You are on page 1of 8

ABSTRAK

Tujuan: Konjungtivitis Alergi berhubungan dengan gatal, kemerahan, berair, nyeri, dan sensasi
terbakar di mata. Proses peradangan disebabkan oleh mekanisme hipersensitivitas langsung
karena kontak langsung dengan alergen. Proses ini memicu sel mast di konjungtiva untuk
mengaktifkan dan lepaskan mediator. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan
olopatadine dan ketotifen topical dalam hal keefektifan dan keamanan untuk penatalaksanaan
konjungtivitis alergi.

Metode: Pasien yang terdiagnosis konjungtivitis alergi secara klinis, secara acak dibagi menjadi
dua kelompok dengan masing-masing 60 pasien dan menerima olopatadine HCl 0,1% atau
ketotifen fumarate 0,025%. Mereka kemudian di follow up pada Hari ke 4, 15, dan 30 untuk
mengevaluasi gejala, tanda, dan skor kualitas hidup (QOL).

Hasil: Terdapat total 120 pasien (67 pria dan 53 wanita) dengan usia rata-rata 36,35 ± 11 tahun.
Dibandingkan dengan baseline, skor gatal, berair, kemerahan, pembengkakan kelopak mata,
kemosis dan papila tambahan dari semua skor individual yang disebutkan di atas dan skor
kualitas hidup berkurang secara signifikan (P = 0,001) pada hari ke-4 dan ke-15 dari pemakaian
olopatadine dan ketotifen. Dibandingkan dengan ketotifen, olopatadine secara signifikan
mengurangi gatal, berair, hiperemia,dan total skor konjungtivitis alergi pada hari ke-4 (P = 0,001)
dan papilla konjungtiva pada hari ke-15 (P = 0,001). Reaksi yang merugikan dilaporkan masing-
masing sebesar 10% dan 18% pasien yang diobati dengan olopatadine dan ketotifen

Kesimpulan: Dibandingkan dengan ketotifen, olopatadine memberikan perbaikan gejala yang


lebih cepat, dan memperbaiki gejala konjungtivitis alergi dan kualitas hidup, dengan efek
samping yang lebih sedikit.

PENDAHULUAN

Konjungtivitis alergi (AC) adalah kondisi mata atopik, yang berhubungan dengan gatal,
kemerahan, mata berair, nyeri, sensasi terbakar, dan sensasi benda asing. Gejala-gejala ini dapat
mempengaruhi kinerja akademik dan kualitas hidup (QOL), dan menyebabkan hilangnya
produktivitas. Konjungtivitis alergi dapat mempengaruhi anak-anak dan orang dewasa, sering
terjadi bersamaan dengan penyakit alergi lainnya, seperti asma, dermatitis atopik, atau alergi
makanan. Menurut International Ocular Inflammation Society (IOIS), Konjungtivitis alergi dapat
dibagi menjadi konjungtivitis alergi musiman (SAC) dan konjungtivitis alergi perennial. Ini juga
termasuk keratokonjungtivitis atopik, keratoconjunctivitis vernal, konjungtivitis papiler ukuran
besar, dan dermato-konjungtivitis kontak, yang berbeda dalam manifestasi, perjalanan klinis, dan
pengobatannya.

Konjungtivitis alergi adalah gangguan peradangan pada membrane mukosa yang melapisi sklera.
Hal Ini disebabkan oleh kekebalan tubuh yang dimediasi Immunoglobulin E atau reaksi
hipersensitivitas langsung akibat kontak langsung alergen dengan permukaan konjungtiva pasien
yang telah tersensitisasi, yang memicu aktivasi sel mast dan pelepasan mediator yang berbeda.
Mekanisme lainnya, seperti respon imun neurogenik dan sistemik mungkin juga berperan.

Konjungtivitis alergi dapat diobati dengan meminimalkan kontak allergen dengan konjungtiva,
melalui serangkaian langkah-langkah pencegahan (yaitu, pengendalian lingkungan, kompres
dingin, pelumas mata tanpa pengawet, dan kontak lensa). Selanjutnya, gejala yang dipicu oleh
proses peradangan alergi dapat dikendalikan dengan pemberian antihistamin, stabilisator sel
mast, obat antiinflamasi non-steroid (NSAIDs), dan kortikosteroid. Olopatadine HCl topikal 1
mg / ml dan ketotifen fumarat 250 mg / ml memiliki efek stabilisasi sel mast dan sifat
antihistamin. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan khasiat, profil keamanan, dan biaya
olopatadine HCl 0,1% dan ketotifen fumarate 0,025% untuk konjungtivitis alergi. Selain itu,
kualitas hidup pasien juga dibandingkan antara kedua kelompok.

METODE

Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 1,5 tahun. Protokol penelitian telah disetujui oleh
Institutional Ethic Committee (Lembaga Komite Etik). Pasien dengan jenis kelamin apapun,
yang telah berusia di atas 8 tahun, didiagnosis konjungtivitis alergi musiman secara klinis dengan
oleh dokter mata, dan bersedia memberikan informed consent / persetujuan tertulis direkrut.
Pasien dengan konjungtivitis bakterial, chlamydial, viral, papilla besar, phlyctenular, purulen,
dan membranosa tidak diikutsertakan. Adanya sindrom mata kering, blepharitis, uveitis, keratitis,
trauma okular, atau riwayat operasi okular yang dilakukan dalam 3 bulan terakhir juga tidak
diikutsertakan. Kriteria eksklusi lainnya antara lain adalah ablasi retina, retinopati diabetik, dan
penyakit retina progresif; menerima kortikosteroid sistemik atau topikal dan imunosupresan;
dengan menggunakan stabilisator sel mast, NSAID, antihistaminik dalam satu bulan sebelumnya;
dan riwayat hipersensitivitas terhadap olopatadine dan ketotifen. Wanita hamil dan menyusui
juga tidak diikutsertakan.

Pasien secara acak ditempatkan ke salah satu dari dua kelompok; satu kelompok menerima dua
tetes olopatadine HCl 0,1% (Winolap, diproduksi oleh Sun, Avesta) dua kali sehari pada kedua
mata, sementara kelompok lainnya diobati dengan dua tetes ketotifen fumarate 0,025% (Albalon,
diproduksi oleh Allergan) empat kali sehari. Mereka diminta untuk membuat catatan untuk
mencatat waktu dari penetesan obat mereka. Hal-hal berikut ini dicatat pada pemeriksaan klinis.
Gejala dan tanda yang dialami pasien dinilai menggunakan skala, dengan skor mulai dari 0
hingga 16. Kualitas hidup setiap pasien dinilai menggunakan kuesioner yang terdiri dari 15
pertanyaan, dengan skor mulai dari 0 hingga 90.

Penilaian gejala dan tanda skoring dilakukan pada kunjungan pertama (baseline), hari ke-4, dan
hari ke-15. Jika tanda-tanda klinis masih ada, para peserta juga dievaluasi pada hari ke 30.
Kuesioner kualitas hidup diberikan pada hari ke-1, ke-4, dan ke-15. Para peserta diminta untuk
membawa buku harian mereka pada setiap kunjungan untuk pemeriksaan kepatuhan penggunaan
obat. Peningkatan gejala dan tanda-tanda dievaluasi. Reaksi obat yang merugikan dicatat pada
setiap kunjungan. Biaya dihitung berdasarkan jumlah yang dihabiskan oleh pasien untuk pulih
secara sempurna dari konjungtivitis alergi.

Analisis Statistik

Ukuran sampel yang diperlukan untuk mendeteksi rata-rata perbedaan 0,35 pada skor gatal pada
hari ke 4, dengan ukuran efek 1.2, α - error 5%, daya 80%, dan 10% angka drop out, adalah 32
pasien di masing-masing kelompok. Data demografi dinyatakan sebagai rata-rata ± standar
deviasi. Data kontinu di dalam dan di antara kelompok dianalisis masing-masing menggunakan
t-tes berpasangan dan tidak berpasangan. Skor konjungtivitis alergi dan kualitas hidup di dalam
dan di antara kelompok dianalisis masing-masing menggunakan R - ANOVA dan t-test tidak
berpasangan. Data kategori dianalisis menggunakan tes Chi-square. Signifikansi statistik
ditetapkan pada P <0,05.

HASIL

Sebanyak 120 pasien diikutsertakan dalam penelitian ini. Dari jumlah tersebut, 55 pasien dari
grup A dan 54 pasien dari grup B menyelesaikan penelitian [Gambar 1]. Terdapat 67 peserta laki-
laki dan 53 perempuan. Seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 1, rincian demografis antar
kelompok sebanding. Riwayat konjungtivitis alergi sebelumnya terdapat pada 42 (70%) pasien
grup A dan 34 (57%) pasien grup B. Faktor yang memperparah untuk konjungtivitis alergi adalah
perubahan musim (musim panas; 25 dan 16 pasien, masing-masing) dan debu (17 dan 18 pasien,
masing-masing) [Gambar 2].
Skor baseline konjungtivitis alergi total dan individual sebanding antar kelompok. Tidak ada
pasien yang mengalami chemosis. Dibandingkan dengan baseline, pasien yang menerima baik
olopatadine atau ketotifen menunjukkan pengurangan yang signifikan (P = 0,001) baik pada skor
konjungtivitis alergi individual maupun total , pada hari ke-4 dan ke-15 [Tabel 2]. Analisis antar
kelompok menunjukkan bahwa pada Hari ke-4, gatal, mata berair, hiperemia, dan skor total
konjungtivitis alergi, kecuali papila, telah berkurang secara signifikan dengan olopatadine (P =
0,001). Skor pembengkakan kelopak mata berkurang menjadi nol dengan kedua obat pada Hari
ke 4 [Tabel 2]. Pada hari ke-15, terdapat pengurangan yang signifikan (P = 0,001) pada gatal,
mata berair, papila, dan skor total konjungtivitis alergi pada pasien yang menerima olopatadine.
Skor pembengkakan hiperemia dan kelopak mata, adalah nol dengan kedua obat.

Skor kualitas hidup baseline sebanding antara kelompok-kelompok. Dibandingkan dengan


baseline, terdapat pengurangan skor kualitas hidup yang signifikan pada hari ke-4 dan ke-15
pada pasien yang menerima obat apapun. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam skor pada
hari ke 4 dan 15 antara kelompok [Tabel 3]. Reaksi yang merugikan dilaporkan sebesar 10% dan
18% pasien, dengan olopatadine dan ketotifen, masing-masing [Tabel 4]. Karena setiap pasien
membutuhkan olopatadine HCl vial, biaya per pasien adalah 84 rupee. Satu vial ketotifen
fumarat adalah 57 rupee, namun, karena 32 pasien membutuhkan dua botol, biaya untuk pasien
adalah 114 rupee.

DISKUSI

Konjungtivitis karena rangsangan non infeksius antara lain adalah konjungtivitis alergi musiman
dan konjungtivitis alergi perennial, yang mempengaruhi individu pada semua kelompok umur,
terutama anak-anak. Gejala konjungtivitis alergi musiman, yang dapat mempengaruhi kedua
mata, diperparah karena variasi musiman atau keberadaan debu. Gejala okular dan tanda-
tandanya antara lain gatal, mata berair, hiperemia konjungtiva, pembengkakan kelopak mata,
chemosis, dan sensasi benda asing, yang jika tidak ditangani dapat menjadi lebih buruk. Hal ini
pada akhirnya dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang akan mempengaruhi kualitas hidup.
Dibandingkan dengan kortikosteroid, sebaiknya kondisi ini diobati dengan stabilisator sel mast
karena efek sampingnya yang lebih sedikit.

Dalam penelitian ini, terdapat 120 pasien yang didiagnosis secara klinis dengan konjungtivitis
alergi, 56% adalah laki-laki dan 44% adalah perempuan. Rasio laki-laki dan perempuan adalah
1,2: 1. Sebuah penelitian yang dilakukan di Ghana menunjukkan bahwa persentase perempuan
(61,8%) yang terpengaruh oleh konjungtivitis alergi lebih tinggi. Penelitian lain yang dilakukan
di Nigeria, yang mengikutsertakan 150 siswa (usia 5–15 tahun), melaporkan bahwa anak
perempuan menyumbang 59% dari kohort. Prevalensi meningkat pada wanita dikaitkan dengan
perubahan hormon wanita. Tetapi, Dua penelitian lain, melaporkan bahwa 75,8% dan 63,28%
pasien dengan konjungtivitis adalah laki-laki.

Pasien dalam penelitian ini memiliki riwayat konjungtivitis alergi sebelumnya. Meskipun
persentase pasien yang melaporkan bahwa gejala konjungtivitis alergi lebih parah selama musim
panas dan akibat paparan debu lebih tinggi pada kelompok olopatadine, perbedaannya tidak
signifikan. Sebuah penelitian oleh Palmares et al menunjukkan bahwa kurang lebih 85% dari
kohort memiliki episode konjungtivitis alergi sebelumnya dan 16% dari kohort memiliki asma
bronkial. Namun, pada penelitian kami, pasien dengan asma bronkial dieksklusi karena mereka
menerima obat-obatan seperti sisteroid inhalasi atau sistemik dan stabilisator sel mast, yang akan
mengganggu obat-obatan dalam penelitian kami. Sebuah penelitian di Nigeria yang dilakukan
pada anak-anak sekolah dasar melaporkan bahwa penyakit ini lebih sering terjadi selama musim
harmattan (angin pertukaran Afrika Barat yang kering dan berdebu) karena adanya debu dan
serbuk sari di atmosfer.

Gatal adalah keluhan yang paling umum dari pasien. Skor konjungtivitis alergi individual dan
total sebanding antara kelompok pada baseline. Pengobatan dengan olopatadine 0,1% secara
signifikan mengurangi skor rasa gatal selama follow-up dan pasien benar-benar bebas dari
gejalanya pada hari ke-15. Temuan serupa dilaporkan dalam sebuah penelitian yang dilakukan di
Hongaria, yang diikuti orang dewasa dan anak-anak; skor gatal berkurang dari 1,6 menjadi 0 dan
dari 2,5 hingga 0,2, masing-masing, pada akhir hari ke 14 . Penelitian ini juga menyimpulkan
bahwa penggunaan olopatadine pada anak-anak aman. Dalam tes allergen konjungtiva pada
manusia, olopatadine 0,1% dan 0,2% dibandingkan, tanpa perbedaan yang signifikan dalam skor
gatal antara kedua dosis . Selain itu, pengurangan yang signifikan diamati pada 24 jam, dengan
kedua dosis, bila dibandingkan dengan plasebo. Sebuah penelitian pada pasien Jepang dengan
konjungtivitis alergi musiman menunjukkan bahwa pretreatment dengan olopatadine secara
signifikan mengurangi skor gatal. Para peneliti menghubungkan temuan ini dengan efek
stabilisator sel mast dari obat. Olopatadine 0,1% juga secara signifikan mengurangi skor mata
berair pada semua kunjungan follow-up, bila dibandingkan dengan sodium cromoglycate 2%.
Olopatadine juga secara signifikan mengurangi hiperemia pada kohort pasien kami . Hasil serupa
dilaporkan oleh Yaylali et al ketika mereka menggunakan olopatadine dan ketorolac untuk
mengobati konjungtivitis alergi musiman.

Pembengkakan kelopak mata menyebabkan ketidaknyamanan yang besar pada pasien.


Dibandingkan dengan cromolyn sodium 2%, Olopatadine 0,1% mengurangi pembengkakan
kelopak mata pada hari ke-4 pengobatan. Papillae juga merupakan tanda konjungtivitis alergi,
yang berkurabf secara signifikan pada hari ke-4 pengobatan olopatadine. Pengurangan lengkap
dalam gejala dan tanda skor diamati hanya pada 15% pasien pada hari ke-4, tetapi pengurangan
pada hari ke-15 diamati pada semua pasien.
Penurunan skor kojungtivitis alergi individual dan total diamati pada setiap kunjungan follow up
pada pasien yang menerima ketotifen. Skor berkurangi menjadi nol pada hari ke-15 hanya pada
46,6% dari kohort pasien. Studi lain menunjukkan bahwa ketotifen 0,05% mengurangi rasa gatal,
menyengat, dan mata berair setelah 10 hari di 60-80% dari pasien. Jika dibandingkan dengan
levocabastine dan plasebo, ketotifen adalah yang paling efektif dalam empat hari pertama dalam
mengurangi skor gatal, hiperemia, dan mata berair. Meskipun skor pembengkakan kelopak mata
juga berkurang, ini tidak signifikan secara statistik. Pengamatan kami adalah bahwa pengurangan
skor papila membutuhkan waktu yang lebih lama dengan ketotifen, dengan hanya 63% dari
kohort pasien menunjukkan pengurangan lengkap pada hari ke-15.

Dibandingkan dengan ketotifen, olopatadine secara signifikan mengurangi gatal, mata berair,
hiperemia dan skor konjungtvitis alergi total pada hari ke 4, dan kelopak mata yang
membengkak dan papila pada Hari ke 15. Ini menunjukkan bahwa olopatadine memberikan efek
lebih cepat daripada ketotifen. Temuan serupa dilaporkan dalam penelitian lain di mana 42,5-
62,5% dari pasien yang menerima olopatadine menunjukkan perbaikan gejala dan tanda-tanda
pada 30 menit dibandingkan 20-27,5% menerima ketotifen. Selanjutnya, pada hari ke 7,
olopatadine mengurangi gejala sebesar 80-87,5%, sementara ketotifen mengurangi sebanyak 60-
75%. Dua penelitian lainnya telah melaporkan bahwa olopatadine 0,1% lebih efektif daripada
ketotifen.

Kualitas hidup, parameter lain yang dinilai, juga meningkat dari baseline pada kedua grup pada
tingkat yang sama. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Scoper et al menunjukkan bahwa
pasien yang menerima olopatadine 0,2% mengalami peningkatan yang signifikan dalam kualitas
hidup. Olopatadine juga disukai oleh pasien pada penelitian lain. Dalam studi saat ini, total 10%
dan 18% dari pasien melaporkan reaksi yang merugikan dengan olopatadine dan ketotifen,
masing-masing, yang paling umum adalah sakit kepala, diikuti oleh sensasi terbakar di mata.
Dalam penelitian lain, yang diikuti 100 pasien, 98% dari pasien yang menerima ketotifen
melaporkan sensasi terbakar di mata. Sensasi yang menyengat di mata juga diamati pada 22,5%
pasien menerima ketotifen. Penelitian yang mengamati reaksi obat yang merugikan (ADRs)
untuk obat yang berbeda, menemukan bahwa olopatadine 0,1% dan ketotifen menyebabkan ADR
dalam 4,65% kasus, masing-masing.

Dalam penelitian kami 4 dan 8 pasien, yang diobati dengan olopatadine dan ketotifen,
melaporkan sakit kepala, sementara 2 dan 3 pasien, melaporkan sensasi terbakar. Dalam
penelitian ini olopatadine memberikan feel yang lebih cepat dalam meringankan gejala dan
tanda-tanda dan biayanya lebih efektif daripada ketotifen.

Kesimpulannya, konjungtivitis alergi dapat diobati dengan antihistaminik topikal, stabilisator sel
mast, NSAID, dan steroid. Temuan dari penelitian ini mengungkapkan bahwa pasien yang
menerima olopatadine HCl 0,1% memiliki gejala yang lebih cepat membaik dibandingkan
ketotifen fumarate 0,025%. Akhirnya, kedua obat meningkatkan kualitas hidup hingga tingkat
yang sama.

You might also like