah,
merupakan suatu bukti kekuasaan Allah SWT.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim dan huruf2 fonemis Kaaf Haa Yaa 'Ain
Shaad surat ini dimulai dengan kisah tentang kasih sayang Allah yang diberikan kepada hamba
dan nabiNYA Zakaria. Lalu terdapat kisah lahirnya Yahya bin Zakaria AS tatkala Zakaria, dalam
usianya yang telah lanjut, memohon kepada Allah agar dikaruniai seorang anak. Di sisi lain,
istrinya adalah seorang wanita yang mandul. Kemudian dijelaskan kisah Maryam (Sang Perawan
Suci), dan kelahiran Nabi Isa AS.
Selain itu disebutkan juga kisah Nabi Ibrahim AS, dakwahnya kepada keEsaan Allah. Permintaan
dia kepada bapaknya agar berhenti menyembah berhala, dan dialog antara mereka berdua
seputar berhala dan kekuasaan setan. Dalam surat ini terdapat petunjuk mengenai ihwal
beberapa Nabi keturunan Ibrahim AS, yaitu Ismail AS, Ishaq AS dan anak cucunya, dan juga
kisah Nabi Idris AS. Allah juga menyebutkan pergantian generasi yang datang setelah Nabi-Nabi
tersebut. Di antara mereka ada yang taat dan ada pula yang melanggar. Allah telah menjelaskan
bahwa surga adalah balasan bagi orang-orang yang beriman, dan neraka adalah balasan bagi
orang-orang kafir.
Di samping itu Allah juga menerangkan keadaan orang-orang ingkar di neraka jahanam, dan
orang-orang yang sesat yang mengatakan, "Sesungguhnya Allah mempunyai anak." Selain itu,
Allah menerangkan kedudukan Al-Qur’an. Memberi peringatan kepada orang-orang kafir.
Membuat ibarat kehancuran orang-orang yang durhaka kepada para Nabi. Mengenai yang
terakhir, disebutkan bahwa tidak ada sedikit pun bekas mereka yang tersisa.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

20. Surah Tha Ha


Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Tha Ha (=Thaa Haa, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris "Ta-Ha, Taa Haa") adalah
surah ke-20 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 135 ayat dan termasuk golongan surah-surah
Makkiyah karena hampir seluruh ayatnya diturunkan di Mekah kecuali ayat 130 dan 131 yang
turun pada periode Medinah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-
ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke 45 setelah surah Maryam dan sebelum
surah Al-Waaqi’ah.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim dan huruf2 fonemis Thaa, Haa untuk
menunjukkan kemukjizatan Al-Qur’an dan untuk menarik perhatian orang-orang yang
mendengarnya. Setelah itu, dijelaskan kedudukan Al-Qur’an yang mulia dan terhormat karena
diturunkan oleh Allah SWT, Sang Penguasa langit dan bumi yang mengetahui semua rahasia.
Selanjutnya, dijelaskan kisah Nabi Musa dengan Fir'aun, awal mula diutusnya Musa,
permohonan Musa agar Harun dijadikan penolong dan pembantunya, serta keadaan mereka
berdua saat bertemu dengan Fir'aun setelah sebelumnya mereka merasa takut bertemu karena
kezalimannya. Di sela-sela itu Allah menjelaskan perjalanan hidup Nabi Musa AS. Dalam surat
ini, juga dipaparkan dialog yang terjadi antara Musa dengan Fir'aun dan Musa dengan para ahli
sihir, kekhawatiran Musa akan kalah di hadapan para penyihir, tongkat Musa yang berubah
menjadi ular dan menelan semua tali yang mereka lemparkan, sikap akhir para tukang sihir
yang menyatakan beriman dan penyiksaan Fir'aun terhadap mereka.
Selain itu, diceritakan pula kisah Musa dan Bani Israil yang selamat dari kejaran Fir'aun yang
tenggelam ketika mengikuti mereka setelah air laut terbelah, sampai ke bukit Thur. Disebutkan
bahwa ketika di sana, Musa meninggalkan kaumnya guna bermunajat kepada Tuhan. Lalu
Samiriy menghasut mereka agar menyembah patung anak lembu yang terbuat dari emas.
Patung tersebut dapat menimbulkan suara akibat angin yang masuk ke dalam rongga patung
itu. Nabi Musa murka dengan kejadian itu, sehingga menarik kepala Harun. Kemudian, dalam
surat ini diterangkan juga kesudahan nasib yang menimpa Samiriy. Allah mengisyaratkan agar
kisah Musa dan kisah-kisah lainnya dapat dijadikan pelajaran.
Pada bagian akhir surat ini terdapat beberapa wasiat untuk bersabar, menjauhkan diri dari hal-
hal yang tidak baik. Perintah melaksanakan salat. Kerancuan tuntutan orang-orang musyrik
ketika meminta mukjizat selain Al-Qur’an dan petunjuk Allah tentang hikmah diutusnya para
Rasul. Sebagai khatimah, surat ini ditutup dengan penjelasan bahwa orang-orang kafir akan
mendapat siksa, dan orang-orang Mukmin akan mendapat pahala.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab.

21. Al-Anbiya
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Anbiya (Al-Anbiyaa’, Nabi-Nabi, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris "The
Prophets") adalah surah ke-21 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 112 ayat dan termasuk
golongan surah-surah Makkiyah karena ayat-ayatnya diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari
sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan
ke 73 setelah surah Ibrahim dan sebelum surah Al-Mu’minuun. Nama Al-Anbiya (Nabi-Nabi)
digunakan karena surat ini mengutarakan kisah beberapa orang Nabi.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini diawali dengan penjelasan
mengenai hari kiamat yang semakin mendekat, sementara orang-orang musyrik tidak
memperhatikan hal itu. Mereka beranggapan bahwa semestinya seorang Rasul bukanlah
manusia. Tentang Al-Qur’an, mereka sesekali menganggapnya sebagai sihir, lain kali sebagai
syair, bahkan kadang-kadang sebagai mimpi kosong belaka. Mereka telah diberi peringatan.
Selain itu, terdapat pula penjelasan bahwa para Rasul hanyalah manusia biasa, seperti
Muhammad SAW, misalnya.
Juga terdapat keterangan bahwa orang-orang terdahulu pun ada yang mendustakan para Rasul
seperti kaum Quraisy mendustakan Muhammad. Allah menuturkan kisah tentang kehancuran
mereka dalam surat ini, karena memang hanya DIAlah yang mempertahankan dan
membinasakan suatu bangsa. DIA pulalah yang memiliki kekusaan di langit dan di bumi, sedang
malaikat-malaikat selalu bertasbih kepadaNYA di tempat-tempat peredarannya, tanpa pernah
merasa lelah.
Juga terdapat penjelasan bahwa langit dan bumi yang kokoh ini adalah bukti kemahaesaan
penciptanya. Sebab, kalau ada pencipta lain selain Allah yang ikut serta, tentu langit dan bumi
akan hancur. Semua Rasul membawa misi yang sama, yaitu ibadah kepada Allah semata yang
tidak mempunyai anak, juga terdapat dalam surat ini. Tidak ada seorang Rasul pun yang
mengakui adanya tuhan selain Allah. Kalau ada, maka balasannya adalah neraka jahanam.
Selanjutnya, dalam surat ini Allah menjelaskan keagungan ciptaanNYA dan keajaiban langit dan
bumi. Pemaparan kondisi orang-orang musyrik dan orang-orang kafir. Mengingatkan bahwa
Allah menjaga manusia. Diisaratkan pula akan balasan bagi orang-orang kafir pada hari kiamat.
Pemaparan kisah Nabi Musa dan Harun dengan Fir'aun. Kisah Nabi Ibrahim dengan kaumnya.
Karunia Allah berupa keturunannya yang baik. Pemaparan kisah Nabi Luth dan kaumnya yang
musnah.dan kisah Nabi Nuh dan kekufuran kaumnya sehingga dihancurkan, kecuali orang yang
beriman. Kemudian dilanjutkan dengan pemaparan kisah Nabi Sulaiman, Daud, Ismail, Idris,
Zukifli dan Yunus serta Maryam. Dibicarakan pula tentang Ya'juj dan Ma'juj.
Penjelasan lain yang dipaparkan dalam surat ini adalah tentang perbuatan saleh dan buah dari
perbuatan itu. Balasan orang-orang yang bertakwa dan berbuat kebaikan serta keadaanya pada
hari kiamat. Rahmat Allah pada misi kenabian Muhammad SAW. Peringatan Allah terhadap
orang-orang musyrik: Bahwa segala ketetapan, hanya DIAlah yang menentukan ketetapan, dan
DIA adalah penentu ketetapan yang paling adil.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…
22. Al-Hajj
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Hajj (Ibadah Haji, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Pilgrimage, The Hajj-
Pilgrimage”) adalah surah ke-22 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 78 ayat dan termasuk
kelompok surat Madaniyyah karena sebagian besar ayatnya diturunkan di Medinah, kecuali
ayat 52, 53 54 dan 55 yang turun di Mekkah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah
maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke 103 setelah surah An-Nuur
dan sebelum surah Al-Munaafiquun.
Surah ini dinamai surah ini Al-Hajj, karena mengemukakan hal-hal yang berhubungan dengan
ibadah haji, seperti ihram, thawaf, sa'i, wuquf di Arafah, mencukur rambut, syi'ar-syi'ar Allah,
faedah-faedah dan hikmah-hikmah disyari'atkannya haji. Ditegaskan pula bahwa ibadat haji itu
telah disyari'atkan pada masa Nabi Ibrahim AS, dan Ka'bah didirikan oleh Nabi Ibrahim AS
bersama puteranya Ismail AS.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini diawali dengan perintah untuk
taqwa kepada Allah dan peringatan tentang berbagai peristiwa menakutkan yang akan terjadi
pada hari kiamat. Kemudian dilanjutkan dengan pemaparan bukti kebangkitan berupa
gambaran tentang proses penciptaan manusia dan tumbuh- tumbuhan. Surat ini juga
menyinggung sikap memperdebatkan Allah beserta akibatnya. Diteruskan dengan pembicaraan
tentang hal ihwal ibadah haji--persoalan yang digunakan sebagai judul surat ini--dan keharusan
untuk mengagungkan rincian amalan-amalannya.
Setelah itu semua, surat ini berturut-turut membahas tentang izin Allah untuk melakukan
peperangan demi membela diri. Tentang pemberian hiburan kepada Nabi Muhammad atas
perlakuan kaumnya dengan menyebutkan kisah perjalanan para Rasul terdahulu dan
penindasan kaumnya. Tentang bukti-bukti kekuasaan Allah. Tentang batasan tugas Rasul yang
hanya berkewajiban memberi peringatan, bukan menciptakan orang baik.
Pada bagian akhir, surat ini melontarkan tantangan kepada para sekutu Allah, yang diklaim
orang-orang musyrik, untuk menunjukkan betapa bodohnya orang-orang musyrik itu.
Mengapa? Karena para sekutu itu ternyata tidak mampu menciptakan lalat, makhluk Allah yang
paling lemah itu. Bahkan bila lalat itu secara kebetulan mencuri sesuatu darinya, ia tidak
mampu menyelamatkannya.
Selanjutnya, disebutkan seruan untuk mengerjakan salat, zakat dan berjuang di jalan Allah.
Seruan yang tidak dimaksudkan untuk terlalu membebani dan menimbulkan kesulitan itu
adalah ajaran yang terkandung dalam agama Nabi Ibrahim, ayahanda Nabi Ismail dan moyang
marga 'Adnâniyyah. Dengan memenuhi seruan-seruan itu, umat Islam kelak akan mendapatkan
persaksian dari Rasulullah SAW bahwa beliau telah menyampaikan misi suci dari Allah.
Di samping persaksian Rasul tersebut, mereka sendiri akan menjadi saksi, berdasarkan Al-
Qur’an, atas bangsa-bangsa terdahulu, bahwa Rasul-Rasul mereka juga telah menyampaikan
risalah suci. Terakhir, surat ini ditutup dengan pesan untuk meminta perlindungan kepada
Allah, sebaik-baik pelindung dan penolong.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

23. Al-Mu'minun
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Mu'minun (Al-Mu'minuun, Orang-Orang Yang Beriman) adalah surah ke-23 dalam Al-
Qur’an. Dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris disebt “The Faithful, The Believers, The True
Believers.” Surah ini terdiri atas 118 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah (turun
di Mekkah). Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka
surah ini diturunkan pada urutan ke 74 setelah surah Al-Anbiyaa’ dan sebelum surah As-Sajdah.
Surah ini dinamai Al-Mu'minun, karena permulaan ayat ini menerangkan bagaimana
seharusnya sifat-sifat orang mukmin yang menyebabkan keberuntungan mereka di akhirat dan
ketenteraman jiwa mereka di dunia. Demikian tingginya sifat-sifat itu, hingga ia telah menjadi
akhlak bagi Nabi Muhammad SAW.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini diawali dengan penetapan
kemenangan bagi orang-orang Mukmin yang kemudian dilanjutkan dengan keterangan tentang
ciri dan sifat-sifat mereka. Setelah itu, disebut juga kisah awal penciptaan manusia,
perkembangannya, kesinambungan tali keturunannya dan beberapa bukti kekuasaan Allah
dalam hal itu. Itu semua ditutup dengan beberapa kisah Nabi yang diikuti dengan kesatuan misi
yang mereka bawa dan kesatuan asal manusia, meskipun pada kenyataannya ada manusia yang
mengakui dan mempercayai kenabian itu di samping ada pula yang tidak mempercayainya.
Masing-masing dinamakan Thalib al-Huda (pencari kebenaran) dan Shahib al-Dlalal (orang yang
sesat).
Kemudian, surat ini menerangkan pula sikap kaum musyrikin terhadap Rasulullah SAW, dan
tentang bentuk kemahakuasaan Allah SWT dalam hukum penciptan manusia. Dalam hal ini
Allah meminta mereka agar menjawab sesuai dengan fitrahnya yang menetapkan dan
menegaskan keberadaanNYA sebagai Tuhan.
Setelah itu, surat ini menerangkan keadaan manusia pada hari kiamat. Mereka akan
diperhitungkan dan dibalas secara adil. Surat ini kemudian diakhiri dengan keterangan tentang
keagungan Allah dan peringatan kepada Rasulullah untuk meminta ampunan dan kasih sayang
dari Allah Yang Maha Penyayang.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…
24. An-Nur
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah An-Nur (An-Nuur, Cahaya, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Light”) adalah
surah ke-24 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 64 ayat dan termasuk golongan surah-surah
Madaniyyah diturunkan setelah Nabi Muhammad SAW hijrah ke Medinah. Kalau melihat dari
sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan
ke 102 setelah surah Al-Hasyr dan sebelum surah Al-Hajj.
Dinamai An-Nur yang berarti Cahaya yang diambil dari kata An-Nur yang terdapat pada ayat ke
35. Dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan tentang Nur Ilahi, yakni Al-Qur’an yang mengandung
petunjuk-petunjuk. Petunjuk-petunjuk Allah itu, merupakan cahaya yang terang benderang
menerangi alam semesta. Surat ini sebagian besar isinya memuat petunjuk- petunjuk Allah yang
berhubungan dengan soal kemasyarakatan dan rumah tangga.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, dalam surat ini Allah menerangkan
perlunya membersihkan masyarakat dari praktik zina dan penyebaran kekejian, baik melalui
perbuatan maupun perkataan, di kalangan kaum Mukmin, dan menetapkan hukuman yang
menjerakan untuk itu. Selain itu, Allah SWT menentukan hukum khusus bagi pelaku zina yang
telah bersuami-istri karena masing-masing suami istri memungkinkan untuk saling percaya.
Pembicaraan mengenai zina ini dilanjutkan dengan pembicaraan mengenai kebohongan yang
berkaitan dengan zina dan bagaimana seharusnya orang-orang Mukmin menyikapi perkataan
buruk yang tidak ditopang oleh bukti yang kuat.
Setelah itu, dibicarakan pula etika memasuki rumah dan orang-orang yang dibolehkan melihat
aurat wanita. Kemudian, setelah pembicaraan mengenai dakwah secara umum, dibicarkan pula
soal kesucian diri. Pembicaraan selanjutnya mengenai cahaya Allah, zikir di masjid, perbuatan
orang-orang kafir dan ihwal orang-orang yang membangkang. Pada sisi lain, ihwal orang-orang
Mukmin ditampakkan dalam surat ini. Surat ini juga menyinggung etika hidup berkeluarga,
ihwal kerabat, anak-anak kecil dan orang dewasa dalam pergaulan. Di samping itu, disebutkan
juga mengenai siapa saja yang boleh makan di meja makan mereka.
Terakhir, surat ini menyebutkan sifat-sifat orang Mukmin ketika diajak oleh Rasulullah SAW
untuk suatu tujuan bersama. Juga, besarnya kekuasaan dan ilmu Allah SWT.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

25. Al-Furqan
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Furqan (Al-Furqaan, Pembeda) adalah surah ke-25 dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir Al-
Qur’an berbahasa Inggeris “The Criterion, The Distinguisher, The Separator, Discrimination,
Salvation, The Differentiator, The Standard.” Surah ini terdiri atas 77 ayat dan termasuk
golongan surah-surah Makiyah karena diturunkan di Mekah kecuali ayat 68, 69, 70 yang
diturunkan di Medinah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-
ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke 42 setelah surah Yaasiin dan sebelum surah
Faathir.
Nama ini diambil dari kata Al-Furqan yang terdapat pada ayat pertama surah ini. “Tabaaraka
alladzii nazzala alfurqaan…” Yang dimaksud dengan Al-Furqan dalam ayat ini ialah Al-Qur’an. Al-
Qur’an dinamakan Al-Furqan karena dia membedakan antara yang haq dengan yang batil.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini dimulai dengan menerangkan
kedudukan Al-Qur’an, luasnya kerajaan Yang telah menurunkannya, yaitu Pemilik kerajaan
langit dan bumi. Dengan besarnya kekuasaan Allah, orang-orang musyrik masih saja
menyembah berhala-berhala. Mereka mendustakan Al-Qur’an dan menolak risalah Nabi
Muhammad SAW dengan alasan bahwa dia itu manusia yang juga memakan makanan dan pergi
ke pasar. Dengan sombong mereka meminta agar malaikat saja yang menyampaikan risalah
kepada mereka. Sebenarnya, seandainyapun para Rasul itu terdiri atas malaikat--yang tentunya
akan berbentuk manusia agar dapat berkomunikasi dengan mereka--maka hal itupun akan
tetap samar.
Selain itu, mereka pun membantah Al-Qur’an karena diturunkan secara berangsur-angsur.
Jawabannya adalah dengan menerangkan hikmah di balik itu semua. Kesombongan mereka
masih diikuti oleh contoh-contoh lain yang bisa dilihat dari kasus para Rasul dengan kaumnya.
Kaum para Rasul itu mengikuti hawa nafsu mereka. Maka mereka itu seperti binatang ternak,
atau lebih sesat lagi jalannya.
Di sini juga disebut beberapa ayat kawniyah yang menunjukkan kesempurnaan dan kekuasaan
Allah yang menganjurkan menggunakan nalar dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Surat
ini akhirnya ditutup dengan menyebutkan sifat-sifat orang Mukmin yang membuat mereka
menerima tempat mulia di surga dengan diberi salam dan penghormatan.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

26, Asy-Syu'ara’
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Asy-Syu'ara’ (Asy-Syu'araa’, Para Pujangga, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris
“The Poets”) adalah surah ke-26 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 227 ayat dan termasuk
golongan surah Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode
turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke 47 setelah
surah Al-Waaqi’ah dan sebelum surah An-Naml.
Dinamakan Asy-Syu'ara' (kata jamak dari Asy Sya'ir yang berarti penyair) diambil dari kata Asy-
Syu'araa' yang terdapat pada ayat 224. Banyak nilai-nilai yang berharga dari bebagai kisah-kisah
para Nabi yang umatnya dipunahkan serta sebagian riwayat tiga hamba Allah yang dimuliakan
Musa AS, Harun AS dan Ibrahim AS.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim dan huruf2 fonemis Thaa Siim Miim, surat
ini dibuka dengan menyebutkan kedudukan Al-Qur’an. Setelah itu, pembicaraan beralih kepada
ancaman atas orang-orang kafir yang akan disiksa oleh Allah Yang Mahakuasa. Kemudian
hiburan untuk Nabi Muhammad SAW dari pendustaan kaumnya dengan mengatakan bahwa
perlakuan seperti itu juga dialami oleh beberapa rasul sebelumnya. Maka disebutlah kisah
tentang pertemuan Musa AS dan Harun AS dengan Fir'aun yang membangkang. Kisah Ibrahim
AS bapak para Nabi. Kisah Nuh AS bersama kaumnya. Kisah Hud AS dengan kabilah 'Ad dan
Saleh AS dengan kabilah Tsamud. Kisah Luth AS yang, dalam surat ini, dipaparkan secara lebih
panjang. Serta kisah Syu'aib AS tatkala menghadapi penduduk Aykah.
Kisah ketujuh Nabi ini, jika dicermati, mencerminkan kesatuan pokok-pokok dasar dakwah
seluruh Rasul yang diutus kepada umat manusia. Di sisi lain, dari kisah-kisah itu dapat dipetik
satu pelajaran bahwa orang-orang kafir menggunakan cara yang praktis sama ketika menolak
risalah dan seruan para Rasul.
Surat ini ditutup, sebagaimana awalnya, dengan menyebutkan kedudukan Al-Qur’an. Diakhiri
dengan menolak anggapan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang pujangga dan Al-
Qur’an tidak lebih dari kumpulan syair.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

27. An-Naml
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah An-Naml (=Semut, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Ants”) adalah surah ke-
27 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 93 ayat dan termasuk golongan surah-surah
Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah
maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke 48 setelah surah Asy-Syu’araa’
dan sebelum surah Al-Qashash.
Dinamai An Naml yang berarti semut, karena pada ayat 18 dan 19 terdapat perkataan An-Naml
(semut). Dipaparkan bahwa raja semut mengatakan kepada anak buahnya agar masuk ke dalam
sarangnya masing-masing, supaya mereka tidak terinjak oleh Nabi Sulaiman AS dan tentaranya
yang akan melewati tempat itu. Mendengar perintah raja semut kepada anak buahnya itu, Nabi
Sulaiman tersenyum dan takjub atas keteraturan kerajaan semut dan beliau mengucapkan
syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan nikmat kepadanya berupa
kerajaan, kekayaan, memahami ucapan-ucapan binatang, mempunyai tentara yang terdiri atas
jin, manusia, burung dan sebagainya.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat An-Naml dimulai dengan huruf-huruf
fonemis Thaa Siin yang bertujuan untuk mengingatkan kembali bahwa Al-Qur’an, meskipun
menggunakan anasir yang sama dengan bahasa orang-orang Arab, tetap merupakan mukjizat.
Gunanya yang lain, huruf-huruf pada permulaan surat seperti itu memiliki fungsi maknawi yang
mencela orang-orang yang enggan mendengarkan Al-Qur’an.
Ayat-ayat pertama surat ini menuturkan kisah dan berbagai mukjizat Musa AS, kisah Daud AS
dan hikayat pewarisan tahta kerajaannya kepada Sulaiman AS, Nabi yang memiliki kekuatan
supra natural karunia Allah SWT. Ia memiliki kemampuan menundukkan jin, manusia, bangsa
burung dan dapat memahami bahasa binatang. Nabi yang selalu mensyukuri nikmat-nikmat
Tuhannya.
Ayat-ayat berikutnya berkisah tentang kembalinya burung Hudhud dari sebuah pengembaraan
dengan membawa berita tentang ratu Balqis. Ratu yang bersama rakyatnya menyembah
matahari. Sulaiman AS melayangkan sepucuk surat pada sang ratu. Setelah berunding dengan
para pendampingnya, Balqis memutuskan membalas surat Sulaiman dengan mengirimkan
berbagai hadiah. Disinggung pula peristiwa menakjubkan saat Balqis memasuki istana Sulaiman
AS dengan penuh perasaan kagum, karena Sang Nabi telah memboyong singgasana Sang Ratu
dengan bantuan seorang ahli yang memiliki pengetahuan tentang kitab. Terakhir, Balqis
mengikrarkan keimanannya.
Ayat-ayat berikutnya menuturkan kisah Nabi Saleh bersama kaumnya, kisah Nabi Luth bersama
kaumnya, kisah penyelamatan Nabi Luth dan pembinasan orang-orang yang menyimpang dari
hukum Tuhan. Beberapa ayat lainnya berusaha menggugah akal pikiran manusia untuk
memperhatikan tanda-tanda kekuasaan dan keEsaan Allah yang terdapat di langit dan di bumi.
Kemudian penjelasan tentang kedudukan Al-Qur’an dalam dakwah dan berpalingnya orang-
orang kafir dari Al-Qur’an dengan kesempurnaan mukjizatnya. Surat ini, menyinggung pula
keterangan ringkas perihal datangnya makhluk dalam wujud binatang melata, pada masa-masa
menjelang hari kiamat, yang akan bercakap-cakap dengan manusia dan yang akan
menceritakan keingkaran mereka pada ayat-ayat Allah. Masih dalam topik pembicaraan hari
kiamat, ayat-ayat selanjutnya menggambarkan kepanikan alam semesta saat mendengar bunyi
terompet Israfîl, sebagai pertanda kebangkitan dan masa pengumpulan manusia telah tiba.
Bagian akhir surat berisi penjelasan hakikat alam raya, gunung-gunung yang berjalan bagaikan
awan, uraian metode dakwah Nabi dan keharusan memuji Allah SWT.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

28. Al-Qashash
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Qashash (=Kisah-Kisah, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Story” atau
juga “The Stories”) adalah surah ke-28 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 88 ayat dan
termasuk golongan surah Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah
periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke 49
setelah surah An-Naml dan sebelum surah Al-Israa’.
Surah ini diturunkan ketika kaum muslimin masih dalam keadaan lemah. Mereka masih
dibelenggu kekejaman kaum Musyrikin Mekah sebagai penguasa besar, mewah dan kuat.
Maka, Allah menurunkan surah ini sebagai perbandingan dengan riwayat hidup Nabi Musa AS
dengan kekejaman Fir'aun yang jauh lebih berkuasa, mewah dan kuat dibanding para penguasa
di Mekah. Diceritakan pula akibat dari kemewahan Qarun serta memberikan janji akan
kemenangan Nabi Muhammad SAW kelak.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim dan huruf2 fonemis Thaa, Siin, Miim, secara
umum surat al-Qashash berisi perincian persoalan-persoalan global dari berbagai kisah.
Diantaranya adalah kisah Musa AS sejak dilahirkan pada masa kekuasaan Fir'aun. Kala itu,
Fir'aun membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir dari kalangan Bani Israil, karena takut akan
munculnya seorang nabi yang kelak akan menumbangkan kekuasaannya.
Setelah itu, dilanjutkan dengan kisah diasuhnya Musa dalam istana Fir'aun hingga ia diusir dari
kawasan bumi Mesir dan melarikan diri ke negeri Madyan, di wilayah Syam untuk akhirnya
kembali lagi ke Mesir bersama istrinya yang juga putri Nabi Syu'ayb. Uraian doa dan
permohonan Nabi Musa di tengah perjalanan menuju Mesir, sampai ia diangkat oleh Allah
sebagai Rasul. Kemudian rekaman peristiwa yang terjadi antara Fir'aun bersama ahli-ahli
sihirnya melawan Musa hingga peristiwa ditenggelamkannya pasukan Fir'aun di laut Merah.
Selain itu, dalam surat ini kita juga mendapatkan kisah yang terjadi antara Bani Israil dan
saudara Musa AS, Harun AS. Juga ihwal orang-orang yang ingkar semisal Qarun dan orang-
orang kafir sebelumnya. Berdasarkan uraian yang terperinci dan lengkap dari berbagai kisah
itulah surat ini dinamakan Al-Qashash (bentuk jamak dari "qishshah" yang berarti 'kisah' atau
'cerita').
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

29. Al-ʿAnkabut
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-ʿAnkabut (Al-'Ankabuut, Laba-Laba, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The
Spider”) adalah surah ke-29 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 69 ayat dan termasuk
golongan surah-surah Makkiyyah karena sebagaian besar diturunkan di Mekah, kecuali ayat 1
sampai 11 yang diturunkan di Medinah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah
maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke 85 setelah surah Ar-Ruum dan
sebelum surah Al-Muthaffifiin.
Surah ini disebut Al-'Ankabut karena adanya kata Al-‘Ankabuut pada ayat 41. Allah SWT
mengumpamakan para penyembah berhala-berhala itu dengan laba-laba yang percaya kepada
kekuatan rumahnya sebagai tempat berlindung dan tempat menjerat mangsanya, padahal jika
dihembus angin atau ditimpa oleh suatu barang yang kecil saja, rumah itu akan hancur. Begitu
pula halnya dengan kaum musyrikin yang percaya kepada kekuatan sembahan-sembahan
mereka sebagai tempat berlindung dan tempat meminta sesuatu. Padahal, berhala2 itu tidak
mampu sedikit juga menolong mereka dari azab Allah waktu di dunia, seperti yang terjadi pada
kaum Nuh, kaum Ibrahim, kaum Luth, kaum Syu'aib, kaum Saleh, dan lain-lain. Apalagi
menghadapi azab Allah di akhirat nanti, sembahan-sembahan mereka itu lebih tidak mampu
menghindarkan dan melindungi mereka.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim dan huruf2 fonemis Alif, Laam, Miim, surat
ini dimulai dengan keterangan bahwa keimanan orang-orang Mukmin harus diuji dengan
cobaan-cobaan dan berjihad mempertahankan negeri, kebenaran dan keimanan. Manusia telah
dipesankan untuk berbuat baik kepada orangtuanya, dan juga diperintahkan untuk berjihad.
Sehingga terkumpul perintah untuk berbuat baik (ihsan) dan perintah untuk berjihad. Di
dalamnya juga ada keterangan tentang kelompok-kelompok manusia dari segi keimanannya. Di
antara mereka ada yang mengaku, dengan lisannya, telah beriman tetapi hatinya tidak tunduk.
Kemudian surat ini menuturkan kisah Nabi Nuh dan jihadnya di antara kaumnya. Juga kisah
Nabi Ibrahim dalam dakwahnya serta keterangan tentang bentuk pelajaran yang diambil oleh
Nabi Muhammad SAW. Kemudian dilanjutkan dengan keterangan tentang reaksi kaum Nabi
Ibrahim. Setelah itu kisah tentang Nabi Luth dan kaumnya, pengutusan utusan-utusan Allah dari
jenis malaikat untuk membinasakan mereka, dan selamatnya keluarga Luth kecuali istrinya.
Kemudian diteruskan dengan memaparkan kisah Nabi Syu'aib dengan penduduk Madyan, Nabi
Hud dengan kaum 'Ad, Nabi Saleh dengan kaum Tsamud, kesombongan Qarun, Fir'aun, Haman
dan akibat dari perbuatan mereka.
Dalam surat ini Allah menjelaskan bahwa peribadatan orang-orang musyrik kepada berhala-
berhala sebenarnya berasaskan pada alasan yang lebih lemah daripada sarang laba-laba. Dan
perumpamaan seperti ini tidak akan diketahui kecuali oleh orang-orang yang menggunakan
akalnya. Kemudian Allah memerintahkan NabiNYA untuk tidak membantah Ahlul-Kitab kecuali
dengan cara yang baik.
Setelah itu Allah mengisyaratkan bahwa Rasulullah adalah seorang yang buta huruf, dan hal itu
merupakan bukti akan kebenaran ajaran-ajarannya. Dalam surat ini juga disebutkan tentang
sikap keras kepala orang-orang musyrik yang meminta mukjizat inderawi yang akan mereka
ingkari, sebagaimana kaum Nabi Musa mengingkarinya. Juga tentang permintaan mereka untuk
segera diturunkan azab kepada mereka, sedangkan Allah telah menerangkan kepada mereka
apa yang mereka hadapi. Allah menyebutkan juga tentang balasan orang-orang Mukmin dan
kafir pada hari kiamat.
Setelah itu, perhatian diarahkan kepada alam semesta dan karunia-karunia Allah yang ada di
dalamnya. Disebutkan juga tentang nilai dunia yang tak seberapa jika dibandingkan dengan
akhirat. Keadaan orang-orang musyrik yang lemah dan kebergantungan mereka kepada Allah
ketika mereka merasa takut, dan kekuatan serta kesyirikan mereka ketika mereka dalam
keadaan aman. Selanjutnya Allah menerangkan nikmatNYA kepada mereka di Bait Al-Haram
serta kekufuran mereka atas nikmat itu. Terakhir diterangkan pula tentang keutamaan para
mujahid.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

30. Ar-Rum
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Ar-Rum (Ar-Ruum, Bangsa Romawi, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The
Byzantines, the Greeks atau the Roman Empire”) adalah surah ke-30 dalam Al-Qur’an. Surah ini
terdiri atas 60 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah karena diturunkan di
Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah
ini diturunkan pada urutan ke 84 setelah surah Al-Insyiqaaq dan sebelum surah Al-‘Ankabuut.
Surah ini dinamakan Ar-Rum yang berarti Bangsa Romawi (Bizantium). Dinamakan begitu
karena pada ayat 2, 3, dan 4 surat ini, terdapat ramalan Al-Qur’an tentang kekalahan yang
berlanjut dengan kebangkitan bangsa Romawi.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim dan huruf fonemis Alif, Laam, Miim, surat
ini dimulai dengan menyebutkan tentang kekalahan bangsa Romawi dan janji Allah kepada
orang-orang yang beriman bahwa Allah akan menolong mereka dari orang-orang Persia.
Kemudian menyeru untuk merenungkan ciptaan Allah dan berjalan di muka bumi agar orang-
orang Mukmin itu mengetahui kesudahan orang-orang kafir yang telah mengikuti hawa nafsu di
bumi dan lebih kuat dan berkuasa daripada orang-orang Quraisy.
Surat ini juga menampakkan keadaan manusia pada hari kiamat dan mengagungkan perbuatan
orang-orang Mukmin yang menyucikan Allah dan menyembah kepadaNYA semata pada pagi,
malam, siang dan sore hari. Di samping itu juga mengingatkan pada bukti-bukti keEsaan Allah
berupa pergantian siang dan malam, perbedaan bahasa serta fenomena alam semesta di langit
dan bumi. Surat ini memberikan perumpamaan yang menunjukkan kebatilan perbuatan syirik
dan mengingatkan manusia akan penciptaan mereka dan nikmat Allah kepada mereka.
Selain itu, surat ini juga menegaskan sendi-sendi keluarga dan masyarakat dan memperhatikan
tentang penurunan syariat, sehingga mengharamkan riba dan mensyariatkan zakat serta
menyuruh untuk berbakti kepada kedua orangtua. Kemudian Allah menyebutkan nikmatNYA
atas hamba-hambaNYA dan menyeru mereka untuk taat beragama. Dia mengarahkan
pandangan mereka kepada keajaiban-keajaiban yang ada di alam semesta yang menunjukkan
kekuatan dan kekuasaanNYA. Allah juga menerangkan tentang perkembangan manusia sampai
mencapai usia senja.
Ayat-ayat terakhir pada surat ini mengisyaratkan tentang hari kiamat dan kekufuran orang-
orang musyrik. Kemudian ditutup dengan nasihat kepada Rasulullah untuk selalu tetap dalam
kebenaran dan bersabar atas apa yang menimpanya, karena sesungguhnya janji Allah pasti
akan datang.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

31. Surah Luqman


Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Luqman (Luqman, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “Luqman, Lokman, The
Wise, A Man of Faith”) adalah surah ke-31 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 34 ayat dan
termasuk golongan surah Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah
periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke 57
setelah surah Ash-Shaaffat dan sebelum surah Saba‘. Nama Luqman diambil dari kisah tentang
Luqman yang diceritakan dalam surah ini tentang bagaimana ia mendidik anaknya.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim dan huruf-huruf fonemis Alif, Laam, Miim,
surat ini dimulai dengan pembicaraan tentang Al-Qur’an dan petunjuk serta rahmat yang
terkandung di dalamnya. Kemudian menyebutkan ciri orang-orang yang berbuat kebajikan
dengan sifat selalu taat dan beriman kepada akhirat serta mendapatkan keberuntungan.
Setelah itu diikuti dengan menyebutkan orang-orang yang sesat dan sombong. Juga memberi
kabar gembira kepada orang-orang Mukmin dengan pahala yang baik di surga.
Kemudian beralih kepada ayat-ayat tentang alam semesta yang menunjukkan kekuasaan Allah
dan keesaanNYA. Tantangan kepada orang-orang kafir bahwa Allah yang mereka sekutukan itu
telah menciptakan segala yang tidak dapat diciptakan oleh selainNYA.
Kemudian disebutkan wasiat-wasiat Luqman kepada anaknya. Di dalamnya juga terkandung
wasiat kepada manusia dalam bersikap kepada kedua orangtuanya. Setelah itu surat ini
memperlihatkan apa yang telah dihamparkan dan dikaruniakan Allah kepada manusia, yaitu
berupa nikmat yang tampak dan yang tidak tampak. Surat ini juga memaparkan tentang orang-
orang yang berbicara tentang Allah tanpa berdasarkan pengetahuan tentang diriNYA, kemudian
mereka memohon ampun atas kesesatan mereka dengan mengikuti apa yang dilakukan oleh
nenek moyang mereka.
Surat ini juga memuji orang yang berserah diri kepada Allah dengan berbuat kebajikan.
Kemudian memberi nasihat kepada Rasulullah agar tidak bersedih dengan kekufuran orang-
orang kafir, karena semua itu akan kembali kepada Allah. Dalam surat ini terdapat pula
perincian tentang bentuk-bentuk kekuasaan, keagungan dan kasih sayang Allah.
Kemudian disebutkan bahwa apabila orang-orang musyrik ditanya tentang hal itu semua,
mereka mengakui bahwa Allah telah menciptakan semua itu. Mereka mempergunakan karunia
Allah dan bergantung kepadaNYA pada saat mereka dalam keadaan sempit, kemudian berjanji
akan bersyukur. Tetapi kemudian mereka mengingkarinya. Di dalam surat ini terdapat perintah
untuk bertakwa kepada Allah dan kepada perhitungan dan pembalasan. Juga peringatan
tentang keangkuhan dan yg patuh kepada setan.
Kemudian surat ini ditutup dengan berbagai hal yang hanya diketahui oleh Allah. Surat ini
mengandung tiga hal terpenting. Pertama, kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat
kebajikan dengan surgaNYA, dan peringatan kepada orang-orang kafir dengan akibatnya.
Kedua, pemaparan ayat-ayat tentang alam semesta dan fenomena-fenomena yang ada di
dalamnya yang menunjukkan kekuasaan Allah dan keesaanNYA serta keagungan dan kasih
sayangNYA. Ketiga, wasiat-wasiat penting yang dimaksudkan untuk menjaga kemurnian akidah
dan ketaatan serta perilaku yang mulia.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

32. As-Sajdah
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah As-Sajdah (=Sujud) adalah surah ke-32 dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa
Inggeris “The Prostration, Bowing Down, Bowing down in Worship, The Adoration, Worship.”
Surah ini terdiri atas 30 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah karena diturunkan
di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah
ini diturunkan pada urutan ke-75 setelah surah Al-Mu'minûn dan sebelum surah At-Thuur.
Dinamakan As-Sajdah sebab pada surah ini terdapat ayat Sajdah (sujud), yaitu pada ayat yang
ke-15.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim dan huruf2 fonemis Alif, Laam, Miim, surat
ini membicarakan tentang turunnya Al-Qur’an dan misi Rasulullah SAW. Penciptaan matahari
dan bumi dan kekuasaan Allah dalam mengurusnya. Kemudian beralih kepada pembicaraan
tentang tingkatan-tingkatan penciptaan manusia. Perkataan orang-orang yang mengingkari
kebangkitan dan bantahan kepada mereka. Keadaan orang-orang jahat pada hari perhitungan.
Sikap orang-orang Mukmin ketika diingatkan dengan ayat-ayat dan penjelasan tentang balasan
untuk orang-orang Mukmin dan fasik.
Setelah itu membicarakan tentang diturunkannya Taurat kepada Musa AS dan perlakuan Allah
terhadap Bani Israil. Mengarahkan orang-orang kafir Mekah untuk mengambil pelajaran dari
kehancuran orang-orang sebelum mereka. Mengalihkan perhatian mereka agar mereka
beriman kepada kebangkitan. Menyebutkan tentang ejekan mereka terhadap hari kemenangan
(yawm al-fath) serta bantahan terhadap mereka.
Ada tiga tujuan terpenting yang terkandung dalam surat ini. Pertama, pengarahan pandangan
kepada ayat-ayat tentang alam semesta. Kedua, pembicaraan tentang kebangkitan dan
bantahan terhadap orang-orang yang mengingkarinya. Ketiga, pengarahan kepada orang-orang
kafir untuk mengambil pelajaran dari kehancuran orang-orang sebelum mereka.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

33. Al-Ahzab
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Ahzab (=Pasukan Gabungan atau Golongan-Golongan Yang Bersekutu) adalah surah
ke-33 dalam Al-Qur'an. Dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris disebut “The Confederates,
The Allied Troops, The Coalition, The Confederate Tribes, The Confederaters, The Federated
Clans, The Joint Forces, The Confederates of The Unbelievers.” Surah ini terdiri atas 73 ayat dan
termasuk golongan surah-surah Madaniyyah karena diturunkan di Medinah. Kalau melihat dari
sejarah periode turunnya surah maupun ayat2-nya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-
90 setelah surah Ali ‘Imran dan sebelum surah Al-Mumtahanah.
Dinamai Al-Ahzab yang berarti golongan-golongan yang bersekutu karena dalam surah ini
terdapat beberapa ayat (ayat 9 sampai dengan ayat 27) yang berhubungan dengan peperangan
Al-Ahzab. Yaitu peperangan yang dilancarkan oleh orang-orang Yahudi yang bersekutu dengan
kaum munafik serta orang-orang musyrik terhadap orang-orang mukmin di Madinah.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat Al-Ahzab diawali dengan perintah
Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk bertakwa dan bertawakal kepada Allah. Lalu, beralih
ke pembicaraan tentang status anak angkat. Allah menafikan pemberian status anak pada anak-
anak angkat itu oleh orangtua angkatnya. Ayat selanjutnya menjelaskan hak-hak Rasulullah
SAW untuk ditaati dan dicinta, dan hak-hak istri Rasulullah untuk dihormati dan dimuliakan.
Dalam surat ini dipaparkan pula janji para Nabi kepada Allah untuk menyampaikan pesan-pesan
suci Allah. Selain itu, surat ini juga mengangkat perincian perang Ahzab yang sempat
memunculkan ketakutan dan kegoncangan luar biasa di kalangan kaum muslimin. Perang itu
berakhir dengan kemenangan orang-orang beriman sebagai perwujudan janji Allah.
Surat ini juga menyebutkan beberapa adab sopan santun yang harus dilakukan oleh istri-istri
Rasulullah SAW. Pembicaraan kemudian kembali ke topik anak angkat. Dalam surat ini
ditemukan penghapusan tradisi larangan kawin bagi orangtua angkat dengan bekas istri anak
angkatnya. Sebuah tradisi yang telah mengakar di zaman Jahiliah. Berkaitan dengan Nabi
Muhammad sendiri, Al-Qur’an memberikan pujian dan sanjungan kepadanya sebagai orang
yang pantas mendapat pujian.
Al-Qur’an berpesan kepada Nabi agar memisahkan istri yang dicerai sebelum terjadi hubungan
suami-istri, dengan cara yang baik. Juga agar memberikan hak mut'ah (kesenangan, misalnya
harta benda) kepadanya. Dijelaskan pula bahwa Rasulullah memiliki keistimewaan hukum:
boleh mengawini wanita mana saja yang menghibahkan diri kepadanya. Disebutkan pula
dengan jelas bahwa Rasulullah tidak boleh kawin dengan lebih dari sembilan wanita. Ayat-ayat
lain berisi penjelasan tentang aturan dan etika yang harus dipegang teguh saat berkunjung dan
meninggalkan rumah kediaman Rasulullah, termasuk di dalamnya etika bertanya kepada para
istri Rasulullah. Dalam surat ini pula Al-Qur’an memerintahkan istri-istri Rasulullah SAW untuk
memperhatikan etika pribadi dengan mengharuskan mereka memanjangkan jilbab yang
mereka kenakan. Selebihnya, surat Al-Ahzab juga mengangkat topik pembicaraan tentang hari
kiamat dan peristiwa-peristiwa dahsyat yang terjadi pada hari itu. Di akhir surat dijelaskan
kewajiban keagamaan yang diembankan oleh Allah SWT kepada manusia yang sebelumnya
ditolak oleh bumi dan gunung.
Secara ringkas, ada tiga sasaran terpenting yang ingin dicapai oleh surat Al-Ahzab ini. Pertama,
mengangkat masalah adopsi dengan maksud meralat tradisi Jahiliah yang melarang bapak
angkat untuk mengawini bekas istri anak angkatnya. Kedua, realisasi janji Allah yang akan
memberikan kemenangan bagi orang-orang Mukmin atas orang-orang kafir. Ketiga, perincian
hukum menyangkut etika orang-orang beriman dalam mengunjungi rumah Rasulullah, larangan
mengawini wanita bekas istri Rasulullah dan penjelasan etika khusus bagi istri-istri Rasul.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

34. Saba'
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Saba' (=Kaum Saba', dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “Sheba”) adalah surah ke-
34 dalam Al-Qur'an. Surah ini terdiri atas 54 ayat dan termasuk golongan surah-surah
Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah
maupun ayat2-nya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke 58 setelah surah Luqman dan
sebelum surah Az-Zumar. Dinamakan Saba' karena dalam surah terdapat kisah kaum Saba'.
Suatu kabilah Arab yang tinggal di daerah Yaman.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat Saba' diawali dengan ayat yang berisi
pernyataan bahwa hanya Allah SWT yang berhak untuk mendapat pujian atas karunia dan
nikmat yang diberikanNYA kepada manusia. Semua yang ada di langit dan di bumi adalah
ciptaan dan milik Allah SWT. Surat ini juga memaparkan pendapat dan komentar orang-orang
kafir tentang hari kiamat, penolakan mereka terhadap kedatangan hari kebangkitan, dan
tuduhan mereka bahwa Nabi Muhammad itu hanya seorang pembohong dan tidak waras. Allah
menyanggah berbagai tuduhan mereka itu dengan memperlihatkan beberapa bukti
kekuasaanNYA. Allah memperlihatkan dan memperingatkan mereka dengan siksaan seperti
yang pernah terjadi pada orang-orang terdahulu. Sebagian ada yang ditelan bumi dan yang lain
ditimpa malapetaka dari langit.
Setelah itu, dijelaskan pula karunia Allah terhadap para Nabi. Nabi Daud AS, misalnya, diberikan
kemampuan meluluhkan besi. Sulaiman AS dapat menundukan jin untuk kepentingan dirinya.
Para jin itu membangun gedung-gedung tinggi dan patung-patung atau apa saja yang
dikehendaki Sulaiman AS. Daud dan Sulaiman adalah hamba Allah yang besyukur, sedangkan
kebanyakan manusia tidak demikian.
Ayat-ayat selanjutnya bertutur tentang karunia Allah atas kaum Saba' yang tidak bersyukur.
Mereka memiliki perkebunan luas dan subur di kanan dan kiri kawasan negeri, perkampungan
yang saling berdekatan dan mudah dijangkau dengan aman. Tetapi mereka kemudian menyia-
nyiakan nikmat Tuhan itu. Maka Allah memberikan hukuman orang-orang yang mengingkari
nikmat kepada mereka. Mereka mewujudkan dan mengikuti dugaan-dugaan yang dilontarkan
oleh iblis, padahal iblis tidak memiliki kekuasaan apa pun atas diri mereka. Disebutkan pula
bahwa adanya nikmat merupakan ujian bagi manusia agar dapat diketahui siapa yang beriman
pada hari akhir dengan sepenuh hati dan siapa yang meragukan kebenaran itu.
Surat Saba' juga mengetengahkan kebodohan dan kelemahan orang-orang yang
mempertuhankan sesuatu selain Allah. Menyatakan dengan tegas bahwa setiap insan
bertanggung jawab sepenuhnya atas dosa yang diperbuat sendiri dan memproklamirkan
universalitas misi kerasulan Nabi Muhammad SAW. Ayat-ayat lainnya menyingung keengganan
orang-orang musyrik untuk mempercayai hari pembalasan yang telah ditentukan masanya oleh
Allah.
Pada bagian lain, diketengahkan pendapat orang-orang kafir sekitar Al-Qur’an dan
perbincangan Al-Qur’an sendiri dengan orang-orang yang sombong dan lemah akal. Dalam
surat ini pula Al-Qur’an memberikan suatu batas sikap dalam membanggakan anak dan harta.
Menyajikan suatu konsep bahwa kekayaan duniawi tidak akan dapat mendekatkan diri
seseorang kepada Tuhan jika tidak melahirkan hasil guna bagi kepentingan sosial. Sebab, dalam
pandangan Al-Qur'an, harta manusia itu pada hakikatnya adalah milik Allah. DIAlah yang telah
menakar dan meluaskan rezeki setiap manusia.
Ayat-ayat selanjutnya melukiskan kembali sosok orang-orang kafir yang mengatakan bahwa
Muhammad bermaksud membuat batas pemisah antara mereka dengan tradisi para leluhur
yang bertuhan selain Allah. Tentang kitab suci Al-Qur’an, mereka menuduh sebagai
kebohongan yang dibuat-buat atau sebuah bentuk sihir. Mereka menyangkal pula bahwa telah
ada sejumlah Rasul sebelum Muhammad yang juga mendapatkan wahyu seperti dirinya.
Padahal, Allah benar-benar telah mengutus banyak Rasul kepada umat terdahulu. Allah
menghancurkan bangsa yang memiliki kekuatan dan kedigdayaan dengan bencana, karena
mereka tidak mau mempedulikan ajakan Rasul yang diutus kepada mereka.
Dalam surat ini disinggung pula perintaah Allah kepada Nabi Muhammad untuk memberikan
penjelasan mengenai tugas dan misi yang dibawanya. Inti dakwah Muhammad SAW tidak lebih
dari pemberian peringatan, tanpa paksaan. Manusia diperintahkan untuk mengenali sendiri
karakter Nabi Muhammad. Sehingga mereka sadar bahwa Muhammad SAW bukan orang tidak
waras atau orang yang hanya mencari kekayaan materi. Dakwah Muhammad SAW berdasarkan
wahyu yang berasal dari Allah, dengan tujuan mendatangkan kedamaian pada umat manusia.
Ketika tiba saatnya nanti, dan orang-orang menjadi panik dan tidak mendapatkan pelarian dari
kedahsyatan hari itu (kiamat), mereka akan berkata, "Kami beriman kepada Allah." Tapi
bagaimana keimanan itu akan mendatangkan manfaat bagi mereka, padahal mereka
sebelumnya adalah orang-orang kafir. Sebagaimana orang-orang kafir lainnya, mereka tidak
akan diberikan apa yang mereka inginkan. Mereka adalah orang-orang yang selalu meragukan
ajaran-ajaran agama.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

35. Fathir
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Fathir (Faathir, Pencipta) adalah surah ke-35 dalam Al-Qur'an. Dalam tafsir Al-Qur’an
berbahasa Inggeris “The Originator, Sole Originator, The Bringer into Being, The Creator.” Surah
ini terdiri atas 45 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah karena diturunkan di
Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat2-nya, maka surah ini
diturunkan pada urutan ke 43 setelah surah Al-Furqaan dan sebelum surah Maryam.
Fathir artinya Pencipta diambil dari ayat pertama surah ini. Surah ini menerangkan bahwa Allah
adalah pencipta langit dan bumi, manusia, dan makhluk lainnya. Surah Fatir dinamakan pula
surat Al-Mala'ikah (Malaikat) karena pada ayat pertama Allah menerangkan bahwa Allah
mengutus beberapa malaikat yang memiliki sayap.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini dibuka dengan memuji Allah yang
telah menciptakan langit dan bumi tanpa contoh sebelumnya dan menjadikan malaikat-
malaikat yang memiliki beragam sayap sebagai utusan kepada para hambaNYA. Jika Allah
berkehendak untuk menurunkan karuniaNYA, maka tak ada yang dapat menghalangiNYA.
Sebaliknya, tak seorang pun dapat mendatangkannya jika Allah tidak menghendaki hal itu. Allah
berfirman kepada manusia untuk senantiasa mengingat berbagai nikmat yang dilimpahkanNYA.
Sebab, tak ada Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki. Dan Allah tidak
memerlukan bantuan dari siapa pun dalam segala tindakanNYA.
Allah berfirman bahwa kendati demikian, kaum musyrik Mekah telah mendustakan seruan
Rasulullah SAW. Maka kisah-kisah para Rasul sebelum Muhammad SAW dapat dijadikan
sebagai bahan renungan. Janji Allah bahwa semuanya akan kembali kepada Allah dapat menjadi
pelipur lara Rasulullah. Dinyatakan juga, seharusnya manusia tidak terpedaya dengan
kehidupan dunia dengan segala keindahannya. Mereka juga semestinya tidak mengamini jalan
setan yang selalu mengajak kepada kebinasaan dan menjerumuskan manusia ke dalam api
neraka. Orang-orang yang perbuatan buruknya dihiasi oleh setan tak dapat disamakan dengan
mereka yang menjauhi tipu dayanya.
Allah Mahakuasa menghidupkan kembali sesuatu yang telah mati untuk mendapatkan
perhitungan dan balasan. Dari itu, mereka yang ingin mendapatkan perlindungan tentu akan
meminta pertolongan kepada Allah. Jika ia meminta kepada selain Allah, DIA akan membuatnya
semakin terhina. Seluruh amal perbuatan manusia akan diperlihatkan oleh Allah. DIA akan
menerima amal perbuatan orang-orang beriman dan menolak amal perbuatan orang-orang
yang ingkar.
Bukti Kemahakuasaan Allah untuk membangkitkan dan mengumpulkan manusia dari kematian
adalah sangat jelas dan banyak. Di antaranya, DIA telah menciptakan manusia dari tanah yang
berproses menjadi sperma. Lalu diciptakanNYA manusia berpasangan-pasangan hingga
perempuan dapat mengandung seorang anak yang kelahirannya hanya diketahui Allah. Bukti
lainnya adalah diciptakannya air tawar dan air asin yang mengandung berbagai bentuk karunia.
Adanya pergantian siang dan malam dan ditundukkannya matahari dan bulan untuk beredar
sampai batas waktu yang Allah tentukan. Dengan kekuasaan seperti ini, DIAlah Tuhan yang
hakiki.
Adapun tuhan-tuhan selainNYA, mereka tidak memiliki kemampuan apa-apa. Jika diminta,
mereka tidak dapat mendengar. Seandainyapun mereka dapat mendengar, tentu mereka tidak
dapat mengabulkan permintaan itu. Di hari kiamat nanti, tuhan-tuhan selain Allah itu akan
mengingkari perbuatan orang-orang yang menjadikan mereka sebagai sekutu Allah. Allah
Mahabijaksana mengadili para hambaNYA, sesuai dengan amal perbuatan setiap manusia.
Karena itulah Allah mengutus para Rasul untuk menyeru mereka agar bertakwa kepada Allah.
Tugas seorang Rasul hanyalah untuk memberi peringatan kepada kaumnya. Tidak ada satu
umat pun yang tidak didatangkan seorang pemberi peringatan kepadanya.
Surat ini kemudian kembali membicarakan bukti-bukti kemahakuasaan Allah. Disebutlah
tentang keberadaan air yang menghasilkan beragam jenis buah-buahan. Tentang gunung-
gunung yang memiliki garis-garis berwarna putih, merah dan hitam. Juga tentang wujud
manusia dan binatang dengan berbagai bentuknya. Semua bukti itu semestinya dapat membuat
manusia tunduk dan patuh kepada Allah. Hanya mereka yang selalu membaca dan
mengamalkan kitab suci yang diturunkan kepada manusia pilihanlah yang akan memperoleh
kenikmatan surga.
Sebaliknya, mereka yang ingkar akan dijerumuskan ke dalam api neraka untuk selama-lamanya.
Di saat itulah orang-orang kafir berharap dan memohon untuk dapat kembali ke alam dunia
agar dapat melakukan amal saleh. Tetapi waktu untuk melakukan amal saleh telah habis. Rasul
pemberi peringatan pun telah pernah didatangkan kepada mereka.
Mahasuci Allah yang telah menciptakan manusia sebagai khalifah-khalifahNYA di bumi. DIA
telah menyangga langit dan menahan bumi dari kehancuran. Sebelumnya, orang-orang yang
ingkar itu telah berjanji untuk mengikuti jejak pemberi peringatan yang diutus kepada mereka,
agar kondisi mereka menjadi lebih baik dari umat-umat sebelumnya. Tetapi tatkala pemberi
peringatan itu datang, mereka malah merasa sombong dan takabur. Rencana jahat yang
mereka rancang, Allah patahkan. Kekuatan yang ada pada mereka tidak dapat menandingi
kekuasaan Allah.
Jika Alah menghendaki untuk menurunkan siksaanNYA kepada penghuni bumi sesuai dengan
perbuatan mereka, niscaya tak akan ditemui satu binatang melata pun di muka bumi ini. Dari
itu, Allah menangguhkan hal itu sampai tiba saat yang telah ditentukan. Jika saatnya datang,
sesungguhnya Allah Maha Melihat segala perbuatan para hambaNYA.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

36. Yaasiin
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Yasin (Yaasiin dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “Yā Sīn, Ya-Sin, Yaa Siin”) adalah
surah ke-36 dalam Al-Qur'an. Surah ini terdiri atas 83 ayat dan termasuk golongan surah
Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah
maupun ayat2-nya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke 41 setelah surah Al-Jin dan
sebelum surah Al-Furqaan.
Surah ini dinamai Yasin karena dimulai dengan dua abjad Arab Yaa Siin. Sebagaimana halnya
arti tersembunyi huruf-huruf abjad Alif Lam Mim atau Nun yang terletak pada permulaan
beberapa surah Al-Quran, maka demikian pula arti Yaa Siin yang termasuk dalam kategori ayat
mutasyaabihat.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim dan huruf2 fonemis Yaa, Siin, Allah
bersumpah demi Al-Qur’an bahwa Muhammad SAW benar-benar termasuk salah seorang Rasul
yang menyampaikan dakwah sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an. Surat ini kemudian
memaparkan hal ihwal para pembangkang yang tidak menerima peringatan. Dijelaskan bahwa
peringatan itu hanya berguna bagi mereka yang menerima Al-Qur’an dan taqwa kepada Allah.
Kelak Allah akan membangkitkan manusia dari kematiaannya untuk memperhitungkan segala
perbuatannya. Surat ini mengetengahkan suatu ilustrasi kepada orang-orang kafir Mekah
tentang perseteruan antara golongan yang mengajak kepada jalan Allah dengan golongan yang
mendustakanNYA. Lalu, disebutkan akhir yang didapat oleh dua golongan itu.
Selain itu, surat ini pun mengetengahkan beberapa bukti KeMahaKuasaan Allah yang
semestinya dapat menghantarkan manusia kepada keimanan dan membuatnya selalu waspada
akan peringatan Allah yang turun secara tiba-tiba guna membalas amal perbuatan setiap
manusia. Pada saat itu penghuni surga akan memperoleh kesenangan dan mendapatkan semua
yang mereka inginkan. Sebaliknya, para penghuni neraka akan diusir. Mulut mereka akan
terbungkam, sementara anggota badan mereka akan dapat berbicara. Allah Mahakuasa untuk
mengubah bentuk mereka. Sebab, DIAlah yang mengubah orang yang diberi usia panjang dari
kuat menjadi lemah, dari kuat ingatannya menjadi pikun dan kembali bersikap kekanak-
kanakan.
DIA-lah yang telah memelihara NabiNYA dari segala bentuk ilusi dan ketidakwarasan. DIA tidak
pernah mengajarkan syair kepadanya, karena seorang Nabi tidak layak menjadi penyair yang
kerap mempermainkan kata-kata dan mengembara ke setiap lembah. Apa yang disampaikan
oleh Muhammad tidak lain adalah Al-Qur’an yang jelas dan rasional, bukan hasil khayalan.
Surat ini, selanjutnya, menyebutkan tentang karunia Allah kepada para hambaNYA. Disebutkan
bahwa Allah yang menjadikan ternak-ternak untuk dimiliki dan dijadikan kendaraan oleh
manusia. Meskipun segala karunia itu disediakan untuk kepentingan manusia, tetapi banyak
manusia yang tetap mempersekutukan Allah. Mereka malah menyembah sekutu-sekutu, selain
Allah, yang lemah itu.
Akhirnya, surat ini ditutup dengan anjuran agar manusia memperhatikan keberadaan dirinya
yang berasal dari sperma tapi kemudian menjadi penentang yang paling keras. Dijelaskan pula
bahwa Sang Pencipta kejadian pertama, yang mengeluarkan api dari hijau pepohonan dan
menciptakan langit dan bumi, tentu MahaKuasa untuk menghidupkan kembali tulang-tulang
yang hancur berserakan. Jika Allah berkehendak, DIA hanya berkata, "Jadilah!" maka sesuatu
itu pun terjadi. Mahasuci Allah, Sang Maha Penguasa segala sesuatu. Hanya kepadaNYA-lah
segala sesuatu akan kembali.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

37. Ash-Shaffat
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Ash-Shaffat (Ash-Shaaffat, Rombongan Yang Bersaf-saf) adalah surah ke-37 dalam Al-
Qur'an. Dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Ranged Ones, Devotional Ranks, Drawn
Up In Ranks, Ranged in Order, Ranged in Rows, The Rangers, The Ranks, Those Ranged in Ranks,
Those in Ranks, Who Stand Arrayed in Rows.” Surah ini terdiri atas 182 ayat dan termasuk
golongan surah Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode
turunnya surah maupun ayat2-nya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke 56 setelah surah
Al-An’am dan sebelum surah Luqman. Surah ini dinamakan Shaffat karena dimulai dengan
kalimat “Waalshshaaffaati shaffaan.”
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini bersumpah demi malaikat, salah
satu makhluk Allah, yang mempunyai tugas berbaris, melarang dan selalu menyenandungkan
bacaan bahwa Allah MahaEsa. Ayat-ayat selanjutnya menguatkan apa yang disenandungkan
oleh malaikat-malaikat itu. Allah adalah Tuhan Penguasa langit, bumi, semua yang ada di antara
keduanya. Tuhan Penguasa tempat-tempat terbitnya matahari, yang menghias langit yang
terdekat dari bumi dengan berbagai gemintang. DIA melindungi semua itu dari setan
pembangkang yang tidak mau menaati perintahNYA.
Setelah berbicara mengenai ajaran tauhid, ayat-ayat selanjutnya kemudian berbicara mengenai
kepercayaan tentang datangnya hari kebangkitan. Orang-orang yang meragukan kedatangan
hari itu diancam akan didatangi hari itu secara tiba-tiba. Ketika itu, mereka sendiri menyaksikan
peristiwa itu. Pembicaraan tentang hari kiamat ini diperkuat dengan dalil-dalil dan bukti-bukti
yang menunjukkan betapa peristiwa itu sangat mungkin dan sangat mudah terjadi.
Kelak, ketika mereka menyaksikan hari itu, mereka akan berkata, "Celaka! Ini adalah hari
pembalasan." Kepada mereka kemudian dikatakan "Hari ini adalah hari pengadilan yang dahulu
kalian dustakan." Orang-orang yang menzalimi dirinya itu pun dikumpulkan bersama tuhan-
tuhan palsu yang dahulu mereka sembah. Mereka akan bertanya, dan tuhan-tuhan itu pun akan
menjawab dan memberikan alasan. Masing-masing menyalahkan pihak lain setelah merasakan
penderitaan saat itu. Padahal, mereka semua akan merasakan siksaan. Sebab mereka
melakukan kejahatan yang sama: Bersikap sombong lalu tidak mau mengakui keEsaan Tuhan,
dan menuduh bahwa Rasul yang diutus kepada mereka itu gila. Padahal, para Rasul itu justru
datang membawa kebenaran dan bukti yang menguatkan bahwa mereka benar-benar jujur
dalam menyampaikan misi Tuhan.
Sedangkan orang-orang Mukmin yang beribadah dengan ikhlas, seperti disebutkan pada ayat-
ayat selanjutnya, akan merasakan berbagai macam kenikmatan. Mereka akan mengingat-ingat
karunia Allah yang telah mereka rasakan. Mereka juga akan mencari-cari orang yang dahulu
menjadi teman buruknya, yang kemudian ditemukan sedang berada di dalam neraka. Mereka
akhirnya mengucap tahmid memuji Allah karena telah terjaga sehingga tidak mengikuti ajakan
teman- teman buruk itu. Pada bagian selanjutnya, surat ini berbicara mengenai derajat orang-
orang zalim dan orang-orang Mukmin.
Dilanjutkan kemudian, dengan kisah beberapa Rasul terdahulu sebagai pelipur lara bagi Nabi
Muhammad SAW sekaligus sebagai pelajaran bagi kaumnya yang tidak percaya. Setelah
mengutarakan berbagai kisah dari berbagai zaman dan dengan berbagai tokoh yang berbeda
pula--dengan satu kesamaan, yaitu kisah mengenai misi kenabian--ayat-ayat berikutnya
mematahkan anggapan orang-orang musyrik bahwa Allah mempunyai anak perempuan dan
mereka mempunyai anak laki-laki, bahwa Allah menciptakan malaikat bergender perempuan,
dan bahwa mereka adalah calon penghuni surga. Allah Mahasuci dari semua anggapan mereka
itu. Orang-orang yang menghambakan diri kepada Allah akan mendapat pertolongan, dan
tentara-tentara yang membela agama Allah itu akan menang. Sedangkan orang-orang yang
diperingatkan itu akan menerima siksaan.
Akhirnya surat ini ditutup dengan tasbih penyucian Tuhan dari segala sifat yang disandangkan
orang-orang musyrik kepadaNYA, ucapan selamat kepada para Rasul dan tahmid bagi Allah.
Tuhan semesta alam.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

38. Shad
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Shad (Shaad, Huruf Shad, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris: The Letter "Saad")
adalah surah ke-38 dalam Al-Qur'an. Surah ini terdiri atas 88 ayat dan termasuk golongan
surah-surah Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode
turunnya surah maupun ayat2-nya, maka surah ini diturunkan juga pada urutan ke 38 setelah
surah Al-Qamar dan sebelum surah Al-A’raaf. Surah ini dinamakan Shad karena surah ini
dimulai dengan huruf Shaad.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim dan huruf Shaad, surat ini dimulai dengan
memberikan gambaran tentang salah satu bentuk sikap keras kepala orang-orang musyrik yang
menolak dakwah Nabi Muhammad SAW di samping sikap dengki mereka karena Muhammad
memperoleh kehormatan sebagai Rasul dan menerima wahyu Al-Qur’an. Di dalam surah ini
dapat dilihat, bantahan terhadap ilusi-ilusi palsu yang mereka yakini benar. Juga keterangan
bahwa faktor yang mendorong mereka memerangi dakwah Rasul adalah keyakinan palsu dan
sikap mereka yang suka menentang dan berselisih. Kalau saja siksa Allah telah mereka alami,
mereka pasti tidak akan bersikap seperti itu terhadap Rasulullah SAW.
Setelah itu, surat ini juga mengutarakan bahwa Allah telah memberikan contoh dari umat
terdahulu agar dapat menjadi peringatan bagi mereka sehingga tidak lagi bersikap sombong
dan ingkar. Juga agar hati Rasululllah tetap tegar dalam menyampaikan misi dakwah meskipun
menemui banyak rintangan dan tipu daya dari orang-orang musyrik. Selain itu, juga agar
Rasulullah bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang diberikan kepadanya seperti para
Nabi dan Rasul lainnya.
Disebutkan pula, ganjaran yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa berupa tempat
kembali yang baik. Sedang orang-orang yang durhaka hanya akan kembali ke tempat yang
teramat buruk. Kemudian Allah mengingatkan mereka tentang apa yang pernah terjadi antara
Adam AS dan musuhnya, Iblis, agar mereka mengetahui bahwa sikap sombong dan enggan
mengikuti kebenaran adalah sifat Iblis. Sifat itulah yang membuatnya terusir dari rahmat Allah.
Surat ini ditutup dengan pembatasan tugas Rasulullah SAW yaitu hanya sebatas menyampaikan
misi dakwah. Untuk tugas itu Rasulullah tidak meminta upah sama sekali dari mereka. Tugas itu
juga bukan atas dasar kemauan dirinya sendiri. Terakhir, juga dijelaskan bahwa Al-Qur’an
adalah peringatan bagi semesta alam dan untuk diketahui dan akan terbukti kebenarannya.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…
39. Az-Zumar
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Az-Zumar (Rombongan, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Throngs, The
Companies, The Crowds, The Multitudes, The Small Groups”) adalah surah ke-39 dalam Al-
Qur'an. Surah ini terdiri atas 75 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah karena
sebagian besar ayat2-nya diturunkan di Mekah kecuali ayat-ayat 52, 53 dan 54 yang turun pada
periode Medinah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat2-nya, maka
surah ini diturunkan pada urutan ke 59 setelah surah Saba‘ dan sebelum surah Al-Mu’min.
Surah ini dinamakan Az-Zumar yang berarti Rombongan-Rombongan karena kata Zumar yang
terdapat pada ayat 71 dan 73 pada surah ini. Dalam ayat-ayat tersebut diterangkan keadaan
manusia di hari kiamat setelah mereka dihisab. Saat itu mereka terbagi atas dua rombongan.
Satu rombongan dibawa ke neraka dan satu rombongan lagi dibawa ke surga. Masing- masing
rombongan memperoleh balasan dari apa yang mereka kerjakan sewaktu hidup di dunia. Surah
ini dinamakan juga Al-Ghuraf yang berarti Kamar-Kamar karena kata Ghuraf yang terdapat pada
ayat 20, di mana diterangkan keadaan kamar-kamar dalam surga yang diperoleh orang-orang
yang bertakwa.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini dimulai dengan isyarat betapa
tingginya kedudukan Al-Qur’an. Ajakan untuk memurnikan ibadah hanya kepada Allah, dan
bantahan terhadap orang yang mengatakan bahwa Allah mempunyai anak. Setelah itu, surat ini
membicarkan tanda-tanda kekuasaan Allah dalam penciptaan langit, bumi dan manusia. Ihwal
bahwa jika manusia mengingkari Allah, DIA tetap Mahakaya dan tidak membutuhkannya, dan
apabila mereka bersyukur akan diridai Allah; dan bahwa Allah tidak akan pernah merelakan
kekufuran.
Selain itu, dibicarakan pula watak dan tabiat manusia yang secara umum memiliki dua karakter.
Pertama, apabila tertimpa musibah ia akan berdoa dan kembali kepada Tuhannya. Kedua,
apabila mendapat kebahagiaan ia segera melupakan apa yang dahulu dimintanya. Kemudian
dibicarakan pula perbandingan antara orang yang waspada menghadapi kehidupan akhirat dan
mengharap rahmat Tuhannya dengan orang-orang yang membangkang Tuhannya, serta
balasan masing-masing di hari kiamat. Allah menggambarkan rahmatnya dengan menurunkan
air hujan. Dengan air itu, Allah menghidupkan bumi setelah sebelumnya tandus dan mati, dan
menumbuhkan pepohonan dan proses pertumbuhannya yang melalui beberapa fase. Itu semua
mengandung peringatan dan pelajaran bagi orang-orang yang berakal.
Surat ini kemudian berbicara kembali mengenai Al-Qur’an dan pengaruhnya terhadap orang-
orang yang takwa kepada Tuhan. Di dalam Al-Qur’an itu, Allah memberikan berbagai tamsil
agar mereka mau mengambil pelajaran dan peringatan, Al-Qur’an yang tidak bengkok, supaya
mereka bersiap-siap dan berhati-hati. Di bagian lain, terdapat perbandingan antara hamba yang
musyrik dan hamba yang tulus beribadah kepada Allah. Mereka tidaklah sama! Juga terdapat
peringatan bahwa kematian adalah suatu keniscayaan bagi semua makhluk hidup. Mereka yang
kufur akan saling menyalahkan di hadapan Allah. Selain itu, terdapat pula keterangan mengenai
akhir perjalanan orang2 yang mendustakan Allah dan mendustakan kebenaran yang dibawa
para RasulNYA, serta akhir perjalanan orang-orang yang benar dalam perkataannya dan
membenarkan serta mempercayai ajaran-ajaran yang disampaikan mereka.
Surat ini mengisahkan pula bahwa orang-orang musyrik, apabila ditanya mengenai siapa
pencipta langit dan bumi, akan mengatakan "Allah". Walaupun demikian, mereka tetap
menyembah berhala yang sama sekali tidak dapat menolak musibah yang dikehendaki Allah
dan tidak bisa pula menahan rahmat jika Allah berkehendak menurunkannya kepada mereka.
Surat ini menegaskan bahwa kitab suci Al-Qur’an ini diturunkan dengan benar. Oleh karena itu,
barangsiapa yang mau mengambil petunjuk dari Al-Qur’an, maka keuntungannya akan kembali
kepada dirinya sendiri. Begitu pula sebaliknya, barangsiapa yang tersesat, maka dosanya pun
akan ditanggung sendiri. Surat ini menegaskan pula bahwa Rasulullah SAW diutus bukan
sebagai penguasa.
Kemudian, surat ini kembali mengingatkan mereka, orang-orang musyrik, tentang kematian dan
hari kebangkitan. Bahwa apa yang mereka anggap sebagai sekutu-sekutu Allah tidak memiliki
apa-apa, bahkan syafaat sekalipun. Syafaat hanya ada pada Allah SWT. Ketika pembicaraan
mengenai ancaman yang diberikan kepada orang-orang yang durhaka berupa siksa yang sangat
pedih--yang bisa jadi menimbulkan perasaan putus asa akan rahmat Allah pada diri manusia--
Allah membuka pintu harapan lagi. FirmanNYA yang berbunyi: "Katakan, wahai Muhammad,
kepada orang-orang yang berlebih-lebihan atas diri mereka, 'Jangan kalian berputus asa akan
rahmat Allah. Sesungguhnya Allah akan mengampuni semua dosa. Dia sungguh Maha
Pengampun dan Maha Pengasih'," yang disebut di bagian akhir surat ini, adalah isyarat untuk
itu.
Allah kemudian mengajak mereka untuk kembali kepadaNYA sebelum datangnya siksaan secara
tiba-tiba pada saat mereka tidak merasakannya. Dalam hal ini, Allah berfirman, "Pada hari
kiamat kamu akan melihat wajah orang-orang yang mendustakan Allah tampak hitam, dan
orang-orang yang bertakwa kepadaNYA tidak akan menderita dan tidak akan bersedih hati."
Surat ini kemudian diakhiri dengan pembicaraan mengenai hari akhir. Mulai dari peniupan
sangkakala yang membuat semua makhluk yang ada di langit dan di bumi jatuh tersungkur,
kecuali mereka yang dikehendakiNYA, sampai kepada pengambilan hak oleh masing-masing
orang. Penghuni neraka akan digiring ke dalam neraka, dan penghuni surga akan diantar ke
surga. Penghuni surga akan berkata, "Puji syukur bagi Allah yang telah menepati janjiNYA
kepada kita." Perkara antara mereka telah diputuskan dengan benar. Seluruh makhluk pun
berkata, "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam."
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

40. Al-Ghafir
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Ghafir (Al-Ghaafir, Maha Pengampun) adalah surah ke-40 dalam Al-Qur’an. Dalam
tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Forgiver, The Forgiver of Sin, Forgiving, The Believer,
The Forgiving (God), The Forgiving One.” Surah ini terdiri atas 85 ayat dan termasuk golongan
surah-surah Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode
turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke 60 setelah
surah Az-Zumar dan sebelum surah Fushshilat.
Surah Al-Ghafir ini dinamakan juga At-Tawl. Nama lain yang sering digunakan untuk surah ini
adalah Al-Mu'min. Nama Ghafir diambil dari ayat ke-3 surah ini yang di dalamnya terdapat kata
Ghaafir. Kata Ghaafir juga merupakan salah satu sifat Allah yang artinya "Maha Pengampun
atau Maha Penerima Tobat." Sedangkan nama At-Tawl juga diambil dari ayat ke-3 dari kata Zit
Tawl. At-Tawl memiliki arti "Mempunyai Karunia Yang Tidak Putus."
Nama Al-Mu'min yang berarti "Laki-Laki Yang Beriman" merujuk pada kisah seorang laki-laki
beriman yang terdapat dalam ayat 28 surah ini. Ia merupakan pengikut Fir'aun dan seorang
Qibti. Namun, ia menyembunyikan keimanannya. Hingga suatu hari ia menerima dakwah Musa
AS dan membelanya. Orang ini dijelaskan Al-Qur’an sebagai orang yang membela dakwah. Ada
beberapa pendapat mengenai siapa nama orang ini. Dalam Tafsir Ibnu Katsir, ia adalah "Habib".
Tafsir At-Tabari berpendapat bahwa ia adalah "Khair". Sedangkan Ibnu Abbas berpendapat
bahwa ia adalah "Hazbil" atau "Hazfil". Dan ada juga yang menyebutnya "Syam'an".
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim dan dimulai dengan huruf2 fonemis Haa,
Miim, surat ini kemudian menyebutkan posisi Al-Qur’an yang diturunkan dari Sang
Mahaperkasa, Maha Mengetahui, Maha Pengampun semua dosa, Maha Penerima tobat. Tuhan
yang siksaNYA teramat pedih dan Sang Pemberi nikmat dan karunia. Tak ada yang patut
disembah selain DIA. Hanya kepadaNYA lah tempat kembali. Surat ini mengajak kita untuk
mengesakan Tuhan dan jangan sampai tertipu dengan kekuasaan yang, bisa jadi, ada pada
orang-orang kafir. Mereka, orang-orang kafir itu, kemudian diajak untuk mengingat kembali
nasib yang diderita bangsa-bangsa sebelum mereka.
Kemudian, disebut pula tentang malaikat-malaikat yang memikul arasy Tuhan sambil bertasbih
dan bertahmid, dan ihwal orang-orang kafir yang mendapat murka Allah. Pada lebih dari satu
tempat, surat ini berbicara tentang tanda-tanda keMahaKuasaan Allah yang terdapat pada diri
kita, langit, bumi dan nikmat-nikmat dan karuniaNYA. Allah mengajak kita, melalui beberapa
ayat, untuk beribadah hanya kepadaNYA. Di antaranya adalah ayat-ayat, yang bermakna: Oleh
karena itu, sembahlah Allah dengan memurnikan ibadah hanya kepadaNYA. Berdoalah kepada
Allah, pasti akan Allah kabulkan. Itulah Allah, Tuhan kalian, Pencipta segala sesuatu. Tidak ada
Tuhan selain DIA.
Surat ini juga mengingatkan kita tentang hari kiamat melalui ayat yang maknanya berbunyi:
"Berilah peringatan kepada mereka tentang hari yang dekat (kiamat), ketika hati menjadi sesak
sampai ke kerongkongan karena menahan sedih." Surat ini juga menyinggung sedikit kisah
mengenai Musa AS bersama Fir'aun dan kaumnya. Terutama sekali kisah tentang pengikut
Fir'aun yang beriman.
Surat ini diakhiri dengan ajakan kepada umat manusia untuk berjalan menjelajahi bumi, agar
dapat mengambil pelajaran dari pengalaman bangsa-bangsa sebelumnya. Memikirkan
persoalan bagaimana mereka tertipu oleh pandangan pemikiran mereka sendiri dan
meremehkan ajaran para Rasul yang kemudian berakhir dengan buruk. Di pengadilan akhir,
ketika mereka tertimpa azab Allah, mereka mengaku beriman kepada Allah dan mengingkari
tuhan-tuhan yang menyebabkan mereka musyrik. Tapi saying pernyataan iman mereka itu telah
terlambat. Ketika siksaan itu telah datang, orang-orang kafir akan sangat merugi.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

41. Al-Fushshilat
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Fushshilat (Ayat-Ayat Terperinci) adalah surah ke-41 dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir Al-
Qur’an berbahasa Inggeris “Elaborated, Adoration, Clearly Spelled Out, Distinguished, Made
Plain, Revelations Well Expounded, The Lucidly Distinct, The Well-Explained.” Surah ini terdiri
atas 54 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau
melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan
pada urutan ke-61 setelah surah Al-Ghaafir (Al-Mu’min) dan sebelum surah Asy-Syuura.
Surah ini dinamakan Fushshilat yang juga berarti “Yang Dijelaskan”. Diambil dari kata Fushshilat
yang terdapat pada permulaan surah ini. Tepatnya pada ayat 3. “Kitaabun fushshilat…”
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim dan huruf2 fonemis Haa, Miim, surat ini
menyebutkan tentang Al-Qur’an yang di antara isinya adalah kabar gembira dan ancaman.
Disinggung pula, setelah itu, sikap orang musyrik yang berpaling dan memusuhi seruan Al-
Qur’an. Sikap Rasulullah yang tetap teguh menghadapi mereka dengan mengatakan, "Aku
hanyalah seorang manusia seperti kalian yang, melalui wahyu, diberitahu bahwa Tuhan kalian
adalah MahaEsa. Dari itu, luruslah kalian, dan mohonlah ampunan kepadaNYA!"
Pada bagian lain terdapat peringatan bagi orang-orang musyrik mengenai tanda-tanda
kekuasaan Allah yang terdapat dalam penciptaan langit dan bumi. Diikuti, secara berturut-
turut, dengan ancaman azab yang meyiksa bangsa-bangsa yang terdekat dengan mereka, yaitu
bangsa Ad dan Tsamud, dan gambaran tentang hari kiamat. Pada hari kiamat, pendengaran,
penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi atas perbuatan-perbuatan yang pernah mereka
lakukan. Hari itu merupakan hari saat terjadi perdebatan antara orang musyrik itu dengan
anggota-anggota badan mereka. Dan seperti tersebut dalam surat ini, selanjutnya para
pengikut orang musyrik, pada hari itu akan mengatakan, "Ya Tuhan kami, perlihatkanlah kepada
kami para jin dan manusia yang telah menyesatkan kami. Mereka akan kami injak- injak di
bawah telapak kaki kami hingga menjadi golongan yang paling rendah."
Pada bagian selanjutnya, setelah pembicaraan mengenai orang-orang musyrik di atas, surat ini
berbicara tentang orang-orang Mukmin. Hal itu sesuai dengan metode Al-Qur’an yang setiap
kali berbicara mengenai ihwal orang-orang kafir selalu disertai dengan pembicaraan mengenai
orang-orang Mukmin. Orang-orang yang berkata, "Tuhan kami adalah Allah," kemudian
beristikamah. Setelah pemaparan dua kelompok manusia itu--Mukmin dan kafir--surat ini
kemudian mengadakan perbandingan antara yang baik dan yang buruk, yaitu bahwa "kebaikan
tidak sama dengan keburukan".
Pembicaraan kemudian beralih dengan mengarahkan pandangan kita kepada tanda-tanda
kekuasaan Allah dalam membangkitkan dan menghidupkan orang mati; ancaman keras kepada
orang yang menyelewengkan ayat-ayat Allah; keterangan bahwa Al-Qur’an, yang diturunkan
oleh Sang Mahabijaksana dan Maha Terpuji, ini tidak pernah salah; dan keterangan bahwa misi
yang dibawa Nabi Muhammad bukan merupakan hal baru. Dalam surat ini, secara singkat
disebut pula salah satu tabiat manusia, yaitu apabila mendapat nikmat dari Allah ia berpaling
dari kebenaran, dan apabila mendapat kesusahan ia berdoa sangat panjang.
Surat ini ditutup dengan dua hal penting. Pertama, isyarat tentang kedudukan Al-Qur’an yang
berisi kebenaran yang tak diragukan lagi. Hal ini dapat kita pahami melalui ayat 53 bahwa Allah
akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda keMahaKuasaanNYA, di segala ufuk dan
pada diri mereka, sehingga akan jelas bagi mereka bahwa hal itu adalah benar. Kedua, bahwa
sikap orang-orang kafir itu disebabkan oleh keragu-raguan akan kebangkitan yang terdapat
pada ayat 54: Mereka sungguh berada dalam keraguan tentang hari perteman mereka dengan
Tuhan. Ingatlah, bahwa Allah Maha Meliputi segala sesuatu.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

42. Asy-Syura
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Asy-Syura (Asy-Syuura, Musyawarah, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The
Consultation, The Counsel”) adalah surah ke-42 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 53 ayat
dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari
sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan
ke-62 setelah surah Al- Fushshilat dan sebelum surah Az-Zukhruf.
Surah ini dinamakan Asy-Syura yang berarti Musyawarah diambil dari kata Syuuraa yang
terdapat pada ayat 38 pada surah ini. Dalam ayat tersebut ditekankan kata “musyawarah”
untuk merangsang umat Islam agar selalu berpegang pada prinsip musyawarah dalam
mengatur segala macam urusan kehidupannya. Hal itu diharapkan bisa mewujudkan keadilan
dan kebenaran. Secara umum, surat ini mencakup banyak masalah agama dan bukti-bukti
keimanan. Surah ini kadang kala disebut juga Haa Miim 'Ain Siin Qaaf karena surah ini dimulai
dengan huruf-huruf hijaiyah itu.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim dan huruf2 fonemis Haa, Miim. 'Ain, Siin,
Qaaf, surat ini membicaraan secara singkat mengenai Al-Qur’an yang merupakan wahyu dari
Allah, membantah berbagai hujatan orang-orang kafir, dan banyak memberikan penawar hati
kepada Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya, surat ini menerangkan betapa besarnya kekuasaan
dan kekuatan Allah yang menurunkan Al-Qur’an itu. Walau disertai bukti-bukti yang dengan
jelas menunjukkan bahwa Al-Qur’an berasal dari Allah, tapi ternyata kebanyakan orang masih
saja mengingkarinya.
Setelah itu, disebutkan pula penegasan kekuasaan Allah atas segala sesuatu dan keterangan
mengenai kesatuan misi semua syariat yang pernah ada. Kemudian diikuti dengan keterangan
tentang orang-orang yang mengingkarinya. Panduan kitab-kitab samawi menuju kebenaran,
berikut kecaman terhadap sejarah dan perselisihan orang-orang musyrik dalam menyikapi
kebenaran itu secara tidak benar. Surat ini kemudian membicarakan permintaan orang-orang
yang melakukan pendustaan, dengan nada mengejek, agar siksaan yang diancamkan kepada
mereka itu dipercepat.
Pembicaraan selanjutnya beralih kepada hal-hal yang harus dilakukan oleh orang yang menyeru
kepada agama. Sfat lemah-lembut Allah kepada hamba-hamba-NYA dan peringatan untuk
mereka agar tidak tenggelam dalam kesenangan dunia. Kemudian, surat ini menerangkan
buruknya keadaan orang-orang kafir, dan baiknya keadaan orang-orang yang Mukmin di akhirat
kelak. Diteruskan dengan pembicaraan mengenai tuduhan para pendusta bahwa komposisi Al-
Qur’an adalah ciptaan Rasulullah SAW. Padahal, mereka sendiri tidak mampu membuat sesuatu
yang serupa dengan surat Al-Qur’an yang paling pendek sekalipun.
Selanjutnya, secara berturut- turut disebutkan bahwa Allah menerima pertobatan orang-orang
Mukmin. Hikmah pembagian rezeki menurut ukuran yang sangat teliti. Allah tidak membuat
semua orang menjadi kaya raya karena, dengan begitu, mereka semua akan sombong. Begitu
juga sebaliknya, Allah juga tidak membuat semua orang menjadi miskin karena, jika demikian,
mereka semua akan menderita. Ada yang dijadikan kaya dan ada pula yang dijadikan miskin.
Setelah itu semua, surat ini berturut-turut menerangkan betapa besarnya manfaat hujan.
Penjelasan tentang bukti-bukti kekuasaan Allah di alam raya. Penjelasan bahwa setiap musibah
yang terjadi di dunia disebabkan oleh perbuatan maksiat.
Kemudian disebutkan sekali lagi, kali ini dengan gaya yang berbeda, penjelasan tentang
keadaan masing-masing dari kelompok Mukmin dan pelaku pendustaan di akhirat. Para
pendusta itu akan sangat terhina. Hal ini lalu diikuti dengan anjuran untuk bergegas melakukan
kebaikan selagi belum habis kesempatan. Ayat-ayat selanjutnya memberikan penawar hati
kepada Nabi Muhammad SAW.
Terakhir, surat ini menjelaskan kekuasaan Allah untuk memberi anak perempuan, laki-laki,
kedua-duanya, atau bahkan untuk tidak memberi anak sama sekali kepada siapa saja yang DIA
kehendaki. Disebutkan pula cara-cara Allah dalam berbicara dengan para Nabi-NYA. Akhirnya
surat ini ditutup dengan penjelasan tentang jalan yang benar dan lurus yang harus diikuti.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

43. Az-Zukhruf
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Az-Zukhruf (Perhiasan) adalah surah ke-43 dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir Al-Qur’an
berbahasa Inggeris “The Ornaments, Golden Ornaments, Luxury, Ornaments of Gold, The Gold
Adornments, The Gold Ornaments.” Surah ini terdiri atas 89 ayat dan termasuk golongan surah-
surah Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya
surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-63 setelah surah Asy-
Syuuraa dan sebelum surah Ad-Dukhaan.
Surah ini dinamakan Az-Zukhruf yang berarti Perhiasan. Diambil dari kata Zukhruf yang terdapat
pada ayat 35 pada surah ini. Ayat ini menegaskan bahwa harta tidak dapat dijadikan dasar
untuk mengukur tinggi rendahnya derajat seseorang, karena harta itu merupakan hiasan
kehidupan duniawi, bukan berarti kesenangan akhirat.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim dan huruf2 fonemis Haa, Miim, surat ini
menyebutkan mengenai Al-Qur’an dan kedudukanya di sisi Allah. Keterangan mengenai sikap
orang-orang yang mencemoohkan misi yang dibawa oleh para Rasul. Diikuti dengan pemaparan
beberapa bukti yang mengharuskan kita beriman hanya kepada Allah. Tetapi, kendati bukti-
bukti itu demikian banyak dan jelas, mereka tetap saja mengakui adanya tuhan-tuhan lain yang
palsu selain Allah. Mereka beranggapan bahwa Allah memiliki anak-anak perempuan sedang
mereka memiliki anak laki-laki. Dan ketika mereka tak lagi menemukan alasan yang
membenarkan anggapan itu, mereka berdalih bahwa hal itu adalah tradisi leluhur yang harus
dipegang teguh.
Pada bagian lain, surat ini berbicara tentang kisah Nabi Ibrahim AS. Kemudian dilanjutkan
dengan anggapan orang-orang kafir Mekah bahwa Al-Qur’an terlalu besar untuk diturunkan
kepada seorang Muhammad. Semestinya, menurut mereka, Al-Qur’an hanya pantas diturunkan
kepada salah seorang pembesar Mekah atau Thaif. Dengan begitu, mereka seolah-olah
membagi-bagikan karunia Allah sekehendak mereka. Padahal Allah sendiri telah membagi-
bagikan rezeki-NYA untuk penghidupan mereka di dunia karena mereka memang tidak mampu
melakukan itu.
Surat ini kemudian menyatakan bahwa andai bukan karena Tuhan tidak ingin kalau semua
manusia menjadi kafir, tentu orang-orang kafir telah diberi seluruh kenikmatan dan
kemewahan dunia. Dijelaskan pula, kemudian, bahwa siapa saja yang menentang kebenaran
maka Allah akan menjadikan setan menguasai dirinya lalu membawanya ke lembah
kehancuran.
Selanjutnya, surat ini juga mengetengahkan kisah Nabi Musa bersama Fir'aun dan kaumnya
yang sangat sombong dan arogan dengan kekuasaannya. Suatu sikap yang kemudian justru
mendatangkan balasan Allah kepada mereka. Kisah tentang Musa AS ini kemudian dilanjutkan
dengan penjelasan tentang Isa putra Maryam yang merupakan seorang hamba yang mendapat
karunia dari Allah dan menyeru kepada jalan yang lurus. Dilanjutkan dengan peringatan bagi
orang-orang zalim berupa siksaan, dan kabar gembira bagi orang-orang Mukmin berupa surga
kelak pada hari kiamat.
Surat ini ditutup dengan penjelasan betapa luasnya kerajaan Allah dan betapa tidak mampunya
tuhan-tuhan palsu yang mereka persekutukan denganNYA. Dalam hal ini, Nabi Muhammad
SAW diperintahkan untuk mengucapkan "salam perpisahan" kepada mereka, agar mereka
mengetahui.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

44. Ad-Dukhan
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Ad-Dukhan (Ad-Dukhaan, Kabut, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Smoke,
The Mist”) adalah surah ke-44 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 59 ayat dan termasuk
golongan surah Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode
turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-64 setelah
surah Az-Zukhruf dan sebelum surah Al-Jatsiyaah.
Surah ini dinamakan Ad-Dukhan yang berarti Kabut. Diambil dari kata Dukhaan yang terdapat
pada ayat 10 dalam surah ini.
Didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim dan huruf2 fonemis Haa, Miim surat ini
menguraikan tentang Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah pada laylatulkadar (laylat al-qadr)
yang penuh keberkahan. Sekaligus untuk memberi peringatan dan mengajak umat manusia
mengakui keEsaan Tuhan. Surat ini juga menyinggung pembicaraan tentang hari kebangkitan
yang tidak perlu diragukan lagi, pasti akan datang. Pembicaraan tentang hari kiamat ini
kemudian disusul dengan perdebatan terhadap alasan orang-orang yang megingkari
kedatangannya.
Surat ini kemudian memberikan bantahan kepada orang-orang musyrik seraya melakukan
perbandingan antara orang-orang musyrik Mekah dengan kaum Fir'aun yang hidup sebelum
mereka. Yang karena keingkarannya, mendapatkan balasan dari Allah. Pada bagian lain, surat
ini menyatakan dengan tegas bahwa hari kiamat adalah hari yang telah dijanjikan bagi semua
kelompok orang-orang kafir dan sesat. Allah akan memberikan balasan kepada orang-orang
yang sesat dan ganjaran kepada orang-orang yang mendapat petunjuk.
Seperti pembukaannya, surat ini diakhiri pula dengan uraian tentang Al-Qur’an dan ancaman
Allah kepada orang-orang yang mendustakan Rasulullah SAW. Mereka akan mendapat siksaan
berupa cobaan dan berbagai kesulitan.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

45. Al-Jatsiyah
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Jatsiyah (Al-Jaatsiyah, Yang Berlutut) adalah surah ke-45 dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir
Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Kneeling, Bowing the Knee, Crouching, Hobbling, The
Kneeling, The Kneeling Down.” Surah ini terdiri atas 37 ayat dan termasuk golongan surah-surah
Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah
maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-65 setelah surah Ad-Dukhaan
dan sebelum surah Al-Ahqaaf.
Surah ini dinamakan Al-Jaatsiyah, yang berarti Yang Berlutut, diambil dari perkataan Jaatsiyah
yang terdapat pada ayat 28 surah ini. Ayat tersebut menerangkan tentang keadaan manusia
pada hari kiamat, yaitu semua manusia dikumpulkan ke hadapan mahkamah Allah Yang Maha
Tinggi yang memberikan keputusan terhadap perbuatan yang telah mereka lakukan di dunia.
Pada hari itu semua manusia berlutut di hadapan Allah. Dinamai juga dengan Asy Syari'ah
diambil dari perkataan Syari'ah yang terdapat pada ayat 18 surah ini.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim dan huruf2 fonemis Haa, Miim, surat ini
diikuti dengan penjelasan tentang turunnya Al-Qur’an dari sisi Allah yang Mahamulia dan
Mahabijaksana. Dilanjutkan dengan pemaparan bukti- bukti, yang bersifat kawniyyah dan
'aqliyyah, untuk membuktikan kebenaran akidah Islam dan dakwah untuk memeluknya.
Pada bagian selanjutnya, surat ini menyebutkan nikmat dan karunia Allah yang banyak
terhadap hambanya. Orang-orang Mukmin diminta agar memberikan maaf terhadap orang-
orang yang ingkar. Hanya Allah semata yang memberikan balasan atas perbuatan seseorang.
Nikmat-nikmat itu banyak sekali dikaruniakan kepada Bani Israil, sebagaimana yang dipaparkan
pada surat ini. Allah memberikan kemuliaan terhadap Bani Israil dengan nikmat yang banyak.
Disebutkan pula bahwa apa saja yang diperselisihkan oleh mereka, akan diperhitungkan Allah
pada hari kiamat.
Selanjutnya, surat ini membedakan antara orang-orang yang mengikuti kebenaran dan orang-
orang yang mengikuti hawa nafsunya lalu mengingkari hari kebangkitan. Terhadap ayat-ayat Al-
Qur’an yang berbicara tentang keMahakuasaan Allah, mereka malah menyikapinya dengan
meminta Muhammad SAW untuk menghidupkan kembali leluhur-leluhur mereka. Padahal
hanya Allahlah yang mampu menghidupkan dan mematikan. Dia memiliki segala sesuatu. Kelak,
pada hari ketika semua orang dikumpulkan di padang Mahsyar, setiap orang akan dipanggil
untuk melihat buku catatan amal perbuatannya. Orang-orang Mukmin ketika itu, akan menang
dan beruntung. Sedangkan orang-orang yang tidak beriman dan besar kepala akan terhina.
Pada ayat-ayat selanjutnya, surat ini kembali berbicara tentang sikap mereka yang mengingkari
hari kiamat dan mendustakan bukti-bukti yang menunjukkan datangnya hari kiamat. Selain itu,
surat ini juga menyebutkan bahwa Allah melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan
datangnya hari kiamat. Tempat kembali mereka adalah neraka sebagai akibat sikap
mencemoohkan ayat-ayat Allah dan sikap sombong mereka di dunia.
Surat ini ditutup dengan pujian terhadap Pencipta langit dan bumi. Rabb yang Mahamulia dan
Mahabijaksana.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

46. Al-Ahqaf
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Ahqaf (Al-Ahqaaf, Bukit-Bukit Pasir) adalah surah ke-46 dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir
Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Dunes, The Sand Dunes, The Sandy Plains, Winding Sand-
tracts.” Surah ini terdiri atas 35 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah karena
diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya,
maka surah ini diturunkan pada urutan ke-66 setelah surah Al-Jatsiyaah dan sebelum surah Adz-
Dzariyaat.
Surah ini adalah surah ketujuh dan terakhir dari seri surah Haa, Miim. Dinamakan Al-Ahqaaf
yang berarti Bukit-Bukit Pasir diambil dari kata “Al-Ahqaaf” yang terdapat pada ayat 21 surah
ini. Dalam ayat tersebut dan ayat-ayat sesudahnya diterangkan bahwa Nabi Hud AS telah
menyampaikan risalahnya kepada kaumnya di Al-Ahqaaf yang sekarang dikenal dengan Ar-
Rab'ul Khali, tetapi kaumnya tetap ingkar sekalipun mereka telah diberi peringatan pula oleh
Rasul-Rasul sebelumnya. Hingga akhirnya Allah menghancurkan mereka dengan tiupan angin
kencang. Hal ini adalah sebagai isyarat dari Allah kepada kaum musyrikin Quraisy bahwa
mereka akan dihancurkan bila mereka tidak mengindahkan seruan Rasul.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim dan huruf2 fonemis Haa, Miim, surat ini
diikuti dengan pembicaraan tentang turunnya Al-Qurân dari sisi Allah. Kewajiban beriman
kepada Al-Qur’an, Nabi Muhammad SAW dan kepada hari kiamat. Selain itu, surat ini juga
menggugah kita untuk dapat mengambil pelajaran dari musibah yang menimpa orang-orang
terdahulu yang tidak mematuhi Allah dan rasulNYA, berbakti kepada kedua orangtua dan
menjaga hak-haknya.
Pada bagian selanjutnya, surat ini memaparkan kisah sekelompok jin yang mendengar ketika Al-
Qur’an dibaca dan saling menasihati satu sama lain untuk diam mendengarkannya. Mereka
mendapatkan bahwa Al-Qur’an membenarkan apa yang dibawa oleh Rasul-Rasul sebelum
Muhammad, memberi petunjuk kepada kebenaran dan jalan yang lurus. Karenanya mereka
beriman kepadanya dan menyeru kaumnya untuk beriman pula.
Surat ini ditutup dengan seruan kepada Nabi Muhammad SAW untuk selalu sabar atas sikap
orang-orang yang mendustakannya. Hal itu dialami juga oleh Rasul-Rasul ulul azmi (ulû al-'azm,
Rasul-Rasul yang mempunyai keteguhan hati sangat mengagumkan, tabah dan sabar)
sebelumnya.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

47. Muhammad
Bismillahirrahmanirrahim
Surah Muhammad (Nabi Muhammad) adalah surah ke-47 dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir Al-
Qur’an berbahasa Inggeris “Muhammad, Mohammad, Muhammad (the Prophet).” Surah ini
terdiri atas 38 ayat dan termasuk golongan surah-surah Madaniyyah karena diturunkan di
Medinah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah
ini diturunkan pada urutan ke-95 setelah surah Al-Hadiid dan sebelum surah Ar-Ra’d.
Surah ini dinamakan Muhammad karena diambil dari perkataan Muhammad yang terdapat
pada ayat 2 surah ini. Pada ayat 1, 2 dan 3 surah ini, Allah membandingkan antara hasil yang
diperoleh oleh orang-orang yang percaya kepada apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW dan hasil yang diperoleh oleh orang-orang yang tidak percaya kepadanya. Orang-orang
yang percaya kepada apa yang dibawa oleh Muhammad SAW, merekalah orang-orang yang
beriman dan mengikuti yang hak, diterima Allah semua amalnya, diampuni segala
kesalahannya. Adapun orang-orang yang tidak percaya kepada Muhammad SAW adalah orang-
orang yang mengikuti kebatilan, amalnya tidak diterima, dosa mereka tidak diampuni, kepada
mereka dijanjikan azab di dunia dan di akhirat.
Surah ini dinamakan juga dengan Al-Qital yang berarti Peperangan. Karena, sebagian besar
surah ini mengutarakan tentang peperangan dan pokok-pokok hukumnya, serta bagaimana
seharusnya sikap orang-orang mukmin terhadap orang-orang kafir.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini menjelaskan bahwa Allah telah
menghapus amal perbuatan orang-orang kafir karena mereka mengikuti kebatilan, dan
mengampuni dosa orang-orang Mukmin karena mereka mengikuti kebenaran. Dijelaskan pula
mengenai kewajiban mempertahankan kebenaran dan balasannya di akhirat berupa surge.
Seruan kepada orang-orang Mukmin untuk membela agama dan berperang di jalan Allah.
Selanjutnya, dijelaskan juga bahwa orang-orang yang mengikuti kebatilan akan membuat
kerusakan di muka bumi. Mereka akan memutuskan hubungan silaturahmi ketika mereka
berpaling dari kebenaran. Surat ini juga memperingatkaan orang-orang Mukmin untuk selalu
mewaspadai orang-orang munafik yang berada di tengah-tengah mereka agar orang-orang
munafik itu tidak mendengarkan kelemahan mereka. Begitu juga ancaman terhadap orang-
orang munafik bahwa kejelekan mereka akan diperlihatkan kepada Rasulullah dari sikap dengki
mereka.
Kemudian disebutkan pula larangan bagi orang-orang Mukmin untuk bersikap lemah dalam
memerangi orang-orang munafik. Orang-orang Mukmin mempunyai kedudukan lebih tinggi dan
Allah selalu menyertai mereka. Allah tidak menyia-nyiakan amal perbuatan orang-orang
Mukmin.
Surat ini ditutup dengan seruan untuk membelanjakan harta di jalan Allah. Penjelasan bahwa
orang yang kikir dan tidak mau membelanjakan hartanya di jalan Allah sebenarnya telah
bersikap kikir pada dirinya sendiri. Diterangkan pula bahwa menolak kebenaran adalah
penyebab kehancuran orang-orang yang menentang dan didatangkannya kaum yang lebih baik
untuk menggantikan mereka.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

48. Al-Fath
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Fath (Kemenangan) adalah surah ke-48 dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir Al-Qur’an
berbahasa Inggeris “The Victory, The Conquest, The Manifest Triumph, The Triumph.” Surah ini
terdiri atas 29 ayat dan termasuk golongan surah-surah Madaniyyah karena diturunkan di
Medinah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah
ini diturunkan pada urutan ke-111 setelah surah Al-Jumu’ah dan sebelum surah Al-Maaidah.
Surah ini dinamakan Al-Fath yang berarti Kemenangan. Diambil dari perkataan “Fathan” yang
terdapat pada ayat pertama surah ini. Sebagian besar dari ayat-ayat surah ini menerangkan hal-
hal yang berhubungan dengan kemenangan yang dicapai Rasulullah SAW dalam
peperangannya.
Rasulullah SAW sangat gembira dengan turunnya ayat pertama surat ini. Kegembiraan ini
dinyatakan dalam sabdanya yang diriwayatkan Sahih Bukhari: “Sesungguhnya telah diturunkan
kepadaku satu surat, yang surat itu benar-benar lebih aku cintai dari seluruh apa yang disinari
matahari.” Kegembiraan Rasulullah SAW itu ialah karena ayat-ayat dalam surah ini
menerangkan tentang kemenangan yang akan diperoleh Rasulullah SAW dalam perjuangannya
dan tentang kesempurnaan nikmat Allah kepadanya.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini diawali dengan pembicaraan
tentang kemenangan yang diberikan Allah kepada RasulNYA yang berpengaruh begitu besar
pada tersebarnya agama Islam dan kejayaan umat Islam. Dijelaskan pula bahwa Allah
meneguhkan hati umat Islam agar keimanan mereka semakin bertambah kuat. Dalam surat ini,
disebutkan juga siksaan yang diterima orang-orang munafik dan musyrik akibat meragukan
bahwa Allah akan membela RasulNYA. Nabi Muhammad diutus sebagai saksi dan pembawa
kabar gembira demi mewujudnyatakan keimanan kepada Allah.
Setelah itu surat ini berbicara mengenai baiat orang-orang yang percaya dan memenuhi janji
kepada Rasulullah. Kebohongan orang-orang yang meminta izin untuk tidak ikut berperang
bersama Rasulullah karena mengira bahwa Allah tidak akan membela RasulNYA. Permintaan
mereka untuk berperang bersama Rasulullah karena demi mencari harta rampasan perang
belaka. Pada bagian lain diterangkan bahwa orang-orang yang meminta izin itu diajak untuk
memerangi kaum yang mempunyai kakuatan besar dan bahwa tidak ada dosa bagi siapa yang
tidak ikut berperang dengan alasan yang benar.
Dijelaskan pula mengenai kebaikan besar yang telah dijanjikan Allah kepada orang-orang yang
diridaiNYA pada Bay'at al-Ridlwân. Kehancuran orang-orang munafik ketika memerangi orang-
orang Mukmin. Hikmah larangan Allah bagi orang-orang kafir untuk memerangi orang-orang
Mukmin dan larangan bagi orang-orang Mukmin untuk memerangi orang-orang kafir pada hari
penaklukan kota Mekah (Fath Makkah).
Surat ini ditutup dengan penjelasan bahwa Allah telah membenarkan mimpi RasulNYA yang
akan memasuki Masjidil Haram. Bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad dan para pengikutnya
yang beriman bersikap keras terhadap orang-orang kafir dan berkasih sayang terhadap
sesamanya. Sifat dan tanda-tanda orang-orang Mukmin yang ada dalam kitab Taurat dan Injîl,
serta janji Allah kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh untuk diampuni
dosanya dan diberi pahala yang besar.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

49. Al-Hujurat
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Hujurat (Al-Hujuraat, Kamar-Kamar) adalah surah ke-49 dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir
Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Inner Apartments, The Chambers, The Private Quarters, The
Private Rooms.” Surah ini terdiri atas 18 ayat dan termasuk golongan surah-surah Madaniyyah
karena diturunkan di Medinah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun
ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-106 setelah surah Al-Mujaadilah dan
sebelum surah At-Tahriim. Surah ini dinamakan Al-Hujuraat yang berarti Kamar-Kamar diambil
dari perkataan “Al-Hujuraat” yang terdapat pada ayat ke-4 surat ini.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini diikuti dengan larangan kepada
orang-orang Mukmin untuk menilai sesuatu sebelum datang perintah Allah dan RasulNYA.
Larangan mengangkat suara lebih tinggi di atas suara Rasul SAW. Pujian terhadap orang-orang
yang merendahkan suaranya di hadapan Rasul. Serta celaan terhadap orang-orang yang tidak
beradab dan memanggil Rasul dari luar kamarnya.
Kemudian dijelaskan perintah kepada orang-orang Mukmin untuk selalu bersikap selektif dan
teliti dalam menerima suatu berita dari orang-orang fasik dan lemah imannya. Perintah yang
harus dilakukan oleh para pemimpin dalam menghadapi dua kelompok orang-orang Mukmin
yang sedang berperang.
Larangan bagi orang-orang Mukmin untuk saling mengolok-olok dan mencela sesamanya.
Larangan berburuk sangka dan memata-matai orang-orang yang berbuat kebaikan. Surat ini
juga menjelaskan larangan bagi orang-orang Arab Badui untuk mengaku bahwa mereka telah
beriman sebelum iman itu menetap dalam hati mereka dan keterangan tentang siapakah
orang-orang Mukmin yang sebenarnya.
Di akhir surat ini dijelaskan larangan terhadap orang-orang yang menganggap bahwa mereka
telah memberi nikmat kepada Rasulullah dengan masuknya mereka ke dalam agama Islam.
Sesungguhnya nikmat itu hanyalah milik Allah yang dianugerahkan kepada mereka dengan
memberi petunjuk mereka kepada keimanan jika mereka termasuk orang-orang yang benar.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

50. Surah Qaf


Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Qaf (Qaaf, Huruf Qaf, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The letter Qaf”) adalah
surah ke-50 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 45 ayat dan termasuk golongan surah-surah
Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah
maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-34 setelah surah Al-Mursalaat
dan sebelum surah Al-Balad.
Surah ini dinamakan Qaf karena surah ini dimulai dengan huruf Qaaf. Surah ini dinamai juga Al-
Basiqat diambil dari perkataan Al-Basiqat yang terdapat pada ayat 10 surah ini. Menurut hadits
yang diriwayatkan Imam Muslim, Nabi Muhammad senang membaca surah ini pada raka'at
pertama salat subuh dan pada salat hari raya. Sedang menurut riwayat Abu Daud, Al-Baihaqi
dan Ibnu Majah, Nabi Muhammad membaca surat ini pada tiap-tiap membaca Khotbah pada
salat Jumat.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim dan huruf Qaaf, surat ini diikuti dengan
penjelasan pengukuhan risalah Muhammad SAW. Pengingkaran orang-orang kafir atas
kedatangan seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri. Pengingkaran mereka terhadap adanya
hari kebangkitan setelah mereka mati. Kemudian dipaparkan bukti-bukti yang ada di alam
semesta yang menunjukkan kekuasaan Allah untuk membangkitkan manusia kembali dari
kematian. Dialah yang telah menciptakan mereka dan mengetahui apa yang terbetik di dalam
hati mereka. Semua perkataan dan perbuatan mereka tercatat di dalam buku yang terjaga.
Surat ini kemudian menjelaskan bahwa pada hari kiamat nanti, orang-orang kafir berusaha
untuk melepaskan diri dari kekafiran yang mereka ikuti di dunia. Mereka melemparkan
kesalahan kepada setan. Tapi usaha mereka akan sia-sia belaka. Perdebatan orang-orang kafir
itu akan berakhir dengan masuknya mereka semua ke dalam neraka. Sementara, pada waktu
yang sama, Allah memberi nikmat kesenangan yang kekal kepada orang-orang Mukmin di
dalam surga.
Pada akhir surat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk tabah dalam
menghadapi sikap aniaya orang-orang kafir yang tidak mau mengambil pelajaran dari siksa yang
ditimpakan kepada umat-umat terdahulu yang mendustakan para Nabi. Di samping itu,
terdapat juga petunjuk kepada Rasulullah untuk selalu menyembah Allah. Allah menegaskan
akan datangnya hari kebangkitan. Rasulullah diutus sebagai pemberi peringatan. Bukan untuk
menjadi penguasa atas orang-orang kafir.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

51. Adz-Dzariyat
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Adz-Dzariyat (Adz-Dzaariyaat, Angin Yang Menerbangkan) adalah surah ke-51 dalam Al-
Qur’an. Dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Scattering Winds, The Dispersers, The
Dispersing, The Winds, The Winds That Scatter, The Winnowing Winds.” Surah ini terdiri atas 60
ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat
dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada
urutan ke-67 setelah surah Al-Ahqaaf dan sebelum surah Al-Ghaasyiyah.
Surah ini dinamakan Adz-Dzariyat yang berarti Angin Yang Menerbangkan. Diambil dari
perkataan Adz-Dzaariyaat yang terdapat pada ayat pertama surah ini. “Waaldzdzaariyaati
dzarwaan…”
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini diikuti dengan sumpah atas
kebenaran peristiwa kebangkitan dan terjadinya pembalasan. Disusul dengan sumpah lain atas
kerancuan apa yang dikatakan orang-orang kafir tentang Rasululah SAW dan Al-Qur’an. Surat
ini memperingatkan orang-orang kafir akan akibat buruk yang akan mereka terima di akhirat.
Juga gambaran atas apa yang akan diterima orang-orang bertakwa di sana sebagai balasan atas
amal saleh yang mereka lakukan di dunia. Sebagai bahan renungan, surat ini juga menyebutkan
ayat-ayat Allah yang terdapat di alam raya dan diri manusia serta keunikan dan ketelitian yang
terdapat pada keduanya.
Surat ini juga menceritakan kisah Nabi Ibrahim bersama beberapa malaikat yang datang
bertamu kepadanya. Ayat-ayat berikutnya memaparkan ihwal beberapa kaum dan kehancuran
yang mereka derita akibat mendustakan Rasul-Rasul mereka. Di samping itu, disinggung secara
singkat beberapa ayat kawniyyah (tanda kekuasaan Allah yang terdapat di alam semesta).
Anjuran untuk bertobat kepada Allah dan peribadatan yang harus ditujukan kepadaNYA, sebab
tujuan diciptakannya manusia dan jin adalah untuk berbadah.
Surat ini ditutup dengan peringatan terhadap orang-orang yang mendustakan Rasulullah SAW
berupa azab seperti yang ditimpakan kepada orang-orang sebelum mereka.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

52. At-Thur
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah At-Thur (At-Thuur, Bukit Tursina atau Sinai) adalah surah ke-52 dalam Al-Qur’an. Dalam
tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris disebut “The Mount of Tur, The Mount of Sinai, atau The
Mountain.” Surah ini terdiri atas 49 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah karena
diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya,
maka surah ini diturunkan pada urutan ke-76 setelah surah As-Sajdah dan sebelum surah Al-
Mulk.
Surah ini dinamakan At-Thuur yang berarti Bukit diambil dari kata At-Thuur yang terdapat pada
ayat pertama surah ini. Yang dimaksud dengan bukit di sini ialah bukit Sinai yang terletak di
semenanjung Sinai. Tempat Nabi Musa menerima Taurat dari Allah.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini diikuti dengan sumpah bahwa
orang-orang yang mendustakan akan memperoleh siksaan. Disebutkan tentang turunnya
siksaan itu kepada mereka dan pelbagai macam siksa yang mereka alami pada hari kebangkitan
dan pembalasan. Sebaliknya, dibicarakan pula soal kenikmatan, makanan dan kemuliaan yang
kelak diterima oleh orang-orang yang bertakwa di surge. Ketenangan yang mereka rasakan
karena mereka diikuti oleh keturunan mereka dan diangkatnya derajat keturunan mereka
kepada posisi seperti mereka.
Setelah itu, surat ini memberi perintah kepada Rasulullah SAW untuk tetap selalu memberi
peringatan tanpa menghiraukan omongan orang-orang kafir tentang dirinya. Hujatan mereka
terhadap Al-Qur’an sangat tidak beralasan karena mereka tidak dapat membuat tandingannya
yang serupa. Surat ini, di banyak tempat, sering mematahkan pendapat-pendapat mereka yang
keliru sebagai tanda kesesatan dan buruknya perkiraan mereka.
Surat ini ditutup dengan perintah kepada Rasulullah SAW agar membiarkan mereka sampai
datang suatu hari ketika mereka dibinasakan. Rasulullah diminta tetap sabar dengan ketentuan
Tuhan yang menunda siksa mereka. Sesungguhnya hal itu tidak akan membahayakannya karena
ia selalu berada dalam lindunganNYA. Selain itu Rasulullah diperintahkan juga untuk selalu
bertasbih kepada Allah. MenyucikanNYA pada setiap waktu. Baik pada waktu bangun untuk
suatu maksud tertentu pada waktu malam, dan ketika bintang-bintang terbenam pada waktu
fajar.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

53. An-Najm
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah An-Najm (Bintang, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Star”) adalah surah ke-
53 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 62 ayat dan termasuk golongan surah-surah
Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah
maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-23 setelah surah Al-Ikhlas dan
sebelum surah Abasa.
Surah ini dinamakan An-Najm yang berarti Bintang. Diambil dari kata An Najm yang terdapat
pada ayat pertama surat ini. “Waalnnajmi idzaa hawaa…”
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini diikuti dengan sumpah yang
terdapat pada permulaan surat ini, yang menunjukkan kejujuran Rasulullah SAW. Juga
mengenai kabar wahyu yang diucapkan dan disampaikanya. Muhammad SAW tidak sesat
maupun salah dalam menyampaikan wahyu itu. Sumpah itu juga menunjukkan Rasulullah benar
dalam menyampaikan berita tentang perjalanannya ke langit yang dikenal dengan peristiwa
mikraj. Penglihatannya tidak hilang dan tidak pula melampaui batas.
Pembicaraan selanjutnya beralih kepada kebodohan akal orang-orang kafir ketika menyembah
berhala yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri. Kemudian mereka beri nama sesuai
dengan selera mereka sendiri. Kebodohan mereka juga dapat terlihat dari penamaan mereka
terhadap malaikat yang mereka sebut sebagai berjender perempuan. Padahal sebelumnya,
mereka beranggapan bahwa Allah mempunyai anak perempuan dan mereka sendiri
mempunyai anak lak-laki.
Surat ini kemudian meminta Rasulullah untuk tidak menoleh kepada mereka dan menyerahkan
urusan mereka sepenuhnya kepada Allah. Pencipta dan pemilik segala sesuatu yang ada di
langit dan di bumi. Allah yang akan memberi balasan buruk kepada orang-orang yang berbuat
jahat dan balasan baik kepada orang-orang yang berbuat baik. DIA mengetahui semua fase
penciptaan makhluknya dan bagaimana keadaan mereka. Diikuti dengan ancaman terhadap
orang-orang yang mengingkari perhitungan amal perbuatan setiap manusia. Suatu hal yang
terdapat pula pada syariat agama-agama sebelum Islam.
Surat ini juga menyinggung kisah tentang lembaran-lembaran suci (shuhuf, shahîfah) Nabi Musa
AS dan Nabi Ibrahim AS. Ayat-ayat itu semua menunjukkan kemahakuasan Allah dengan bukti-
bukti dan tanda-tandanya yang terlihat pada umat-umat terdahulu.
Surat ini ditutup dengan penjelasan bahwa Al-Qur’an merupakan salah satu dari sekian banyak
pemberi peringatan. Agar mereka semua takut kepada hari kiamat yang waktunya sudah
semakin dekat. Di penghujung surat ini juga terdapat celaan terhadap orang-orang kafir yang
mengingkari dan melalaikan Al-Qur’an dan lebih memilih menertawakan daripada menangis
dan dan merenungi maknanya. Surat ini meminta orang-orang Mukmin untuk bersujud dan
menyembah Allah yang telah menurunkan Al-Qur’an.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

54. Al-Qamar
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Qamar (Bulan, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Moon”) adalah surah
ke-54 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 55 ayat dan termasuk golongan surah-surah
Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah
maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-37 setelah surah Ath-Thaariq
dan sebelum surah Shaad.
Surah ini dinamakan Al-Qamar yang berarti Bulan diambil dari arti ayat pertama surah ini. Hari
kiamat telah dekat, dan bulan pasti akan terbelah…
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini diikuti dengan ayat yang
mengetuk pendengaran sekaligus mengingatkan kita akan dekatnya hari kiamat. Termasuk
dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada hari itu. Ayat berikutnya menjelaskan sikap orang-
orang kafir yang terus-menerus ingkar terhadap mukjizat. Surat ini meminta Rasulullah SAW
agar berpaling dari mereka dan memberikan batas kepada mereka hingga datangnya suatu hari
di mana mereka keluar dari kubur bagaikan belalang yang beterbangan.
Ayat-ayat selanjutnya mengulas kadaan umat-umat terdahulu dengan rasul-rasul mereka dan
azab yang menimpa mereka. Di sela-sela beberapa kisah itu, surat ini mengingatkan bahwa Al-
Qur’an itu mudah dipahami dan dipelajari bagi orang-orang yang mencari nasihat dan
pelajaran. Kemudian, surat ini menjelaskan bahwa orang-orang kafir Mekah bukanlah orang
yang terkuat jika dibandingkan dengan umat-umat terdahulu. Mereka juga bukan orang yang
akan terhindar dari azab.
Surat ini ditutup dengan ancaman terhadap para pendusta yang membangkang berupa
kesudahan mereka pada hari ketika mereka diseret ke neraka. Lalu dikatakan kepada mereka,
"Rasakanlah siksaan neraka jahanam yang dahulu kalian dustakan." Sedangkan orang-orang
yang bertakwa merasa tenang di dalam surga. Suatu tempat tinggal yang menyenangkan di sisi
Tuhan yang berkuasa.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

55. Ar-Rahman
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Ar-Rahman (Ar-Rahmaan, Yang Maha Pengasih) adalah surah ke-55 dalam Al-Qur’an.
Dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The All-Beneficent, (God) Most Gracious, The All-
Merciful, The Beneficent, The Lord of Mercy, The Merciful, The Mercy-giving, The Most
Gracious.” Surah ini terdiri atas 78 ayat dan termasuk golongan surah-surah Madaniyyah karena
diturunkan di Medinah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-
ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-97 setelah surah Ar-Ra’d dan sebelum surah
Al-Insaan.
Surah ini dinamakan Ar-Rahman yang berarti Yang Maha Pengasih. Diambil dari kata Ar-
Rahman yang terdapat pada ayat pertama surah ini. Ar-Rahman adalah salah satu dari nama-
nama Allah.
Sebagian besar dari surah ini menggambarkan sejumlah nikmat Allah SWT kepada hamba-
hambaNYA. Yaitu, dengan memberikan nikmat-nikmat yang tidak terhingga baik di dunia
maupun di akhirat nanti. Ciri khas surah ini adalah kalimat yang berulang 31 kali yang berarti:
“Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kalian dustakan?” Kalimat ini terletak di akhir setiap
ayat pada saat menjelaskan karunia Allah yang diberikan untuk manusia.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini menggambarkan tentang
sejumlah nikmat Allah. Diawali--setelah menyebut namaNYA, yaitu Al-Rahman, Sang Maha
Pemurah--dengan menyebut nikmat Allah yang paling besar yaitu pengajaran Al-Qur’an.
Gambaran sejumlah nikmat dan karunia Allah itu dilakukan sedemikian unik yang
menggambarkan keagungan dan kekuasaan Sang Pencipta atas manusia dan jin, di langit dan di
bumi. Di dalam surat ini diketengahkan pula siksaan kepada para pelaku kejahatan yang
mendustakan agama di dalam neraka jahanam, dan kenikmatan orang-orang yang bertakwa di
dalam surga.
Surat ini ditutup dengan penyucian dan puji-pujian terhadap Allah SWT. Dalam surat ini ayat
yang berbunyi: “fabi-ayyi aalaa-i rabbikumaa tukadzdzibaan” disebut sebanyak tiga puluh satu
kali. Kita menemukan pengulangan ayat seperti ini pula pada beberapa surat lain dalam Al-
Qur’an. Yang tentunya, sesuai dengan situasi dan keperluannya. Masing-masing ayat itu
mengecam orang-orang yang mendustakan nikmat-nikmat Allah yang disebut pada ayat
sebelumnya.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

56. Al-Waqi'ah
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Waqi'ah (Al-Waaqi'ah, Hari Kiamat) adalah surah ke-56 dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir
Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Imminent, The Imminent Hour, That Which is Coming, The
Indisputable Event, The Inevitable, The Inevitable Event, The Occurrence, The Terror.” Surah ini
terdiri atas 96 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah karena diturunkan di
Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah
ini diturunkan pada urutan ke-46 setelah surah Thaahaa dan sebelum surah Asy-Syu’araa’.
Surah ini dinamakan Al-Waqi'ah yang berarti Hari Kiamat. Diambil dari kata Al-Waaqi'ah yang
terdapat pada ayat pertama surah ini. “Idzaa waqa'ati alwaaqi'ah…”
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini menjelaskan terjadinya hari
kiamat dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada hari itu. Dilanjutkan dengan penjelasan bahwa
manusia, pada hari itu, terbagi ke dalam tiga golongan. Pertama, golongan kanan yang
mempunyai kedudukan tinggi. Kedua, golongan kiri yang merupakan golongan terendah.
Ketiga, orang-orang yang berbuat kebaikan di dunia di garis terdepan. Diikuti dengan
penjelasan rinci tentang kenikmatan dan siksan yang sesuai dengan kadar kesalehan dan
kekafiran masing-masing golongan.
Ayat-ayat selanjutnya memaparkan beberapa bentuk karunia Allah. Gambaran wujud nyata
kemahakuasaanNYA yang ada pada ciptaanNYA seperti tanaman, air dan neraka. Sehingga,
menjadikan Allah pantas untuk dipuji dan disucikan. Ayat-ayat dalam surat ini bersumpah atas
kedudukan Al-Qur’an yang harus disucikan dan mencela sikap orang-orang kafir yang
mendustakannya. Padahal seharusnya mereka bersyukur.
Setelah itu, surat ini membicarakan secara global tiga golongan yang telah disebut secara rinci
di muka beserta kenikmatan dan siksaan yang berhak diterima oleh masing-masing. Surat ini
ditutup dengan penegasan bahwa apa yang ada dalam surat ini merupakan keyakinan yang
jelas dan kebenaran yang tetap sehingga Allah pantas untuk disucikan.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

57. Al-Hadid
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Hadid (Al Hadiid, Besi, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Iron”) adalah
surah ke-57 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 29 ayat dan termasuk golongan surah-surah
Madaniyyah karena diturunkan di Medinah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah
maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-94 setelah surah Al-Zalzalah
dan sebelum surah Muhammad.
Surah ini dinamakan Al-Hadid yang berarti Besi. Diambil dari kata Al-Hadiid yang terdapat pada
ayat ke-25 surah ini. “…wa-anzalnaa alhadiida …”
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini dimulai dengan berita bahwa Allah
disucikan oleh semua yang ada di langit dan di bumi. Dilanjutkan dengan keterangan tentang
sebab-sebab penyucian itu. Bahwa Allah adalah Pemilik kerajaan langit dan bumi. Maha
Mengetahui dan bebas melakukan apa saja terhadap segala makhluk yang ada diantara/pada
keduanya. Disebutkan pula perintah untuk beriman kepada Allah dan membelanjakan harta di
jalan-NYA. Membelanjakan harta, menurut bagian surat selanjutnya terbagi menjadi beberapa
tingkat, tergantung pada faktor apa yang mendorongnya.
Setelah itu, surat ini memaparkan gambaran orang-orang Mukmin pada hari kiamat yang
memancarkan cahaya, dari arah depan dan dari arah-arah sekitarnya. Selain itu, dalam surat ini
terdapat pula gambaran tentang orang munafik yang berusaha menunggu orang-orang Mukmin
itu demi mengambil sedikit dari cahaya mereka. Kedua kelompok ini dipisahkan oleh suatu
pagar yang berpintu, bagian dalamnya berisi kasih sayang, sedang bagian luarnya adalah
siksaan.
Pembicaraan kemudian beralih kepada perintah kepada kaum mukminin untuk menundukkan
hati mereka mengingat Allah dan kebenaran yang telah diturunkan Al-Qur’an. Surat ini
memaparkan kedudukan orang-orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan, di sisi
Tuhan. Sekaligus juga menerangkan bahwa tempat kembali orang-orang kafir dan pendusta
adalah neraka Jahîm. Ayat-ayat berikutnya berisikan tamsil tentang betapa remehnya
kehidupan dunia dengan segala kesenangan yang ada di dalamnya. Juga tamsil tentang betapa
besarnya kesenangan dan azab akhirat. Surat ini menyampaikan himbauan agar kita menjadi
orang yang bersegera meminta ampunan, dan menenangkan hati dengan meyakini bahwa
segala kebaikan dan keburukan yang menimpa sudah tercatat di sisi Allah. Hal ini dengan
harapan agar hati menjadi tunduk dan menerima ketentuanNYA.
Pada bagian selanjutnya, surat ini membicarakan masalah pengutusan dan kesinambungan para
Rasul. Bagaimana mereka didukung dengan bukti-bukti, kitab-kitab dan sarana-sarana kekuatan
dan bagaimana mereka berbuat untuk meluruskan umat manusia secara adil.
Surat ini diakhiri dengan seruan kepada umat Islam untuk bertakwa. Janji untuk
melipatgandakan kasih sayang. Janji untuk mendapatkan karunia yang tidak dapat diwujudkan
oleh selain Allah. Hal itu karena karunia itu berada di tangan Allah. Dia bebas untuk
memberikannya kepada siapa saja. Allah memiliki karunia yang besar.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

58. Al-Mujadilah
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Mujadilah (Al-Mujaadilah, Wanita Yang Menggugat) adalah surah ke-58 dalam Al-
Qur’an. Dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Pleader, She Who Argued, She Who
Pleaded, The Disputant, The Dispute, The Disputer, The Disputing Woman, The Pleading
Woman, The Woman Who Pleads.” Surah ini terdiri atas 22 ayat dan termasuk golongan surah-
surah Madaniyyah karena diturunkan di Medinah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya
surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-105 setelah surah Al-
Munaafiquun dan sebelum surah Al-Hujuraat.
Surah ini dinamakan Al-Mujadilah yang berarti Wanita Yang Mengajukan Gugatan. Nama ini
diambil karena pada awal surah ini disebutkan bantahan seorang perempuan yang menurut
riwayat bernama Khaulah binti Tsa'labah terhadap sikap suaminya (Aws ibn al-Shâmit) yang
telah menzhiharnya. Kepada sang istri, Aws berkata, "Bagiku, punggungmu seperti punggung
ibuku." Pada zaman jahiliah, ungkapan seperti itu mengandung makna metaforis yang berarti
bahwa istri tidak lagi halal untuk digauli.
Hal ini diadukan kepada Rasulullah SAW dan Khaulah menuntut supaya Rasulullah memberikan
putusan yang adil dalam persoalan itu. Surah ini dinamai juga Al-Mujadalah yang berarti
Perbantahan.
Surah ini mempunyai ciri berbeda dari surah lain dalam Al-Qur’an. Dalam setiap ayat dalam
surah ini, selalu terdapat lafaz Allah (JalaLLah). Ada dalam satu ayat hanya terdiri dari satu lafaz,
ada yang dua, atau tiga, dan bahkan ada yang lima atau lebih lafaz, seperti pada ayat 22 dalam
surah ini.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini diawali dengan pembicaraan
tentang wanita yang dijatuhi sumpah zihar oleh suaminya berikut keterangan mengenai
hukumnya. Pada ayat-ayat berikutnya, Allah kemudian menyalahkan orang-orang yang
memusuhi agamaNYA lalu memperingatkan mereka untuk tidak mengadakan pembicaraan
rahasia dalam masalah dosa dan permusuhan.
Setelah itu Allah mengajarkan suatu etika--berkenaan dengan pembicaraan rahasia--kepada
orang-orang Mukmin, baik di antara sesama mereka ataupun antara mereka dengan Rasulullah
SAW. Kemudian dalam surat ini Allah juga menyalahkan orang-orang munafik yang menjadikan
orang-orang kafir yang memerangi Mukmin sebagai teman. Mereka itu, menurut Allah, adalah
anggota kelompok setan (hizb al-syaithân) yang pasti kalah.
Surat ini ditutup dengan gambaran menyeluruh mengenai sifat-sifat yang harus dimiliki oleh
orang Mukmin dalam konteks hubungan dengan kelompok orang munafik dan kafir yang selalu
memusuhi. Di antaranya, lebih mengutamakan restu Allah dan taat RasulNYA daripada menaati
orang yang ingkar meskipun mereka adalah bapak, anak, saudara, atau kerabat dekat mereka.
Allah menggambarkan bahwa orang Mukmin adalah anggota golongan Allah (hizb Allâh) yang
pasti menang.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

59. Al-Hasyr
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Hasyr (Pengusiran) adalah surah ke-59 dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir Al-Qur’an
berbahasa Inggeris “The Banishment, Confrontation, Exile, The Fathering, The Gathering, The
Gathering (of Forces), The Mustering.” Surah ini terdiri atas 24 ayat dan termasuk golongan
surah-surah Madaniyyah karena diturunkan di Medinah. Kalau melihat dari sejarah periode
turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-101 setelah
surah Al-Bayyinah dan sebelum surah An-Nuur.
Surah ini dinamakan Al-Hasyr yang berarti Pengusiran. Diambil dari kata Al-Hasyr yang terdapat
pada ayat ke-2 surah ini. “…min diyaarihim li-awwali alhasyr…” Di dalam surat ini disebutkan
kisah pengusiran suatu suku Yahudi yang bernama Bani Nadhir yang berdiam di sekitar kota
Medinah.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini diawali dengan keterangan bahwa
Allah disucikan dari semua sifat yang tidak pantas oleh segala sesuatu yang ada di langit dan
bumi. Dia Mahaperkasa dan tidak terkalahkan. Mahabijaksana dalam setiap tindakan. Sebagian
tanda keperkasaan dan kebijaksanaanNYA itu adalah bencana yang terjadi pada Banu Nadhir.
Salah satu kelompok Yahudi di Medinah. Mereka ini mula-mula melakukan perjanjian dengan
Nabi SAW setelah peristiwa hijrah untuk tidak bersikap mendukung maupun melawan terhadap
Rasulullah.
Tetapi setelah kekalahan kaum Muslimin pada perang Uhud, mereka melanggar perjanjian itu
dan bersekutu dengan suku Quraisy untuk memerangi Nabi SAW. Maka serta merta mereka
dikepung oleh kaum Muslimin di dalam benteng yang mereka perkirakan dapat melindungi
mereka, dan akhirnya mereka diusir dari Medinah.
Setelah itu surat ini menyinggung masalah hukum fay', yaitu harta yang ditinggalkan orang kafir
tanpa melalui perang dan tanpa melakukan serangan atau lainnya. Dalam surat ini disebutkan
bahwa fay' itu diperuntukkan bagi Rasulullah, kaum kerabatnya, anak yatim, orang miskin, ibn
sabîl, dan kaum fakir yang berhijrah dan diusir dari kampung halaman mereka.
Selanjutnya surat ini berbicara masalah kaum Anshâr. Bagaimana mereka mendahulukan
kepentingan kaum Muhâjirîn daripada diri mereka sendiri kendati mereka dalam keadaan
membutuhkan.
Surat ini juga mengalihkan perhatian kita kepada janji-janji kaum munafik kepada suku Banû
Nadhîr dalam perkataan mereka, "Jika kalian diusir, kami pasti akan pergi bersama kalian. Dan
jika kalian diperangi, kami pasti akan membela kalian".
Kebohongan dan rayuan mereka ini kemudian dibeberkan oleh bagian surat selanjutnya.
Setelah itu, surat ini mengingatkan kaum mukminin akan keharusan bertakwa kepada Allah dan
menyiapkan bekal untuk masa depan--baik jangka pendek maupun jangka panjang--dan agar
mereka jangan sampai seperti orang-orang yang berpaling dari Allah hingga dilupakan oleh diri
mereka sendiri.
Akhirnya surat ini ditutup dengan keterangan tentang tingginya kedudukan dan pengaruh Al-
Qur’an. Kedudukan yang tinggi itu disebabkan karena yang menurunkannya adalah Allah. Tuhan
yang tiada tuhan lain selain diriNYA dan yang mempunyai al-asmâ' al-husnâ (nama-nama yang
terbaik).
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

60. Al-Mumtahanah
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Mumtahanah (Wanita Yang Diuji) adalah surah ke-60 dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir Al-
Qur’an berbahasa Inggeris “The Woman Tested, Examining Her, She Who Is Tested, That Which
Examines, The Examiner, The Test of Faith, The Woman Tried, The Woman to be Examined,
Women Tested.” Surah ini terdiri atas 13 ayat dan termasuk golongan surah-surah Madaniyyah
karena diturunkan di Medinah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun
ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-91 setelah surah Al-Ahzab dan
sebelum surah An-Nisaa’.
Surah ini dinamakan Al-Mumtahanah yang berarti Wanita Yang Diuji. Diambil dari kata
“Famtahinuuhunna” yang berarti maka ujilah mereka, yang terdapat pada ayat ke-10 surat ini.
“…muhaajiraatin famtahinuuhunna…”
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini diawali dengan larangan kepada
orang-orang Mukmin untuk menjadikan orang-orang musyrik --yang merupakan musuh Allah
dan musuh mereka-- sebagai teman. Karena mereka tetap tidak mau meninggalkan sikap kafir
dan karena mereka memusuhi dan mengusir Rasulullah dan orang-orang Mukmin dari kampung
halamannya, Mekah. Dijelaskan, misalnya, bahwa permusuhan mereka terhadap orang-orang
Mukmin yang selama ini terpendam serta-merta muncul saat mereka mampu menahan
Mukminin.
Pembicaraan selanjutnya beralih kepada keterangan tentang teladan pada diri Ibrahim AS dan
orang-orang yang beriman bersamanya. Yaitu ketika membebaskan kaumnya dari orang-orang
musyrik dan sembahan mereka dan menyatakan permusuhan terhadap mereka, hingga
akhirnya hanya beriman kepada Allah. Dengan begitu, ia telah menjelaskan bahwa hal itu
adalah sifat orang-orang yang mengharapkan pertemuan dengan Allah dan takwa kepadaNYA.
Pada bagian selanjutnya, diterangkan tentang siapa-siapa sajakah, selain orang Islam, yang
boleh dijadikan teman pergaulan dan siapa saja yang tidak boleh. Mereka yang tidak
memerangi kita dan tidak membantu pihak-pihak yang memerangi kita, harus kita perlakukan
secara adil dan baik. Sebaliknya, mereka yang memerangi dan mengusir kita dari kampung
halaman, Allah melarang kita untuk mengadakan hubungan dan memperlakukan mereka
dengan baik.
Selanjutnya surat ini menerangkan hukum wanita-wanita mukminah yang berhijrah ke daerah
kekuasaan Islam dan meninggalkan para suami-suami mereka yang musyrik. Selain itu, surat ini
juga menerangkan hukum orang-orang musyrik wanita yang ditinggalkan para suami mereka di
daerah kekuasaan orang-orang musyrik. Berikutnya, keterangan tentang wanita yang membaiat
Rasulullah SAW.
Akhirnya, surat ini ditutup dengan penekanan kembali larangan menjadikan musuh-musuh yang
dimurkai Allah sebagai teman. Hal ini, seperti yang telah disebutkan dalam permulaan surat.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

61. Ash-Shaff
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Ash-Shaff (Barisan, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Ranks, Formations,
Solid Lines, The Battle Array, The Solid Ranks, Lines of Unreachable Communal Unity”) adalah
surah ke-61 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 14 ayat dan termasuk golongan surah-surah
Madaniyyah karena diturunkan di Medinah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah
maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-109 setelah surah At-
Taghaabun dan sebelum surah Al-Jumu’ah.
Surah ini dinamakan Ash-Shaff yang berarti Suatu Barisan. Diambil dari kata “Shaffan” yang
terdapat pada ayat ke-4 surah ini. “ … fii sabiilihi shaffan…” Ayat ini menerangkan apa yang
diridhai Allah sesudah menerangkan apa yang dimurkaiNYA. Pada ayat 3 diterangkan bahwa
Allah murka kepada orang yang hanya pandai berkata saja tetapi tidak mengerjakan apa yang
diucapkannya. Dan pada ayat 4 diterangkan bahwa Allah menyukai orang yang mengerjakan
apa yang diucapkannya yaitu orang-orang yang berperang pada jalan Allah dalam satu barisan.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini dibuka dengan pemberitahuan
bahwa semua makhluk yang ada di langit dan bumi bertasbih kepada Allah. Orang-orang
Mukmin tidak pantas mengatakan sesuatu yang tidak dikerjakan. Allah menyukai mereka yang
bersatu.
Ayat-ayat selanjutnya dalam surat ini, melalui dua orang Nabi yang mulia, Musa AS dan Isa AS,
mencela sikap keras kepala dan sikap kafir Bani Israil. Bani Israil itu ingin memadamkan cahaya
ilahi, padahal Allah telah menyempurnakan cahaya itu sehingga tidak akan padam. Selain itu,
disebutkan pula janji Allah yang pasti benar. Membuat agama ini berjaya di atas lainnya,
meskipun orang-orang musyrik tidak menyukainya. Kemudian, anjuran untuk berjuang di jalan
Allah dengan mengorbankan harta dan jiwa. Janji kepada orang-orang Mukmin berupa
ampunan dan surge. Serta satu lagi yang mereka sukai, yakni pertolongan dari Allah dan
kemenangan yang didapat dalam waktu dekat.
Di bagian akhir terdapat anjuran agar orang-orang Mukmin hendaknya menjadi pembela Allah
seperti Hawariyyun yang menjadi penolong Isa putra Maryam. Allah sungguh akan mendukung
dan membela orang-orang Mukmin dengan pertolonganNYA. Dia Maha Perkasa atas segala
sesuatu lagi Mahabijaksana.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab…

62. Al-Jumu’ah
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Jumu’ah (Hari Jumat, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Friday, The
Assembly (Friday) Prayer, The Congregation, The Day of Congregation, atau The Friday
Congregation”) adalah surah ke-62 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 11 ayat dan termasuk
golongan surah-surah Madaniyyah karena diturunkan di Medinah. Kalau melihat dari sejarah
periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-110
setelah surah Ash-Shaff dan sebelum surah Al-Fath.
Surah ini dinamakan Al-Jumu’ah yang berarti Hari Jumat. Diambil dari kata “Al-Jumu’ah” yang
terdapat pada ayat ke-9 surat ini. “ … min yawmi aljumu'ati…”
Al-Jumu'ah tidak menyatakan bahwa hari ibadah Jumat hanya untuk laki-laki. Di ayat ke-9 di
atas misalnya, yang difirmankan adalah “Wahai orang-orang beriman, jika azan untuk shalat
Jumat telah dikumandangkan maka bersegeralah mengingat Allah…” Meskipun demikian,
banyak penafsiran aliran islam, misalnya di Indonesia umumnya, yang menerapkan ibadah
semacam ini hanya ditujukan kepada kaum pria. Tapi di USA, di Masjidil Haram Mekah maupun
di Masjid Nabawi Medinah misalnya, kaum wanita pun biasa ada pada ibadah shalat Jumat.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini dimulai dengan berita bahwa
semua sesuatu yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah SWT. Dia telah
memberikan nikmat besar kepada bangsa Arab yang tidak tahu baca- tulis berupa kedatangan
seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri. Rasul yang menyucikan mereka dan mengajarkan
kitab dan hikmah kepada mereka. Nikmat tersebut adalah karunia Allah yang diberikan kepada
siapa saja yang dikehendakiNYA. Allah mengecam sikap orang-orang Yahudi yang tidak
mengamalkan Taurat padahal mereka mengetahui isinya. Allah membantah pernyataan bahwa
hanya merekalah, bukan yang lain, yang menjadi penolong-penolong Allah. Allah menantang
mereka untuk mengharapkan kematian jika memang mereka benar.
Surat in ditutup dengan perintah kepada orang-orang yang beriman agar bersegera melakukan
shalat Jumat apabila telah mendengar azan. Dijelaskan, hendaknya saat itu mereka juga tidak
melakukan jual beli. Apabila telah selesai shalat, mereka boleh menyebar di muka bumi dan
mencari karunia Allah. Allah menolak sikap mereka yang disibukkan oleh urusan dagang dan
permainan sehingga tidak mendengar khutbah. Dijelaskan bahwa Allah akan menjamin rezeki
mereka. Sebab, DIAlah sebaik-baik pemberi rezeki.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

63. Al-Munafiqun
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Munafiqun (Al Munaafiqun, Orang-Orang Munafik, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa
Inggeris “The Hypocrites”) adalah surah ke-63 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 11 ayat
dan termasuk golongan surah-surah Madaniyyah karena diturunkan di Medinah. Kalau melihat
dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada
urutan ke-104 setelah surah Al-Hajj dan sebelum surah Al-Mujaadilah.
Surah ini dinamakan Al-Munafiqun yang berarti Orang-Orang Yang Munafik. Diambil dari kata
“Al-Munaafiqun” yang terdapat pada ayat pertama surah ini dan karena surat ini
mengungkapkan sifat-sifat orang-orang munafik.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, di dalam surat ini terkandung beberapa
sifat orang munafik. Disebutkan bahwa mereka itu selalu menyatakan, secara lisan, bahwa
mereka itu beriman, padahal tidak demikian halnya. Mereka selalu menjadikan sumpah palsu
atas kebohongan mereka sebagai perisai yang melindungi mereka dari tuduhan kafir yang
menyebabkan mereka harus dihukum. Dijelaskan juga bahwa mereka bisa jadi memiliki postur
tubuh indah yang menakjubkan jika dipandang dan ucapan yang fasih sehingga enak didengar.
Meskipun demikian, kalbu mereka kosong dari keimanan. Seolah-olah mereka itu kayu yang
tersandar, tidak ada kehidupan di dalamnya. Surat ini juga memaparkan keadaan mereka ketika
diseru agar Rasulullah meminta ampunan untuk mereka, dengan menjelaskan bahwa mereka
selalu sombong dan menampakkan keengganan untuk menerima.
Kemudian pembicaraan beralih kepada anggapan orang-orang munafik bahwa merekalah yang
unggul, sementara orang-orang Mukmin terhina. Juga ancaman mereka terhadap orang-orang
Mukmin untuk mengeluarkan mereka setelah kembali ke Medinah. Dijelaskan di situ, siapa
sebenarnya di antara kedua kelompok itu yang lebih unggul.
Di bagian akhir, surat ini mengarahkan orang-orang Mukmin untuk berinfak di jalan Allah
dengan segera sebelum kematian datang menjemput salah seorang dari mereka. Sebab, jika
kematian itu telah datang, ia akan menyesal dan berharap agar ajalnya ditunda. Padahal, Allah
tidak akan menunda kematian seseorang jika ajalnya telah datang.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

64. At-Taghabun
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah At-Taghabun (At-Taghaabun, Hari Ditampakkan Segala Kesalahan, dalam tafsir Al-Qur’an
berbahasa Inggeris “Dispossession, The day of Dispossession, atau The Day of Judgement,
Cheating, Common Loss and Gain, Exposition, Haggling, Mutual Fraud, Mutual Neglect, Profit
and Loss, The Day of Mutual Loss and Gain, atau The Mutual Loss and Gain”) adalah surah ke-64
dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 18 ayat dan termasuk golongan surah-surah Madaniyyah
karena diturunkan di Medinah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun
ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-108 setelah surah At-Tahriim dan
sebelum surah Ash-Shaff.
Surah ini dinamakan At-Taghabun yang berarti Hari Ditampakkan Segala Kesalahan. Diambil dari
kata “At-Taghabun” yang terdapat pada ayat ke-9 surah ini. “… dzaalika yawmu alttaghaabun…”
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini dibuka dengan pemberitahuan
bahwa segala sesuatu yang ada di langit dan bumi selalu menyucikan Allah dari segala hal yang
tidak pantas disandangkan kepadaNYA. Kepemilikan yang sempurna dan pujian hanya milikNYA.
DIA Mahakuasa atas segala sesuatu. Kemudian diikuti dengan menyebutkan beberapa tanda
yang menunjukkan kesempurnaan kekuasaan dan pengetahuan Allah.
Surat ini kemudian beralih kepada pembicaraan mengenai orang-orang yang kafir dan
mendurhakai Rasul sebelum mereka. Mereka telah merasakan akibat buruk perbuatan mereka.
Sebab, kepada mereka telah didatangkan para Rasul dengan membawa bukti-bukti yang jelas.
Tetapi, mereka mengingkari dan berpaling dari para Rasul tersebut.
Setelah itu, pembicaran beralih kepada bantahan atas dugaan orang-orang kafir bahwa mereka
tidak akan dibangkitkan. Surat ini mengajak manusia untuk beriman kepada Allah, RasulNYA
dan cahaya yang telah diturunkan kepadanya yaitu Al-Qur’an. Mengingatkan mereka akan hari
ketika manusia dikumpulkan untuk ditampakkan segala kesalahan. Saat itu orang-orang yang
beriman dan beramal saleh akan memperoleh keberuntungan yang besar. Tapi orang-orang
yang ingkar akan menjadi penghuni neraka yang merupakan tempat terburuk. Dijelaskan juga
bahwa segala musibah terjadi dengan izin Allah dan siapa yang beriman kepadaNYA maka
kalbunya akan diberi petunjuk.
Selain itu, surat ini juga meminta kepada manusia agar taat kepada Allah dan RasulNYA.
Seandainya mereka tetap berpaling, maka tugas seorang Rasul sebenarnya hanyalah sekadar
menyampaikan. Orang-orang Mukmin juga diingatkan dalam surat ini bahwa sesungguhnya
harta dan anak itu adalah cobaan. Maka, hendaknya perhatian mereka terhadap harta dan anak
tidak membuat mereka lalai dalam melaksanakan segala perintah Allah. Kemudian mereka
diperintah untuk bertakwa sedapat mungkin.
Akhirnya, surat ini ditutup dengan perintah kepada mereka untuk berinfak di jalan kebaikan.
Pernyataan bahwa Allah Maha Berterimakasih, Maha Penyantun, Mahatahu semua yang gaib
dan yang nyata sehingga akan membalas infak harta mereka. Penjelasan bahwa Allah juga
Maha Perkasa sehingga tak terkalahkan, Mahabijak yang tidak melakukan sesuatu dengan sia-
sia.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

65. Ath-Thalaq
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Ath-Thalaq (Ath-Thalaaq, Talak, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “Divorce”)
adalah surah ke-65 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 12 ayat dan termasuk golongan
surah-surah Madaniyyah karena diturunkan di Medinah. Kalau melihat dari sejarah periode
turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-99 setelah
surah Al-Insaan dan sebelum surah Al-Bayyinah.
Surah ini dinamakan Ath-Thalaq yang berarti Talak. Dinamakan demikian karena kebanyakan
ayat-ayatnya mengenai masalah talak dan yang berhubungan dengan masalah itu.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini membicarakan beberapa hukum
talak dan idah ('iddah) dengan berbagai jenis dan hukumnya. Di antaranya adalah, misalnya,
orang yang sedang dalam masa idah harus tetap tinggal di rumah tempat ia dijatuhi talak,
kewajiban suami memberi nafkah dan tempat tinggal kepadanya, dan sebagainya.
Di sela-sela pembicaraan tentang beberapa hukum di atas, seperti umumnya cara yang
digunakan di dalam Al-Qur’an, Allah memberikan janji kepada orang yang melaksanakan segala
perintahNYA. Sekaligus juga ancaman kepada orang yang melanggar ketentuanNYA. Disinggung
pula akibat yang diterima oleh orang-orang yang enggan melaksanakan perintah Allah dan
RasulNYA.
Surat ini ditutup dengan anjuran kepada orang-orang Mukmin untuk senantiasa bertakwa.
Peringatan kepada mereka akan karunia pengutusan Rasul yang membacakan ayat-ayat Allah
untuk mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya. Penjelasan tentang kekuasaan
Allah yang besar dalam menciptakan tujuh langit dan, seperti itu pula, bumi.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

66. At-Tahrim
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah At-Tahrim (At-Tahriim, Pengharaman, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The
Forbidding, The Prohibition, atau Holding (something) to be Forbidden”) adalah surah ke-66
dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 12 ayat dan termasuk golongan surah-surah Madaniyyah
karena diturunkan di Medinah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun
ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-107 setelah surah Al-Hujuraat dan
sebelum surah At-Taghaabun.
Surah ini dinamakan At-Tahrim yang berarti Pengharaman. Diambil dari kata “tuharrim” yang
berasal dari at-Tahrim. “…nabiyyu lima tuharrimu…” yang terdapat pada ayat pertama surah ini.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini mengisyaratkan sesuatu yang
membuat Rasulullah SAW marah kepada sebagian istrinya. Beliau lalu mengharamkan sesuatu
yang enak dan halal bagi dirinya untuk menyenangkan hati istri-istrinya. Allah mengingatkan
mereka akan akibat buruk dari perbuatan mereka itu.
Pembicaraan kemudian beralih kepada sebuah perintah agar orang-orang Mukmin menjaga diri
dan keluarga mereka dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri atas manusia dan bebatuan.
Surat ini juga menjelaskan bahwa permohonan maaf orang-orang kafir pada hari kiamat tidak
akan diterima. Selain itu, surat ini menyeru agar orang-orang Mukmin melakukan pertobatan
yang tulus dan agar Rasulullah SAW berjuang melawan orang-orang kafir dan munafik dan
bersikap keras terhadap mereka.
Surat ini, akhirnya, ditutup dengan menyebutkan beberapa perumpamaan untuk menjelaskan
bahwa kesalehan seorang suami tidak akan mampu menolak azab yang dijatuhkan kepada
istrinya yang sesat. Sebaliknya, kesesatan seorang suami juga tidak akan merugikan istri selama
ia saleh dan beristikamah. Setiap jiwa bertanggung jawab atas perbuatannya masing-masing.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

67. Al-Mulk
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Mulk (Kerajaan, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Sovereignty, Control,
The Dominion, atau The Kingdom”) adalah surah ke-67 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas
30 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau
melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan
pada urutan ke-77 setelah surah At-Thuur dan sebelum surah Al-Haaqqah.
Surah ini dinamakan Al-Mulk yang berarti Kerajaan atau Kedaulatan. Diambil dari kata “Al
Mulk” yang terdapat pada ayat pertama surah ini. “Tabaaraka alladzii biyadihi almulku…” Surat
ini disebut juga dengan At-Tabaarak yang berarti Maha Suci.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini memaparkan tujuan
terpentingnya. Yakni mengarahkan pikiran dan mengalihkan pandangan kepada tanda- tanda
kekuasaan Allah yang sangat mengagumkan. Baik yang di dalam diri manusia maupun di alam
raya. Baik atas maupun bawah. Hal ini semua agar dapat menjadi jalan menuju iman kepada
Allah dan hari akhir.
Surat ini juga menjelaskan keadaan orang-orang kafir yang dicampakkan ke dalam neraka.
Mereka mendengar suaranya yang mengerikan dan merasakan sengatan panasnya. Mereka
juga mengakui dosa dan meratapi nasib ketika malaikat membungkam mereka karena tidak
memenuhi seruan dan peringatan Rasul.
Adapun orang-orang yang takwa dan beriman kepada Tuhan mereka akan memperoleh
ampunan atas segala kesalahan. Mereka juga akan mendapat pahala yang besar karena
perbuatan dan usaha mereka.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

68. Al-Qalam
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Qalam (Pena, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Pen”) adalah surah ke-68
dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 52 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah
karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-
ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-2 setelah surah Al-‘Alaq dan sebelum surah
Al-Muzzammil.
Surah ini dinamakan Al-Qalam yang berarti Pena atau juga Pensil. Diambil dari kata “Al-Qalam”
yang terdapat pada ayat pertama surah ini. “Nuun waalqalami wamaa yasthuruun…”
Konsep belajar dan pengetahuan sangatlah penting dalam Islam. Karenanya, seperti juga surah
Al-‘Alaq yang pertama diturunkan, surah ini tampil sebagai lambang hikmat ilmu dan
pendidikan dalam Al-Qur’an.
Setelah didahului dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim, surah ini dimulai dengan salah satu
huruf fonemis yaitu “Nuun”. Huruf-huruf fonemis seperti ini digunakan untuk memulai
sebagian surat-surat Al-Qur’an. Menurut para mufassir, hal ini digunakan sebagai tantangan
kepada orang-orang yang mendustakannya. Juga, sekaligus sebagai gugahan terhadap orang-
orang yang mempercayainya.
Surat ini berisikan pembelaan terhadap Rasululah SAW dan pemantapan keinginan hatinya agar
tetap teguh pada kebenaran tanpa harus mengalah pada siapa pun. Dalam surat ini
digambarkan siksa yang diterima oleh penduduk kafir Mekah. Hal ini dianalogikan dengan apa
yang diderita oleh pemilik kebun ketika mereka bersumpah, tanpa mengingat Allah dan tidak
menyerahkan urusan kepada kehendakNYA, yang ceritanya dituturkan di dalam surat ini.
Diterangkan juga berita gembira untuk orang-orang Mukmin dari sisi Tuhan dan bahwa mereka
itu tidak sama dengan orang-orang kafir. Selain itu, surat ini berisi penolakan terhadap
kepalsuan para pendusta yang menyandangkan sesuatu yang tidak benar untuk diri mereka.
Kemudian, ancaman terhadap mereka yang ingkar berupa penjelasan keadaan mereka di
akhirat.
Surat ini ditutup dengan nasehat kepada Rasulullah SAW untuk selalu sabar dan tabah. Al-
Qur’an tidak lain hanyalah nasehat, pelajaran dan peringatan bagi seluruh alam.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

69. Al-Haqqah
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Haqqah (Al-Haaqqah, Hari Kiamat, Yang Pasti Terjadi atau Yang Tak Terelakkan) adalah
surah ke-69 dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Inevitable, Reality,
The Catastrophe, The Concrete Reality, The Indubitable, The Inevitable Hour, The Inevitable
Reality, The Sure Occurrence, The Sure Reality, The Undeniable.” Surah ini terdiri atas 52 ayat
dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari
sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan
ke-78 setelah surah Al-Mulk dan sebelum surah Al-Ma’aarij.
Surah ini dinamakan Al-Haqqah yang berarti Hari Kiamat. Diambil dari kata “Al-Haaqqah” yang
terdapat pada ayat pertama surah ini.
Surah ini didahului dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim. Menyebut nama Allah, satu-
satunya Tuhan yang berhak disembah. Yang memiliki seluruh sifat Kesempurnaan dan
Tersucikan dari segala bentuk kekurangan. DIAlah Pemilik Rahmah (sifat kasih) yang tak habis-
habisnya. Yang menganugerahkan segala macam kenikmatan, yang besar maupun kecil.
Surat ini menyatakan bahwa hari kiamat yang akan terjadi itu benar adanya. Memaparkan
keadaan pada hari kiamat. Tentang hakikatnya dan memberikan gambaran tentang
kedahsyatannya. Menyebutkan kehancuran dan siksaan keras yang dialami umat-umat
terdahulu karena mendustakan risalah. Surat ini juga berbicara tentang tiupan sangkakala,
perubahan dan kehancuran bumi, gunung dan langit serta dikumpulkannya semua makhluk
untuk diperhitungkan amalnya. Dalam surat ini terdapat berita gembira bagi para pengikut
kebenaran berupa balasan terhormat dan kenikmatan yang akan mereka terima. Sebaliknya,
juga peringatan bagi para pengikut kebatilan akan siksa yang menyakitkan.
Surat ini ditutup dengan pembicaraan tentang kebenaran Rasulullah SAW dalam
menyampaikan semua firman Allah. Sesungguhnya Al-Qur’an adalah kebenaran yang tidak
mengandung keraguan. Maka, sucikanlah Tuhanmu Yang MahaAgung dan sebutlah namaNYA
selalu.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

70. Al-Ma'arij
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Ma'arij (Al-Ma’aarij, Tempat-Tempat Naik) adalah surah ke-70 dalam Al-Qur’an. Dalam
tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Lofty Stations, Elevations, Staircases Upward, The
Ascending Steps, The Heavenly Ascents, The Ladders, The Stairways, The Steps, The Ways of
Ascent.” Surah ini terdiri atas 44 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah karena
diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya,
maka surah ini diturunkan pada urutan ke-79 setelah surah Al-Haaqqah dan sebelum surah An-
Naba’.
Surah ini dinamakan Al-Ma'arij yang berarti Tempat-Tempat Naik. Diambil dari kata “Al-Ma'arij”
yang terdapat pada ayat ke-3 surah ini. Para mufassir memberikan beberapa penafsiran lain
seperti misalnya langit, nikmat karunia dan derajat atau tingkatan yang diberikan Allah SWT
kepada ahli surga.
Didahului dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini diawali dengan ancaman berupa
hari kiamat. Lama dan dahsyatnya siksa pada hari itu yang tidak dapat diwakili oleh anak, istri,
saudara dan kerabat. Bahkan juga tidak bisa ditebus oleh seluruh penghuni bumi.
Surat ini memberitahukan kepada manusia akan kelemahannya pada saat suka maupun duka,
kecuali orang-orang yang telah dijaga oleh Allah dengan ketakwaan dan amal saleh. Mereka
selamat dari kelemahan itu. Di dalam surat ini juga terdapat penolakan terhadap keinginan-
keinginan jahat orang-orang kafir.
Surat ini ditutup dengan pesan untuk Rasulullah SAW agar membiarkan mereka dalam
kebodohan dan permainan mereka sampai datang hari yang telah dijanjikan untuk mereka.
Yaitu hari ketika mereka bergegas keluar dari kubur mereka menuju ke arah yang memanggil.
Saat itu pandangan mereka tertunduk. Mereka tidak mampu mengangkatnya. Mereka dipenuhi
oleh kehinaan. Dahulu mereka pernah dijanjikan dengan datangnya hari ini, tetapi mereka
mendustakannya.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

71. Surah Nuh


Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Nuh (Nabi Nuh AS, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “Noah” atau “Prophet
Noah”) adalah surah ke-71 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 28 ayat dan termasuk
golongan surah-surah Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah
periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini juga diturunkan pada urutan ke-
71 setelah surah An-Nahl dan sebelum surah Ibrahim.
Surah ini dinamakan Nuh karena menceritakan kisah Nabi Nuh AS secara lebih terperinci
bersama kaumnya. Beberapa mufassir memperkirakan beliau hidup minimal 950 tahun
bersama kaumnya (silakan lihat juga misalnya QS 29:14) sekitar tahun 3993-3043 SM.
Diperkirakan tinggal bersama kaumnya di wilayah bagian selatan Irak sekarang.
Setelah didahului dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini menceritakan bahwa Allah
telah mengutus Nabi Nuh AS kepada kaumnya. Sebagai Rasul, dia diminta untuk memberi
peringatan kepada kaumnya sebelum datang azab yang sangat memilukan.
Nuh AS menyatakan bahwa dia adalah benar-benar pemberi peringatan dan penjelasan tentang
risalah Tuhan dengan bahasa yang dapat dipahami kaumnya. Kaumnya diminta untuk taat dan
tunduk kepada Allah dalam melaksanakan kewajiban hidup. Dinyatakan, jika ummatnya
bertakwa niscaya Allah akan mengampuni seluruh dosa dan memanjangkan umur mereka
sampai waktu yang sangat panjang.
Sesungguhnya jika kematian telah datang, maka tidak akan dapat diundur sedikit pun.
Seandainya mengetahui penyesalan yang dialami saat ajal itu datang, niscaya kaumnya akan
beriman.
Diceritakan pula tentang keluhan Nabi Nuh AS kepada Allah karena sikap kaumnya yang tidak
menerima dan membangkang. Nabi Nuh AS telah berdakwah siang dan malam kepada mereka
secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan dalam rangka berusaha melakukan
dengan segala cara. Juga sikap mereka yang terus-menerus menyembah patung sehingga
mereka pantas menerima azab Allah.
Akhirnya Nabi Nuh AS mendapat kenyataan bahwa mereka tidak menerima ajakannya.
Keingkaran mereka akan membahayakan masyarakat dan kehidupan generasi berikutnya. Ia
berdoa agar mereka dihancurkan. Dan ia juga berdoa memohon ampunan untuk dirinya, kedua
orangtuanya dan orang-orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab
72. Al-Jin
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Jin (Al-Jinn, Jin, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Jinn, Jinn-kind, Sprites,
The Jinn's, The Spirits”) adalah surah ke-72 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 28 ayat dan
termasuk golongan surah-surah Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari
sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan
ke-40 setelah surah Al-A’raaf dan sebelum surah Yaasiin.
Surah ini dinamakan Al-Jin yang berarti Jin. Diambil dari kata “Al-Jinn” yang terdapat pada ayat
pertama surah ini. “…nafarun mina aljinni…” Pada ayat tersebut dan ayat-ayat berikutnya
diterangkan bahwa Jin, sebagai makhluk halus, telah mendengar pembacaan Al-Qur’an. Mereka
mengikuti ajaran Al-Qur’an tersebut.
Setelah didahului dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim dalam surat ini Allah
memerintahkan Rasulullah SAW untuk menyampaikan kepada manusia wahyu Allah berupa
peristiwa sekelompok jin yang mendengar bacaannya. Mereka mempercayai Al-Qur’an yang
telah mereka dengar. Kelompok mereka ini tidak menyekutukan Tuhan yang telah menciptakan
dan memelihara mereka dalam peribadatan.
Selanjutnya pemberitahuan jin tentang kelompok-kelompok mereka yang baik dan yang jahat.
Usaha mereka pada masa lalu untuk mencuri rahasia langit. Kemudian peristiwa terusirnya
mereka sehingga tidak lagi bisa melakukan hal itu.
Surat ini juga menjelaskan orang-orang yang teguh dalam mengikuti jalan Islam dan orang-
orang yang tidak mau menerima ajarannya. Di samping itu surat ini membicarakan kemurniaan
masjid dan peribadatan hanya untuk Allah. Seruan Rasulullah untuk beriman kepada Allah dan
penerimaan jin terhadap seruannya.
Surat ini juga memberikan batasan mengenai hal-hal yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh
Rasulullah. Memperingatkan orang-orang yang durhaka kepada Allah dan RasulNYA akan
Jahannam dan kekalnya mereka di situ.
Sebagai khatimah, surat ini menyebutkan bahwa pengetahuan tentang yang ghaib hanyalah
milik Allah. Allah akan memberitahukan hal itu kepada hamba-hamba yang dipilihNYA untuk
menjadi Rasul. Bahwa wahyu itu dijaga oleh para malaikat sehingga dapat disampaikan kepada
manusia dengan sempurna. Allah mengetahui, sesuai dengan ketetapanNYA, bahwa para Nabi
telah menyampaikan semua risalahNYA. Sungguh DIA Mahatahu segala yang ada pada diri para
Rasul secara terperinci. DIA pun Mahatahu jumlah seluruh makhluk yang ada. Tak satu pun
luput dari pengetahuanNYA.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab
73. Al-Muzzammil
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Muzzammil (Orang Yang Berselimut, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The
Enwrapped, Bundled up, Enfolded, Folded in Garments, The Enwrapped Messenger, The
Enwrapped One, The Mantled One, Wrapped in Mantle”) adalah surah ke-73 dalam Al-Qur’an.
Surah ini terdiri atas 20 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah karena diturunkan
di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah
ini diturunkan pada urutan ke-3 setelah surah Al-Qalam dan sebelum surah Al-Muddatstsir.
Surah ini dinamakan Al-Muzzammil yang berarti Orang Yang Berselimut. Diambil dari kata “Al-
Muzzammil” yang terdapat pada ayat pertama surah ini. “Yaa ayyuhaa almuzzammil…” Yang
dimaksud dengan orang yang berselimut di sini adalah Nabi Muhammad SAW.
Surah ini didahului dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim. Kemudian, pada bagian-bagian
awal surat yang mulia ini, Allah SWT memerintahkan RasulNYA untuk mengisi sebagian besar
malam dengan salat. Selain juga membaca dan mendalami ayat-ayat Al-Qur’an yang telah
diwahyukan. Dikatakan bahwa, sesungguhnya ibadah yang dilaksanakan pada malam hari lebih
merasuk ke dalam hati. Juga lebih berkesan serta lebih khusyuk bacaannya ketimbang ibadah
pada siang hari yang disibukkan banyak urusan.
Dalam surah yang diturunkan pada urutan ke-3 ini, Allah mengisyaratkan akan memberikan
kepada Rasulullah SAW, keseluruhan Al-Qur’an yang megandung perintah, larangan dan tugas-
tugas yang berat. Rasul pun, sesuai perintah Rabbnya, beserta sekelompok orang yang
mengikutinya menjalankan perintah itu.
Di pertengahan surat, Allah SWT menyuruh rasulNYA agar bersabar menghadapi berbagai
ucapan orang yang mendustakannya. Menjauhi mereka dengan cara yang baik dan tidak
mengikuti perilaku-perilaku mereka. Membiarkan mereka dan tidak membalas perlakuan buruk
mereka.
Biarkanlah mereka mendapatkan azab yang dijanjikan Allah. Sesungguhnya Allah mengancam
orang-orang kafir itu dengan azab yang pernah diturunkan kepada Fir'aun dan pengikutnya
akibat menentang dan melanggar ajakan Rasul mereka Nabi Musa AS. Selain itu, Allah juga
memaparkan tentang kedahsyatan hari kiamat agar mereka bertakwa. Kedahsyatan dengan
ungkapan: Bagaimana kalian dapat membela diri jika kalian tetap tidak mempercayai adanya
azab yang pada hari itu anak-anak muda--karena ketakutannya--berubah menjadi tua dan
lemah? Karena begitu dahsyatnya hari itu, langit yang besar dan kuat akan terpecah-pecah.
Sesungguhnya janji Allah pasti terjadi.
Di akhir surat ini, Allah memberikan keringanan kepada Rasulullah SAW dan pengikutnya dalam
melakukan ibadah di waktu malam. Tetapi Allah tetap menyuruh kita untuk melaksanakan
salat, menunaikan zakat serta memperbanyak sedekah dan istighfar. Mintalah ampunan Allah
atas segala kekurangan dan perbuatan buruk yang dilakukan. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun segala dosa orang beriman serta Mahakasih.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

74. Al-Muddatstsir
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Muddatstsir (Orang Yang Berkemul, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The
Shrouded, The Shrouded Messenger, The Cloaked One, The Enveloped, The Man Wearing a
Cloak, The Enrobed Messenger, Wrapped in his Cloak”) adalah surah ke-74 dalam Al-Qur’an.
Surah ini terdiri atas 56 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah karena diturunkan
di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah
ini diturunkan pada urutan ke-4 setelah surah Al-Muzzammil dan sebelum surah Al-Faatihah.
Surah ini dinamakan Al-Muddatstsir yang berarti Orang Yang Berkemul. Diambil dari kata “Al-
Muddatstsir” yang terdapat pada ayat pertama surah ini. “Yaa ayyuhaa almuddatstsir…”
Surah ini didahului dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim. Kemudian, surat mulia ini
mengajak Rasulullah SAW untuk memperingatkan kaumnya tentang azab Allah yang akan
ditimpakan bagi mereka yang tidak beriman. Mengajak untuk mengagungkan Allah,
menyucikan diri dan meninggalkan segala hal yang tidak pantas dilakukan.
Dalam surat ini dibicarakan juga perihal tiupan sangkakala dan azab yang pedih bagi orang-
orang kafir. Surat ini mengandung perintah bagi Rasulullah SAW untuk tidak menghiraukan
mereka yang menentang segala nikmat Allah. Sebab, orang seperti itu bukan saja menentang,
bahkan malah meminta ditambahkan karunia tanpa penghargaan dan rasa syukur sedikit pun.
Dijelaskan pula bagaimana cara berfikir orang yang mengingkari Al-Qur’an. Kemudian
dituturkan secara terperinci hal ihwal neraka Saqar yang dahsyat dan menakutkan.
Disebutkan juga balasan bagi orang-orang yang melakukan kebaikan maupun kejahatan. Lalu
diberitakan tentang hal ihwal golongan kanan yang membungkam mulut para pelaku dosa
ketika mereka bertanya kepada para pelaku dosa mengapa mereka berada di neraka Saqar.
Surat ini kemudian ditutup dengan pembicaraan tentang Al-Qur’an yang dapat dijadikan
sebagai pelajaran bagi siapa saja yang menerimanya. Sesungguhnya mereka yang menjadikan
Al-Qur’an sebagai pelajaran adalah golongan orang-orang yang bertakwa dan mendapatkan
ampunan.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab
75. Al-Qiyamah
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Qiyamah (Al-Qiyaamah, Hari Kiamat atau Hari Kebangkitan, dalam tafsir Al-Qur’an
berbahasa Inggeris “The Resurrection, The Looming Day of Resurrection, Day of Resurrection,
The Rising”) adalah surah ke-75 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 40 ayat dan termasuk
golongan surah-surah Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah
periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-31
setelah surah Al-Qaari’ah dan sebelum surah Al-Humazah.
Surah ini dinamakan Al-Qiyamah yang berarti Hari Kiamat. Diambil dari kata “Al-Qiyaamah”
yang terdapat pada ayat pertama surah ini. “Laa uqsimu biyawmi alqiyaamah…”
Surah ini didahului dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim. Kemudian, surat ini berbicara
tentang hari kebangkitan dan pembalasan yang akan ditemui seluruh umat manusia dengan
segala kedahsyatannya.
Penegasan bahwa manusia yang diciptakan Allah dari ketiadaan, tentu Allah dapat
mengumpulkan kembali tulang belulangnya yang hancur berserakan. Allah Mahakuasa untuk
menyusun kembali jari jemarinya yang kecil beserta seluruh tubuhnya secara sempurna seperti
sediakala. Tetapi mengapa manusia masih tetap mengingkari hari kebangkitan? Adakah itu
karena mereka ingin terus melakukan perbuatan-perbuatan buruk sampai mati?
Hanya kepada Tuhan sajalah pada hari itu tempat kembali. Pada hari itu, segala yang dikerjakan
dan ditinggalkan oleh manusia akan dibeberkan. Bahkan manusia itu sendiri akan menjadi saksi
yang jelas bagi semua yang dilakukan maupun yang ditinggalkannya. Kendati saat itu manusia
berusaha melontarkan berbagai alasan, semua itu tidak akan dapat menyelamatkan dirinya.
Kemudian surat ini memuat ihwal jaminan yang akan diberikan Allah kepada Rasulullah SAW
bahwa DIAlah yang akan mengumpulkan Al-Qur’an dalam dada Rasul. Lalu diutarakan pula
mengenai ditolaknya mereka yang lebih menomorsatukan kehidupan dunia yang fana dengan
mengabaikan kehidupan akhirat. Dibandingkanlah antara wajah orang-orang Mukmin yang
berseri-seri dengan wajah orang-orang kafir yang muram tak bercahaya. Lalu dibicarakan pula
mengenai hal ihwal orang yang tengah sekarat dan lalai menunaikan kewajiban serta menduga
bahwa dirinya tidak akan menemui hari perhitungan.
Surat ini diakhiri dengan pemaparan beberapa bukti yang menguatkan kebenaran hari
kebangkitan. Bukankah manusia berasal dari setetes air mani yang dikokohkan untuk dibentuk
di dalam rahim, lalu menjadi segumpal darah kental dan akhirnya diciptakan dan
disempurnakan oleh Allah dalam bentuk yang sebaik-baiknya? Bukankah pencipta segala
sesuatu dengan daya cipta yang Mahahebat ini Mahakuasa untuk menghidupkan kembali
semua yang telah mati setelah tulang belulang mereka dikumpulkan?
Wa Allahu a'lam bi al-shawab
76. Al-Insan
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Insan (Al-Insaan, Manusia, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “Man, Every
(Man)”) adalah surah ke-76 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 31 ayat dan termasuk
golongan surah-surah Madaniyyah karena diturunkan di Medinah. Kalau melihat dari sejarah
periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-98
setelah surah Ar-Rahmaan dan sebelum surah Ath-Thalaaq.
Surah ini dinamakan Al-Insan yang berarti Manusia. Diambil dari kata “Al-Insaan” yang terdapat
pada ayat pertama surah ini. “…al-insaani hiinun mina…”
Surah ini didahului dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim. Dalam surat ini dibicarakan
perihal penciptaan dan cobaan kepada umat manusia yang berpotensi untuk bersyukur kepada
Allah atau mengingkariNYA. Balasan yang akan diberikan kepada orang-orang kafir, dalam surat
ini, dibicarakan secara global.
Sementara mengenai kenikmatan-kenikmatan yang Allah karuniakan kepada orang-orang
Mukmin dipaparkan secara lebih rinci. Mereka telah menunaikan kewajiban yang diembankan.
Mereka pun selalu siaga akan datangnya hari besar yang malapetakanya teramat dahsyat dan
menyebar secara luas dan merata. Mereka selalu memberi makan kaum fakir yang tidak dapat
berusaha, anak yatim yang ditinggal mati bapaknya, dan para tawanan yang tidak memiliki daya
apa-apa. Padahal mereka sendiri sangat menyukai dan memerlukan makanan yang mereka
berikan itu. Mereka berkata di dalam hati, "Sungguh, kami memberi makan kalian hanya untuk
mendapatkan rida Allah. Kami sama sekali tidak mengharapkan balasan atau hadiah dari kalian,
juga bukan untuk mendapatkan pujian dari kalian.
Maka Allah melindungi mereka dari berbagai kesulitan di hari itu. Allah menjadikan wajah
mereka berseri-seri, tidak seperti wajah masam orang-orang yang berbuat dosa. Hati mereka
pun merasa senang dan gembira. Ganjaran dari kesabaran mereka adalah surga yang
menyenangkan dan pakaian dari sutra yang sangat halus dan lembut. Mereka tidak merasakan
sengatan terik matahari maupun udara dingin yang menusuk.
Pohon-pohon surga yang hijau menaungi mereka. Buah-buahannya pun mereka peroleh
dengan sangat mudah. Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala
yang bening laksana kaca. Minuman itu ditentukan oleh para pemberi minum sesuai dengan
keinginan yang meminum. Di surga ada berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar.
Semua itu sebagai ganjaran dari amal perbuatan yang diridai dan diterima oleh Allah.
Surat ini kemudian mengkhususkan pembicaraan kepada Rasulullah SAW yang dikaruniai Al-
Qur’an. Rasul diperintahkan agar bersabar dan selalu melakukan ketaatan. Surat ini juga
memuat peringatan bagi mereka yang mencintai kehidupan dunia dengan tidak mempedulikan
akhirat. Dibicarakan pula mengenai ayat-ayat yang dapat dijadikan sebagai nasihat dan
peringatan dengan kehendak Allah. Sesungguhnya rahmat dan azab Allah akan diberikan sesuai
dengan kehendak dan kemahakuasaanNYA.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

77. Al-Mursalat
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Mursalat (Al-Mursalaat, Utusan-Utusan Yang Dikirim, Malaikat-Malaikat, Ayat-Ayat
Yang Dikirim) adalah surah ke-77 dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris
“The Emissaries, (Winds) Sent Forth, The Loosed Ones, Those Sent Forth, Those Sent Forth in
Succession, atau Those That Are Sent Forth.” Surah ini terdiri atas 50 ayat dan termasuk
golongan surah-surah Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah
periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-33
setelah surah Al-Humazah dan sebelum surah Qaaf.
Surah ini dinamakan Al-Mursalat yang berarti Utusan-Utusan (Malaikat-Malaikat). Diambil dari
kata “Al-Mursalaat” yang terdapat pada ayat pertama surat ini. “Waalmursalaati 'urfaa…”
Surah ini didahului dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim. Surat yang mulia ini memuat
beberapa masalah penting seperti hari kebangkitan, hari kiamat beserta bukti-bukti
kebenarannya. Kemudian, ancaman bagi mereka yang mendustakan keduanya yang ditegaskan
berulang kali. Berikutnya, gambaran yang sangat menakutkan mengenai azab dan kehinaan
yang akan didapatkan oleh para pendusta. Hal penting lainnya adalah tentang berita gembira
bagi mereka yang bertakwa yang akan memperoleh ketenteraman dan berbagai karunia.
Ayat-ayat pembukaan surat Al-Mursalaat berisikan sumpah Allah SWT bahwa perkara yang
telah dijanjikan kepada manusia mengenai kedatangan hari kiamat pasti terlaksana. Bila
bintang-gemintang menghancurkan dirinya sendiri, langit terbelah, gunung-gunung hancur
lebur. Bila para Rasul telah ditentukan waktunya untuk datang sebagai saksi bagi seluruh umat.
Pada hari itu, kebinasaan akan menimpa orang-orang yang mendustakan apa yang telah
dijanjikan para Rasul.
Pernyataan Allah bahwa manusia diciptakan dari air nutfah yang hina, lalu diletakkan di tempat
yang kokoh sampai selesai tahap penciptaan dan pembentukannya sesuai dengan
pengetahuanNYA. Allah sebaik-baik penentu dan pencipta. Allah menjadikan bumi sebagai
tempat berkumpul. Permukaannya dipenuhi makhluk hidup yang tak terhitung dan di dalam
perutnya terkandung makhluk-makhluk mati yang tak terbilang. Allah jadikan di atas bumi itu
gunung-gunung yang kokoh dan tinggi menjulang. Allah memberi minum dengan air tawar yang
segar. Sungguh celaka pada hari ini mereka yang telah mendustakan karunia penciptaan dan
penentuan, serta mendustakan pelbagai nikmat-nikmat itu.
Sesungguhnya neraka akan melontarkan bunga-bunga api yang besarnya seperti istana, seolah-
olah bunga-bunga api itu merupakan iring-iringan unta hitam yang berubah menjadi kuning.
Pada hari ini, celakalah orang-orang yang mendustakan neraka, mendustakan Muhammad,
beserta para pendusta terdahulu. Sungguh celaka bagi mereka yang mendustakan ancaman
Allah. Sebaliknya, orang-orang yang bertakwa akan memperoleh naungan yang meneduhkan,
mata air-mata air yang mengalir dan berbagai buah-buahan lezat yang mereka inginkan.
Sesungguhnya Allah akan membalas orang-orang yang berbuat baik dengan balasan yang besar.
Surat ini ditutup dengan mencela sikap orang-orang kafir yang tidak mempercayai kebenaran
Al-Qur’an. Jika mereka tidak mempercayai Al-Qur’an --mukjizat yang diturunkan dari langit--
lalu dengan perkataan apa lagi, selain Al-Qur’an, yang dapat membuat mereka beriman?
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

78. An-Naba'
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah An-Naba' (Berita Besar, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Great News, The
Important News, The Announcement, The News, The Tiding”) adalah surah ke-78 dalam Al-
Qur’an. Surah ini terdiri atas 40 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah karena
diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya,
maka surah ini diturunkan pada urutan ke-80 setelah surah Al-Ma’aarij dan sebelum surah An-
Nazi’at.
Surah ini dinamakan An-Naba' yang berarti Berita Besar. Diambil dari kata “An-Naba'” yang
terdapat pada ayat ke-2 surah ini. Surah ini dinamai juga “Amma Yatasaa Aluun” diambil dari
perkataan Amma yatasaa aluun yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Surah ini didahului dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim. Menyebut nama Allah, satu-
satunya Tuhan yang berhak disembah. Yang memiliki seluruh sifat Kesempurnaan dan
Tersucikan dari segala bentuk kekurangan. DIAlah Pemilik Rahmah (sifat kasih) yang tak habis-
habisnya. Yang menganugerahkan segala macam kenikmatan, yang besar maupun kecil.
Dalam surat ini ditegaskan kebenaran hari kebangkitan dan mengecam orang-orang yang
menyangsikannya. Lalu disebutkan beberapa bukti kemungkinan terjadinya dari berbagai
fenomena kekuasaan Tuhan. Ditegaskanlah kepastian terjadinya hari kebangkitan itu dan
disebutkan pula beberapa tanda-tandanya. Kemudian dibicarakan pula mengenai nasib orang-
orang yang berbuat jahat dan orang-orang yang bertakwa.
Surat ini kemudian ditutup dengan peringatan dan ancaman akan datangnya hari yang
menakutkan ini. Sesungguhnya Allah telah memperingatkan kepada kalian mengenai siksa yang
kedatangannya telah dekat. Pada hari itu setiap orang dapat melihat apa yang dilakukan oleh
kedua tangannya. Dengan mengharap keselamatan, orang kafir akan berkata, "Alangkah
baiknya jika, setelah kematianku, aku tetap menjadi tanah sehingga aku tidak dibangkitkan dan
diminta pertanggungjawaban."
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

79. An-Nazi'at
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah An-Nazi'at (An-Naazi'aat, Para Pencabut, Malaikat-Malaikat Yang Mencabut) adalah surah
ke-79 dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris surah ini disebut “The
Wresters, The Extractors, The Angelic Pullers, The Forceful Chargers, The Pluckers, The Soul-
Snatchers, Those That Rise, Those Who Pull and Withdraw, Those Who Tear Out.” Surah ini
terdiri atas 46 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah karena diturunkan di
Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah
ini diturunkan pada urutan ke-81 setelah surah An-Naba’ dan sebelum surah Al-Infithaar.
Surah ini dinamakan An-Nazi'at yang berarti Para Pencabut. Diambil dari kata “An-Naazi'aat”
yang terdapat pada ayat pertama surah ini. “Waannaazi'aati gharqaa…” Dinamai pula As-
Saahirah yang diambil dari ayat ke-14, atau dinamai juga Ath Thaammah diambil dari ayat ke-
34.
Surah ini didahului dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim. Kemudian, ayat-ayat pembukaan
surat An-Nazi'ât berisikan sumpah Allah SWT bahwa hari kebangkitan pasti terjadi. AKU
bersumpah demi yang diberi kekuatan untuk mencabut sesuatu dari akarnya dengan kuat.
Demi yang diberi kekuatan untuk mengeluarkan sesuatu dengan cara yang ringan dan lembut….
sungguh hari kiamat itu pasti datang. Saat seluruh makhluk digoncangkan oleh tiupan
sangkakala pertama, kemudian diikuti oleh tiupan kedua yang dibarengi dengan kebangkitan.
Ayat-ayat selanjutnya menuturkan kisah Musa AS bersama Fir'aun dengan tujuan menghibur
hati Nabi Muhammad SAW. Surat ini menyinggung pula upaya dan kiat manusia di dunia,
memaparkan dengan jelas nasib buruk yang akan menimpa orang yang berbuat sewenang-
wenang (zalim) dan orang-orang yang melakukan pengkhianatan.
Pada bagian akhir surat dijelaskan sikap orang-orang musyrik yang bertanya-tanya tentang
masa datangnya hari kiamat. Ditutup dengan keterangan menyangkut tugas Nabi Muhammad
sebagai pemberi peringatan kepada manusia yang merasa dirinya takut pada hari kiamat, bukan
untuk memberitahukan waktu terjadinya.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

80. Surah 'Abasa


Bismillahirrahmanirrahim …
Surah 'Abasa (Dia Bermuka Masam, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “He Frowned, He
Made a Wry Face, He Who Frowned”) adalah surah ke-80 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas
42 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau
melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan
pada urutan ke-24 setelah surah An-Najm dan sebelum surah Al-Qadr.
Surah ini dinamakan 'Abasa yang berarti Dia Bermuka Masam. Diambil dari kata 'Abasa yang
terdapat pada ayat pertama surah ini. “ 'Abasa watawallaa…”
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini dimulai dengan sebuah kritikan
terhadap Nabi Muhammad SAW. Saat itu Rasulullah berpaling dari seorang sahabat tunanetra,
bernama Ibn Umm Maktûm. Sahabat tunanetra ini sangat berharap mendapatkan ilmu dan
petunjuk dari Nabi. Saat itu, Rasulullah sedang sibuk menerima tamu dari kalangan pembesar
Quraisy dengan harapan mereka akan memberikan respon yang baik atas ajakan dan dakwah
beliau. Diharapkan, melalui para pemuka kaum itu, akan semakin bertambah kalangan yang
akan memeluk agama Islam.
“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, pada saat seorang tunanetra datang
kepadanya menanyakan persoalan agama… Tahukah kamu bisa jadi orang buta itu akan
membersihkan jiwanya melalui pelajaran yang mungkin didapat darimu?... Sedang kalangan
yang berharta dan berkedudukan, kamu sudi menemui mereka. Keinginanmu sangat besar
untuk dapat menyampaikan misi dakwahmu pada mereka. Apakah kamu bersalah jika mereka
tidak mau membersihkan jiwa dengan keimanan?... Sungguh ayat-ayat ini hendaknya dapat
menjadi pelajaran…”
Ayat-ayat berikutnya mengingatkan manusia akan nikmat-nikmat Tuhan yang diberikan kepada
mereka. Semenjak manusia lahir hingga ajal tiba.
“…Al-Qur’an itu berada dalam lembaran-lembaran yang dimuliakan di sisi Allah, pada
kedudukan yang tinggi, dan amat jauh dari kekurangan… Apakah gerangan yang membuat
manusia ingkar padahal Allah telah berkenan memberikan karunia kebaikan kepadanya?...
Tidakkah ia ingat dari apa dirinya diciptakan?... Allah mengatur dan menyediakan makanan
yang mereka butuhkan… Menjadikan bumi merekah dengan tumbuh-tumbuhan… Allah
menunjukkan dan memudahkan jalan bagi diri mereka menuju keimanan. Pada akhirnya Allah
mematikan manusia dan memuliakannya dengan menguburnya.
Sedang bagian akhir surat 'Abasa ini membicarakan tentang peristiwa hari kiamat. Ditegaskan
dalam beberapa ayat bahwa manusia, kelak, hanya terpilah menjadi dua golongan saja.
Pertama, orang-orang beriman yang bersukacita dan, kedua, orang-orang kafir pembuat
kejahatan.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab
81. At-Takwir
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah At-Takwir (At-Takwiir, Menggulung atau Peristiwa Penggulungan Matahari) adalah surah
ke-81 dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris surah ini disebut “The
Winding Up, The Winding Up Of The Sun, Shrouded in Darkness, The Cessation, The
Compacting, The Darkening, The Enfolding, The Folding Up, Wrapping Things Up.” Surah ini
terdiri atas 29 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah karena diturunkan di
Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah
ini diturunkan pada urutan ke-7 setelah surah Al-Lahab dan sebelum surah Al-A’laa.
Surah ini dinamakan At-Takwir yang berarti Tergulung atau Terbelah. Diambil dari kata dasar
“kuwwirat” yang terdapat pada ayat pertama surah ini. “idzaa alsysyamsu kuwwirat…”
Surah ini didahului dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim. Menyebut nama Allah, satu-
satunya Tuhan yang berhak disembah. Yang memiliki seluruh sifat Kesempurnaan dan
Tersucikan dari segala bentuk kekurangan. DIAlah Pemilik Rahmah (sifat kasih) yang tak habis-
habisnya. Yang menganugerahkan segala macam kenikmatan, yang besar maupun kecil.
Surat al-Takwîr ini berisi gambaran tentang peristiwa pada saat dan setelah hari kiamat,
kekuasaan Allah, penegasan kedudukan dan fungsi Al-Qur’an, dan sanggahan atas tuduhan-
tuduhan yang tidak benar atas Al-Qur’an. Bagian lain surat ini berisikan pembelaan atas diri
Nabi Muhammad SAW dari tuduhan gila. Juga ancaman bagi orang-orang yang larut dalam
kesesatan.
Surah ini ditutup dengan perintah bagi kaum yang mau beristikamah untuk belajar dari Al-
Qur’an dan perintah untuk mengembalikan setiap urusan pada Allah SWT. Kitab suci Al-Qur’an
ini tidak lain hanyalah sebuah peringatan dan bahan pelajaran bagi semesta alam. Bagi orang
yang berkeinginan meniti jalan lurus dan mencari kebenaran. Dan tidak satu pun keinginan
bakal terwujud, kecuali jika Allah telah menghendaki.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

82. Al-Infitar
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Infitar (Al-Infithaar, Terbelahnya Langit, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The
Rending atau Torn Apart of the Sky”) adalah surah ke-82 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas
19 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau
melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan
juga pada urutan ke-82 setelah surah An-Nazi’at dan sebelum surah Al-Insyiqaaq.
Surah ini dinamakan Al-Infitar yang berarti Terbelah. Diambil dari kata “Infatharat” yang
terdapat pada ayat pertama surah ini. “Idzaa alssamaau infatharath…”
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini memaparkan peristiwa-peristwa
dahsyat yang terjadi pada hari kiamat dengan gaya bahasa yang dapat meyakinkan pembaca
akan kesungguhan terjadinya kiamat. Saat itu, setiap orang akan mengetahui segala yang
diperbuatnya di dunia.
Ayat-ayat yang lain berisi peringatan pada manusia yang menyombongkan diri di hadapan
Tuhan. Rabb yang telah menjadikannya dan memberinya bentuk paling sempurna di seluruh
alam. Juga peringatan bagi yang mendustakan hari pembalasan.
Ayat-ayat selanjutnya memberikan penjelasan bahwa Allah SWT mempunyai malaikat yang
bertugas sebagai penjaga dan pencatat amal perbuatan manusia. Dikemukakan pula, dalam
surat ini, bahwa kenikmatan dan kesenangan hidup akhirat akan didapat oleh orang-orang yang
berbuat kebajikan.
Sementara orang-orang kafir yang bergelimang dosa akan menemukan kesengsaraan. Mereka
akan merasakan api neraka pada hari kiamat, hari ketika seseorang tidak berdaya sedikit pun
untuk menolong orang lain.
Sebagai penutup, surat ini menegaskan kembali tentang hari pembalasan. Kamu tidak
mengetahui apakah hari pembalasan itu, sebab persoalan ini berada di luar jangkauan
pengetahuan dan akal pikiran. Tahukah kalian betapa dahsyatnya hari pembalasan? Pada hari
itu tidak seorang pun dapat menolong atau mencelakakan orang lain. Semua urusan pada hari
itu hanya ada pada Allah semata.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

83. Al-Muthaffifin
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Muthaffifin (Al-Muthaffifiin, Orang-Orang Yang Curang) adalah surah ke-83 dalam Al-
Qur’an. Dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris disebut “The Defrauders, The Cheats, The
Dealing in Fraud, The Stinters, The Unjust, Those who Give Short Measure.” Surah ini terdiri
atas 36 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau
melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan
pada urutan ke-86 setelah surah Al-‘Ankabuut dan sebelum surah Al-Baqarah. Dengan
demikian, surah ini merupakan urutan terakhir yang diturunkan dari surah-surah Makkiyyah.
Surah ini dinamakan Al-Muthaffifin yang berarti Orang-Orang Yang Curang. Diambil dari kata
“Muthaffifiin” yang terdapat pada ayat pertama surah ini. “Waylun lilmuthaffifiin…”
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini dibuka dengan beberapa ayat
yang berisi ancaman sangat keras terhadap orang-orang yang melakukan kecurangan dalam
bermuamalat, secara khusus dalam soal timbang- menimbang. Kecurangan itu digambarkan
dalam sekelompok orang yang cenderung minta dilebihkan takarannya demi keuntungan
pribadi tetapi mengurangi jumlah yang semestinya saat menimbang untuk orang lain. Surat ini
mengancam orang-orang yang melakukan hal tersebut bahwa hari pembangkitan dan
perhitungan pasti akan terjadi.
Selain itu, surat ini juga menegaskan bahwa perbuatan mereka itu tercatat dalam sebuah buku.
Hanya orang-orang zalim, bergelimang dosa dan terhalang dari Tuhannya yang berani
mendustakan catatan buku itu. Tempat kembali mereka, kelak, adalah nereka Jahanam.
Pembicaraan kemudian dialihkan kepada ihwal kalangan manusia yang berbakti kepada Allah
dengan memberikan keterangan mengenai apa yang telah mereka lakukan. Disebutkan,
misalnya, berbagai kenikmatan yang bakal mereka rasakan dan, sekaligus, ciri-ciri mereka.
Hendaknya manusia saling berlomba untuk mendapatkan kesenangan seperti itu.
Ayat-ayat selanjutnya menggambarkan apa yang dilakukan oleh orang-orang kafir yang jahat
terhadap orang-orang Mukmin ketika mereka melihat orang-orang Mukmin atau ketika orang-
orang Mukmin itu berlalu di hadapan mereka. Mereka saling menggunjing sebagai bentuk
ejekan. Padahal tidak ada yang memerintah orang-orang yang mengejek itu untuk memberikan
penilaian terhadap orang lain: apakah dia tertunjuki atau tersesat, juga bukan untuk menjadi
pengawas bagi perbuatan orang lain.
Akhirnya, surat ini ditutup dengan janji bahwa orang-orang beriman akan diperlakukan secara
adil di hari kiamat. Mereka akan ditempatkan di dalam kehidupan yang penuh kesenangan.
Mereka akan memandangi dan mentertawakan orang-orang kafir dari tempat-tempat yang
indah. Sementara orang-orang kafir itu akan mendapatkan balasan buruk yang setimpal dengan
perbuatan mereka di dunia.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

84. Al-Insyiqaq
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Insyiqaq (Al-Insyiqaaq, Peristiwa Terbelahnya Langit) adalah surah ke-84 dalam Al-
Qur’an. Dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris disebut “The Splitting, The Splitting Of The
Sky, Bursting Asunder, Ripped Apart, Splitting Open, The Bursting, The Cleaving, The Rending,
The Rending Asunder.” Surah ini terdiri atas 25 ayat dan termasuk golongan surah-surah
Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah
maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-83 setelah surah Al-Infithaar
dan sebelum surah Ar-Ruum.
Surah ini dinamakan Al-Insyiqaq yang berarti Terbelah. Diambil dari kata “insyaqqath” yang
terdapat pada ayat pertama surah ini, yang pokok katanya ialah insyiqaaq. “Idzaa alssamaau
insyaqqath…”
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini diikuti dengan penjelasan
sebagian tanda kiamat dan tunduknya langit dan bumi pada perintah Allah. Bila langit terbelah,
sebagai pertanda akan hancur. Bila bumi diperluas dengan diratakannya gunung-gunung dan
tebing-tebingnya. Menurut perintah Tuhan untuk memperluas kawasan dan mengosongkan isi
perutnya. Dan begitulah seharusnya. Apabila peristiwa-peristiwa itu telah terjadi, manusia akan
segera menerima balasan amal perbuatan masing-masing.
Diterangkan pula di sini bahwa manusia akan dipertemukan dengan Tuhan, dan bahwa setiap
perbuatan manusia dicatat dalam sebuah kitab yang kelak akan diperlihatkan kepada dirinya.
Barangsiapa menerima catatan perbuatannya melalui tangan kanan, maka ia akan dihisab
dengan mudah. Sebaliknya, siapa yang menerimanya melalui tangan kiri, maka ia akan meminta
perlindungan dari sengatan api neraka. Pada ayat selanjutnya, Allah bersumpah demi berbagai
fenomena keTuhanan yang sekiranya dapat merebut hati manusia beriman pada hari kiamat.
Akan tetapi orang-orang kafir tetap tidak mau beriman, enggan merenungkan dan tunduk pada
hukum Al-Qur’an.
Surat al-Insyiqâq ditutup dengan pernyataan ancaman bahwa Allah SWT mengetahui apa saja
yang menjadi rahasia orang-orang kafir. Allah telah menyiapkan bagi orang-orang yang ingkar
siksa yang amat memilukan dan menyediakan pahala yang abadi dan tidak akan terputus bagi
orang-orang beriman.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

85. Al-Buruj
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Buruj (Al-Buruuj, Gugusan Bintang) adalah surah ke-85 dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir
Al-Qur’an berbahasa Inggeris disebut “The Constellations, The Houses, The Houses of the
Zodiac, The Towering Constellations, Zodiacal Signs, Signs of the Zodiac.” Surah ini terdiri atas
22 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau
melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan
pada urutan ke-27 setelah surah Asy-Syams dan sebelum surah At-Tiin.
Surah ini dinamakan Al-Buruj yang berarti Gugusan Bintang. Diambil dari kata “Al-Buruuj” yang
terdapat pada ayat pertama surah ini. “Waalssamaa-i dzaati alburuuj…”
Didahului dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim, di dalam surat al-Burûj terdapat hiburan,
sekaligus peringatan, untuk orang-orang beriman. Juga ancaman bagi kalangan penentang
agama. Surat ini dibuka dengan sumpah Allah SWT dengan menyebut berbagai bukti
kekuasaanNYA bahwa orang yang menyakiti orang-orang Mukmin akan dijauhkan dari rahmat
Allah sebagaimana yang terjadi pada orang-orang ingkar sebelum mereka.
Ayat-ayat lain secara terperinci menuturkan perlakuan para tiran atas kesewenang-wenangan
mereka terhadap orang-orang beriman. Orang-orang yang mempunyai api dengan bahan bakar
yang dinyalakan untuk menyiksa orang-orang Mukmin. Yaitu ketika mereka duduk di sekitar
perapian itu sambil menyaksikan orang-orang Mukmin yang disiksa. Mereka benar-benar
menyadari tindakan penyiksaan yang mereka lakukan atas orang-orang beriman. Mereka
menyiksa orang-orang mukmin itu hanya karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah
Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. Kelak, kedua belah pihak akan mendapat balasannya
masing-masing.
Dinyatakan pula dengan tegas, dalam surat ini, bahwa kebenaran akan selalu mendapat
tantangan sepanjang masa. Disebutkan pula bahwa Al-Qur’an yang merupakan penyokong
kebenaran, meski mendapat tantangan amat berat dari pihak pendusta, akan tetap terpelihara
dari keraguan karena berada di Al-Lawh Al-Mahfûzh.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

86. Ath-Thariq
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Ath-Thariq (Ath-Thaariq, Yang Tampak Pada Malam Hari) adalah surah ke-86 dalam Al-
Qur’an. Dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris disebut “The Nightly Visitor, The Night Star,
The Night-Comer, The Night-Visitant, The Nightcomer, The Nightly Visitant, The Piercing Star.”
Surah ini terdiri atas 17 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah karena diturunkan
di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah
ini diturunkan pada urutan ke-36 setelah surah Al-Balad dan sebelum surah Al-Qamar.
Surah ini dinamakan Ath-Thariq yang berarti Yang Tampak/Datang Pada Malam Hari. Diambil
dari kata Ath Thaariq yang terdapat pada ayat pertama surat ini. “Waalssamaa-i
waalththaariq…”
Surah ini didahului dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim. Menyebut nama Allah, satu-
satunya Tuhan yang berhak disembah. Yang memiliki seluruh sifat Kesempurnaan dan
Tersucikan dari segala bentuk kekurangan. DIAlah Pemilik Rahmah (sifat kasih) yang tak habis-
habisnya. Yang menganugerahkan segala macam kenikmatan, yang besar maupun kecil.
Surat kedelapan puluh enam dalam urutan mushaf Al-Qur’an ini dimulai dengan sumpah Allah
dengan menyebut berbagai bukti kekuasaan Tuhan. Sekaligus, menegaskan bahwa setiap diri
manusia mempunyai seorang penjaga dan pengawas. Allah bersumpah demi langit dan bintang
yang bermunculan di waktu malam. Tahukah manusia apa hakikat bintang itu? Bintang adalah
benda langit yang cahayanya menembus kegelapan. Setiap manusia pasti didampingi oleh
penjaga yang mengawasi dan mencatat amal perbuatannya.
Manusia diharuskan memikirkan asal dan perkembangan hidupnya yang bermula dari air yang
memancar. Dari kejadian penciptaan ini mestinya dapat ditemukan sebuah bukti bahwa Tuhan
yang telah menciptakan manusia itu pasti sanggup menjadikan mereka hidup kembali sesudah
mengalami fase kematian.
Di bagian lain terdapat pula ayat yang berisi sumpah Allah SWT untuk menyatakan bahwa Al-
Qur’an adalah kitab suci yang membedakan antara yang benar dan yang palsu. Al-Qur’an bukan
senda gurau. Meskipun demikian, orang-orang kafir tetap ingkar dan berupaya melakukan tipu
daya terhadap Al-Qur’an. Namun Allah membalas makar mereka dengan makar lain yang lebih
jitu.
Surat ini ditutup dengan pernyataan agar orang-orang kafir diberikan tangguhan waktu.
Tangguhkanlah persoalan orang-orang kafir. Berikan mereka waktu hingga Allah
memerintahkan dengan sesuatu yang pasti.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

87. Al-A'la
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-A'la (Al-A'laa, Yang Mahatinggi, Yang Paling Tinggi, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa
Inggeris “The Most Exalted, Glory to Lord in the Highest, The Highest, The Most High”) adalah
surah ke-87 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 19 ayat dan termasuk golongan surah-surah
Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah
maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-8 setelah surah At-Takwiir dan
sebelum surah Al-Lail.
Surah ini dinamakan Al-A'la yang berarti Yang Mahatinggi. Diambil dari kata “Al A’laa: Sabbihi
isma rabbika al-a'laa …” yang terdapat pada ayat pertama surah ini.
Muslim meriwayatkan dalam kitab Al Jumu'ah, dan diriwayatkan pula oleh Ashhaabus Sunan,
dari Nu'man bin Basyir bahwa Rasulullah SAW pada shalat dua hari Raya (Fitri dan Adha) dan
shalat Jumat membaca surat Al A´laa pada rakaat pertama, dan surat Al Ghaasyiyah pada rakaat
kedua.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini dibuka dengan pernyataan tasbih
bagi Allah SWT. Pencipta semua makhluk yang semuanya setara dalam ketelitian dan
kesempurnaan. Allah menciptakan segala sesuatu menurut kadarnya masing-masing sehingga
dapat menjaga kelangsungan wujudnya. DIA, Yang mengeluarkan dari dalam bumi aneka ragam
tumbuhan sebagai sarana penggembalaan ternak.
Selain itu, dalam surat ini dinyatakan pula bahwa Allah berkehendak membacakan Al-Qur’an
kepada Nabi Muhammad yang selanjutnya mendapat perintah untuk menghafalkannya.
Muhammad tidak akan lupa sedikit pun kecuali beberapa hal yang memang dikehendaki Allah.
Allah pun berjanji akan memberikan kemudahan kepadanya.
Surat ini kemudian memerintah Nabi Muhammad untuk memberi peringatan kepada manusia.
Dengan Al-Qur’an, orang-orang yang takwa kepada Allah akan mendapat pelajaran. Sementara
orang-orang yang celaka dan akan menjadi penghuni neraka bakal menolak.
Ayat-ayat yang lain memuat pernyataan bahwa kemenangan yang sesungguhnya akan
diperoleh golongan manusia yang menyucikan diri, berzikir dan bersembahyang. Surat ini
ditutup dengan sebuah ayat yang berisi pemberitahuan bahwa ajaran yang terkandung di
dalamnya telah termuat pula dalam kitab-kitab Ibrahim dan Mûsâ.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

88. Al-Ghasyiyah
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Ghasyiyah (Al-Ghaasyiyah, Hari Pembalasan atau Hari Penghakiman) adalah surah ke-
88 dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris disebut “The Enveloper, The
Overpowering, The Overwhelmer, The Overwhelming, The Overwhelming Event, The Pall, The
Whelming.” Surah ini terdiri atas 26 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah karena
diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya,
maka surah ini diturunkan pada urutan ke-68 setelah surah Adz-Dzariyaat dan sebelum surah
Al-Kahfi.
Surah ini dinamakan Al-Ghasyiyah yang berarti Hari Pembalasan. Diambil dari kata Al-Ghasyiyah
yang terdapat pada ayat pertama surah ini. “Hal ataaka hadiitsu alghaasyiyah…”
Surah ini didahului dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim. Menyebut nama Allah, satu-
satunya Tuhan yang berhak disembah. Yang memiliki seluruh sifat Kesempurnaan dan
Tersucikan dari segala bentuk kekurangan. DIAlah Pemilik Rahmah (sifat kasih) yang tak habis-
habisnya. Yang menganugerahkan segala macam kenikmatan, yang besar maupun kecil.
Surat ini diawali dengan gaya bahasa yang memancing kita untuk mengetahui peristiwa apa
yang akan terjadi pada hari kiamat. Disebutkan, misalnya, bahwa manusia pada hari itu terbagi
menjadi dua golongan. Pertama, mereka yang tidak menyambut kedatangan hari itu dengan
penghormatan, kemudian mereka masuk ke dalam neraka jahanam yang sangat panas. Dan,
kedua, mereka yang menyambut hari itu dengan rasa gembira dengan rahmat dan perkenan
Tuhan yang disediakan untuk mereka.
Kemudian pembicaraan diarahkan kepada pemaparan bukti-bukti yang jelas akan kekuasaan
Allah untuk membangkitkan kembali manusia. Pembuktian yang diambil dari hal-hal yang
mereka saksikan dengan mata kepala mereka sendiri dan mereka ambil manfaatnya dalam
kehidupan mereka sehari-hari.
Setelah menyebutkan bukti-bukti ini, surat ini beralih memerintah Rasulullah untuk memberi
peringatan, karena hal itu merupakan misi utamanya. Perintah kepada Rasulullah untuk
memberi peringatan ini disertai dengan keterangan bahwa dirinya tidak mempunyai kekuasaan
apa-apa. Sehingga, tidak dapat memaksa mereka untuk beriman.
Diikuti pula dengan keterangan bahwa orang yang menolak untuk beriman dan tetap bersikap
kafir setelah peringatan ini pasti akan mendapat balasan dan siksaan yang amat besar dari Allah
saat ia kembali kepadaNYA kelak setelah ia mati. Sebab, mereka semua akan kembali
kepadaNYA dan akan diperhitungkan olehNYA.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

89. Al-Fajr
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Fajr (Fajar, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Dawn atau The Daybreak”)
adalah surah ke-89 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 30 ayat dan termasuk golongan
surah-surah Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode
turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-10 setelah
surah Al-Lail dan sebelum surah Adh-Duhaa.
Surah ini dinamakan Al-Fajr yang berarti Fajar. Diambil dari kata Al-Fajr yang terdapat pada ayat
pertama surah ini. “Waalfajr…”
Surah ini didahului dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim. Menyebut nama Allah, satu-
satunya Tuhan yang berhak disembah. Yang memiliki seluruh sifat Kesempurnaan dan
Tersucikan dari segala bentuk kekurangan. DIAlah Pemilik Rahmah (sifat kasih) yang tak habis-
habisnya. Yang menganugerahkan segala macam kenikmatan, yang besar maupun kecil.
Surat ini dimulai dengan sejumlah sumpah demi beberapa gejala alam yang bertujuan untuk
mengarahkan perhatian kepada sejumlah bukti kekuasaan Allah. Juga menunjukkan bahwa
orang-orang yang ingkar kepada Allah dan kebangkitan, serta sewenang-wenang akan
mendapat siksa seperti orang-orang sebelum mereka yang juga mendustakannya. Termasuk
orang-orang yang secara lahiriyah sangat kuat.
Setelah itu, dalam surat ini diutarakan pula ketetapan dan sunnatullâh untuk menguji hamba-
hambaNYA. Baik ujian yang baik maupun yang buruk. Diutarakan pula bahwa jika Allah
memberikan karunia kepada seseorang dan tidak memberikannya kepada orang lain, hal itu
tidak serta merta menunjukkan perkenan dan kemurkaan Allah.
Kemudian pembicaraan diarahkan kepada orang-orang yang menjadi sasaran surat ini. Yaitu
bahwa keadaan mereka menunjukkan bahwa mereka sangat tamak dan kikir. Mereka tidak
memuliakan anak yatim. Tidak saling menganjurkan untuk memberi makan orang miskin. Juga
karena mereka memakan harta waris dengan mencampuradukkannya, tidak memisahkan
antara yang hak dan yang batil.
Surat ini kemudian diakhiri dengan isyarat tentang penyesalan orang-orang yang melampaui
batas. Penyesalan mereka seandainya dahulu mereka melakukan perbuatan-perbuatan baik
yang dapat menyelamatkan dan menolong diri mereka dari kedahsyatan bencana hari kiamat.
Juga tentang kelembutan yang diterima oleh jiwa yang tenang, yang telah mengerjakan
perbuatan-perbuatan baik dan tidak melampaui batas. Serta panggilan untuk masuk ke dalam
golongan hamba-hamba Allah yang mendapatkan penghormatan di dalam surgaNYA.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

90. Al-Balad
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Balad (Kota, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The City, (This) Countryside,
The Earth, The Land, The Town,”) adalah surah ke-90 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 20
ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat
dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada
urutan ke-35 setelah surah Qaaf dan sebelum surah Ath-Thaariq.
Surah ini dinamakan Al-Balad yang berarti Kota. Diambil dari kata Al-Balad yang terdapat pada
ayat pertama surah ini. “Laa uqsimu bihaadzaa albalad…” Yang dimaksud dengan kota dalam
ayat ini ialah kota Mekah.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, Allah bersumpah demi tanah suci, Mekah.
Tempat Nabi Muhammad SAW lahir dan besar, serta merupakan tempat yang sangat
dicintainya. Selain itu, Allah juga bersumpah dari fenomena bapak dan anak manusia. Sebab,
melalui bapak dan anak itu, Allah menjaga keberadaan dan kelangsungan hidup manusia.
Bunyi sumpah yang disebutkan itu adalah bahwa manusia diciptakan dalam keadaan sulit dan
susah payah. Tetapi kemudian ia berubah menjadi sombong dan menganggap bahwa
kekuasaannya tidak tertandingi. Menganggap bahwa ia telah memiliki harta sangat banyak yang
dikeluarkannya untuk memuaskan hawa nafsunya. Apakah ia menyangka bahwa perbuatannya
itu tidak diketahui oleh siapa pun, bahkan oleh Penciptanya sendiri?
Setelah itu Allah menampakkan segala yang dikaruniakan kepada manusia. Yang memudahkan
manusia untuk mengetahui jalan-jalan petunjuk dan melampaui segala kesulitan agar manusia
kelak menjadi golongan kanan. Yaitu penghuni surga. Sekaligus, menjauhi segala yang
menjadikannya termasuk golongan kiri, yaitu orang-orang yang dicampakkan ke neraka yang
pintu-pintunya kemudian ditutup.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

91. Asy-Syams
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Asy-Syams (Matahari, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Sun”) adalah surah
ke-91 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 15 ayat dan termasuk golongan surah-surah
Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah
maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-26 setelah surah Al-Qadr dan
sebelum surah Al-Buruuj.
Surah ini dinamakan Asy-Syams yang berarti Matahari. Diambil dari kata Asy-Syams yang
terdapat pada ayat pertama surah ini. “Waalsysyamsi wadhuhaahaa…”
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, pada permulaan surat ini, Allah bersumpah
demi sejumlah makhluk ciptaanNYA. Berbagai ciptaan yang begitu besar. Yang menunjukkan
betapa Mahaesa, Mahakuasa, Mahasempurna dan Mahaagung kekuasaanNYA.
Lalu Allah mengenalkan kebaikan dan keburukan kepada manusia, serta memberikan
kemampuan untuk melakukan salah satu yang diinginkan dari kedua hal itu. Bahwa orang yang
menyucikan dirinya dengan keimanan dan ketaatan akan memperoleh kemenangan dan
keberuntungan. Sedangkan orang yang mencelakakan dirinya dengan bersikap ingkar dan
berbuat maksiat akan memperoleh kerugian.
Kemudian, Allah memperlihatkan bencana yang terjadi pada bangsa Tsamud, kaum Nabi Saleh,
sebagai salah satu contoh yang dapat dijadikan pelajaran oleh setiap pembangkang dan
pendusta. Dikisahkan, misalnya, bahwa ketika kaum Tsamud itu mendustakan Rasul yang diutus
kepada mereka dan menyembelih untanya padahal sudah diperingatkan, Allah membinasakan
mereka semua. Allah tak akan pernah khawatir terhadap akibat pembinasaan dan apa yang
ditimpakanNYA kepada mereka. Allah Yang Mahakuasa memang tidak akan ditanya tentang apa
yang telah diperbuat. Hal itu juga merupakan balasan yang setimpal atas apa yang mereka
lakukan. Allah telah menurunkan kepada mereka apa yang berhak mereka terima.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab
92. Al-Layl
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Layl (Al-Lail, Malam, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Night”) adalah
surah ke-92 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 21 ayat dan termasuk golongan surah-surah
Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah
maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-9 setelah surah Al-A’laa dan
sebelum surah Al-Fajr.
Surah ini dinamakan Al-Layl yang berarti Malam. Diambil dari kata Al-Layl yang terdapat pada
ayat pertama surah ini. “Waallayli idzaa yaghsyaa…”
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, dalam surat ini, Allah SWT bersumpah
dengan tiga sumpah bahwa perbuatan manusia sangat beragam. Ada yang termasuk dalam
kategori petunjuk (hudâ) dan ada pula yang termasuk dalam kategori kesesatan (dlalâl). Ada
yang membuat gembira pelakunya dan ada pula yang membuat celaka.
Orang yang mau menginfakkan hartanya, bertakwa dan membenarkan adanya hal-hal yang
baik, yaitu beriman kepada Allah berdasarkan keyakinan, akan diberikan kemudahan oleh Allah.
Sebaliknya, orang yang kikir, merasa cukup dan mendustakan adanya hal-hal yang baik, akan
mendapatkan kesulitan dari Allah. Kekayaannya tidak akan berguna lagi ketika ia terjerumus ke
dalam neraka.
Sedangkan ayat-ayat selanjutnya menjelaskan bahwa Allah SWT menjamin akan menunjukkan
berbagai jalan petunjuk, sebagai suatu karunia dariNYA. Hanya milikNYA ihwal kehidupan dunia
dan akhirat. Allah memperingatkan dengan neraka yang akan membakar orang-orang yang
celaka. Sedangkan orang-orang yang bertakwa akan dijauhkan dari neraka itu.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

93. Ad-Duha
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Ad-Duha (Adh-Dhuhaa, Waktu Duha, Waktu Matahari Sepenggalah Naik) adalah surah
ke-93 dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Morning Brightness,
Daylight, Early Hours of Morning, Morning Bright, Morning Light, The Forenoon, The Glorious
Morning Light, The Morning.” Surah ini terdiri atas 11 ayat dan termasuk golongan surah-surah
Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah
maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-11 setelah surah Al-Fajr dan
sebelum surah Al-Insyirah.
Surah ini dinamakan Ad-Duha yang berarti Waktu Duha. Yakni waktu matahari mulai naik
sepenggalah sampai siang. Diambil dari kata Adh-Dhuhaa yang terdapat pada ayat pertama
surah ini.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini dibuka dengan sumpah demi dua
waktu yang menggambarkan jam kerja dan jam istirahat. Bahwa Allah tidak akan meninggalkan
dan membenci RasulNYA Muhammad SAW. Kedudukan tinggi di akhirat yang dijanjikan Allah
kepadanya jauh lebih baik daripada apa yang dikaruniakanNYA di dunia.
Kemudian Allah bersumpah pula bahwa DIA akan memberi Rasulullah sesuatu yang
membuatnya merasa puas. Keadaan masa lalu yang dialami Rasulullah merupakan bukti dari itu
semua. Betapa, sebelumnya, Rasulullah adalah seorang anak yatim, tetapi kemudian mendapat
perlindungan dari Allah. Betapa ia mengalami kebingungan, tetapi kemudian mendapat
petunjuk dari Allah. Dan betapa pula ia adalah seorang fakir, tetapi kemudian memperoleh
penghidupan yang cukup dari Allah.
Ayat-ayat selanjutnya dalam surat ini mengajak untuk menghormati anak yatim, tidak
menghardik orang yang meminta-minta dan selalu bersyukur menyebutkan nikmat Allah.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

94. Al-Insyirah
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Surah Al-Insyirah (Alam-Nasyrah, Kelapangan Dada) adalah surah ke-94 dalam Al-Qur’an.
Dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Opening, The Opening of the Breast, Broadened
Breast, Comfort, Consolation, Relief, The Expanding, The Expansion, The Opening Up, The
Opening of The Heart, The Opening-Up of the Heart.” Surah ini terdiri atas 8 ayat dan termasuk
golongan surah-surah Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah
periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-12
setelah surah Adh-Duhaa dan sebelum surah Al-‘Ashr.
Surah ini dinamakan Al-Insyirah atau Alam-Nasyrah yang berarti Kelapangan Dada. Diambil dari
kata Alam-Nasyrah yang terdapat pada ayat pertama surah ini. “Alam nasyrah laka shadrak…”
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini memaparkan bahwa Allah SWT
telah melapangkan dan menjadikan hati NabiNYA, Muhammad SAW sebagai tempat turunnya
berbagai rahasia dan ilmu pengetahuan. Disebutkan pula bahwa Allah juga telah
menghilangkan beban menyampaikan dakwah yang terasa berat dari punggungnya. Juga,
bahwa Allah menggandeng nama Muhammad dengan namaNYA dalam kalimat syahadat yang
menjadi dasar akidah dan syiar-syiar agama.
Ayat-ayat selanjutnya, dalam surat ini, mengemukakan salah satu sunnatullâh yaitu bahwa
kemudahan akan selalu menyertai kesulitan. Sesungguhnya dalam setiap kesulitan terdapat
kemudahan yang banyak pula.
Surat ini ditutup dengan ajakan untuk berusaha mengerjakan kebaikan lain setiap kali selesai
mengerjakan suatu kebaikan. Juga, untuk menjadikan Tuhan sebagai tujuannya. Karena
memang DIA-lah Tuhan Yang Mahakuasa untuk menolongnya.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

95. At-Tin
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah At-Tin (At-Tiin, Buah Tin, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Fig”) adalah
surah ke-95 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 8 ayat dan termasuk golongan surah-surah
Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah
maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-28 setelah surah Al-Buruuj
dan sebelum surah Quraisy.
Surah ini dinamakan At-Tin yang berarti Buah Tin. Diambil dari kata At-Tiin yang terdapat pada
ayat pertama surah ini. “Waalttiini waalzzaytuun…”
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, pada bagian awal surat ini Allah
bersumpah demi buah Tin dan Zaitun. Dua macam buah yang mengandung keberkahan dan
manfaat yang amat besar. Serta demi dua tempat yang terhormat, bukit Sinai dan kota Mekah.
Bahwa Allah menciptakan manusia dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Dilengkapi dengan
akal, kehendak dan sifat-sifat kesempurnaan yang lain.
Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa jika manusia tidak melakukan perbuatan sesuai dengan
tujuan penciptaannya maka derajatnya akan turun serendah-rendahnya. Kecuali orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh. Mereka yang beriman dan beramal saleh itu pasti akan
memperoleh karunia yang luas dari Allah.
Terakhir, surat ini menantang orang-orang yang mendustakan hari kebangkitan setelah
munculnya bukti-bukti kekuasaanNYA dan berita tentang hikmahNYA. Apakah yang
menyebabkan kamu mendustakan hari kebangkitan dan hari pembalasan, setelah jelas
kekuasaan Allah untuk melakukan hal itu? Bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya?
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

96. Al-'Alaq
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-'Alaq (Segumpal Darah) adalah surah ke-96 dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir Al-Qur’an
berbahasa Inggeris disebut “The Clinging Mass, Clots of Blood, Proclaim, Read, Recite, The
Blood-clot, The Clinging Clot, The Clinging Form, The Clot, The Embryo.” Surah ini terdiri atas 19
ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat
dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, terutama lima ayat pertama, yaitu
pada waktu Nabi Muhammad SAW bertafakur di gua Hira, maka surah ini diturunkan pada
urutan pertama dan diturunkan sebelum surah Al-Qalam.
Surah ini dinamakan Al-'Alaq yang berarti Segumpal Darah. Diambil dari kata 'Alaq yang
terdapat pada ayat ke-2 surah ini. “…khalaqa al-insaana min 'alaq…” Dinamai juga dengan Iqra',
diambil dari ayat pertama surah ini.
Surah ini didahului dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim. Menyebut nama Allah, satu-
satunya Tuhan yang berhak disembah. Yang memiliki seluruh sifat Kesempurnaan dan
Tersucikan dari segala bentuk kekurangan. DIAlah Pemilik Rahmah (sifat kasih) yang tak habis-
habisnya. Yang menganugerahkan segala macam kenikmatan, yang besar maupun kecil.
Dalam surat ini terdapat ajakan untuk membaca dan belajar. Disebutkan bahwa Tuhan Yang
Mahakuasa menciptakan manusia dari asal yang lemah akan mampu pula untuk
mengajarkannya menulis. Suatu sarana penting untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Dan
tentu mampu pula mengajarkan manusia sesuatu yang belum pernah diketahuinya. Allahlah
yang mengajarkan ilmu kepada manusia.
Selain itu, surat ini mengingatkan kita bahwa kekayaan dan kekuasaan adakalanya dapat
mendorong manusia untuk melanggar hukum dan ketentuan Allah. Padahal, semuanya pasti
akan kembali kepadaNYA. Pembicaraan ini diarahkan kepada siapa saja yang layak mendapat
peringatan, terutama orang-orang yang berlaku tiran dan menghalangi orang lain untuk
berbuat baik.
Mereka yang disebutkan terakhir ini diancam akan masuk neraka. Ketika itu, penolong-
penolong mereka tidak akan berguna lagi. Malaikat Zabaniyah akan menyeret orang yang
melarang tersebut dengan para pendukungnya ke dalam neraka.
Akhirnya, surat ini ditutup dengan ajakan kepada mereka yang mematuhi dan melaksanakan
perintah Allah untuk mengambil sikap yang berlawanan dengan para pembangkang dan
pendusta itu. Ajakan untuk mendekatkan diri dengan melakukan kataatan kepada Tuhan
semesta alam.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

97. Al-Qadr
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Qadr (Kemuliaan) adalah surah ke-97 dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir Al-Qur’an
berbahasa Inggeris disebut “The Ordainment, Determination, Honour, Power, The Glory, The
Night of Empowering Decree, The Night of Glory, The Night of Power.” Surah ini terdiri atas 5
ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat
dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada
urutan ke-25 setelah surah Abasa dan sebelum surah Asy-Syams.
Surah ini dinamakan Al-Qadr yang berarti Kemuliaan. Diambil dari kata Al-Qadr yang terdapat
pada ayat pertama surah ini. “Innaa anzalnaahu fii laylati alqadr…”
Menurut para mufassir, Kitab Al-Qur’an mulai diturunkan pada waktu Lailatul Qadr meski tiada
kata Al-Qur’an dalam surah ini. Pada ayat keempat dikatakan bahwa dalam Lailatul Qadr, para
malaikat beserta "Al-Ruh" hadir ke dunia untuk mengatur berbagai urusan. Penentuan kapan
terjadinya Lailatul Qadr di bulan Ramadhan masih sering diperdebatkan oleh berbagai mazhab.
Surah ini didahului dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim. Menyebut nama Allah, satu-
satunya Tuhan yang berhak disembah. Yang memiliki seluruh sifat Kesempurnaan dan
Tersucikan dari segala bentuk kekurangan. DIAlah Pemilik Rahmah (sifat kasih) yang tak habis-
habisnya. Yang menganugerahkan segala macam kenikmatan, yang besar maupun kecil.
Dalam surat ini terdapat penjelasan tentang Al-Qur’an dan malam diturunkannya. Selain itu
juga penjelasan bahwa malam tersebut mempunyai nilai keutamaan yang lebih baik dari seribu
bulan. Juga terdapat keterangan bahwa para malaikat, termasuk malaikat Jibrîl, pada malam itu
turun ke bumi atas izin Allah untuk membawa segala perintah. Malam itu berisi kedamaian dan
keselamatan sampai fajar menyingsing.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

98. Al-Bayyinah
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Bayyinah (Bukti Yang Nyata) adalah surah ke-98 dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir Al-
Qur’an berbahasa Inggeris disebut “The Proof, The Clear Evidence, The Clear Proof, The Clear
Sign, The Evidence, The Proof of a Decisive Revelation.” Surah ini terdiri atas 8 ayat dan
termasuk golongan surah-surah Madaniyyah karena diturunkan di Medinah. Kalau melihat dari
sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan
ke-100 setelah surah Ath-Thalaaq dan sebelum surah Al-Hasyr.
Surah ini dinamakan Al-Bayyinah yang berarti Pembuktian atau Bukti Yang Nyata. Diambil dari
kata Al-Bayyinah yang terdapat pada ayat pertama surah ini. “…hattaa ta/tiyahumu
albayyinah…”
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini diikuti pernyataan bahwa melalui
kitab suci yang ada pada mereka, para Ahl Al-Kitâb mengetahui bahwa akan muncul seorang
Nabi akhir zaman. Sedangkan orang-orang musyrik Mekah mengetahui hal itu melalui mereka.
Hal itu semestinya membuat mereka percaya ketika Nabi itu benar-benar telah diutus.
Tetapi, ketika seseorang dari kalangan mereka diangkat untuk menjadi Rasul utusan Allah, dan
diperkuat dengan Al-Qur’an, mereka saling berselisih dan mengingkari janji. Mereka tidak
dibebani tugas kecuali agar ibadah mereka hanya ditujukan kepada Allah dengan ikhlas, agar
mereka menjauhi kebatilan, beristikamah dalam kebenaran dan agar mereka selalu
melaksanakan salat dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus. Pengingkaran para Ahl Al-
Kitâb, terutama orang-orang yang dengki dari kalangan mereka, lebih dari pengingkaran para
musyrikin. Kelak, di akhirat, mereka semua akan hidup abadi di dalam api neraka.
Sedangkan orang-orang Mukmin yang memiliki kedudukan yang tinggi adalah sebaik-baiknya
makhluk. Balasan yang disediakan untuk mereka adalah kehidupan abadi di dalam surga dan
kepuasan dengan apa yang dicapainya. Kenikmatan ini diperuntukkan bagi mereka yang takwa
kepada Tuhannya.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

99. Az-Zalzalah
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Az-Zalzalah (Goncangan) adalah surah ke-99 dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir Al-Qur’an
berbahasa Inggeris disebut “The Quake, The Convulsion, The Earthquake, The Quaking, The
Shaking, The Shock, The Quake of the Earth in Utter Destruction.” Surah ini terdiri atas 8 ayat
dan termasuk golongan surah-surah Madaniyyah karena diturunkan di Medinah. Kalau melihat
dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada
urutan ke-93 setelah surah An-Nisaa’ dan sebelum surah Al-Hadiid.
Surah ini dinamakan Az-Zalzalah yang berarti Goncangan. Diambil dari kata Zilzaal yang
terdapat pada ayat pertama surat ini. “Idzaa zulzilati al-ardhu zilzaalahaa…”
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, ayat-ayat dalam surat ini memaparkan
salah satu peristiwa yang terjadi pada hari kiamat. Ketika bumi digoncangkan dengan
goncangan yang dahsyat. Kemudian bumi pun mengeluarkan kekayaan alam dan orang-orang
mati yang ada di dalamnya. Dan manusia berkata dengan penuh heran dan takut, "Mengapa
bumi menjadi begini?"
Ketika itu bumi menceritakan kepada manusia tentang dirinya mengapa seperti itu. "Tuhan
Sang Pencipta dan Pemeliharamu telah memerintahkanku untuk bergetar dan bergoncang.
Maka, aku pun segera melakukan perintahNYA itu."
Ketika itu manusia bangkit dari kuburnya dan berpencar dengan cepat untuk mengetahui
perhitungan dan pembalasan mereka yang telah dijanjikan Allah. Barangsiapa yang
mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat balasannya. Barangsiapa
yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat balasannya pula.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

100. Al-'Adiyat
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-'Adiyat (Al-'Aadiyaat, Kuda-Kuda Perang Yang Berlari Kencang) adalah surah ke-100
dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris disebut “The Chargers, Snorting
Steeds, The Charging Mares, The Charging Steeds, The War Steeds, Those That Run, Those Who
Run.” Surah ini terdiri atas 11 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah karena
diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya,
maka surah ini diturunkan pada urutan ke-14 setelah surah Al-‘Ashr dan sebelum surah Al-
Kautsar.
Surah ini dinamakan Al-'Adiyat yang berarti Berlari Kencang. Diambil dari kata Al-'Aadiyaat yang
terdapat pada ayat pertama surah ini. “Waal'aadiyaati…”
Surah ini didahului dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim. Menyebut nama Allah, satu-
satunya Tuhan yang berhak disembah. Yang memiliki seluruh sifat Kesempurnaan dan
Tersucikan dari segala bentuk kekurangan. DIAlah Pemilik Rahmah (sifat kasih) yang tak habis-
habisnya. Yang menganugerahkan segala macam kenikmatan, yang besar maupun kecil.
Di awal surat ini, Allah bersumpah bersumpah demi kuda-kuda perang yang berlari cepat
sehingga nafasnya yang terengah-engah itu terdengar. Sesungguhnya manusia sangat ingkar
terhadap nikmat Tuhan yang tak terbilang. Kelak, di akhirat, ia akan menjadi saksi bagi dirinya
sendiri. Kecintaanya pada harta benda dan kekayaan telah menjadikannya kikir.
Sedang pada bagian akhir surat ini disebutkan tentang hari kebangkitan dan peringatan akan
adanya perhitungan dan pembalasan. Sesungguhnya Tuhan Pemelihara dan Pencipta mereka
benar-benar Maha Mengetahui segala perbuatan dan pembalasan mereka pada hari
kebangkitan dan perhitungan.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

101. Al-Qari'ah
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Qari'ah (Al-Qaari'ah, Hari Kiamat) adalah surah ke-101 dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir
Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Catastrophe, The Calamity, The Clatterer, The Crashing Blow,
The Day of Noise and Clamour, The Disaster, The Great Calamity, The Great Pounding, The
Smiter, The Stunning (Blow).” Surah ini terdiri atas 11 ayat dan termasuk golongan surah-surah
Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah
maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-30 setelah surah Quraisy dan
sebelum surah Al-Qiyaamah.
Surah ini dinamakan Al-Qari'ah yang berarti Keguncangan, Kegemparan atau Hari Kiamat.
Diambil dari kata Al-Qaari'ah yang terdapat pada ayat pertama surah ini. “Alqaari'ah…”
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini dimulai dengan memberitakan
kedahsyatan hari kiamat yang memekakkan pendengaran manusia. Di samping itu, surat ini
juga menjelaskan tentang sebagian peristiwa besar tersebut, terutama yang berhubungan
dengan manusia dan gunung.
Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran, melayang ke kanan dan ke kiri,
dalam keadaan lemah dan terhina. Dan gunung-gunung menjadi seperti bulu berwarna yang
dihamburkan, bagian-bagiannya terpisah, beterbangan di udara ke sana ke mari.
Kemudian, memberitakan bahwa orang yang berat timbangannya, karena lebih banyak
melakukan kebaikan, akan berada dalam kehidupan yang menyenangkan. Sedangkan orang
yang ringan timbangannya karena lebih banyak melakukan kejahatan, maka tempat kembalinya
adalah neraka Hawiyah. Yaitu api yang sangat panas, yang tingkat kepanasannya tidak akan
pernah dicapai jenis api yang lain.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

102. At-Takatsur
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah At-Takatsur (At-Takaatsur, Bermegah-megahan) adalah surah ke-102 dalam Al-Qur’an.
Dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Rivalry, Competition, Competition for Gain,
Plenitude, Striving for More, The Piling Up, Vying for More and More, Worldly Abundance,
Worldly Gains.” Surah ini terdiri atas 8 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah
karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-
ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-16 setelah surah Al-Kautsar dan sebelum
surah Al-Maa’uun.
Surah ini dinamakan At-Takatsur yang berarti Bermegah-megahan. Diambil dari kata At-
Takaatsur yang terdapat pada ayat pertama surah ini. “Alhaakumu alttakaatsur…”
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini mencela orang-orang yang
disibukkan oleh kemegahan hidup sehingga tidak menjalankan kewajibannya. Saling
membanggakan harta, anak-anak dan pembantu, sehingga tidak menjalankan kewajiban dan
ketaatan sampai ajal datang menjemput.
Allah memperingatkan bahwa mereka nanti akan mengetahui balasan keteledoran mereka.
Sungguh, jika kalian mengetahui dengan yakin betapa buruknya tempat kembali kalian, kalian
pasti akan merasa terkejut dengan gaya hidup kalian yang bermegah-megahan itu. Dan tentu
kalian akan berbekal diri untuk akhirat.
Surat ini diakhiri dengan peringatan bahwa mereka akan menyaksikan api neraka dan akan
ditanya tentang kenikmatan yang mereka salahgunakan. Allah bersumpah bahwa mereka akan
melihat api neraka dengan mata telanjang dan penuh keyakinan. Bahwa kelak mereka akan
ditanya tentang segala karunia yang mereka nikmati secara bermegah-megahan.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

103. Al-'Ashr
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-'Ashr (Masa) adalah surah ke-103 dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa
Inggeris “The Time, Afternoon, The Decline of Time, The Declining Day, The Epoch, The Late
Afternoon, Time and Age, Time through the Ages.” Surah ini terdiri atas 3 ayat dan termasuk
golongan surah-surah Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah
periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-13
setelah surah Al-insyirah dan sebelum surah Al-‘Aadiyaat.
Surah ini dinamakan Al-'Ashr yang berarti Waktu atau Masa. Diambil dari kata Al-'Ashr yang
terdapat pada ayat pertama surah ini. “Waal'ashr…”
Surah ini didahului dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim. Menyebut nama Allah, satu-
satunya Tuhan yang berhak disembah. Yang memiliki seluruh sifat Kesempurnaan dan
Tersucikan dari segala bentuk kekurangan. DIAlah Pemilik Rahmah (sifat kasih) yang tak habis-
habisnya. Yang menganugerahkan segala macam kenikmatan, yang besar maupun kecil.
Dalam surat ini, Allah SWT bersumpah demi masa atau waktu yang dimulai dari tergelincirnya
matahari hingga terbenamnya. Dapat diartikan juga sebagai waktu salat Ashar. Karena masa ini
mengandung banyak keajaiban dan pelajaran yang menunjukkan Kemahakuasaan dan
KemahabijaksanaanNYA.
Bahwa semua manusia berada dalam kerugian karena banyak dikuasai oleh hawa nafsunya.
Kecuali orang-orang yang beriman kepada Allah, mengerjakan amal saleh dengan penuh
kepatuhan, dan saling menasihati sesamanya untuk berpegang teguh pada kebenaran dan
bersabar atas segala kesulitan. Mereka adalah orang-orang yang selamat dari kerugian tersebut
dan beruntung di dunia dan akhirat.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

104. Al-Humazah
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Humazah (Pengumpat) adalah surah ke-104 dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir Al-Qur’an
berbahasa Inggeris “The Scandal-Monger, The Backbiter, The Gossipmonger, The Slanderer, The
Slanderous Reviler.” Surah ini terdiri atas 9 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah
karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-
ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-32 setelah surah Al-Qiyaamah dan sebelum
surah Al-Mursalaat.
Surah ini dinamakan Al-Humazah yang berarti Pengumpat. Diambil dari kata Humazah yang
terdapat pada ayat pertama surah ini. “Waylun likulli humaza…”
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini diikuti dengan peringatan keras
bagi orang yang terbiasa mengumpat dan mencela orang lain. Baik secara eksplisit maupun
implisit. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang suka mengumpat Nabi SAW
dan orang-orang mukmin, seperti Umaiyah bin Khalaf, Walid bin Mughirah dan lain-lainnya.
Juga yang suka menumpuk-numpuk, menghitung-hitung dan membangga-banggakan kekayaan.
Mereka-mereka yang mengira bahwa kekayaannya itu dapat menjamin kelangsungan hidupnya
di dunia.
Dalam surat ini terdapat ancaman masuk neraka yang apinya menyala bagi orang-orang yang
memiliki karakter seperti itu. Api neraka penghancur (Al-Huthamah) itu akan menghancur-
leburkan tubuh dan hati mereka. Sementara mereka merasakan siksaan itu, semua pintu
neraka ditutup. Di dalamnya, mereka dikekang sehingga tidak dapat bergerak dan
menyelamatkan diri.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

105. Al-Fil
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Fil (Al-Fiil, Gajah, dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Elephant”) adalah
surah ke-105 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 5 ayat dan termasuk golongan surah-surah
Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah
maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-19 setelah surah Al-Kaafiruun
dan sebelum surah Al-Falaq.
Surah ini dinamakan Al-Fil yang berarti Gajah. Diambil dari kata Al-Fiil yang terdapat pada ayat
pertama surah ini. “Alam tara kayfa fa'ala rabbuka bi-ash-haabi alfiil…”
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini menceritakan tentang pasukan
bergajah yang hendak menghancurkan Bayt Allâh, Ka'bah. Kisah gagalnya usaha penghancuran
Ka'bah oleh Abrahah (raja Yaman) dan 60.000 tentaranya, termasuk diantaranya pasukan gajah.
Tahun terjadinya peristiwa ini juga dicatat dalam sejarah Islam sebagai Tahun Gajah.
Kemudian, Allah mengalihkannya kepada sebuah pelajaran yang menunjukkan betapa besar
kekuasaan dan balasan Allah terhadap orang-orang yang mengotori kehormatan rumah
suciNYA. Allah memerintahkan balatentaraNYA yang berupa burung untuk menyerang mereka
secara berkelompok dan bertubi-tubi dan mengepung mereka dari segala penjuru. Pasukan
burung itu melempari mereka dengan bebatuan dari tanah yang terbakar.
Menghancurkan pasukan itu sehancur-hancurnya. Mereka dijadikan bagai daun tanaman yang
terkena wabah yang mematikan. Mereka bagaikan daun-daun yang dimakan ulat. Sehingga tak
ada lagi yang tertinggal kecuali bekas-bekasnya saja.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

106. Quraisy
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Quraisy (Quraysy, Suku Quraisy) adalah surah ke-106 dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir Al-
Qur’an berbahasa Inggeris “Quraysh, Koraish, The Quraish, The Quraish (Custodians of the
Ka’ba), The Tribe of Quraysh, The Meccan Tribe of Quraysh.” Surah ini terdiri atas 4 ayat dan
termasuk golongan surah-surah Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari
sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan
ke-29 setelah surah At-Tiin dan sebelum surah Al-Qaari’ah.
Surah ini dinamakan Quraisy yang berarti kaum atau suku Quraisy. Diambil dari kata Quraysy
yang terdapat pada ayat pertama surah ini. “Li-iilaafi quraysy…” Kata Quraisy sendiri merujuk
pada kaum Quraisy yakni kaum atau suku bangsa yang mendapat kepercayaan menjaga Ka'bah.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, dalam surat ini, Allah memberikan karunia
Rumah SuciNYA (Al-Bayt Al-Harâm, Ka'bah) kepada orang Quraisy. Ka’bah yang dapat berperan
melindungi mereka dari serangan musuh. Di samping itu, Allah juga menempatkan mereka
tinggal di sampingnya. Dengan demikian, mereka mendapat kehormatan dan perlindungan
sekaligus.
Mereka dapat pergi ke Yaman pada musim dingin dan ke Syam pada musim panas untuk
berdagang tanpa mendapatkan rintangan dan gangguan dalam perjalanan. Sedang penduduk di
sekitar tempat-tempat itu saling merampok.
Semua itu merupakan nikmat yang mestinya mengharuskan mereka menyembah kepada Tuhan
Pemilik rumah ini (Ka'bah). Yaitu Tuhan Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk
menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

107. Al-Ma'un
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Ma'un (Al-Maa'uun, Kebaikan dan Bantuan) adalah surah ke-107 dalam Al-Qur’an.
Dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Aid, Alms, Almsgiving, Charity, Common
Kindnesses, Helping Others, Needs, Neighbourly Needs, The Neighbourly Assistance, Things of
Common Use.” Surah ini terdiri atas 7 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah
karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-
ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-17 setelah surah At-Takaatsur dan sebelum
surah Al-Kaafiruun.
Surah ini dinamakan Al-Ma'un dari kata Al-Maa'uun yang berarti Kebaikan dan Bantuan,
Bantuan Penting atau Hal-Hal Berguna. diambil dari ayat terakhir dari surah ini.
“…wayamna'uuna almaa'uun …”
Didahului dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini berbicara tentang orang yang
mendustakan pembalasan di akhirat. Di antara sifat-sifatnya yang disebut dalam surat ini
adalah menghina dan mencerca anak yatim dengan kasar, bukan untuk mendidik. Memaksa
dan menyakitinya. Tidak menganjurkan untuk memberi makan orang miskin, karena ia sendiri
kikir terhadap hartanya. Diturunkan berkenaan dengan orang yang bersikap demikian, yaitu Al-
'Ash bin Wail atau juga Walid bin Mughirah.
Selain itu, surat ini menyebutkan sekelompok orang yang menyerupai orang yang mendustakan
pembalasan itu. Mereka adalah orang-orang yang lengah dalam salatnya. Tidak
melaksanakannya sebagaimana mestinya. Yaitu mereka yang lalai dalam salatnya dan tidak
dapat mengambil manfaat apa-apa dari salatnya. Juga termasuk kelompok itu, orang yang riya
dengan pekerjaannya. Yaitu orang-orang yang memperlihatkan pekerjaannya kepada orang
lain, untuk mendapatkan kedudukan dan pujian. Orang yang enggan memberi pertolongan
kepada yang membutuhkan.
Mereka semua diancam dengan kecelakaan dan kehancuran. Suatu ancaman agar manusia
insyaf dan dapat kembali dari kesesatan seperti itu.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

108. Al-Kautsar
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Kautsar (Nikmat Yang Banyak) adalah surah ke-108 dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir Al-
Qur’an berbahasa Inggeris “The Abundance, Abundant Goodness, Plenty, Pre-eminence, The
Great Abundance.” Surah ini terdiri atas 3 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah
karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-
ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-15 setelah surah Al-‘Aadiyaat dan sebelum
surah At-Takaatsur.
Surah ini dinamakan Al-Kautsar yang berarti Nikmat Yang Banyak. Artinya karunia Allah SWT
yang banyak seperti telaga Al-Kautsar bagi penghuni surga. Diambil dari kata Al-Kautsar yang
terdapat pada ayat pertama surah ini. “Innaa a'thaynaaka alkawtsar …”
Surah ini didahului dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim. Menyebut nama Allah, satu-
satunya Tuhan yang berhak disembah. Yang memiliki seluruh sifat Kesempurnaan dan
Tersucikan dari segala bentuk kekurangan. DIAlah Pemilik Rahmah (sifat kasih) yang tak habis-
habisnya. Yang menganugerahkan segala macam kenikmatan, yang besar maupun kecil.
Dalam surat ini, Allah menganugerahi Rasulullah SAW dan ummatnya dengan memberinya
kabaikan yang banyak dan nikmat yang besar di dunia dan akhirat. Allah memintanya untuk
selalu melaksanakan salat dengan ikhlas. Mendermakan harta sebaik-baiknya sebagai suatu
bentuk pengorbanan dan kesyukuran atas karunia yang dilimpahkan Allah.
Surat ini ditutup dengan suatu kabar gembira bagi Nabi Muhammad SAW berupa terputusnya
kebaikan bagi orang yang membecinya. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang yang
bersikap demikian. Dia adalah 'Ash bin Wail. Waktu Nabi SAW ditinggal wafat putranya yang
bernama Qasim, lalu 'Ash menjuluki Nabi sebagai Abtar yakni orang yang terputus
keturunannya.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

109. Al-Kafirun
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Kafirun (Al-Kaafiruun, Orang-Orang Kafir) adalah surah ke-109 dalam Al-Qur’an. Dalam
tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Faithless, The Disbelievers, The Rejecters, The
Unbelievers, Those Who Reject Faith.” Surah ini terdiri atas 6 ayat dan termasuk golongan
surah-surah Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode
turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-18 setelah
surah Al-Maa’uun dan sebelum surah Al-Fiil.
Surah ini dinamakan Al-Kafirun yang berarti Orang-Orang Kafir. Diambil dari kata Al-Kaafiruun
yang terdapat pada ayat pertama surah ini. “Qul yaa ayyuhaa alkaafiruun…”
Pada masa penyebaran Islam di Mekah, kaum Quraisy yang menentang Rasulullah SAW tak
henti-hentinya mencari cara untuk menghentikannya. Salah satu upaya mereka adalah
berusaha mengajukan tawaran kepada Rasulullah SAW: Jika Rasulullah mau memuja tuhan-
tuhan mereka, maka merekapun akan memuja Tuhan sebagaimana konsep Islam. Surat ini
diturunkan Allah untuk mejawab hal itu.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, dalam surat ini Allah memerintahkan
Rasulullah SAW agar mematahkan tawaran orang-orang kafir yang ingin menyamakan diri
dengan Rasulullah dalam menyerukan kebaikan. Rasulullah SAW tetap akan menyembah Allah,
tiada Tuhan selailn DIA. Dan, orang-orang kafir pun tetap menyembah tuhan-tuhan mereka.
Rasulullah tidak akan menyembah apa yang mereka sembah. Mereka juga tidak pernah menjadi
penyembah Tuhan yang Rasulullah sembah. Mereka bebas mengikuti agama yang mereka
warisi dari nenek moyang mereka. Rasulullah pun bebas memeluk agama yang diperkenankan
Allah untuknya.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

110. An-Nashr
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah An-Nashr (Pertolongan) adalah surah ke-110 dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir Al-Qur’an
berbahasa Inggeris “The Help, The Help of God, (Divine) Support, The Ultimate Victory.” Surah
ini terdiri atas 3 ayat dan termasuk golongan surah-surah Madaniyyah karena diturunkan di
Medinah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah
ini diturunkan pada urutan ke-114 (terakhir) yang turun setelah surah At-Taubah.
Surah ini dinamakan An-Nashr yang berarti Pertolongan. Diambil dari kata An-Nashr yang
terdapat pada ayat pertama surah ini. “Idzaa jaa-a nashru allaahi waalfath …” Nama surah ini
berkaitan juga dengan topik surah, yaitu janji bahwa pertolongan Allah akan datang dan Islam
akan memperoleh kemenangan.
Surah ini didahului dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim. Menyebut nama Allah, satu-
satunya Tuhan yang berhak disembah. Yang memiliki seluruh sifat Kesempurnaan dan
Tersucikan dari segala bentuk kekurangan. DIAlah Pemilik Rahmah (sifat kasih) yang tak habis-
habisnya. Yang menganugerahkan segala macam kenikmatan, yang besar maupun kecil.
Surat ini meminta Rasulullah SAW untuk bertasbih, memuji dan menyucikan Allah dari segala
sifat yang tidak baik, ketika mendapatkan pertolongan dan kemenangan dari Allah. Juga ketika
melihat orang-orang mulai memeluk agama Allah secara berbondong-bondong. Hal tersebut
terjadi sesudah kemenangan atas kota Mekah yang tanpa perang dan tanpa pertumpahan
darah. Kemudian orang-orang Arab dari semua kawasan datang kepada Nabi SAW dalam
keadaan taat untuk masuk Islam. Kemapanan, ketinggian derajat dan kesempurnaan telah Allah
berikan kepadanya.
Rasulullah SAW juga diperintahkan untuk meminta ampunan Allah untuk dirinya dan bagi
semua orang beriman. DIA Maha Penerima tobat. Allah akan menerima pertobatan hamba-
hambaNYA dan memaafkan kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

111. Al-Lahab
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Lahab (Gejolak Api, disebut juga Al-Masad berarti Jerat Sabut) adalah surah ke-111
dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “Abu Lahab, The Palm Fibre, Fibre,
Perish, The Flame, The Palm-Fibre Rope.” Surah ini terdiri atas 5 ayat dan termasuk golongan
surah-surah Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode
turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan ke-6 setelah
surah Al-Faatihah dan sebelum surah At-Takwiir.
Surah ini dinamakan Al-Lahab yang berarti Gejolak Api. Diambil dari kata Al-Lahab yang
terdapat pada ayat ketiga surah ini. Surah ini disebut pula dengan nama Al-Masad yang berarti
Jerat Sabut. Diambil dari kata Al-Masad yang terdapat pada ayat terakhir surah ini
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini dimulai dengan pemberitaan
tentang kebinasaan Abu Lahab: Binasalah kedua tangan Abu Lahab yang selalu digunakannya
untuk menyakiti kaum muslimin. Ia pun binasa pula bersama dengan kedua tangannya itu. Abu
Lahab adalah musuh Allah dan RasulNYA, walaupun dia adalah seorang paman Rasulullah.
Ketika Nabi SAW memperingatkannya dengan azab, ia berkata, "Jika apa yang telah dikatakan
oleh anak saudaraku itu benar, maka sesungguhnya aku akan menebus diriku dari azab itu
dengan harta benda dan anak-anakku." Lalu turunlah ayat selanjutnya: Tidaklah berfaedah
kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan, termasuk anak-anaknya.
Di akhirat kelak, ia diancam akan dimasukkan ke dalam api neraka yang menyala-nyala dan
membakar. Istrinya, si penyebar fitnah di kalangan orang banyak, juga akan masuk ke dalam api
neraka. Allah memberikan kepadanya satu bentuk azab, yaitu dengan melilitkan seutas jerat ke
lehernya untuk menyeretnya ke dalam neraka. Hal ini sebagai tambahan siksa atas apa yang
telah dilakukannya dalam menyakiti Rasulullah SAW dan mengganggu misi dakwahnya.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

112. Al-Ikhlash
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Ikhlash (Memurnikan Keesaan Allah) adalah surah ke-112 dalam Al-Qur’an. Dalam
tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggeris “Monotheism, Divine Unity, Oneness, Pure Faith, Pure
Sincerity, Pure Truth, Purity (of Faith), Sincere Religion, Sincerity, The Purity of Faith, Unity.”
Surah ini terdiri atas 4 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah karena diturunkan
di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah
ini diturunkan pada urutan ke-22 setelah surah An-Naas dan sebelum surah An-Najm.
Ada beberapa hadits yang menjelaskan Asbabun Nuzul surah ini. Tapi seluruhnya mengacu
pada inti yang sama yaitu jawaban atas permintaan penggambaran sifat-sifat Allah.
Surah ini didahului dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim. Menyebut nama Allah, satu-
satunya Tuhan yang berhak disembah. Yang memiliki seluruh sifat Kesempurnaan dan
Tersucikan dari segala bentuk kekurangan. DIAlah Pemilik Rahmah (sifat kasih) yang tak habis-
habisnya. Yang menganugerahkan segala macam kenikmatan, yang besar maupun kecil.
Diriwayatkan bahwa orang-orang kafir dengan nada mengolok dan menghina, berkata:
"Gambarkan kepada kami tentang Tuhanmu."
Maka, dalam surat ini, beliau diperintah untuk menjawab pernyataan itu. Yaitu, bahwa Allah
adalah Tuhan Yang memiliki segala sifat kesempurnaan. Tuhan Yang Mahaesa. Tuhan tempat
kembali dalam setiap kebutuhan. Tuhan Yang tidak membutuhkan siapa pun. Tuhan Yang
Mahasuci dari sifat serupa dengan makhluk. Tuhan Yang tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan. Tuhan yang tidak satu makhluk pun dapat menyerupaiNYA.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

113. Al-Falaq
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah Al-Falaq (Waktu Subuh) adalah surah ke-113 dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir Al-Qur’an
berbahasa Inggeris “The Daybreak, The Dawn, The Rising Day.” Surah ini terdiri atas 5 ayat dan
termasuk golongan surah-surah Makkiyyah karena diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari
sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya, maka surah ini diturunkan pada urutan
ke-20 setelah surah Al-Fiil dan sebelum surah An-Naas.
Surah ini dinamakan Al-Falaq yang berarti Waktu Subuh. Diambil dari kata Al-Falaq yang
terdapat pada ayat pertama surah ini. “Qul a'uudzu birabbi alfalaq…”
Menurut riwayat, Rasulullah SAW pernah mengalami sakit parah. Kemudian datanglah kepada
beliau malaikat utusan Allah yang memberitahukan bahwa beliau terkena guna2, berupa sihir.
Sihir tersebut melalui gulungan bertali yang dilakukan Labid bin Al-Asham dan anak
perempuannya. Tukang-tukang sihir Yahudi yang dengki terhadap Nabi SAW. Kemudian, Allah
menurunkan surah Al-Falaq dan An-Naas.
Setelah didahului dengan Bismillahirrahmanirrahim, surat ini memerintahkan Rasulullah SAW
untuk selalu berserah diri pada Tuhan. Rabb yang menguasai waktu subuh, yang mengganti
malam.
Meminta perlindungan dari kejahatan setiap makhluk yang mempunyai kejahatan. Dari
kejahatan malam ketika mulai gelap. Dari kejahatan yang berusaha membuat kerusakan
diantara manusia. Termasuk kejahatan para tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul
dengan berbagai mantera. Juga, dari kejahatan orang yang dengki yang mengharapkan
hilangnya nikmat yang diberikan Allah kepada hambaNYA.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

114. An-Nas
Bismillahirrahmanirrahim …
Surah An-Nas (An-Naas, Manusia) adalah surah ke-114 (penutup) dalam Al-Qur’an. Dalam tafsir
Al-Qur’an berbahasa Inggeris “The Mankind, Humans, All People, Humankind, Mankind, People,
The Men.” Surah ini terdiri atas 6 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyyah karena
diturunkan di Mekah. Kalau melihat dari sejarah periode turunnya surah maupun ayat-ayatnya,
maka surah ini diturunkan pada urutan ke-21 setelah surah Al-Falaq dan sebelum surah Al-
Ikhlas.
Surah ini dinamakan An-Nas yang berarti Manusia. Diambil dari kata An-Naas yang berulang kali
disebut dalam surah ini.
Surah ini didahului dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim. Menyebut nama Allah, satu-
satunya Tuhan yang berhak disembah. Yang memiliki seluruh sifat Kesempurnaan dan
Tersucikan dari segala bentuk kekurangan. DIAlah Pemilik Rahmah (sifat kasih) yang tak habis-
habisnya. Yang menganugerahkan segala macam kenikmatan, yang besar maupun kecil.
Dalam surat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk berserah diri dan
berlindung kepada Allah. Rabb manusia dan pengatur segala urusannya. Pemilik penuh
manusia, baik yang menjadi penguasa atau yang dikuasai. Sembahan manusia.
Berlindung dari segala kejahatan. Yang tidak terlihat oleh kebanyakan manusia. Sebab,
kejahatan tersebut datang kepada mereka dari hawa nafsunya sehingga mereka terjerumus
dalam apa yang dilarang. Kejahatan bisikan setan yang tersembunyi dari penglihatan mata.
Atau tersembunyi dalam tipu muslihat yang membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia.
Yaitu dari golongan jin dan manusia.
Wa Allahu a'lam bi al-shawab

You might also like