You are on page 1of 7

Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif dan Teknik Aplikasinya

Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif dan Teknik Aplikasinya.


Beberapa tipe pembelajaran kooperatif dan teknik aplikasinya menurut para ahli adalah sebagai
berikut:

1. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw.


Pertama kali dikembangkan oleh Aronson dkk. Dengan langkah aplikasinya sebagai berikut:
a. Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari
4-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan
rendah serta jika mungkin anggota berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap
mengutamakan kesetaraan jender. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam
kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi
tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi
pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli
(Counterpart Group/CG).
Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta
menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal.
Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok jigsaw (gigi gergaji).
Misal suatu kelas dengan jumlah siswa 40, dan materi pembelajaran yang dicapai sesuai dengan
tujuan pembelajarannya terdiri dari dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan
terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5
siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi
yang telah diperoleh dalam diskusi di kelompok ahli dan setiap siswa menyampaikan apa yang
telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik
yang dilakukan oleh kelompok ahli maupun kelompok asal.
b. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan
presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk
menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi
pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
c. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.
d. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan
perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya
(terkini).
e. Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.
f. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan tipe Jigsaw untuk belajar materi baru, perlu
dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.

2. Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Heads Together).


Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993). Pada umumnya
NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau
mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
Langkah-langkah penerapan tipe NHT:
a. Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi
dasar yang akan dicapai.
b. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau
skor awal.
c. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa, setiap
anggota kelompok diberi nomor atau nama.
d. Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam kelompok.
e. Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor (nama) anggota
kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil
jawaban dari kelompok.
f. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan
penegasan pada akhir pembelajaran.
g. Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual.
h. Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan
nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).

3. Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions).


Model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang digunakan untuk mendukung dan memotivasi
siswa mempelajari materi secara berkelompok. Tipe STAD dikembangkan oleh Slavin (1995)
dan merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi
diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran
guna mencapai prestasi yang maksimal. Pada proses pembelajaran kooperatif tipe STAD, melalui
lima tahapan, lebih jelasnya tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran tersebut adalah:
a. Tahapan penyajian materi, yang mana guru memulai dengan menyampaikan indikator yang
harus dicapai dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tetang materi yang akan dipelajari.
Dilanjutkan dengan memberikan apersepsi dengan tujuan mengingatkan siswa terhadap materi
prasyarat yang telah dipelajari, agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan disajikan
dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Lamanya penyajian materi bergantung dengan
kekomplekan materi yang akan di bahas. Dalam pengembangan materi pembelajaran perlu
ditekankan hal-hal sebagai berikut (a) mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa
yang dipelajari siswa dalam kelompok, (b) menekankan bahwa belajar adalah memahami makna,
dan bukan hapalan, (c) memberikan umpan balik sesering mungkin untuk mengontrol
pemahaman siswa, (d) memberikan penjelasan mengapa jawaban itu benar atau salah.
b. Tahap kerja kelompok, pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang
harus dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling membantu
memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang dibahas
dan satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru berperan sebagai
fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.
c. Tahap tes individu, yaitu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai,
diadakan tes secara individual, mengenai materi yang telah dibahas. Skor perolehan individu ini
didata dan diarsipkan, yang akan digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok dan tes
dilaksanakan secara tertulis melalui tatap muka di kelas.
d. Tahap perhitungan skor perkembangan individu, dihitung berdasarkan pada skor tes awal.
Berdasarkan skor tes awal setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan
sumbangan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya
berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Penghitungan perkembangan skor individu dimaksud
agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuanya.
Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD:
a. Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi
dasar yang akan dicapai.
b. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual sehingga akan diperoleh skor
awal.
c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin anggota kelompok
berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap mementingkan kesetaraan jender.
d. Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai
kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD biasanya digunakan untuk penguatan
pemahaman materi.
e. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan
penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
f. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual.
g. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil
belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated
Instruction).
Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini mengkombinasikan
keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk
mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual.
Oleh karena itu, kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah,
ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang
sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk
didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok
bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah sebagai berikut:
a. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara
individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.
b. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau
skor awal.
c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan tingkat
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin, anggota kelompok
terdiri dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap mengutamakan kesetaraan jender.
d. Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok,
setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.
e. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan
penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
f. Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual.
g. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil
belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).

5. Model Pembelajaran Kooperatif: Think-Pair-Share.


Dikemukakan oleh Frank Lyman (1985). Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share
merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mampu mengubah asumsi bahwa
metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara
keseluruhan. Think-Pair-Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk
memberi siswa waktu yang lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu
sama lain. Dari cara seperti ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan, dan
saling tergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.
Langkah-langkah pelaksanaan antara lain:
a. Guru menyampaikan inti materi atau komptensi yang ingin dicapai.
b. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi atau permasalahan yang disampaikan guru.
c. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok dua orang) dan
mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
d. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
e. Berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan
menambah materi yang belum diungkap siswa.
f. Guru memberikan kesimpulan.
g. Penutup.

6. Model Pembelajaran Kooperatif : Picture and Picture.


Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran yaitu
dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara
seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi
bermakna.
Langkah-langkah pelaksanaannya:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Menyajikan materi sebagai pengantar.
c. Guru menunjukkan atau memperlihatkan gamabar-gambar kegiatan yang berkaitan dengan
materi.
d. Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian memasang/ mengurutkan gambar
menjadi urutan yang logis.
e. Guru menanyakan alasan/ dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
f. Dari alasan/ urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai.
g. Kesimpulan.
7. Model Pembelajaran Kooperatif : Problem Posing.
Tipe pembelajaran kooperatif problem posing merupakan pendekatan pembelajaran yang
diadaptasikan dengan kemampuan siswa, dan dalam proses pembelajarannya difokuskan pada
membangun struktur kognitif siswa serta dapat memotivasi siswa untuk berpikir kritis dan
kreatif. Proses berpikir demikian dilakukan siswa dengan cara mengingatkan skemata yang
dimilikinya dengan mempergunakannya dalam merumuskan pertanyaan. Dengan pendekatan
problem posing siswa dapat pengalaman langsung dalam membentuk pertanyaan sendiri.

8. Model Pembelajaran Kooperatif : Problem Solving.


Problem solving (pembelajaran berbasis masalah) merupakan pendekatan pembelajaran yang
menggiring siswa untuk dapat menyelesaikan masalah (problem). Masalah dapat diperoleh dari
guru atau dari siswa. Dalam proses pembelajarannya siswa dilatih untuk kritis dan kreatif dalam
memecahkan masalah serta difokuskan pada membangun struktur kognitif siswa.
9. Model Pembelajaran Kooperatif : Team Games Tournament (TGT).
Pada pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT), peserta didik
dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan empat peserta didik yang
masing-masing anggotanya melakukan turnamen pada kelompoknya masing-masing. Pemenang
turnamen adalah peserta didik yang paling banyak menjawab soal dengan benar dalam waktu
yang paling cepat.

10. Model Pembelajaran Kooperatif : Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).
Tipe CIRC dalam model pembelajaran kooperatif merupakan tipe pembelajaran yang
diadaptasikan dengan kemampuan peserta didik, dan dalam proses pembelajarannya bertujuan
membangun kemampuan peserta didik untuk membaca dan menyusun rangkuman berdasarkan
materi yang dibacanya.

11. Model Pembelajaran Kooperatif : Learning Cycle (Daur Belajar).


Learning Cycle merupakan tipe pembelajaran yang memiliki lima tahap pembelajaran, yaitu (1)
tahap pendahuluan (engage), (2) tahap eksplorasi (exploration), (3) tahap penjelasan
(explanation), (4) tahap penerapan konsep (elaboration), dan (5) tahap evaluasi (evaluation).

12. Model Pembelajaran Kooperatif : Cooperative Script (CS).


Model pemebelajaran ini dikemukakan oleh Dansereau dkk (1985). Dalam tipe pembelajaran
Cooperative Script siswa berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-
bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah pelaksanaan:
a. Guru membagi siswa berpasangan.
b. Guru membagi wacana atau materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
c. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang
berperan sebagai pendengar.

13. Model pembelajaran kooperatif make a match (mencari pasangan).


Dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa
mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang
menyenangkan.
Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut:
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk
sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
b. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
c. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
d. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu
yang bertuliskan nama tumbuhan dalam bahasa Indonesia akan berpasangan dengan nama
tumbuhan dalam bahasa latin (ilmiah).
e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan
kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
f. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya, demikian seterusnya.
g. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.
h. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
14. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.
Dikembangkan oleh Sharan (1992), dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen.
b. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.
c. Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi atau tugas
yang berbeda dari kelompok lain.
d. Masing-masing kelompok membahas materi yang ada secara kooperatif yang bersifat
penemuan.
e. Setelah selesai diskusi juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok.
f. Guru memebrikan penjelasan singkat sekaligus memberikan kesimpulan.
g. Evaluasi.
h. Penutup.

15. Model pembelajaran kooperatif PBL (Problem Base Learning).


PBL (Problem Based Learning) adalah suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah
dunia nyata. Sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang
esensial dari materi pelajaran.

16. Model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray ( dua tinggal-dua tamu).
Model ini diajukan oleh Spencer Kagan (1992), dimana dalam model ini memberikan
kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lainnya.
Langkah-langkah pelaksanaan:
a. Siswa bekerjasama dalam kelompok yang berjumlah 4 (empat) orang.
b. Setelah selesai maka dua orang dari masing-masing kelompok menjadi tamu kelompok yang
lain.
c. Dua orang yang tinggal dalam kelompok membagikan hasil kerja dan informasi kepada tamu.
d. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan hasil temuan
mereka dan kelompok lainnya.
e. Kelompok mencocokkan dan membahasa hasil kerja mereka.

17. Model pembelajaran kooperatif inside Outside Circle (IOC).


Dikemukakan oleh spencer Kagan, dimana pada pembelajaran ini siswa saling membagi
informasi pada saat bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
Adapaun langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Separuh kelas berdiri dan membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar.
b. Separuh yang lain membentuk lingkaran diluar lingkaran pertama dan menghadap kedalam.
c. Dua siswa berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbaga informasi, pertukaran informasi
ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
d. Kemudian siswa yang berada pada lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang
berada pada lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
e. Sekarang giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang membagi informasi dan
seterusnya.

18. Model pembelajaran kooperatif Snowball throwing.


Adapun langkah-langkah pelaksanaan Snowball throwing adalah sebagai berikut:
a. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
b. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk
memberikan penjelasan tentang materi.
c. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian
menyampaikan materi yang diajarkan guru kepada temannya.
d. Kenudin masing-msiang siswa diberi satu lembar kertas kerja untuk menuliskan satu
pertanyaan apa saja yang menyangkut materi dan sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
e. Kemudin kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu
siswa kepada siswa lain selama ± 15 menit.
f. Setelah siswa mendapat satu bola/ satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
g. Evaluasi.
h. Penutup.

You might also like